Anda di halaman 1dari 13

MAALAH

Konsep Pengembangan Diri

Guna Memenuhi Tugas Pengembangan Kepribadian


Dosen Pembimbing : Qurrotul Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

Ardhia Ariyani (SK115003)


Oktavia Diah Pratiwi (SK115036)
Resa Hadi S (SK115040)
Steffi Eka Nindyastuti W (SK115042)
Tika Puri Rahayu (SK115044)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


STIKES Kendal
Tahun 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pilkada 2015 di lingkungan sekitar ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Qurrotul Aeni, S.Kep., Ns.,
M.Kep selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Kepribadian yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Kendal, 2 Februari 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep
diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi
orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya.
Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan
konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal
segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting
untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih
dahulu baru bisa memahami klien
Konsep diri adalah manusia, dan Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik
dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1. Apa pengertian konsep diri ?
2. Bagaimana perkembangan konsep diri ?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi berkembangnya konsep diri ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri
2. Untuk mengetahui perkembangan konsep diri
3. Agar dapat memahami factor yang mempengaruhi berkembangnya konsep
diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Menurut Carl Rogers, konsep diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan
bersifat konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik
diri kita atau persepsi yang kita miliki tentang hubungan antara diri kita dengan orang
lain, apa pendapat orang lain tentang diri kita dan juga berbagai aspek tentang
kehidupan kita.[2]
Konsep diri merupakan gabungan dari pandangan diri kita tentang orang tua kita,
teman kita, pasangan kita, juga dari atasan kita, karyawan, atlit dan juga dari artis
yang kita idolakan. Sehingga jelas bahwa konsep diri seseorang terdiri dari
gabungan berbagai persepsi yang merefleksikan peran spesifik dalam konteks
kehidupan.[3]
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan
kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan
hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda.
Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang
aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan
akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
konsep diri dapat menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain.
Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatkan konsep diri[4] Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Lebih
menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Kepribadian yang sehat
disebut dengan istilah fully functioning person yang memiliki ciri-ciri terbuka pada
pengalaman, hidup pada masa kini, percaya pada diri sendiri, mengalami kebebasan
dan kreatifitas. Kelima ciri tersebut berjalan secara berurutan, bila seseorang tidka
terbuka pengalamannya maka ia tidak bisa hidup pada masa kini, tidak percaya
pada diri sendiri dan seterusnya.[5]
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan
baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan
positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif
sampai maladaptive.
Menurut para ahli :
· Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai
“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
· Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi
bidang tertentu dari konsep diri.
· Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan,
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
· Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-
nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
· Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
· Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang
untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak
memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita
sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan
faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya
menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan
melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan
bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap
tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat.
Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari tubuhnya dan
lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan
faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya
menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan
melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan
bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap
tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat.
Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari tubuhnya dan
lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif.

1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer
dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa
percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Kontak dengan orang lain, dan penggalian
lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari
kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri
mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang
sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk
perkembangan citra tubuh.

2. Anak Usia Bermain


Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan
keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan
makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk
mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh
mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive
terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua
mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri.
Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif
pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut
sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman sebaya dan
guru. Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih
banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak
berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas
membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran,
perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini
karna anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh. Masa remaja merupakan
masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang sering
dihadapkan kepada ketidakpastian.[6]
Remaja atau diartikan pula sebagai adolescence adalah masa perkembagan dari
masa naka-naka menuju masa dewasa yang mencakup perkembangan biologis,
kognitif, dan sosial emosional.[7]
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman
yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik
tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep
diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan
mereka menetapakan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode
untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan
mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi
relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar
sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam
nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

7. Usia dewasa tengah


Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan,
rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas
mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali
pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai
hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak
mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep
diri yang sehat.
8. Lansia
Perubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia
dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana
orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang
diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda
dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan
warisan

C Factor yang mempengaruhi berkembangnya konsep diri


1. Budaya dan pengalaman dalam keluarga memberikan pengalaman positif
2. Individu memperoleh kemampuan yang berarti
3. Mampu beraktualisasi diri sehingga individu menyadari potensi yang ada
pada dirinya.
Menurut Burns (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu :
1. citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik,
2. bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi,
3. umpan balik dari lingkungan,
4. identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat,
5. pola asuh orang tua.
Menurut Hurlock (1973) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah ;
1. fisik,
2. pakaian,
3. nama dan nama panggilan,
4. intelegensi,
5. tingkat aspirasi,
6. emosi,
7. budaya,
8. sekolah dan perguruan tinggi,
9. sosial ekonomi, dan keluarga.
Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993), perkembangan seseorang
selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan kelompok
dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap perkembangan yang dilaluinya.
Garbarino (1992) mengemukakan bahwa pada prinsipnya dalam proses
perkembangan manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam perspektif ini
individu berintraksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut mebuat kedua elemen
saling memperngaruhi satu sama lain dan membentuk sistem dalam beberapa
tingkatan, yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystems, dan
macrosystems.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua
ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami
konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum
melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep
dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya
yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu
tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih
baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami
konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat
beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
DAFTAR PUSTAKA

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/12/makalah-
konsep-diri_9.html

Buku catatan

http://knowledgescafe.blogspot.co.id/2012/01/makalah-konsep-diri.html

Anda mungkin juga menyukai