M DENGAN DIAGNOSA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
dan Kritis
Disusun oleh:
A.16.2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
seluruh sel tubuh. Secara normal oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara
ruangan dalam setiap kali bernapas. ( Takatelide, Malara, & Kumaat , 2017).
seluruh sel tubuh kurang. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan masalah pada sistem
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten. (Herdman & Kamitsuru , 2018). Jika masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas tidak segera ditangani maka akan mengalami kekurangan suplai O2
(hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat
menyebabkan kerusakan otak yang permanen. ( Kitong, Mulyadi , & Malara, 2014)
untuk mengatasi masalah yang di alami oleh pasien. Untuk pasien kelolaan kami yang
mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas tindakan yang dilakukan untuk
suction. Suction merupakan suatu cara atau tindakan untuk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga
mulut kedalam pharyng atau trachea. Penghisapan lendir (suction) digunakan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret. Serta tindakan penghisapan lendir perlu dilakukan
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran karena kurang responsif dan
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI , 2016) penyebab dari ketidakefektifan bersihan
- Mukus berlebih
- Disfungsi neuromuscular
Masalah ketidakbersihan jalan napas yang dialami oleh klien kelolaan kami
tersebut berhubungan dengan produksi mukus yang berlebih. Produksi mukus yang
mengkompensasi dengan cara menghasilkan banyak mukus tebal dan kental. Hal tersebut
dapat menyebabkan proses pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran
pernapasan tidak berjalan secara adekuat, sehingga mukus yang tebal dan kental akan
menyumbat jalan napas dan pernapasan menjadi lebih sulit. Sehingga akan menyebabkan
ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak segera ditangani maka akan mengalami
kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4
menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. ( Kitong, Mulyadi , &
Malara, 2014)
yang berlebih dapat diberikan tindakan keperawatan dengan segera yaitu suction. Suction
adalah suatu cara atau tindakan untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan
menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam
pharyng atau trachea. Penghisapan lendir (suction) digunakan jika pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret. Serta tindakan penghisapan lendir perlu dilakukan pada pasien
1. Identitas Pasien
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Semarang
Pendidikan :-
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. T
Usia : 46 tahun
Alamat : Semarang
a. Airway
Jalan napas Tn. M tersumbat karena penumpukkan sekret, suara napas terdengar
b. Breathing
RR : 24 x/menit
Tidak terdapat napas cuping hidung, retraksi dada simetris, dan Tn. M terpasang
c. Circulation
TD : 143/82 mmHg
HR : 106 x/menit
Temp : 36 oC
d. Disability
E: 1 M: 2 V: 2 GCS: 5
e. Exposure
f. Folley Catheter
g. Gastric Tube
4. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian SAMPLE
Symptom
kesadaran.
Allergy
Medication
Tn. M mengonsumsi obat TB Paru namun sudah habis sejak 4 bulan yang lalu
Past Illness
mellitus
darah.
Last Meal
Event Leading
Tn. M kejang dan tidak sadarkan diri secara tiba-tiba di rumahnya sekitar
pukul 09.00. Kemudian, Tn. M dibawa ke IGD oleh istrinya. Ketika akan
dilakukan pengkajian, Tn. M masih mengalami kejang disertai henti napas dan
TD : 143/82 mmHg
HR : 106 x/menit
RR : 34 x/menit
Temp : 36 oC
b. Pemeriksaan Fisik
TD : 143/82 mmHg
HR : 106 x/menit
RR : 34 x/menit
Temp : 36 oC
- Keadaan fisik
1. Kepala
Inspeksi : mata simetris dan tidak tampak adanya lesi atau bekas
luka
3. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak tampak adanya lesi atau bekas luka,
selang NGT
4. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tidak tampak adanya lesi atau bekas luka,
5. Mulut
6. Leher
7. Paru-paru
Inspeksi : retraksi dada simetris
8. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak dan tidak terdapat luka/ jejas
9. Abdomen
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa
10. Genitalia
11. Ekstremitas
Atas
12. Integumen
Tn. M belum mengonsumsi makanan dan minuman apapun sejak pagi tadi.
2. Kebutuhan eliminasi
Tn. M belum BAB dan BAK sejak pagi tadi. Ketika akan dipasangkan selang
3. Kebutuhan termoregulasi
5. Kebutuhan seksualitas
Istri Tn. M selalu mendampingi Tn. M selama menjalani perawatan di IGD.
9. Kebutuhan rekreasi
Istri Tn. M tampak berdoa untuk Tn. M selama perawat memberikan tindakan
kepada Tn. M.
Tn. M.
5. Pemeriksaan penunjang
- Hasil pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan Glukosa
No. Hasil Keterangan
Darah
6. Terapi medis
Waktu
No Nama Efek
pemberia Indikasi kontraindikasi
. obat samping
n/ rute
30tpm) angan
elektrolit
(neuroproteks perubahan
Injeksi membantu
pembentukka
n membran
sel di otak
(neuro repair)
diberikan
pada pasien
dengan gejala
kerusakan
otak
Tanggal &
No Data Fokus Problem Etiologi
Jam
(Orofaringeal Airway).
- RR : 34 x/menit
- TD : 143/82 mmHg
- HR : 106 x/menit
- GCS ; E: 1 M: 2 V:2
Sopor
pernapasan dengan
DO:
- GCS ; E: 1 M: 2 V:2
Sopor
08.30WIB) : Hi
29-
4.Oktober- DS : Risiko Jatuh Perubahan kadar gula
WIB kejang
DO:
- GCS ; E: 1 M: 2 V:2
(Skor 5) Kesadaran Tn. M :
Sopor
08.30WIB) : Hi
C. PROBLEM/LIST
Ketidakefektifan High Diagnosa ini diambil sebagai high priority dengan pertimbangan di bawah ini :
b.d mucus berlebih Ketidakbersihan jalan nafas karena adanya sumbatan jalan nafas perlu segera ditangani sesuai dengan
Dampak :
Apabila tidak segera ditangani kemungkinan henti nafas, nadi lemah dapat berisiko terjadi karena
Keefektifan Intervensi :
Keefektifan intervensi yang dimaksud disini adalah dengan memberikan teknik manajemen kepatenan
jalan nafas dengan cara membuka jalan nafas (tek. Head tilt chin leaft) dan pemasangan OPA untuk
mencegah terjadinya lidah jatuh ke belakang (yang akan menyebabkan hambatan jalan nafas karena
Risiko ketidakstabilan Medium Diagnosa ini diambil sebagai medium priority dengan pertimbangan di bawah ini :
glukosa darah tidak penatalaksanaan dan intervensi untuk dapat memonitoring kadar glukosa darah.
Apabila kadar glukosa darah tidak stabil dibiarkan maka akan berdampak pada kejang, penurunan
Keefektifan Intervensi :
Keefektifan intervensi yang dimaksud disini adalah dengan melakukan injeksi insulin dan cek GDS
Risiko jatuh b.d Low Diagnosa ini diambil sebagai low priority dengan pertimbangan di bawah ini :
darah (00155) Risiko jatuh dapat diminimalkan dan dicegah sebagaimana akibat dari penurunan kesadaran dan kejang
Dampak :
Apabila dibiarkan dalam kondisi pasien yang sedang mengalami penurunan kesadaran dan kejang risiko
Keefektifan Intervensi :
Keefektifan intervensi yang dimaksud disini adalah dengan cara pemberian restrain melalui fiksasi pada
bagian kedua tangan dan kaki untuk tetap menjaga imobilisasi dari kejadian kejang yang dapat terjadi
sewaktu – waktu.
1. 29/10/2019 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Stabilisasi dan membuka jalan nafas
ditingkatkan dari cukup berat ke sampai ke dasar lidah dan tahan lidah
ditingkatkan dari cukup berat ke Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
kusmaul,dll)
tambahan
2. 29/10/2019 Risiko ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen hiperglikemi :
glukosa darah b.d selama diharapkan kadar glukosa darah Monitor kadar glukosa darah
pemantauan kadar glukosa berada pada rentang normal dengan kriteria Monitor AGD, elektrolit, dan kadar
normal (230001)
sedang (211101)
ringan (211116)
ringan (211117)
3. 29/10/2019 Risiko jatuh b.d perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pembatasan area (6420) :
kadar gula darah (00155) selama diharapkan risiko jatuh tidak terjadi Batasi area yang tepat
ditingkatkan dari memiliki riwayat Sediakan bagi pasien kebutuhan fisik dan
terjadi)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
berlebih (00081) jalan nafas dengan head tilt O : pasien kejang dan terlihat ada
10.00 WIB S: -
11. Suction
pemantauan glukosa darah 09.15 WIB 2. Pemasangan infus RL O : pasien mengalami penurunan
tidak adekuat (00179) 09.45 WIB 3. Pemberian midazolam kesadaran, pasien kejang
S: -
O : RR = 24x/mnt, penurunan
kesadaran, HR = 89x/mnt, suara nafas
tambahan :gurgling, lendir berwarna
kuning disertai bercak darah
11.15 WIB A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S: -
O : pasien mengalami penurunan
kesadaran, pasien mengeluarkan suara
rintihan, muntah disertai darah, RR =
24x/mnt, HR = 74x/mnt, T = 36,5⁰C
12.00 WIB A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S:-
O : pasien mengalami penurunan
kesadaran, suara nafas tambahan
:gurgling , HR = 98x/mnt, TD =
13.00 WIB 130/80 mmHg , RR = 24x/mnt, T =
36⁰C
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S: -
O : pasien mengalami penurunan
kesadaran, HR = 102x/mnt, RR =
22x/mnt, TD = 128/79 mmHg, T =
36,8⁰C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d 29/10/2019
pemantauan glukosa darah tidak adekuat (00179) 11.00 WIB
S:-
O : pasien mengalami penurunan
kesadaran, GDS = high
A : masalah belum teratasi
12.00 WIB P : lanjutkan intervensi
S:-
O : pasien mengalami penurunan
13.00 WIB kesadaran, GDS = high
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S:-
O : pasien mengalami penurunan
kesadaran, GDS = 359 mg/dl
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Risiko jatuh b.d perubahan kadar gula darah (00155) 29/10/2019
10. 00 WIB S: -
O : penurunan kesadaran, TD =
138/80 mmHg
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
11.15 WIB
S:-
O : penurunan kesadaran, gelisah,
pasien mengeluarkan rintihan
A : masalah tertasi
P : lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan utama pada Tn.M adalah
tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan suction kepada Tn.M selama 30 menit
sekali. Selain itu, untuk masalah keperawatan yang muncul pada Tn.M adalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d pemantauan glukosa darah tidak adekuat.
Tindakan yang diberikan adalah dengan pemantauan kadar glukosa, pemberian insulin.
Dan masalah keperawatan yang muncul selanjutnya pada Tn.M adalah risiko jatuh b.d
perubahan kadar gula darah. Tindakan yang dilakukan adalah dengan memasang restrain
di kedua kaki dan tangan, serta memasang pengaman sisi tempat tidur. Dari hasil evaluasi
masih ada suara gurgling pada Tn.M, kadar gluskosa darah masih high.Sehingga Tn.M di
Kitong, B. I., Mulyadi , & Malara, R. (2014). Pegaruh Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal
Tube (ETT) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang Di Rawat Di Ruang
Nizar, A. M., & Haryati, D. S. (2017 , Desember ). Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi
Oksigen Pada Pasien Di Ruang ICU RSUD RS Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2015.
Takatelide, F. W., Malara, R. T., & Kumaat , L. T. (2017, Februari). Pengaruh Terapi Oksigenasi
Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi
Herdman , T. H., & Kamitsuru , S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Napas Di Puskesmas Moch.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI . (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta: