Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO SINDROMA POST TRAUMA (PTSD)


DI RSJD AMINO GONDHO HUTOMO SEMARANG

Disusun oleh :

ULFA RIMAWATI
SK.319.045

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD (gangguan stres pasca trauma)
yaitu gangguan stres yang timbul berkaitan dengan peristiwa traumatis luar
biasa. Misalnya, melihat orang dibunuh, disiksa secara sadis, korban
kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain. PTSD merupakan gangguan kejiwaan
yang sangat berat, karena biasanya penderita mengalami gangguan jiwa yang
mengganggu kehidupannya (Koentara, 2016).
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk
seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Trauma adalah reaksi
fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa, kejadian atau
pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba-tiba), yang membuat
individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang tidak mudah
hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang disebutkan The
American Psychological Association (2010), trauma as an emotional response
to a terrible event like an accident, rape or natural disaster.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang
dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological
Association, 2004). Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah
gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam
keselamatan anda atau membuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal,
2008).

B. Fase-fase PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
1. Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana.
Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi
seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan
dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
2. Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan
penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan
setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi
suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila
bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat
dibandingkan pengalaman terdahulunya.
3. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat
berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat
dogma “semua telah berubah”.

C. Manifestasi Klinis
1. Pertama, mengalami kembali kejadian traumatic (re-eksperience).
Seseorang kerap teringat akan kejadian tersebut dan mengalami mimpi
buruk tentang hal itu. Gejala flashback (merasa seolah-olah peristiwa
tersebut terulang kembali), nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-
kejadian yang membuatnya sedih), reaksi emosional dan fisik yang
berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
2. Kedua, penghindaran (avoidance) stimulus yang diasosiasikan dengan
kejadian terkait atau mati rasa dalam responsivitas. Orang yang
bersangkutan berusaha menghindari untuk berpikir tentang trauma atau
menghadapi stimulus yang akan mengingatkan akan kejadian tersebut,
dapat terjadi amnesia terhadap kejadian tersebut. Mati rasa adalah
menurunnya ketertarikan pada orang lain, suatu rasa keterpisahan dan
ketidak mampuan untuk merasakan berbagai emosi positif. Gejala ini
menunjukkan adanya penghindaran aktivitas, tempat, berpikir, merasakan,
atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain itu, juga
kehilangan minat terhadaps emua hal, perasaan terasing dari orang lain,
dan emosi yang dangkal.
3. Ketiga, gejala ketegangan (hyperarousal). Gejala ini meliputi sulit tidur
atau mempertahankannya, sulit berkonsentrasi, wasapada berlebihan,
respon terkejut yang berlebihan, termasuk meningkatnya reaktivitas
fisiologis.

D. Peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD


termasuk:
1. Perang (War)
2. Pemerkosaan (Rape)
3. Bencana alam (Natural disasters)
4. Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
5. Penculikan (Kidnapping)
6. Penyerangan fisik (Violent assault)
7. Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
8. Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures -
especially in kids).

E. Jenis-jenis Trauma
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan
Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat dari
sifat dan sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :
1. Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar
biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa
berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan
merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari jenis
trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).
2. Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak)
individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala.
Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dan
sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri,
hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
3. Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi
atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu
anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-
saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang
pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang
memicu timbulnya histeris atau fobia.
4. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap
sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang
dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan,
terjadi pemukulan, teror, ancaman.

F. Dampak PTSD
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
1. Gejala gangguan fisik:
a. Pusing,
b. Gangguan pencernaan,
c. Sesak napas,
d. Tidak bisa tidur,
e. Kehilangan selera makan,
f. Impotensi, dan sejenisnya.
2. Gangguan kognitif:
a. Gangguan pikiran seperti disorientasi,
b. Mengingkari kenyataan,
c. Linglung,
d. Melamun berkepanjangan,
e. Lupa,
f. Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
g. Tidak fokus dan tidak konsentrasi.
h. Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana,
i. Tidak mampu mengambil keputusan.
3. Gangguan emosi :
a. Halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan
memerlukan perawatan aktif yang dini),
b. Mimpi buruk,
c. Marah,
d. Merasa bersalah,
e. Malu,
f. Kesedihan yang berlarut-larut,
g. Kecemasan dan ketakutan.
4. Gangguan perilaku :
a. Menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal.
Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).
5. Gangguan sosial:
a. Memisahkan diri dari lingkungan,
b. Menyepi,
c. Agresif,
d. Prasangka,
e. Konflik dengan lingkungan,
f. Merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.

G. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi
terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :
1. Pengkajian Perilaku (Behavioral Assessment)
Yang dikaji adalah:
a. Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang
berlebihan.
b. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang
dirasakan.
c. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang
akan mengingatkan klien terhadap trauma.
d. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
e. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak
kejadian traumatis.
2. Pengkajian Afektif (Affective Assessment)
a. Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan
perasaan ingin cepat marah.
b. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
c. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan
dengan trauma.
d. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
e. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
f. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang
lain
3. Pengkajian Intelektual (Intellectual Assessment)
a. Kesulitan dalam hal konsentrasi.
b. Kesulitan dalam hal memori.
c. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang
berkaitan dengan trauma.
d. Apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut
e. Mimpi buruk yang dialami klien.
f. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai
klien terhadap dirinya.
4. Pengkajian Sosiokultural (Sociocultural Assessment)
a. Bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang
perilaku klien yang menjauh dari mereka.
b. Pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman.
c. Apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya.
d. Bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d Krisis situasiona
2. Koping Defensif b/d Kurangnya system dukungan
3. Ketakutan b/d berasal dari dlaam (neurotransmitter)
4. Duka cita b/d kematian orang terdekat
5. Resiko sindrom pasca trauma b/d bencana
6. Sindrom stress akibat perpindahan b/d pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain

I. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas (00146)
Domain 9 : Koping/toleransi stress
Kelas 2 : Respons koping
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gerakan yang irelevan
c. Gelisah
d. Melihat sepinyas
e. Insomnia
f. Kontak mata yang buruk
g. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
h. Agitasi
i. Mengintai
j. Tampak waspada
NOC: Anxiety Self – Control (1402)
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat
teratasi dengan indikator:
a. (140201) monitor intensitas dari ansietas
b. (140206) gunakan strategi koping efektif
c. (140207) menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ansietas
NIC: Anxiety Reduction (5820)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
k. Kelola pemberian obat anti cemas
2. Ketakutan (00148)
Domain 9 : koping/ toleransi stress
kelas 2 : respons koping
Defenisi : respons terhadap persepsi ancaman yang secara sadar
dikenali sebagai sebuah bahaya.
Batasan karakteristik:
a. Melaporkan isyarat/ peringatan
b. Melaporkan kegelisahan
c. Melaporkan rasa takut
d. Melaporkan penurunan kepercayaan diri
e. Melaporkan ansietas
f. Melapokan kegembiraan
g. Melaporkan peningkatan ketegangan
h. Melaporkan kepanikan
i. Melaporkan terror
Fakor yang berhubungan:
a. Berasal dari luar (mis: kebisingan tiba-tiba, ketinggian, nyeri,
penurunan dukungan fisik)
b. Berasal dari dalam (neurotransmiter)
c. Kendala bahasa
d. Stimulus fobik
e. Gangguan sensorik
f. Berpisah dari system pendukung dalam situasi yang berpotensi
menimbulkan stress
g. Tidak familier dengan pengalaman lingkungan.
NOC : Anxiety control, Fear control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......takut klien teratasi
dengan kriteria hasil :
a. Memiliki informasi untuk mengurangi takut
b. Menggunakan tehnik relaksasi
c. Mempertahankan hubungan sosial dan fungsi peran
d. Mengontrol respon takut
NIC: Coping Enhancement
a. Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
b. Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga
c. Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku
untuk mengurangi takut
d. Sediakan perawatan yang berkesinambungan
e. Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
f. Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa
takutnya
g. Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi
3. Koping Defensif (00071)
Domain 9 : Koping/ Toleransi Stres
Kelas 2 : Respons Koping
Defenisi : Proyeksi evaluasi- diri positif yang salah dan berulang yang
didasarkan pada pola perlindungan-diri untuk bertahan terhadap ancaman
yang dirasakan terhadap ancaman yang dirasakan terhadap harga diri yang
positif
Batasan Karakteristik:
a. Penyangkalan masalah yang jelas terjadi
b. Penyangkalan kelemahan yang jelas terjadi
c. Kesulitan membina hubungan
d. Kesulitan memelihara hubungan
e. Kesulitan dalam persepsi pengujian realita
f. Waham kebesaran
g. Tertawa menghina
h. Hipersensitif terhadap kritik
i. Hipersensitif terhadap ejekan/ penghinaan
j. Tidak komplet menjalani terapi
k. Tidak adekuat menjalani pengobatan
l. Kurang partisipasi dalam terapi
m. Sedikit partisipasi dalam menjalani pengobatan
n. Proyeksi menyalahkan diri
o. Proyeksi tanggung jawab
p. Rasionalisasi kegagalan
q. Distorsi realitas
r. Menghina orang lain
s. Sikap superior terhadap orang lain.
Faktor yang berhubungan:
a. Konflik antara persepsi diri dan sistem nilai
b. Kurangnya system dukungan
c. Takut gagal
d. Takut akan penghinaan
e. Takut akan karma
f. Kurangnya penyesuaian
g. Tingkat kepercayaan yang rendah pada orang lain
h. Tingkat kepercayaan diri rendah
i. Ragu/ tidak percaya
j. Harapan diri yang tidak realistic
NOC:
Kriteria hasil:
a. Mengungkapkan kemampuan untuk menaggulangi dan meminta
bantuan jika perlu
b. Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan ikut serta
bermasyarakat
c. Mempertahankan bebas dari perilaku yang destruktif pada diri sendiri
maupun orang lain
d. Mengkomunikasikan kebutuhan dan berunding dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan
e. Mendiskusikan bagaimana tekanan kehidupan yang ada melebihi
strategi penanggulangan yang normal
f. Menemukan kecepatan penyakit dan kecelakaan tidak melebihi tingkat
perkembangan dan usia
NIC: Nursing Therapeutic Intervention (Intervensi Terapeutik
Perawat)
a. Amati penyebab tidak efektifnya penaggulanagn seperti konsep diri
yang buruk, kesedihan, kurangnya ketrampilan dalam memecahkan
masalah, kurangnya dukungan, atau perubahan yang ada dalam hidup.
b. Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan
mengenali sumber tekanan
c. Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara
tepat
d. Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali
ketrampilan dan pengetahuan pribadi
e. Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan
tujuan
f. Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam
perencanaan perawatan dan aktivitas yang terjadwal
g. Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan
pasien (misal bacaan, televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan
keluar, perkumpulan sosial, latihan, olahraga, permainan)
h. Jika memiliki kemampuan fisik, anjurkan latihan aerobik yang sedang
i. Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung
berupa usapan perlahan dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali
usapan dalam semenit selama 3 menit pada luasan 2 inchi pada kedua
sisi mulai dari daerah atas ke bawah
j. Berikan informasi perihal perawatan sebelum perawatan diberikan
4. Duka Cita (00136)
Domain 9 : Koping/Toleransi Stres
Kelas 2 : Respons Koping
Defenisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu,
keluarga, dan komunitas memasukan kehilangan yang actual, adaptif, atau
dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Batasan Karakteristik:
a. Perubahn tingkat aktivitas
b. Perubahan pola mimpi
c. Perubahan fungsi imun
d. Gangguan fungsi neuroendokrin
e. Marah
f. Menyalahkan
g. Berpisah/ menarik diri
h. Putus asa
i. Disorganisasi/kacau
j. Gagngguan pola tidur
k. Mengalami kelegaan
l. Memelihara hubungan dengan almarhum/ah
m. Membuat makna kehilangan
n. Kepedihan
o. Perilaku panic
p. Pertumbuhan personal
q. Distress psikologis
r. Menderita
Faktor yang Berhubungan
a. Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
b. Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
c. Kematian orang terdekat
d. Kehilangan objek penting
NOC: Resolusi dukacita (1304)
a. Mampu mengespresikan kepercayaaan dengan kematian
b. Menggambarkan tentang kehilangan
c. Partisipasi dalam perencanaan
NIC: Fasilitasi Pendampingan dukacita (5290)
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan
yang adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa
lalu saat ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
h. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
i. Gunakan refleksi
j. Berikan informasi
k. Nyatakan keraguan
l. Gunakan teknik menfokuskan
m. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal
yang tersirat
n. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal
o. Kehadiran yang penuh perhatian
p. Menghormati proses berduka klien yang unik
q. Menghormati keyakinan personal klien
5. Risiko Sindrom Pasca Trauma (00145)
Domain 9 :Koping/Toleransi Stress
Kelas 1 :Respon Pascatrauma
Definisi :Berisiko Mengalami respon maladaftif yang terus menerus
terhadap peristiwa traumatitis dan memilukan
faktor resiko:
a. Penurunan kekuatan ego
b. Pindah rumah.
c. Durasi peristiwa.
d. Rasa tanggung jawab yang berlebihan.
e. Dukungan sosial yang tidak adekuat.
f. Pekerjaan (Mis.,Polisi pemadam kebakaran, petugas penyelamat, staf
NOC: Spiritual Health (2001)
a. Quality Of Faith (200101)
b. Quality Of Hope (200102)
c. Makna dan Tujuan Hidup (200103)
NIC : Dukungan Rohani (5420)
a. Menggunakan komunikasi untuk membangun kepercayaan dan terapi
empatik peduli
b. Mengobati individu dengan martabat dan menghormati
c. Mendorong melalui meninjau kehidupan melalui kenang-kenangan
d. Memberikan privasi dan tenang kali untuk activitas rohani
e. Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung
f. Mengajari metode relaksasi , meditasi , citra dan memberinya
petunjuk
g. Berdoa dengan sendiri
h. Selalu terbuka untuk individu ekspresi perhatian
i. Mengungkapkan perasaan empati secara pribadi
j. Tersedia untuk mendengarkan individu perasaan
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika,2009.
Herdman, T. heather. 2011. Diagnose Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC

Koentara.(2006).MenanganiKasusBencana(online)(http://www.dispsiad.mil.id/ind
ex.php/en/publikasi/artikel/221-post-traumatic-stress-disorder-ptsddiakses
09 Mar 2016)
Mccloskey, Joanne. 2004. Nursing intervention classification. St. Louis, Missouri

Moorhead, Sue. 2004. Nursing outcomes classification. St. Louis, Missouri

Pratiwi, Anggi. 2010. PTSD (Post Traumatic Stress Disolder). (online)(www.


Scribd. Com/doc/41221173/askep-PTSD. Pada tanggal 5Mei 2011)

17

Anda mungkin juga menyukai