Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“IBU HAMIL DENGAN HIDRAMNION”

Dosen Pembimbing:
Amellia Mardhika
NIP. 198509012009022012

Disusun Oleh :
1. Iin Novita Sari (151811913049)
2. Shenny Mertiyah Patabang (151811913052)
3. Afida Tri Wahyuningtyas (151811913106)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“IBU HAMIL DENGAN HIDRAMNION”

Hari, Tanggal : Jum’at, 20 Maret 2020


Tempat : Ds. Kemlagi Gede, Dsn. Guyangan, Kecamatan Turi,
Kabupaten Lamongan.
Waktu : 09 : 00 – 09 : 50 WIB
Sasaran : Seluruh Masyarakat Ds. Kemlagi Gede, Dsn. Guyangan,
Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan.
Materi : Ibu Hamil Dengan Hindramnion

A. Latar Belakang
Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin
untuk tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus
akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume
cairan amnion pada awal kehamilan, janin akan mengalami berbagai
kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak, cacat dinding
perut, dan sindroma Potter , suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa
kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.
Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat
penting bagi perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion
pada pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia
paru yang dapat menyebabkan kematian.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin,
cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. .Selama proses
persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium
protektif pada janin untuk memantau dilatasi servik. Selain itu cairan
amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan
ibu.Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari
hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.

1
Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk
melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan janin dengan melakukan kultur sel. Jadi cairan amnion
memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan
persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ± 50 menit, diharapkan
seluruh masyarakat Ds. Kemlagi Gede, Dsn. Guyangan,
Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan dapat mengerti dan
memahami tentang materi ibu hamil dengan hidramnion secara
umum.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ± 50 menit, diharapkan
seluruh masyarakat Ds. Kemlagi Gede, Dsn. Guyangan,
Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan mengetahui dan mampu :
a. Menjelaskan pengertian Hidramnion.
b. Jelaskan penyebab terjadinya Hidramnion.
c. Jelaskan tanda dan gejala jika terjadi Hidramnion.
d. Jelaskan komplikasi pada Hidramnion.
e. Jelaskan pencegahan terjadinya Hidramnion.
f. Jelaskan pemeriksaan penunjang terjadinya Hidramnion.
g. Jelaskan pantangan makanan pada ibu hambil dengan
Hidramnion.
h. Jelaskan fungsi dari air ketuban atau cairan amnion
Hidramnion.
i. Jelaskan cara menghitung volumen air ketuban.
j. Jelaskan Pengobatan Untuk Ibu Hamil Dengan
Hidramnion.
k. Jelaskan k air ketuban didistribusikan kesiapa.

2
C. Sasaran
Masyarakat Ds. Kemlagi Gede, Dsn. Guyangan, Kecamatan Turi,
Kabupaten Lamongan.
D. Materi
(Terlampir)
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Booklet
G. Jadwal kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode
Orientasi 5 menit - Memberi salam - menjawab - Ceramah
(09.00-09.05) dan berkenalan salam
- Menjelaskan - bersdia
kontrak waktu mengikuti
- Menjelaskan kegiatan
tujuan - mendengarkan
penyuluhan dan
memperhatikan
Kerja 45 menit - Mengenali - Mendengarkan - Ceramah
(09.05-09.50) pengetahuan ibu dan dan tanya
hamil mengenai memperhatikan jawab
hindramnion informasi yang
- Menjelaskan dijelaskan
pengertian
hindramnion
- Menjelaskan
penyebab
hindramnion
- Menjelaskan
tanda dan gejala

3
ibu hamil
dengan
hindramnion
- Menjelaskan
penatalaksanaan
hindramnion
- Menjelaskan
pencegahan
hindramnion
- Menjelaskan
apa saja
makanan yang
dianjurkan
untuk ibu hamil
dengan
hindramnion
- Menjelaskan
apa saja
makanan yang
harus dihindari
pada ibu hamil
dengan
hindramnion
- Menjelaskan
macam obat
tradisional
untuk ibu hamil
dengan
hindramnion
Terminasi 5 menit - Memberikan - Mengajukan - Ceramah
(09.50-09.55) kesempatan pertanyaan dan Tanya
untuk bertanya - Memperhatikan jawab

4
- Menjawab - Mendengarkan
pertanyaan penjelasan
- Menyimpulkan - Menjawab
materi yang salam
telah
disampaikan
- Memberi salam
penutup

H. Rencana Evaluasi
 Evaluasi dilaksanakan selama proses dan akhir kegiatan pendidikan
kesehatan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai
berikut :
 Jelaskan kembali pengertian Hidramnion.
 Jelaskan kembali penyebab terjadinya Hidramnion.
 Jelaskan kembali tanda dan gejala jika terjadi Hidramnion.
 Jelaskan kembali komplikasi pada Hidramnion.
 Jelaskan kembali pencegahan terjadinya Hidramnion.
 Jelaskan kembali pemeriksaan penunjang terjadinya
Hidramnion.
 Jelaskan kembali pantangan makanan pada ibu hambil
dengan Hidramnion.
 Jelaskan kembali fungsi dari air ketuban atau cairan amnion
Hidramnion.
 Jelaskan kembali cara menghitung volumen air ketuban.
 Jelaskan kembali Pengobatan Untuk Ibu Hamil Dengan
Hidramnion.
 Jelaskan kembali air ketuban didistribusikan kesiapa.
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan SAP.
 Menyiapkan materi dan media.

5
 Kontrak waktu dengan sasaran.
 Menyiapkan tempat.
 Menyiapkan pertanyaan.
2. Evaluasi Proses
 Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama
pendidikan kesehatan berlangsung.
 Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti.
 Sasaran memberikan jawaban atas pertanyaan pemberi
materi.
 Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan
kesehatan berlangsung.
 Tanya jawab berjalan dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
 Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan 80% lebih dengan benar.
 Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil/cukup baik
apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50-80%
dengan benar.
 Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil/tidak baik
apabila sasarannya hanya mampu menjawab kurang dari 50%
dengan benar.

6
MATERI PENYULUHAN
“IBU HAMIL DENGAN HIDRAMNION”

1. Pengertian

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih


banyak dari normal atau lebih dari 2 liter. Normal air ketuban itu adalah
500-1500 ml. Rustam Muchtar (1998)
Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang
berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.
Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI) >20 atau lebih.
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah
cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang, Frekuensi hidramnion kronis
adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati
pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%.
2. Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi cairanyang komposisinya
sangat mirip dengan cairan ekstrasel ibu. Selama paruh pertama
kehamilan, terjadi perpindahan air dan molekul-molekul kecil lain yang
tidak hanya melewati amnion, tetapi jugamelalui kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulali berkemih,menelan, dan menghirup cairan
amnion. Prosesini hampir pasti memiliki peran penting memodulasi
pengendalian volume cairan amnion. penyebab hidramnion yang sering
terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum diketahui.
Salah satu kemungkinan penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin dan menimbulkan diuresis osmatik yang
akhirnya menyebabkan jumlah cairan amnion berlebihan.

7
3. Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui.
Secara teori hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah :
Yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion,
tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk
kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak
pada anencephalus.
b. Pengaliran air ketuban terganggu :
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin,
diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk

8
kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak
tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau
tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga
bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak
dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal
tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang
sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak
menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin
pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu
juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya
amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering
ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA
Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion
terjadi karena:
 Prduksi air jernih berlebih
 Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban
menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan
ginjal dan saluran kencing kongenital
 Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak
bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat
drastis
 Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang
menghasilkan air seni
 Ada proses infeksi
 Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut
sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan
mengalami kelumpuhan
 Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
 Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :

9
• Anensepali
• Spina bifida
• Atresia oesophaguis
• Omphalocele
• Hipoplasia pulmonal
• Hidrop fetalis
• Kembar monosigotik
• (hemangioma)
Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu :
• Diabetes Melitus
• Penyakit jantung
• Preeklampsia
“Perkembangan polihidramnion berlangsung secara gradual dan
umumnya terjadi pada trimesteri III”.
4. Tanda dan Gejala
Tanda:
 Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
 Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit
dilakukan
 DJJ sulit terdengar
 Balotement janin jelas
Gejala:
 Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada
diafragma
 Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
 Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena
pembesaran dari uterus.
 Varises dan hemoroid
 Nyeri abdomen
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan
ini sering berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan
rasa seperti “meledak” serta rasa mual. Kulit abdomen mengkilat dan

10
edematous disertai striae yang masih baru Polihidramnion akut atau kronik
dapat menyebabkan abortus atau persalinan preterm.
Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara
perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi
pada kehamilan yang lanjut.
Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat
dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang
agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air ketuban pada
hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang
normal.
Predisposisi:
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
 Penyakit jantung
 Nefritis
 Edema umum (anasarka)
 Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina bifida,
atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking
oesaphagus.
Dalam hal ini terjadi karena :
 Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
 Exscressive urinary secration
 Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
 Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
 Simpul tali pusat
 Diabetes melitus
 Gemelli uniovulair
 Mal nutrisi
 Penyakit kelenjar hipofisis
 Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih
berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan

11
timbul hidromnion
Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
 Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
 Hidrops foetalis
 Diabetes mellitus
 Toksemia gravidarum
 Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophageal
 Eritroblastosis foetalis
5. Komplikasi
a. Kelahiran Premature.
b. Ketuban Pecah Lebih Awal.
c. Sulusio Plasenta.
d. Kematian janin dalam kandungan.
6. Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
a. Waktu Hamil
 Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup
diobservasi dan berikan terapi simptomatis
 Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus
dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan
diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah
sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai
sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada
bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc
perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan
dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila
anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
 Timbul his.
 Trauma pada janin.
 Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh
tusukan.
 Infeksi serta syok

12
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah,
umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi
harus dihentikan.
b. Waktu Bersalin
 Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita
menunggu.
 Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan
pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada
pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah
ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar
pelan-pelan.
 Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah,
maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar
dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-
pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio
placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau
perdarahan post partum karena atonia uteri.
c. Post Partum
 Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi
sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi
darah serta sediakan obat uterotonika.
 Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum.
 Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus
lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika
yang cukup.

13
7. Pencegahan
Anda tidak dapat mencegah polihidramnion atau hidramnion.
Apabila anda memiliki gejala pada masa kehamilan yang tidak wajar,
maka cepatlah memberi tau kedokter atau konsul ke dokter agar dokter
bisa memeriksa dan memberikan penangganan,jika diperlukan. Kunjungan
rutin juga penting untuk memantau keadaan kehamilan anda.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen (bahaya radiasi)
b. Ultrasonografi
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan
amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.
 Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
 Mild Hydramnion (Hidramnion Ringan), bila
kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi
vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang
terjadi.
 Moderate Hydramnion (Hidramnion Sedang), bila
kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya.
Insiden sebesar 15%.
 Severe Hydramnion (Hidramnion Berat), bila janin
ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung
amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar.
Insiden sebesar 5%.
9. Fungsi Cairan Amnion
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi
difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8
minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin.
Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan,
sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari
cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion berfungsi sebagai

14
kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi janin
untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan
mencegah trauma mekanik dan trauma termal.
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena
memiliki peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi
patogen tertentu. Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein ,
peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada beberapa penelitian,
komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki fungsi sebagai
biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan.
Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan
amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana
kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion
juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan medikasistem cell
10. Pengukuran Cairan Amnion
Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan
amnion, dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan
Amnion (ICA), dan secara subjektif pemeriksa.
Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali
diperkenalkan oleh Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian
dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai batas minimal
dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.
Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan
amniosintesis sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan
bahwa metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan
Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion
sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini
menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih
baik.
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak
mempengaruhi fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan
kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan amnion dapat

15
berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin,
dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang
11. Distribusi Cairan Amnion
a. Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin
mulai memproduksi urin sebelum akhir trimester pertama, dan
terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Wladimirof dan
Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi
setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin
adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu,
yang akan meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm.
Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik
yang sama dengan yang dilakukan Wladimirof dan Campbell,
namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan menemukan
volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel
menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang
didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-
rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm.
b. Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam
pembentukan cairan amnion. Pada penelitian dengan menggunakan
domba, didapatkan bahwa paru-paru janin memproduksi cairan
sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut
ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun
pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan,
namun data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia.
Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi
dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-
paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan
dalam pembentukan cairan amnion.

16
c. Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada
janin domba, proses menelan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia kehamilan. Sherman dan teman-teman
melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan
volume sekitar 100-300 ml/kg/hari.
Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata
volume cairan amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan,
namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat sulit untuk
dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan
menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan
menemukan rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262
ml/kg/hari.
Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen
amniotik dan menemukan bahwa volume menelan janin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini
tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang ini karena faktor
etik, namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin
menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan amnion dari
produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme
serupa dalam mengurangi volume cairan amnion.
d. Absorpsi Intramembran
Satu penghalang utama dalam memahami regulasi cairan
amnion adalah ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh
ginjal dan paru janin, dengan konsumsinya oleh proses menelan.
Jika dihitung selisih antara produksi dan konsumsi cairan amnion,
didapatkan selisih sekitar 500-750 ml/hari, yang tentu saja ini akan
menyebabkan polihidramnion. Namun setelah dilakukan beberapa
penelitian, akhirnya terjawab, bahwa sekitar 200-500 ml cairan
amnion diabsorpsi melalui intramembran. Gambar menunjukkan
distribusi cairan amnion pada fetus. Dengan ditemukan adanya
absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa terdapat

17
keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan
amnion pada kehamilan normal.
e. Kandungan Cairan Amnion
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat
plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan
ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan
komposisi plasma janin. Namun setelah 20 minggu, kornifikasi
kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama
terdiri dari urin janin.
Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan
asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel
janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai
sekresi. Karena zat-zat ini bersifat hipotonik, maka seiring
bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan amnion berkurang.
Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion
secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta
berperan membentuk sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan
sisanya adalah elektrolit, protein, peptid, karbohidrat, lipid, dan
hormon.
Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan
amnion, di antaranya adalah protein total, albumin, globulin,
alkalin aminotransferase, aspartat aminotransferase, alkalin
fosfatase, γ-transpeptidase, kolinesterase, kreatinin kinase,
isoenzim keratin kinase, dehidrogenase laktat, dehidrogenase
hidroksibutirat, amilase, glukosa, kolesterol, trigliserida, High
Density Lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-
low-density lipoprotein (VLDL), apoprotein A1 dan B, lipoprotein,
bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, sodium, potassium,
klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea,
kreatinin, anion gap , urea, dan osmolalitas.
Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor,
EGF) dan factor pertumbuhan mirip EGF, misalnya transforming

18
growth factor-α, terdapat di cairan amnion. Ingesti cairan amnion
ke dalam paru dan saluran cerna mungkin meningkatkan
pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan
inspirasi dan menelan cairan amnion.
Beberapa penanda (tumor marker) juga terdapat di cairan
amnion termasuk α-fetoprotein (AFP), antigen karsinoembrionik
(CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125), dan 199 (CA-199).
12. Makanan Yang Harus Dihindari Pada Ibu Hamil Dengan
Hindramnion
a. Makanan yang memiliki rasa terlalu manis.
 Juz buah dalam kemasan.
 Kismis kering.
 Minuman bersoda.
 Es krim.
 Buah olahan dalam kaleng.
 Biskuit dan kue kering dalam kaleng.
b. Makanan yang tudak hygienis.
 Gorengan dipinggir jalan.
 Makanan dari pedagang kaki lima.
 Buah yang dimakan tanpa dibersihkan.
 Sayuran dan protein hewani yang diolah kurang baik.
13. Pengobatan Untuk Ibu Hamil Dengan Hindramnion
a. Mengurangi air ketuban yang berlebihan dengan cara
amniocentesis. Namun, tindakan ini beresiko menimpulkan
komplikasi seperti : solusio plasenta, pecahnya ketuban lebih awal
atau menyebabkan persalinan prematur.
b. Pemberian obat indomethacin. Obat ini bermanfaat untuk
mengurangi volume air ketuban dan produksi urine janin. Namun,
obat ini tidak bisa diberikan pasa ibu hamil yang usia
kehamilannya sudah di atas 31 minggu. Kondisi jantung janin juga
perlu dipantau bila ibu hamil mengkonsumsi obat ini. Efek

19
samping yang bisa di timbulkan indomethacin, antara lain rasa
mual, muntah, dan sakit maag.
c. Ablasi dengan laser. Bila hidramnion terjadi karena ibu hamil anak
kembar (Twin-to-twin transfusion syndrome), maka tindakan
pengobatan yang bisa dilakukan adalah ablasi dengan laser.
Prosedur ini dilakukan dengan cara menutup sebagian pembuluh
darah plasenta yang mengalirkan darah berlebihan kesalah satu
janin.

20
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn, Et Al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obsetrik. Ed. 2. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai