Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSIS SEHAT
TAHAP PERKEMBANGAN USIA HAMIL
DI RSJD AMINO GONDHO HUTOMO SEMARANG

Disusun oleh :

ULFA RIMAWATI
SK.319.045

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang
hasil sampai aterm. (Manuaba, 2010).
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai
35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan
dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami
perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium
disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf ke
permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi.
Selama pertumbuhan enjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan
hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin
mendekati ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik
tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba
makin deras menuju uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan
fluktuasi yang mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbraie) maka ovum
yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses
penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism. Ovum yang tertangkap
terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus dalam bentuk pematangan
pertama artinya telah siap untuk dibuahi. (Manuaba, 2010).
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit
pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya

2
spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal
yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial
leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada
setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung
40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti
cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung
inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10
kali kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak). Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia
wanita dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010).
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti
uraian dibawah ini.
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona
radiata yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma
yang disebut vitelus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.
Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
e. Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan
kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu
pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan
fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi.

3
4. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, ‘vitelus”
membangktkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase
dan telofase sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus
spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum
yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak
pria maupun wanita. Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian
44 dalam bentuk “autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai
pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif dengan kromosom X. Laki-laki
memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X dan Y. Bila
spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita
sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin
laki-laki. Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis
kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah
pihak suami. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya
menjadi dua dan seterusnya.berbarengan dengan pembelahan inti, hasil
konseps terus berjalan menuju uterus. Pembelahan berjalan terus dan
didalam morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disbut
blastula. Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan
vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan
nidasi.
5. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan
atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak
rata sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke
dalam endometrium.terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel
lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio terbentuk
diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio

4
terdiri dari unsur ektoderm, endoterm dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara
amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Awalnya
yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa
dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal
jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali
pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8
dengan menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.

B. Manifestasi Klinis
1. Tanda-tanda presumptif
a. Amenorea (tidak dapat haid)
b. Mual dan muntah (nausea and vomiting)
c. Mengidam (ingin makan sesuatu)
d. Tidak tahan suatu bau-bauan
e. Pingsan
f. Tidak ada selera makan (anoreksia)
g. Lelah (fetique)
h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
i. Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar.
j. Konstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon
steroid.
k. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan
dinding perut (linea nigra = grisea).
l. Epulis: hipertrofi dari papil gusi.
m. Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva
biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
2. Tanda-tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar

5
b. Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan
konsistensi dari rahim.
c. Tanda Hegar
d. Tanda Chadwick
e. Tanda Piscaseck
f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton-Hiks
g. Teraba Ballotement
h. Reaksi kehamilan positif
3. Tanda pasti (tanda positif)
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
b. Denyut jantung janin
1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4) Dilihat pada ultrasonografi
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Mochtar, 2015)

C. Fisiologi Pertumbuhan Janin


Kehamilan berlangsung selama 40 minggu dengan perhitungan bahwa satu
bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42
minggu. (Manuaba, 2010). Pada dua minggu pertama, hasil konsepsi masih
merupakan perkembangan dari ovum yang dibuahi, dari minggu ke-3 sampai
ke-6 disebut mudigah (embrio) dan sesudah minggu ke-6 mulai disebut fetus.
Perubahan-perubahan dan organogenesis terjadi pada berbagai periode
kehamilan.
Umur Panjang
Pembentukan organ
kehamilan fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan tulang
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari jemari mulai dibentuk,
kepala menekur ke dada
12 minggu 9 cm Daun kuping lebih jelas, kelopak mata
melekat, leher mulai berbentuk, alat

6
kandungan luar terbentuk namun belum
berdiferensisasi
16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna berbentuk dan dapat
dikenal, kulit tipis dan warna merah
20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh
dikepala dan rambut halus (lanugo) tumbuh di
kulit
24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu
mata serta kulit keriput, kepala besar. Bila
lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan
hidup beberapa jam saja
28 minggu 35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa.
Bila lahir dapat bernapas, menangis pelan dan
lemah. Bayi imatur
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput, bila lahir kelihatan
seperti orang tua kecil (little old man)
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi prematur
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks kaseosa
banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ-
organ baik. Pada pria, testis sudah berada
dalam skrotum sedangkan pada wanita labia
mayora berkembang baik. Tulang-tulang
kepala menulang
( Mochtar, 2015)

D. Faktor dan Subfaktor Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


1. Faktor ibu
a. Keadaan kesehatan ibu saat hamil.
b. Penyakit yang menyertai kehamilan.
c. Penyulit kehamilan.
d. Kelainan pada uterus.
e. Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet.
f. Kebiasaan ibu, merokok, alkohol, kecanduan.
2. Faktor janin
a. Jenis kelamin janin.
b. Penyimpangan genetik: kelaianan kongenital, pertumbuhan abnormal.
c. Infeksi intrauterin.

7
3. Faktor plasenta
Plasenta adalah akar janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dalam rahim. Karena itu, plasenta sangat penting artinya untuk menjamin
kesehatan janin dalam rahim yang ditetapkan dengan indeks plasenta.
Berat plasenta
Indeks plasenta =
Berat badan bayi

(Manuaba, 2010)
4. Pernapasan janin
Janin dalam kandungan sudah mengadakan gerakan-gerakan pernapasan,
namun air ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru-parunya. Pusat
pernapasan ini dipengaruhi oleh kadar o2 co2 di dalam tubuh janin.
(Mochtar, 2015).
5. Sirkulasi darah janin
Sistem sirkulasi darah janin yaitu:
a. Foramen Ovale
b. Duktus Arteriosus Botali
c. Arteriae Umbilikales Lateralis
d. Duktus Venosus Aranti
Darah yang kaya o2 dan nutrisi yang berasal dari uri masuk ke tubuh janin
melalui vena umbilikus. Melalui duktus venosus Aranti sebagian besar
darah tersebut mengalir ke vena kava inferior lalu masuk ke atrium kanan
jantung. Sebagian kecil darah tadi mengalir ke hati dan seterusnya ke vena
kava inferior seperti tadi. Dalam atrium kanan, sebagian besar darah ini kana
mengalir secara fisiologis ke dalam atrium kiri melalui foramen ovale. Dari
atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri yang selanjutnya dipompakan
ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang datang dari vena kava
superior.
Karena tekanan dari paru-paru yang belum berkembang maka sebagian
besar darah dari ventrikel kanan ini, yang semestinya mengalir ke paru-paru
melalui aa.pulmonales akan mengalir melalui duktus Botali ke aorta.
Sebagian kecil darah menuju paru-paru kemudian melalui vv.pulmonales ke

8
atrium kiri. Dari aorta, darah akan mengalir ke seluruh tubuh membawa o2
dan nutrisi pada sel-sel organ tubuh janin (Mochtar, 2015).
6. Saluran pencernaan (traktus digestivus)
Saluran pencernaan telah siap terbentuk pada kehamilan 16 minggu. Janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah banyak yang diarbsorbsi oleh
mukosa saluran pencernaan. Mekonium yang ada dalam saluran pencernaan
berwarna hijau tua karena penghancuran bilirubin. Pada gawat janin timbul
hipoksia berat, mekonium keluar karena usus mengadakan peristaltik dan
otot fringter ini lumpuh (mencret) sehingga air ketuban berwarna kehijauan.
Secara normal janin meminum air ketuban 450 cc setiap hari. Hati telah
berfungsi pada kehamilan 16 minggu yaitu untuk hemopoiesis dan
metabolisme hidrat arang. Glikogen, vitamin A dan vitamin D disimpan
dalam hati (Mochtar, 2015).
7. Saluran kemih (traktus urinarius)
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu dimana dalam
kandung kemih telah ada air kemih yang diekskresi ke dalam air ketuban.
Pada bayi baru lahir, kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi
air kemih rata-rata 0,05-0,10 cc per menit (Mochtar, 2015).
8. Usia kehamilan
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan. Ibu
termuda yang hamil dan melahirkan adalah Lina Medina berumur 4 tahun 8
bulan, ibu tertua yang hamil dan melahirkan berumur 52 tahun. Kehamilan
dibagi atas 3 triwulan (trimestes): kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu,
kehamilan triwulan II antara 12-28 minggu dan kehamilan triwulan III
antara 28-40 minggu (Mochtar, 2015).

9
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,
alamat dan status.
2. Keluhan Utama: Klien mengatakan mual-mual dan muntah
3. Riwayat Menstruasi : meliputi menarche usia, siklus, lamanya, banyaknya,
HPHT, perkiraan persalinan, Flour Albus.
4. Riwayat obstetri yang lalu: meliputi kehamilan keberapa, umur kehamilan,
penyulit kehamilan, jenis persalinan, penolong, jenis kelamin anak dan masa
nifas.
5. Riwayat kontrasepsi
Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya pemakaian dan keluhan
yang dirasakan selama memakai alat kontrasepsi.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan wanita dan pasangannya, pendidikan,
status perkawinan, latar belakang budaya dan etnik, serta status
sosioekonomi, ditetapkan dalam riwayat sosial.
7. Riwayat keluarga memberikan informasi tentang dekat pasien, termasuk
orang tua, saudara kandung dan anak-anak. Hal ini membantu
mengidentifikasi gangguan genetik atau familial dan kondisi-kondisi yang
dapat mempengaruhi status kesehatan wanita atau janin.
a. Riwayat pemeriksaan ANC
Data yang diikumpulkan tanggal pemeriksaan, TFU, letak anak, DJJ,
oedema, reflex tungkai, TD, BB, keluhan UK (minggu) dan terapi yang
didapat.
b. Kebutuhan Dasar Manusia
1. Nutrisi
a) Frekuensi makan : 3 x sehari

10
b) Jenis makanan : nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah-buahan.
c) Minum : 6-7 kali sehari
d) Nafsu makan : tidak nafsu, alasan : karena mual dan muntah
2. Eliminasi
BAK
Frekwensi : 6-7 kali sehari
Warna : kekuningan
Bau : tercium bau aseton
Keluhan : urin sedikit
BAB
Frekwensi : 3 kali seminggu
Warna : coklat
Bau : khas
Konsistensi : padat
Keluhan : sulit saat BAB
3. Istirahat Dan Tidur
Tidur siang :1-2 jam
Tidur malam : 7-8 jam
4. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari.
Keramas 3 kali seminggu.
Sikat gigi 2 kali sehari tiap selesai mandi.
Mengganti pakaian 2 kali sehari tiap selesai mandi.
Mengganti pakaian dalam tiap kali lembab.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
 Kepala
 Mata
 Leher
 Kardiovaskuler
 Pencernaan/abdomen
 Ekstremitas

11
 Sistem persyarafan
 Genito urinaria
 Pemeriksaan janin
 Tinggi badan
 Berat badan sebelum hamil
 Berat badan sekarang
 Lila
2. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil pemeriksaan laboratorium selama hamil khususnya hematokrik
(menggambarkan anemia).
2. Waktu masuk ruang bersalin ulangi lagi pemeriksaan Ht, Urinalis
untuk protein, glukosa dan keton. Contoh darah perlu diambil untuk
crossmatching untuk persiapan bila ada transfusi.
3. Pengkajian khusus fetal
 DJJ, air ketuban dan penyusupan kepala janin.
 DJJ : hasil periksa setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin.
 Warna dan adanya air ketuban : penilaian air ketuban setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah.
 Molase atau Penyusupan tulang kepala janin. Penyusupan adalah
indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d lingkungan yang tidak familier, nyeri, atau kurang pengetahuan
tentang proses persalinan.
2. Nyeri akut b/d agen cedera
3. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan
4. Keletihan berhubungan dengan kehamilan

12
C. Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan
Goal: klien akan menurunkan tingkat kecemasan selama dalam perawatan.
Objective: klien dapat beradaptasi dengan status kesehatannya.
Outcomes: Dalam waktu 1 x 24 jam perawatan klien akan :
a. Tidak gelisah
b. Tidak mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup.
c. Ada kontak mata
d. Tidak ketakuatan
e. Wajah tidak tegang, tangan tidak tremor
f. Tidak ada peningkatan ketegangan
g. Tidak ada peningkatan keringat
h. Tekanan darah nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normal (TD:
systole 100-130 mmHg, diastole 60-90 mmHg, Nadi : 60- 100 X/menit,
RR: 12-24 X/ menit)
i. Berkonsentrasi
j. Tidak ada blocking pikiran.
Intervensi dan Rasional
a. Ajarkan kepada pasien teknik relaksasi untuk dilakukan sekurang-
kurangnya setiap 4 jam ketika terjaga.
R/: Untuk memperbaiki keseimbangan fisik dan psikologi
b. Kurangi stressor (termasuk membatasi akses individu pada pasien jika
sesuai) dan usahakan menuntut pasien
R/: Seminimal mungkin jika memungkinkan untuk menciptakan iklim
tenang dan teraupetik.
c. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan perasaanya
dengan orang lain yang memiliki masalah kesehatan yang sama
R/: Untuk menghilangkan keraguan dan meningkatkan dukungan
d. Secara seksama perhatiakan kebutuhan fisik pasien. Berikan makanan
bergizi dan tingkatkan kualitas tidur disertai langkah-langkah yang
memberikan rasa nyaman.

13
R/: Untuk menciptakan kesejahteraan dan meyakinkan pasien bahwa
kebutuhannya akan terpenuhi.
e. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukan kecemasan klien
R/: Klien mungkin tidak menunjukan keluhansecara langsung tetapi
kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat
menunjukan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
f. Kolaborasi pemberian obat sesuai yang diresepkan.
R/: Untuk membantu pasien rileks selama periode ansietas berat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis) : kontraksi uterus
Goal: Klien akan terbebas dari nyeri akut.
Objective: Klien akan terhindar dari agen cedera biologis selama dalam
perawatan
Outcomes: Dalam 1x24 jam perawatan, klien :
a. Melaporkan nyeri berkurang secara verbal
b. Tidak tampak meringis dan diaforesis
c. Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal (TD: systole
100-130 mmHg, diastole 60-90 mmHg, Nadi : 60- 100 X/menit, RR: 12-
24 X/ menit).
Intervensi dan Rasional
a. Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien.
R/ Untuk mengetahui jenis dan tingkatan nyeri klien akut atau kronis.
Untuk menghindari interpretasi subjektif.
b. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakan bantal
untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan.
R/ Untuk menurunkan ketegangan atay spasme otot dan untuk
mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh.
c. Rencanakan aktivitas distraksi.
R/ Membantu klien memfokuskan pada masalah yang tidak berhubungan
dengan nyeri.
d. Pada saat tingkat nyeri klien tidak terlalu kentara, implementasikan teknik
mengendalikan nyeri alternatif.

14
R/ Teknik nonfarmakologis pengurangan nyeri akan efektif bila nyeri
pasien berada pada tingkat yang dapat ditoleransi.
e. Berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung pada
gambaran nyeri pasien.
R/ Untuk menentukan keefektifan obat.
3. Keletihan berhubungan dengan kehamilan
Goal : klien mengalami keletihan selama perawatan
Objective : klien dapat beradaptasi dengan kehamilannya
Outcomes : dalam 1x24 jam perawatan, klien :
a. Tidak terjadi peningkatan keluhan fisik
b. Tidak terjadi kekurangan energi, letargi, letih. Lesu dan lelah
c. Mampu memulihkan energy setelah tidur
d. Mampu melakukan aktifitas fisik pada tingkat yang biasa
Intervensi dan Rasional
a. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang kaya zat besi dan mineral,
jika tidak dikontraindikasikan
R/: tindakan tersebut dapat membantu menghindari anemia dan
demineralisasi
b. Anjurkan pasien untuk tunda makan bila pasien mengalami keletihan
R/: agar kondisi pasien tidak memburuk
c. Anjurkan pasien untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat
R/: penjadwalan periode istirahat yang teratur dapat membantu
menurunkan keletihan dan meningkatkan stamina
d. Tetapkan pola tidur yang teratur
R/: tidur di malam hari 8 sam pai 10 jam dapat membantu mengurangi
keletihan
e. Hindari situasi yang penuh emosional
R/: situasi yang emosional dapat memperburuk keletihan pasien.
4. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan
Goal : Klien tidak mengalami kopnstipasi
Objective : outcome
a. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat

15
b. Konsistensifses lunak
c. Tidak teraba masa pada kolon (scibala)
d. Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi dan Rasional
a. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
R/ Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
b. Auskultasi bising usus
R/ Bising usu menandakan sifat aktivitas peristaltik
c. Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
R/ Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan
eliminasi reguler
d. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi
R/ Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses
yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
e. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
R/ Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus
oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema)
R/ Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan membantu eliminasi

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. (2013). Nursing nterventions Classification (NIC). Edisi


keenam Edisi Bahasa Indonesia. Elsevier

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, R. (2015). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima
Edisi Bahasa Indonesia. Elsevier

NANDA-I. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Taylor, C.M. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi 10.
Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai