PENDAHULUAN
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998). Kata
trauma digunakan untuk menggambarkan kejadian atau situasi yang dialami oleh korban.
Kejadian atau pengalaman traumatik akan dihayati secara berbeda-beda antara individu yang
satu dengan lainnya, sehingga setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat
menghadapi kejadian yang traumatik. Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian yang
dialami atau disaksikan oleh individu, yang mengancam keselamatan dirinya (Lonergan,
1999). Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang mengalami shock
baik secara fisik maupun emosional sebagai suatu reaksi stres atas kejadian traumatik
tersebut.
Kadangkala efek aftershock ini baru terjadi setelah beberapa jam, hari, atau bahkan
berminggu-minggu. Respon individual yang terjadi umumnya adalah perasaan takut, tidak
berdaya, atau merasa ngeri. Gejala dan simtom yang muncul tergantung pada seberapa parah
kejadian tersebut. Demikian pula cara individu menghadapi krisis tersebut akan tergantung
pula pada pengalaman dan sejarah masa lalu mereka. Dalam kajian psikologi dikenal dengan
beberapa jenis trauma sesuai dengan penyebab dan sifat terjadinya traum, yaitu trauma
psikologis, trauma neurosis, trauma psikosis, dan trauma diseases.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma?
2. Apa saja ciri-ciri Trauma?
3. Apa saja Faktor terjadinya Trauma?
4. Apa saja jenis-jenis Trauma?
5. Apa saja Karakteristik Trauma?
6. Bagaimana proses pemulihan Trauma?
7. Bagaimana cara konseling Trauma?
1
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Trauma
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Trauma
3. Untuk mengetahui Faktor terjadinya Trauma
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Trauma
5. Untuk mengetahui karakteristik Trauma
6. Agar mengetahui cara pemulihan Trauma
7. Agar mengetahui bagaimana cara mengkonseking korban Trauma
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam kamus
konseling, traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan
kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis.
Trauma adalah kejadian jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan
atau cedera jasmani. Selain itu, trauma juga dapat diartikan sebagai luka yang
ditimbulkan oleh faktor eksternal, jiwa yang timbul akibat peristiwa traumatic.
Peristiwa traumatik bisa sekali terjadi, bertahan dalam jangka lama atau berulang-
ulang dialami oleh penderita. Para psikolog juga menyatakan trauma sebagai istilah
psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan
meninggalkanbekas, biasanya bersifat n e g a t i t .
B. Ciri-ciri Trauma
1
Winkel dan Tri Hastuti. Bimbingan dan Konseling Di Institut Pendidikan, Yogyakarta:
Media Abadi, 2016. Hal 54
3
C. Faktor penyebab Trauma
Factor penyebab Trauma terbagi atas dua bagian yaitu, Factor internal (psikologis) dan
factor eksternal (fisik).
- Kepribadian yang lemah dan kurangnya percaya diri sehingga memyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri
- Terjadi konflik sosial budaya akibat adanya norma yang berbeda antara dirinya
dengan lingkungan masyarakat
- Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan
sosial dan juga sebaliknya terlalu rendah, proses-proses yang diambil seseorang dalam
menghadapi kekalutan mental sehingga mendorongnya kearah positif
2. Faktor eksternal (fisik)
- Faktor orang tua dalam bersosialisasi dalam kehidupan keluarga
- Terjadinya penganiayaan yang menjadikan luka atau trauma fisik,
kejahatan atau perbuatan yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan
t r a u m a f i s i k d a l a m b e n t u k l u k a p a d a b a d a n d a n organ pada tubuh
korban.
- Peristiwa atau kejadian alamiah / bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir,
tanah longsor, angina topan dan sebagainya
- Pengalaman dikehidupan sosial, seperti pola asuh yang salah, ketidak adilan,
penyiksaan/penganiayaan secara fisik maupun psikis, teror, perang dan sebagainya.
- Pengalaman langsung atau tidak langsung seperti melihat sendiri, mengalami sendiri
secara langsung dan pengalaman orang lain secara tidak langsung.2
2
Achamanto Mendatu, Pemulihan Trauma: Strategi Penyembuhan Trauma Untuk Diri
Sendiri, anak dan orang lain disekitar anda, Yogyakarta: Pandua, 2010. Hal 58
4
D. Jenis-jenis Trauma
Dalam kajian psikologi dikenal beberapa jenis trauma sesuai dengan penyebab dan sifat
terjadinya trauma yaitu trauma psikologis, trauma neurosis, trauma psikologis dan trauma
diseases.
1. Trauma psikologis, Trauma ini adalah dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar
biasa terjadi secara spontan dan mendadak pada diri individu tanpa berkemampuan
untuk mengontrolnya dan merusak funsi ketahanan individu secara umum. Akses dari
trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh fisik maupun psikis.
2. Trauma neorosis, Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada
saraf pusat otak individu, akibat benturan-benturan benda keras atau
pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan,
iritasi dan sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak
sadarkan diri, hilang kesadaran dan lain-lain yang sifatnya sementara.
3. Trauma psychosis, trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari
kondiri atau problema fisik individu seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota
tubuh dan sebagainya yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat
tertentu gangguan kejiwaan ini biasa terjadi akibat gangguan baying-bayang pikiran
terhadap pengalaman/ peristiwa yang pernah di alaminya yng memicu timbulnya
histeris atau fobia.
4. Trauma diseases, gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis
dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang
dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi
pemukulan, teror, ancaman dan sebagainya3
3
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di
sekolah, PT. Rineka Cipt. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Hal 224
5
4. Menghindari tempat, orang, situasi dan hal-hal yang mengigatkan pada peristiwa
buruk dan mengerikan.
5. Mudah tersinggung, mudah terkejut dan marah-marah ketika mengalami kejadian
buruk dan mengerikan
6. Merasa tidak bersemangat dan putus asa
7. Takut memikirkan masa depan, murung dan sulit berkonsentrasi
8. Khawatir berlebihan
9. Berubah dari prilaku sebelumnya4
4
Achamanto Mendatu, Pemulihan Trauma: Strategi Penyembuhan Trauma Untuk Diri
Sendiri, anak dan orang lain disekitar anda, Yogyakarta: Pandua, 2010. Hal 60
6
- Ekspresikan perasaan
- Berbicara pada orang lain yang dipercaya tentang perasaan dan apa yang terjadi
- Jangan mengisolasi diri
- Relaksasi
c. Pemulihan kognitif
Dalam pemulihan kognitif hal yang dapat dilakukan berupa
- Terus mengaktifkan otak
- Jangan menjauhkan diri dari situasi, orang dan tempat yang mengigatkan pada
trauma terjadi
- Berpikir positif
- Selalu memiliki harapan
- Belajar tentang trauma
Selain itu pemulihan trauma yang biasa dilakukan untuk anak-anak ialah:
1. Pemulihan fisik anak
Teknik pemulihan fisik untuk anak-anak hamper sama dengan yang lainnya yaitu
a. menenangkan dan membuat nyaman kondisi fisik anak-anak
b. segera bawalah kedokter atau balai pengobatan jika anak mengalami cedera fisik
c. penuhi kebutuhan fisik anak dengan segera
d. perhatikan tidurnya
2. pemulihan emosi anak
Kenali perasaan anak-anak, ada prinsipnya jangan khawatir untuk membiarkan anak-anak
membicarakan bencana yang terjadi sebelum anak siap dengarkan dan pahami sudut padang
anak terhadap bencana yang terjadi dan peristiwa yang mengikutinya, bertanyalah mengenai
perasaanya tentang bencana itu dengan pertanyaan terbuka tertutup sehingga ia betul=betul
bisa mengekspresikan perasaannya.5
5
Ibid, hal 65
7
traumatik yang pernah dialaminya dan dapat mengambil hikmah dari peristiwatrauma
tersebut.
Tujuan konseling pada korban trauma adalah untuk mendengar
k a n pengalaman trauma mereka dan memberikan bantuan yang mereka perlukan dalam
situasi stres paska trauma dan dapat membantu para korban bencana menata
kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima kenyataan hidup sebagaimana adanya
meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling traumatik juga sangat bermanfaat untuk
membantu korban untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir
realistik.
Adapun konseling yang akan diterapkan dalam kasus ini adalah harus dilakukan secara
penuh kesabaran, penuh keikhlasan dan betul-betul ada kesadaran dari para professional
orang-orang yang terlatih untuk menanganinya secara baik. Dalam hal ini peran konselor
yang dapat dilakukan dengan segera adalah perasaan-perasaan cemas, gagal, bodoh, putus
asa, tidak berguna, malu, tidak mampu, rasa bersalah dengan menunjukan sikap menerima
situasi krisis, menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri agar konseli dapat
menerima kesedihan secara wajar, memberikan investasi langsung dalam upaya mengatasi
situasi krisis, memberikan dukungan kadar tinggi pada konseli.
Dalam melakuakan proses konseling traumatic pada konseli, konselor sangat memerlukan
keterampilan dasar yaitu:
Keberhasilan konseling akan sangat ditentukan oleh sejauh mana hubungan konselor
dengan konseli, korban trauma akan berhasil di jalani. Korban biasanya akan memberikan
respon baik jika konselor melakukan hal-hal berikut ini:
Bercerita tentang pengalaman dan perasaan yang dialami pada saat bencana ataupun
peristiwa traumatik lain, diketahui sangat mambantu proses pemulihan trauma. Tugas
konselor adalah membantu korban untuk bercerita atau mengekspresikan pengalaman dan
8
perasaan mereka sebaik-baiknya. untuk itu diperlukan kemampuan bertanya
yang tepat. Pertanyaan yang t e p a t d a l a m k o n d i s i i n i a d a l a h p e r t a n ya a n -
p e r t a n ya a n t e r b u k a , b u k a n pertanyaan tertutup.
K e n a l i m a s a l a h - m a s a l a h ya n g d i a l a m i k o r b a n f o k u s p a d a s a l a h s a t u
masalah ya n g dihadapi korban yang menurut konselor dapat
diselesaikan sendiri oleh konseli.
5 . K e t e r a m p i l a n m e m b e r d a ya k a n k o r b a n
6
https://www.academia.edu/34188062/makalah_kons.populasi_khusus.doc,
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Trauma berasal dari bahasa Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam kamus
konseling, traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan
kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis.
Trauma adalah kejadian jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan
atau cedera jasmani. Selain itu, trauma juga dapat diartikan sebagai luka yang
ditimbulkan oleh faktor eksternal, jiwa yang timbul akibat peristiwa traumatic.
Peristiwa traumatik bisa sekali terjadi, bertahan dalam jangka lama atau berulang-
ulang dialami oleh penderita.
Ciri-ciri peristiwa traumatis adalah sebagai berikut, Terjadi secara tiba-tiba,
Me n g e r i k a n , menimbulkan perasaan takut ya n g amat sangat. Faktor
penyebab Trauma Factor penyebab Trauma terbagi atas dua bagian yaitu, Factor internal
(psikologis) dan factor eksternal (fisik). Dalam kajian psikologi dikenal beberapa jenis
trauma sesuai dengan penyebab dan sifat terjadinya trauma yaitu trauma psikologis, trauma
neurosis, trauma psikologis dan trauma diseases.
Adapun karakteristik yang ada atau dialami oleh seseorang yang menderita traumatik
ialah, Mengalami kejadian yang buruk dan mengerikan, Sulit tidur dan mudah bangun,
Mimpi buruk terhadap hal yang mengerikan, seperti mengalami kembali pristiwa buruk dan
mengerikan, Menghindari tempat, orang, situasi dan hal-hal yang mengigatkan pada peristiwa
buruk dan mengerikan.
10