Oleh :
AVINDA DEVIANA
220201181210033
I. IDENTITAS
Tanggal masuk ruangan : 4 Januari 2019 / 17.15 WIB
Tanggal pengkajian : 4 Januari 2019 / 17.15 WIB
A. Identitas Klien
Nama : Tn. S
No. Rekam Medis : C073882
Umur : 71 tahun
Ruang Rawat Inap : Rajawali 1A – HCU (Bed 14)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Muradi 1/14 Kelurahan Kalibanteng
Kulon Rt 004 Rw 006 Kecamatan Semarang
Barat, Kota Semarang
Pembiayaan Kesehatan : JKN NON PBI
Kelas Ruangan : Kelas I
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Dokter
Suku : Jawa
Hubungan dengan Klien : Anak
Bahasa : Indonesia
Alamat : Jalan Muradi 1/14 Kelurahan Kalibanteng
Kulon Rt 004 Rw 006 Kecamatan Semarang
Barat, Kota Semarang
No. Telepon : 08112779xx
II. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
Pada tanggal 4 Januari 2019 pukul 08.10 WIB, klien datang ke IGD
bersama anak dan menantunya. Klien datang dengan keadaan penurunan
kesadaran, ±1 jam SMRS klien mendadak mengalami penurunan kesadaran
saat klien berjalan, bicara pelo, wajah merot, lemah anggota gerak kri (+).
Sebelumnya klien melakukan aktivitas ringan berjalan disekitar rumah pada
pagi hari setelah sarapan dan minum teh seperti hari-hari biasanya. Namun
ketika itu klien merasa pusing, dan penglihatan kabur kemudian klien
memutuskan untuk berbaring ditempat tidur. Klien merasa bahwa pusingnya
terasa semakin berat, kemudian anaknya yang mengetahui kondisi klien yang
mengalami penurunan kesadaran saat itu juga membawa klien ke IGD RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Tekanan darah 153/83 mmHg, HR 85 x/menit, RR 22
x/menit, Suhu 36,6oC, SpO2 98%. Saat di IGD klien juga dilakukan
pemeriksaan radiologi Foto toraks dan MSCT kepala tanpa kontras, dan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap. Klien terdiagnosa SNH berulang dan
langsung diberikan terapi rTPA karena hasil MSCT kepala : stroke infark.
Selanjutnya klien akan dipindahkan ke ruang rawat inap Rajawali 1A untuk
mendapatkan perawatan lanjutan.
Klien dipindahkan ke ruang Rajawali 1A pada tanggal 4 Januari 2019
pukul 17.15 WIB. Saat pindah ruangan klien dalam keadaan lemah, kesadaran
apatis dengan E3M5V4. Klien terpasang infus RL 20 tpm, terpasang DC
dengan warna urine kuning, terpasang NGT bersih tanpa residu, terpasang O2
nasal kanul 3 lpm. Klien membawa obat dari rumah Amlodipin, volsutan,
ISDN. Klien tidak ada obat yang dibawa dari IGD untuk ruangan. Klien
mendapatkan obat injeksi Ranitidine. Data penunjang yang dibawa dari IGD
yaitu Foto toraks dan MSCT kepala tanpa kontras, dan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap. Rekomendasi instruksi awal dokter IGD : O2
nasal 3 lpm, head up 30, infus RL 20 tpm, inj ranitidine 50 mg/12 jam/IV, SP
Nicardipine 0,5 mg/kgBB/menit (titrasi), vit B1 B6 B12 / 8 jam/oral. Program :
cek GD 1/11, pengawasan TTV, GCS, tanda perdarahan, balanca cairan, konsul
SpJP dr. Brunah Sp.JP, Konsul sp. KFR.
Keluarga klien mendapatkan orientasi ruangan (ruangan bed klien, ruang
tunggu keluarga, kamar mandi, mushola) dan edukasi fasilitas kesehatan yang
didapatkan di ruangan seperti DPJP dan PPJP klien, serta mempersiapkan
kebutuhan yang digunakan selama perawatan seperti tisu basah, tisu kering,
popok, sabun mandi cair, serta minyak oles untuk melembabkan tubuh klien.
Keluarga juga dipaparkan peraturan jam kunjung selama di ruang Rajawali 1A,
dan keluarga mengetahui bahwa klien tidak boleh ditunggu di dalam ruangan.
Setelah itu dilanjutkan pengkajian kembali kepada keluarga klien di ruangan
Rajawali 1A. Pengkajian awal kepada klien dengan berfokus pada pengkajian
untuk lansia seperti pengkajian resiko jatuh, pengkajian decubitus, pengkajian
menggunakan Barthel Index, hingga skrining gizi untuk lansia. Pada
pengkajian resiko jatuh pasien mendapatkan skor > 45 dengan kategori resiko
tinggi, resiko tinggi terjadi decubitus, pasien dalam kondisi intermediate care,
serta pasien dalam kondisi resiko malnutrisi. Gelang pasien sudah terpasang
sejak pasien masuk dari IGD. Perawat memasang label kuning pada pasien
dengan resiko jatuh tinggi serta memasang kertas jadwal alih baring setiap 2
jam sekali.
Pengkajian didapatkan hasil bahwa Saat dilakukan pengkajian awal dengan
keluarga klien diruangan, klien sudah memiliki riwayat penyakit stroke sejak 5
tahun yang lalu, 4x dirawat di RS dengan diagnose yang sama yaitu stroke
non-hemoraghic. Terakhir dirawat di RS pada bulan oktober 2017. Keluarga
klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan.
Jumlah tidur ±6 jam/hari dengan obat tidur jenis alprazolam. Pemeriksaan
tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 165/92 mmHg, HR 89 x/menit,
RR 21 x/menit, Suhu 36,8oC, SpO2 98%, TB 168 cm, BB 68 kg, IMT 24,09
(normal). Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan terkait dengan
kondisi klien tersebut, didapatkan masalah keperawatan yang ditegakkan
diantaranya :
Penurunan kapasitas adaptif intracranial berhubungan dengan hipotensi
sistemik disertai hipertensi intracranial (00049). Perumusan diagnosa
didapatkan pada tanggal 4 Januari 2019 dimana hasil pengkajian didapatkan
antara lain klien mengalami penuruan kesadaran dengan GCS E3M5V4 dan
dari hasil pengkajian data penunjang melalui MSCT kepala polos yang
dilakukan ketika di IGD didapatkan hasil bahwa: infark lakuner pada corona
radiate kiri, thalamus kanan dan puntamen kiri, focal mild aging cerebral
atrophy (lobus frontal kanan kiri), tak tampak perdarahan intracranial, tak
tampak peningkatan tekanan intracranial, lesi semisolid pada cavum nasi sisi
kanan >DD/ polip, massa tumor. Tujuan dari masalah keperawatan ini adalah
selama 7x24 jam adanya peningkatan Status Neurologis : Kesadaran (0912)
dengan kriteria hasil klien mampu membuka mata dengan sendiri, GCS
meningkat dengan indikator Eye meningkat. Nursing Care Planning yang
dilakukan antara lain memonitor tanda-tanda vital, memonitor keadaan umum
dan kesadaran dengan GCS, meninggikan kepala tempat tidur 15-30o jika tidak
ada kontra indikasi, memberikan terapi oksigen melalui nasal kanul 3 lpm,
monitor hemodinamik, dan membantu ADL klien. Intervensi kolaboratif yang
dilakukan yaitu memberikan terapi obat nicardipine melalui syring pump 1
cc/jam.
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular (00085). Perumusan diagnosa
didapatkan pada tanggal 4 Januari 2019 dimana hasil pengkajian didapatkan
bahwa keadaan umum klien lemah, kekuatan otot ekstremitas atas kanan/kiri :
4/3 dan ekstremitas bawah kanan/kiri : 5/3, pengkajian ADL menggunakan
Bartrhel Index didapatkan bahwa pasien dalam kategori ketergantungan total
sebagian dengan skor 2, skala decubitus menunjukkan bahwa pasien resiko
tinggi terjadinya trauma tekan, dan pasien dalam kategori resiko jatuh tinggi
dengan skor > 45. Tujuan dari masalah keperawatan ini adalah selama 7x24 jam
Pergerakan (0208) klien meningkat dengan kriteria hasil, adanya pergerakan
pada ekstremitas atas maupun bawah dengan kekuatan otot ekstremitas atas
kanan/kiri : 5/5 dan ektremitas bawah kanan/kiri : 5/5. Nursing Care Planning
yang dilakukan antara lain bantu ADL, alih baring setiap 2 jam sekali, lakukan
ROM pasif kepada pasien, konsultasi kebagian fisioterapi. Pada perencanaan
pulang perawat juga mengedukasi keluarga untuk tetap mengontrol setiap
kegiatan dan aktivitas yang dilakukan selama di rumah.
Tn. S dirawat di ruang Rajawali 1A RSUP dr.Kariadi selama 3 hari dan
mendapatkan terapi intravena RL 20 tpm, ranitidine 50 mg/12/IV jam untuk
melapisi lambung, terapi actilyse 3,9 mg intravena lobus, syring pump
nicardipine 1 cc/jam, syring pump syringe pump actilyse 35,1 cc/jam.
Program-program yang dijalani oleh klien selama perawatan di ruang Rajawali
1A RSUP dr.Kariadi antara lain, cek GD I/II, cek lab darah lengkap dan konsul
ke dokter spesialis jantung, spesialis KFR dan spesialis psikiatri.
Pada tanggal 6 Januari 2019 keadaan Tn. S sudah mulai membaik, Selama
perawatan klien kesadaran klien semakin membaik dengan nilai GCS terakhir
adalah E4M5V6 sehingga penurunan kapasitas adaptif intrakranial teratasi
sebagian karena tekanan darah klien belum menunjukkan rentang normal.
Hambatan mobilitas fisik klien belum teratasi ditandai dengan keadaan umum
klien yang masih lemah dan belum adanya peningkatan kekuatan otot pada
ekstremitas atas dan bawah. Di ruang 1A Tn. S bertujuan untuk perbaikan
keadaan umum dan peningkatan kesadaran setelah keadaan umum dan
kesadarannya membaik pada tanggal 6 Januari 2019 klien dipindah ke ruang
Garuda lantai 5 untuk melakukan perawatan selanjutya.
III.PENGELOLAAN PASIEN
A. Proses Penerimaan atau Serah Terima Pasien Baru di Ruangan
1. Serah Terima Pasien
Telah diterima pasien baru
Tanggal / waktu : Jumat, 4 Januari 2019 jam 17.15 WIB
Nama : Tn. S
Dx Medis : Stroke Non Hemoragik, Post rTPA H-o
Asal Ruangan : IGD
a. Serah Terima Obat dan Alat
Daftar obat oral yang diterima
No Nama Obat Jumlah
- - -
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 110 mg/dL 80 - 160
Ureum 40 mg/dL 15 - 39 H
Kreatinin 1,2 mg/dL 0.60 - 1.30
Magnesium 0,8 mmol/L 0,74 - 0,99
Calsium 2,2 mmol/L 2,12 - 2,52
Elektrolit
Natrium 141 mmol/L 136 - 145
Kalium 4.4 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 105 mmol/L 98-107
KOAGULASI
Plasma Prothrombin
Time (PPT)
Waktu Prothrombin 10.3 detik 9.4 – 11.3
PPT Kontrol 10.3 detik
Partial Thromboplastin
Time (PTTK)
36,2 detik 27.7 – 40.2
Waktu Thromboplastin
33,3 detik
APTT Kontrol
0,99
INR
Tanggal/Jam
P (Provoke)
Q (Quality)
R (Region)
S (Scale)
T (Time)
c. Skrining Fungsional
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri √ 0 : Tergantung orang lain
(grooming) 1 : Mandiri
Berpakaian √ 0 : Tidak mampu
(dressing) 1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi beberapa hal
dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 2 (Ketergantungan total)
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Geriatrik. Yogyakarta:Deepublish.
Interpretasi hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5– 8 : Ketergantungan berat
0 –4 : Ketergantungan total
3. Asessment Keperawatan
a. Psikologis dan Sosial Ekonomi
Kondisi pasien: : (√) Baik
( ) Depresi
( ) Khawatir
( )Sulit/Melawan Perintah
( ) Berpotensi menyakiti Oranglain
Hubungan dengan Keluarga : (√ ) Baik
( ) Tidak Baik
Keinginan Khusus : Tidak ada
Hambatan : Tidak ada
A (Antropometri ) TB : 168 cm
BB : 68 kg
IMT : 24.09
B (Biokimia) Hb : 17.3 g/dL (N)
Ureum : 40 mg/dL (H)
Kreatinin : 1,2 (N)
Natrium: 141 (N)
Kalium: 4,4 (N)
Chlorida : 105 (N)
GDS : 168 mg/dL
C (Clinic) Mual
D (Diet) Sonde susu 200 cc/4 jam
Cairan
Minum : Susu 200 cc/4 jam
200 x 6 = 1200 cc/hari
Perasaan Haus berlebih : Tidak
Mukosa mulut : Kering/Normal
Turgor Kulit : Kembali Cepat/Lambat
Edema : Ya/Tidak
Input Output
Infus RL : 1300 cc BAB : 500 cc
NGT : 1200 cc BAK : 2000 cc
Inj : 30 cc IWL : 15 x kgBB /hari
Jumlah : 2580 cc 15 x 68 kg /24 jam
42,5 cc
Jumlah : 2542,5 cc
Balance Cairan/24 jam: + 37,5 cc
c. Kebutuhan Eliminasi
BAB (Pengkajian dengan keluarga)
Parameter Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi 1x sehari Belum BAB
Jumlah Cukup Belum BAB
BAK
e. Kebutuhan Komunikasi-Informasi
Berbicara : (√) Lancar : Karena SNH klien berbicara pelo
( )Tidak
Pembicaraan : Tidak jelas
Diorientasi : (√ ) Tidak
( ) Ya, Disorientas _____________
Menarik Diri : (√ ) Tidak ( ) Ya
Apatis : (√) Tidak (√) Ya
f. Kebutuhan Spiritual
Kegiatan ibadah sehari-hari : Sholat
Membutuhkan bantuan : ( ) Tidak
(√) Ya, dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan spiritual seperti dzikir di
tempat tidur
g. Kebutuhan Istirahat
Jumlah tidur : 6- 8 jam per hari
Obat tidur : (√) Tidak
(√) Ya, Jenisnya : Alprazolam
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis, E4M5V6 : 15
c. Tanda-tanda vital
0
TD : 153/83 mmHg Suhu : 36.5 C
Nadi : 85 x/menit SpO2 : 100 %
RR : 22 x/menit
d. Head to toe
Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut)
Inspeksi Kepala :
Sebagian rambut berwarna putih, bentuk kepala simetris
dan berbentuk mesochepal, tidak ada lesi di kepala
Mata :
Klien mengatakan penglihatan kabur, tidak ada lesi,
pergerakan mata dapat mengikuti perintah, konjungtiva
tidak anemis, pupil dapat merangsang cahaya dengan
baik, kelopak mata dapat berkedip dengan spontan, warna
kornea jernih.
Telinga :
Tidak ada lesi, tidak ada cairan yang keluar dari lubang
telinga, pendengaran telinga kanan dan kiri masih bisa
mendengar dengan baik
Hidung :
Lubang hidung simetris, tidak ada lesi dan warna kulit
tersebar merata, terpasang NGT di lubang hidung kiri,
tidak ada cuping hidung, terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
Mulut :
Gigi pasien masih lengkap, tidak ada peradangan di gusi,
tidak terdapat gigi berlubang, lidah berwarna pucat dan
tidak ada sariawan, tidak ada kelainan bibir sumbing,
mukosa mulut kering, mulut simetris, tidak ada lesi
ataupun bibir pecah-pecah, warna bibir merah muda
(tidak ada sianosis)
Palpasi Kepala :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan di kepala
Mata :
Tidak ada nyeri tekan
Telinga :
Tidak ada nyeri tekan di area telinga, tidak ada benjolan
di area telinga
Hidung :
Tidak ada nyeri tekan di area hidung
Leher
Inspeksi Bentuk leher simetris, tidak ada lesi di kulit leher, tidak
ada benjolan di leher, ketika pasien mencoba menelan
terlihat pergerakan epiglotis
Palpasi Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
tekan di leher, ketika pasien mencoba menelan teraba
pergerakan epiglotis
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Indikator Kanan Kiri
Movement Dibantu Dibantu
Akral Hangat Hangat
EKSTREMITAS
ATAS
Oedem Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tidak ada Tidak ada
Capilary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 4 3
BAWAH
Movement Dibantu Dibantu
Akral Hangat Hangat
Oedem Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tidak ada Tidak ada
Capilary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5 3
C. Asessment Khusus
1. Tingkat Ketergantungan
No. Indikator Skor 1 Skor 2 Skor 3
1. Kesadaran (√ ) Sadar ( ) Gelisah ( ) Koma
2. Observasi TTV ( ) Tiap 8 jam ( ) tiap 4 jam (√) 2-4 jam
3. Respirasi ( ) Normal (√) Oksigen ( ) Isap lendir
4. Kebersihan diri ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Total
5. Makan ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) NGT/TPN
6. Minum ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Infus
7. Pengobatan ( ) Oral (√ ) Injeksi < 3 ( ) Injeksi >3
kali kali
8. Mobilisasi ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Total
9. Eliminasi ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Kateter
Total Skor 23 (Intermediate care)
Hasil skor dan tingkat ketergantungan:
< 11 : Self care (SC) 16-23 : Intermediate care (IC)
11- 15 : Partial care (PC) >24 : Total care (TC)
2. Resiko Jatuh
Skor Saat Tgl Tgl
Penilaian Resiko Jatuh Skor Pengkajian 5//1/19 6/1/19
Tgl 4/1/19
Riwayat Jatuh: Jatuh satu kali atau lebih
Tidak termasuk dalam kurun waktu 6 bulan
25 0 0 0
kecelakaan kerja terakhir
atau rekreasional
Status Mental Agitasi/ Konfusi 15 0 0 0
Demensia 15 0 0 0
Medikasi Efek dari obat-obat analgesik
10 0 0 0
/ sedatif
Riwayat operasi dengan
GA/RA dalam 24 jam 20 0 0 0
terakhir
Mobilitas Langkah kaki Gangguan 20 0 0 0
Lemah 10 10 10 10
Normal 0 0 0 0
Alat bantu Benda
disekitar :
30 0 0 0
kursi,
dinding
Kruk,
tongkat,
15 0 0 0
tripod,
walker
Pasien dengan bed rest total 0 0 0 0
Kondisi medis Pasien dengan diagnosis
15 15 15 15
lebih dari 1
Pasien terpasang Infus 20 20 20 20
Skor Total 45 (RT) 45 (RT) 45 (RT)
- Diet
Tn. S dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi, sayur-
sayuran dan buah-buahan serta menghindari makanan yang
mengandung pengawet atau bahan kimia. Anjurkan makan
sedikit dengan sering. Serta anjurkan untuk makan dari makanan
yang di dapat dari gizi selama melakukan perawatan di rumah
sakit. Kurangi makanan yang mengandung gula dan garam yang
berlebihan.
4. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan singkat kepada
keluarga tentang keadaannya, keluarga mengatakan mengerti apa
yang telah dijelaskan oleh mahasiswa. Keluarga mengatakan bahwa
akan membantu pasien untuk merawat pasien saat perawatan di
rumah sakit maupun di rumah, memantau kondisi kesehatan pasien.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intracranial berhubungan dengan
hipotensi sistemik disertai hipertensi intracranial (00049)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
neuromuskuler (00085)
E. Nurse Care Planning
1. Pada tanggal 4 Januari 2019 dari hasil pengkajian didapatkan
perumusan diagnose keperawatan penurunan kapasitas adaptif
intracranial berhubungan dengan hipotensi sistemik disertai
hipertensi intracranial (00049). Saat pengkajian didapatkan hasil
tekanan darah 153/83 mmHg, dan memiliki riwayat penyakit
hipertensei sejak ±25 tahun yang lalu. Pasien mengalami
penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak bagian kiri.
Gangguan ini disebabkan karena mekanisme cairan intracranial
yang normalnya melakukan kompensasi untuk meningkatkan
volume intracranial, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial yang berulang dalam respon terhadap berbagai
stimulus yang berbahaya maupun tidak berbahaya. Tujuan yang
ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
7x24 jam yaitu vital sign normal, tekanan sistol (90-120 mmHg)
dan diastole (60-90 mmHg) dalam rentang yang diharapkan,
kesadaran pasien meningkat. Rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan antara lain pantau status neurologis teratur dengan
skala koma Glasgow. Kaji perubahan tanda vital : Nadi :
frekuensi lambat sampai 60 atau kurang atau frekuensi meningkat
sampai 100 atau lebih. Ketidakraturan pernafasan : frekuensi
melambat dengan pemanjangan periode apnea. Peningkatan
tekanan darah atau pelebaran tekanan nadi. Monitor oksigenasi
dengan pemberian O2 nasal kanul 3 lpm, monitor status
neurologis pasien dengan menilai GCS pasien. Monitor intake
dan output setiap 8 jam. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 jika
tidak ada kontraindikasi. Hindari perubahan posisi yang ketat.
2. Pada tanggal 4 Januari 2019 dari hasil pengkajian didapatkan
perumusan diagnose keperawatan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular (00085). Saat
pengkajian didapatkan hasil bahwa keadaan umum pasien lemah,
pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri, kekuatan
otot ekstremitas atas kanan/kiri : 4/3 dan ekstremitas bawah
kanan/kiri : 5/3, hasil pengkajian menunjukkan resiko jatuh tinggi,
penurunan rentang gerak, kesulitan untuk membolak-balikkan
posisi. Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7x24 jam yaitu pergerakan (0208) klien
meningkat dengan kriteria hasil, adanya pergerakan pada
ekstremitas atas maupun bawah dengan kekuatan otot ekstremitas
atas kanan/kiri : 5/4 dan ektremitas bawah kanan/kiri : 5/4.
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan antara lain
bantu ADL, ubah posisi tiap dua jam (prone, supine, miring).
Mulai latihan aktif/pasif rentang gerak sendi (ROM) pada semua
ekstremitas, awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang, kolaboratif
konsul ke bagian fisioterapi.
F. Laporan Harian/Terintegrasi
Nama Klien : Tn. S
No. Rekam Medik : C073882
Ruang Rawat : Rajawali 1A
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Evaluasi TTD
1. 4 Januari Penurunan kapasitas adaptif 19.00 S : Pasien mengatakan pusing Avinda
2019 intracranial berhubungan dengan WIB O : SNH dan post rTPA H+0
hipotensi sistemik disertai Klien baru datang dari IGD
hipertensi intracranial (00049)
Keadaan umum : lemah
Kesadaran composmentis : GCS
E4M5V6 :15
Posisi pasien 30o
TD : 160/97 mmHg
HR : 96 x/menit
RR : 27 x/menit
Suhu : 36,5o C
SpO2 : 96%
A : Penurunan kapasitas adaptif intracranial
berhubungan dengan hipotensi sistemik
disertai hipertensi intracranial belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Pantau status neurologis teratur dengan
skala koma Glascow, keadaan umum dan
tanda-tanda vital
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30o jika
tidak ada kontra indikasi. Hindari
perubahan posisi yang ketat.
Kolaboratif penggunaan syringe pump
nicardipin 1 cc/ jam (sesuai hasil update
tekanan darah terbaru)
Kolaboratif pemberian ranitidine 50 mg/
12 jam/IV untuk melapisi lambung
Kolaboratif pemberian actilyse 3,9 mg
intravena lobus
Kolaboratif penggunaan syringe pump
actilyse 35,1 cc/jam (mulai besok siang
jam 12.00 WIB)
Monitor balance cairan
Cek lab lengkap besok pagi
M. Tahap Evaluasi
Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
6 Januari S : Klien mengatakan lemes dan sedikit pusing
O:
2019
Keadaan umum : lemah
12.30 WIB Avinda
Kesadaran apatis : GCS E4M6V5
Posisi head up 30o
TD : 140/87 mmHg
HR : 85x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Klien terpasang O2 nasal 3 lpm
Terpasang syring pump nicardipine 1
cc/jam
Terpasang syringe pump actilyse 35,1
cc/jam
NGT tidak hematemesis
Terjadi kelemahan anggota gerak bagian
kiri
Kekuatan otot atas kanan/kiri : 4/3
Kekuatan otot bawah kanan/kiri : 5/3
Rentang gerak terbatas
Klien dalam kategori resiko jatuh tinggi
dan intermediate care
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
Pantau status neurologis teratur dengan
skala koma Glascow, keadaan umum dan
tanda-tanda vital
Tinggikan kepala temoat tidur 15-30o jika
tidak ada kontra indikasi. Hindari
perubahan posisi yang ketat
Ubah posisi tiap 2 jam
Mulai latihan pasif rentang grak sendi pada
semua ekstremitas
Bantu ADL pasien (sonde per 4 jam, buang
urine output, mandi, ganti pampers ketika
BAB)
Bantu alih baring tiap 2 jam sekali (prone,
supine, miring)
Mulai latihan pasif/aktif rentang gerak
sendi pada semua ekstremitas
Kolaboratif konsul kebagian fisioterapi
2. PPI
Pengendalian dan pencegahan infeksi adalah tindakan yang
dilakukan rumah sakit untuk menjaga keselamatan pasien dan
meningkatkan pelayanan kesehatan pasien. Pengendalian dan
pencegahan infeksi sederhana yang diterapkan oleh tenaga medis dan
pasien (keluarga) adalah hand hygiene. Hand hygiene yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dilakukan 5 momen yaitu sebelum kontak
dengan pasien, setelah kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptic,
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, dan setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien. Menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat
mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi
infeksi nosokomial.
Risiko infeksi terjadi karena petugas kesehatan yang tidak
mempunyai kesadaran dan tanggung jawab. Jika petugas kesehatan
melakukan tugas mereka dengan baik yaitu mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan benda ataupun lingkungan pasien serta
menjelaskan kepada pihak dan keluarga untuk ikut mencuci tangan
sesuai pedoman 5 momen yang telah diterapkan rumah sakit
(Lombogia dkk, 2016).
Tindakan hand hygiene tidak hanya wajib dilakukan oleh tenaga
kesehatan namun pasien dan keluarga pengunjung harus mengetahui
dan menerapkan 6 langkah hand hygiene yang benar. Tujuan
dilakukannya hand hygiene adalah agar angka nosokomial infeksi
dapat turun dan meningkatkan kesejahteraan keselamatan pasien.
Pihak PPI RSUP dr.Kariadi sudah memberikan SOP terkait cara
hand hygiene dengan benar di ruangan-ruangan sehingga perawat
ruangan dapat menerapkan dengan benar. Perawat ruangan Rajawali
1A sudah menerapkan hand hygiene dengan benar saat sebelum dan
setelah tindakan pada pasien.
Perawat ruangan juga sudah berupaya untuk mengajarkan atau
mengedukasi pasien dan keluarga terkait cara 6 langkah cuci tangan
setiap ada pasien baru dan mengingatkan keluarga yang berkunjung
untuk selalu mencuci tangan dengan hand rub ketika sebelum dan
setelah mengunjungi pasien.
V. IDENTIFIKASI FAKTOR PENGHAMBAT, PENDUKUNG, DAN
SOLUSI PENYELESAIAN DALAM PENGELOLAAN PASIEN
A. Hambatan/Tantangan
Hambatan-hambatan selama proses pengelolaan klien Tn. S
merupakan sebuah tantangan bagi perawat adalah ketika Tn. S mengalami
masa kritis dan pengawasan H+7 setelah terjadinya serangan stroke.
Pasien harus selalu dipantau mengenai tingkat kesadaran hingga tanda-
tanda vital setiap 15 menit sekali.
B. Faktor pendukung
Klien dan keluarga kooperatif selama masa perawatan dan terdapat
dokter spesialis neurologi dan spesialis jantung yang menunjang diagnose
dan perawatan klien. Keluarga dapat menceritakan dengan detail dan dapat
berkomunikasi dengan baik saat dilakukan pengkajian. Keluarga juga aktif
bertanya ketika tidak paham dengan penjelasan perawat. Tn.S juga sangat
kooperatif dan aktif selama proses pengkajian dan keperawatan.
C. Alternative solusi dalam pengelolaan pasien .
Solusi dalam menyelesaikan masalah pada Ny. S yaitu dengan
mengajarkan pasien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang dianjurkan
kepada keluarga dan pasien untuk mengurangi kejadian resiko stroke
berulang, meminta keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
tentang konsumsi obat teratur, banyak minum air putih dan pengawasan
pola makan, meminta keluarga untuk menemani pasien, Memotivasi pasien
untuk makan sedikit tapi sering, menanyakan kepada perawat terkait
dengan waktu visite dokter yang akan menjelaskan tentang keadaan dan
kondisi pasien
Memberikan informasi kepada semua perawat bahwasannya perlu
diperhatikan dalam penggunaan handscoon, dimana setiap ke Tn. S
diwajibkan untuk menggunakan handscoon dan system penggunaannya
adalah untuk tindakan klien Tn. S bisa dilakukan di akhir atau selalu ganti
handscoon setiap setelah dari klien dan akan ke klien lainnya.
B. Faktor Pendukung
Perawatan Tn. S didukung oleh perawat yang secara professional
dalam melakukan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien terkait
penyakit pasien secara langsung. Kemudian saat Tn. S tiba di ruangan
diberikan terapi injeksi sesuai dengan keluhan dan advice dokter.
Kemudian terkait informasi dapat tersampaikan dengan jelas sesuai kondisi
pasien, sistem dokumentasi asuhan keperawatan lengkap dan sesuai
standar, adanya kolaborasi antara perawat dan tim pelayanan kesehatan
lainya, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat optimal dan
tepat.
C. Solusi Penyelesaian
Menambah sarana media edukasi informasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dengan menggunakan leaflet atau booklet terkait penyakit
pasien dan cara menanganinya agar dapat mempermudah dalam
penyampaian informasi. Kemudian pemberian terapi pada klien
semestinya disesuaikan dengan kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Jaladara, Vena dkk. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Praktik Perawat
Mengenai Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Instalasi Gawat Darurat
RS X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1), 462-472
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. P 1-228.
Lombogia, A dkk. (2016). Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam
Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Ruang Akut Instalasi
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Journal
Keperawatan, 4(2), 1-8
Nazri, Fajar dkk. (2015). Implementasi Komunikasi Efektif Perawat-Dokter
dengan Telepon di Ruang ICU Rumah Sakit Wava Husada. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(2), 174-180
Ningsih, Shely dkk. (2017). Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan Tangan
Oleh Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(1), 57-68
Nur, Hirza dkk. (2017). Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah Sakit.
Indonesian Journal Of Nursing And Midwifery, 5(2), 123-133
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Potter PA, Perry AG. Fundamental of Nursing : Conceps, Procces & Practice
Volume 1. 4th ed. Yulianti D, Ester M, editors. St Louis: Elsevier; 2005
Styowati. 2011. Hubungan pendokumentasian dan perencanaan pulang pada
pasien di Ruang Syaraf Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan
Sadikin Bandung.