Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TUMBUHAN DYCOTILEDONAE
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Taksonomi Tumbuhan Vaskuler
Dosen Pengampu : Melia Sari, M.Si
Disusun
O
L
E
H
:
KELOMPOK VI
Fauziah Elfani Nim. 0704183157
Fitra Haikal Hasibuan Nim. 0704183163
Ghea Gihani Dasah Nim. 0704183162
Nila Ariska Nim. 0704183159
Sarah Safira Nim. 0704183165

KELAS : BIOLOGI-4

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tumbuhan
Dycotiledonae”. Pada makalah ini, kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
referensi serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
menyusun makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas ibu Melia Sari, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Taksonomi
Tumbuhan Vaskuler.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tumbuhan
dycotiledonae bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 16 Maret 2020


Penyusun

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 Batang Dikotil.............................................................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

3.2 Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keragaman makhluk hidup dibumi sangat menarik untuk dipelajari. Begitu juga dengan
keragaman kelompok tumbuhan. Pengelompokkan tumbuhan menjadi kelompok sub–sub
yang lebih kecil tentu didasarkan atas ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Kelompok
angiospermae merupakan divisi tumbuhan dengan jumlah spesies yang besar dibanding
dengan gymnospermae. Kemudian, kelompok angiospermae (tumbuhan biji tertutup) dibagi
menjadi dua kelas yang didasarkan pada jumlah keeping biji, monokotil dan dikotil. Baik
monokotil dan dikotil merupakan kelompok tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) yaitu
tumbuhan yang mengalami pembuahan ganda serta memiliki daging buah. Angiospermae
dikelompokkan menjadi dua kelas yang didasarkan pada jumlah keping biji atau daun
lembaga pada bakal embrionya. Tumbuhan berkeping biji tunggal atau monokotil adalah
salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena
hanya memiliki satu daun lembaga, contohnya seperti tanaman padi, bunga anggrek, dan
kelapa. Sedangkan tumbuhan berkeping biji dua atau dikotil adalah segolongan tumbuhan
berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun lembaga,
contohnya seperti tanaman kentang, kembang sepatu, dan nangka. Setiap sekolah dasar siswa
mempelajari tentang tanaman dikotil dan monokotil untuk mengenal keragaman kelompok
tumbuh-tumbuhan, guru dalam menjelaskan pembelajaran tanaman dikotil dan monokotil
masih melakukan cara yang manual sehingga membuat siswa kurang memahami dalam
belajar dan kurang menarik akan keingintahuannya. Dalam kegiatan belajar perlu adanya hal
yang baru, maka dari itu dibuatnya implementasi augmented reality.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri tumbuhan Dicotyledonae?

1
2. Apa saja yang termasuk jenis-jenis tumbuhan Dicotyledonae?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuhan Dicotyledonae.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan Dicotyledonae.

BAB II
PEMBAHASAN

Sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini Angiospermae merupakan
kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling tersebar luas. Para ahli
taksonomi membagi Angiospermae menjadi dua kelas: monokotil, dinamai demikian karena
kotiledonnya (keeping atau daun biji) hanya ada satu, dan dikotil, yang mempunyai dua
kotiledon. Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme
terestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang berbeda, yaitu tanah
dan udara, pada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumberdaya dari keduanya.
Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO2, namun cahaya
tidak bisa menembus jauh kedalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan
sumberdaya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua system utama, system akar
(root system) yang berada dibawah permukaan tanah dan system tunas (shoot system) yang
ada diatas permukaan tanah yang terdiri dari batang,daun, dan bunga.1

1
Campbell, dkk.2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:Erlangga. hal.293.

2
Dycotiledonae suatu kelas tumbuhan berbiji tertutup, yang keadaan bijinya sewaktu
berkecambah memiliki dua keeping lembaga atau dua daun lembaga dan perakaran tunggang.
Yang dimaksud system perakaran tunggang adalah suatu perakaran tumbuhan yang mana
akar kecambahnya mengalamipertumbuhan terus hingga tumbuhan menjadi besar dan bagian
pangkalnya memiliki ukuran lebih besar dari bagian ujungnya. Ciri-ciri lainnya ialah
memiliki batang yang bercabang-cabang, karena tunas aksilernya berkembang dengan baik,
daunnya berukuran pendek dibandingkan panjangnya dengan tulang atau urat daunnya
menyirip atau menjari, memiliki perhiasan bunga yang dapat dibedakan antara mahkota
bunga (berwarna indah selain hijau) dengan kelopak bunganya (berwarna hijau), dan jumlah
bagian-bagian bunganya umumnya masih menunjukkan kelipatan empat atau lima. Secara
anatomi, umumnya batang memiliki lingakaran kambium, yang berfungsi sebagai jaringan
meristem kea rah luar membentuk kulit batangnya dan ke arah dalam membentuk kayu
batang sehingga batangnya dapat membesar.2

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ
reproduksi. Organorgan tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti jaringan
meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan pengangkut Epidermis
merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji,
batang dan akar . Berdasarkan ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik
yaitu protoderm . Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.
Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti
stomata dan trikomata.3

Tumbuhan dikotil memliki biji yang terbelah dalam beberapa bagian (2 atau lebih),
sedangkan biji monokotil tidak memiliki belahan. Selain perbedaan utama pada sruktur
bijinya, kedua kelompok tumbuhan tersebut dapat dibedakan dari batangnya. Tumbuhan
dikotil dan monokotil memiliki struktur anatomi batang yang berbeda. Batang dikotil dapat
bertumbuh besar dan tinggi, sedangkan batang monokkotil pada umumnya tidak sebesar dan
setinggi dikotil. Perbedaan utama pada batang dikotil dan monokotil adalah pada struktur
jaringan pembuluhnya.

Suroso, dkk 2002. Ensiklopedi Sains Dan Kehidupan. Jakarta:CV. Tarity Samudra Berlian. hal.40.
2

3
Yulanda rompas, “Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku
Orchidaceae”, Jurnal Biologos, Vol.1 No.1, 2011, hal.1.

3
Pada tumbuhan dikotil dan monokotil, jaringan primer pada batang memiliki beberapa
perbedaan. Batang memiliki susunan jaringan epidermis, korteks batang, dan silinder pusat
(stele). Bagian batang sebelah luar dibatasi oleh selapis sel rapat yang memiliki bentuk akar
yang khas, memiliki sel penjaga, idioblas, dan berbagai tipe trikom. Pada tahun pertama,
epiermis pada batang akan digantikan oleh lapisan gabus. Korteks batang adalah suatu daerah
berbentuk silinder diantara epidermis dan silinder pusat. Korteks terdiri atas jaringan
parenkim berdinding tipis. Pada beberapa tumbuhan, parenkim batangnya berfungsi sebagai
alat fotosintesis.4

4
Riza sativani hayati. 2016. Anatomi Tumbuhan Pengetahuan Dasar Untuk Calon Guru IPA Dan
Biologi. Yogyakarta:Deepublish. hal.125-126.

4
Gambar 1.1: Struktur Batang Dikotil

Sumber: www.edubio.info

2.1 Batang Dikotil

Pada jaringan primer batang dikotil terdapat bagian-bagian berikut:

a. Epidermis
Lapisan ini terletak paling luar dari organ batang, epidermis terdiri atas lapis sel yang
dinding selnya sudah mengalami penebala yang disebut kutikula. Lapisan kutikula ni
berfungsi untuk melindungi batang terhadap kekeringan. Sel-sel epidermis biasanya
berbentuk rektangular dan tersusun rapat tanpa adanya ruang antarsel. Susunan ini
menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi dan dapat melindungi jaringan di sebelahan
dalamnya dari kerusakan dan serangan hama.
Pada beberapa jenis tumbuhan, di sebelah dalam dari epidermis batang dijumpai satu
atau beberapa lapis sel yang berasal dari inisial yang tidak sama dengan epidermis yang
disebut hipodermis. Struktur hipodermis ini berbeda dengan sel-sel pada penyusun korteks.
Epidermis dapat mengalami deferensiasi membentuk darivat epidermis, antara lain stomata,
trikoma, dan lain-lain.

b. Korteks

Korteks terdiri atas kolenkim yang susunannya berdasarkan rapat dan parenkim yang
longgar dengan banyak ruang antarsel. Pada beberapa tumbuhan, parenkim korteks bagian
tepi mengandung kloroplas, sehingga mampu mengadakan proses fotsintesis. Parenkim ini
disebut klorenkim.

c. Endodermis

5
Endodermis sering disebut juga floeterma atau sering amilum karena banyak berisi
butir-butir amilum. Pada beberapa tumbuhasn, floeterma mengakami penebalan membentuk
pita caspary. Endodermis terdiri atas satu sel saja dan berfungsi sebagai pemisah antara
korteks dan silinder pusat.

d. Silinder pusat atau stele

Lapisan silinder pusat ini terdiri atas dua bagian.

1) Persikel atau perikambium, lapisan silindere pusat ini bersifat marstematis. Sel-sel pada
lapisan perikambium aktif membelah dan menghasilkan sel-sel yang baru. Kemampuan.
Meristematis inilah yang mengakibatkan batang tumbuhan dikotil dapat tumbuh besar.
Sifat merstematis ini juga dapat di ambil manfaatnya untuk memperbanyak tumbuhan,
yaitu dengan cara mencangkok.
2) Berkas pengangkut, terdiri atas xilem dan floem, di antara xilem dan floem terdapat
kambium intravaskuler. Kambium ini menyebabkan pertmbuhan sekunder berlangsung
terus-menerus, tetapi pertumbuhan sangat di tentukan oleh keadaan lingkungan. Pada saat
air dan zat hara tersedia cukup, yaitu pada musim penghujan, maka pertumbuhan
sekunder terhenti.

Struktur batang dikotil berbeda dengan batang monokotil, karena terdapat jaringan
kambium pada batang tanaman dikotil. Beberapa ahli membagi kambium menjadi 2 macam
yaitu:

a. Kambium pembuluh atau vascular, kambium yang merupakan pembatas bagian kulit kayu
pada bagian kayu di batang pohon. Kambium ini ke arah dalam membentuk floem.
Kambium vaskular dibedakan menjadi 2 macam yaitu kambium intravasikuler (kambium
vasikuler) dan kambium intervasikuler.
1) Kambium intravasikuler atau kambium vasikuler adalah kambim yang terdapat di
dalam berkas pengangkutan (diantara xilem dan floem). Fungsi kambium vasikuler

6
adalah kearah luar membentuk floem sekunder dan ke arah dalam membentuk xilem
sekunder.
2) Kambium intervasikuler adalah kambium yang terdapat di antara dua berkas
pengangkut / di luar berkas pengangkut. Fungsi kambium ini adalah membentuk jari-
jari empulur.

Gambar 1.2: Macam-macamkambium pembuluh

Sumber: www.gurupendidikan.co.id

b. Kambium gabus atau flogen / phellogen, merupakan bagian tak terpisahkan dari korteks.
Fungsi kambium ini menghasilkan jaringan gabus (ke arah luar) yang disebut lapisan
perinderm, yang terletak di bawah epidermis batang dan akar yang sudah tua. Fungsi
jaringan gabus adalah sebagai pengendali masuknya air, pencegahan serangan hama, dan
fungsi yang bersifat mekanis lainnya. Sementara itu ke arah dalam, kambium ini
membentuk lapisan kulir bergabus yang dikenal dengan istilah phelloderm.

7
Gambar 1.3: Penampang melintang kambium gabus

Sumber: www.gurupendidikan.co.id

Pembentukan sel-sel baru pada kambium menyebabkan sel-sel korteks terdesak ke arah
epidermis sehingga lapisan epidermis menjadi sobek-sobek. Lapisan korteks yang terdesak
membentuk lapisan sel meristematik atau sel membelah dan disebut kambium gabus
(felogen).

Kambium gabus menghasilkan dua tipe sel, yaitu ke arah luar membentuk jaringan
gabus (felem) dan ke arah dalam membentuk jaringan feloderm, jaringan gabus terdiri atas
sel-sel mati yang dilapisi suberin (zat gabus) dan bersifat tidak tembus air maupun udara
sehingga dapat berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada di dalamnya.

Lapisan folederm adalah sel-sel hidup yang terdiri atas sel-sel parenkim. Adanya
jaringan gabus menyebabkan udara tidak leluasa masuk ke dalam bagian sel hidup di bagian
dalam. Namun, diantara jaringan gabus terdapat lentisel, yaitu celah sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara ke sel-sel hidup di sebelah dalam dalam jaringan gabus.

Khusus pada batang Dicotyledoneae terjadi pertumbuhan batang sekunder,


pertumbuhan batang atau lingkaran sekunder adalah pertambahan besar batang yang
disebabkan oleh pertambahan besar batang yang disebabkan oleh pertambahan jaringan

8
sekunder pada jaringan primer atau jaringan mula-mula. Pertumbuhan batang sekunder
merupakan aktivitas kambium. Oleh karena itu, jaringan sekunder sering disebut titik tumbuh
sekunder.

Gambar 1.4: Kambium gabus

Sumber : www.gurupendidikan.co.id

Apabila cadangan makanan cukup banyak, misalnya pada musim penghujan, sel-sel
kambium membelah membentuk sel-sel baru. Pada musim kemarau atau makanan cadangan
berkurang. Sel-sel kambium tidak membelah sehingga tidak ada penambahan xilem dan
floem.

Aktivitas kambium menyebabkan Terbentuknya lingkaran tahun (annual ring) yaitu


lingkaran atau lapisan yang menunjukkan kambium melakukan pembelahan dan pada saat
kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan melingkar berselang-
seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon.

Anatomi batang tumbuhan dikotil terdiri atas kulit kayu, kayu, dan empulur. Empulur
sangat sulit ditemukan pada batang kayu yang tua. Kulit kayu bagian terluar memiliki
epidermis. Pada bagian epidermis terdapat kambium gabus (felogen). Felogen yang bekerja
ke arah luar untuk membentuk lapisan gabus yang menutupi epidermis dinamakan felem,

9
sedangkan yang bekerja ke arah dalam dinamakan feloderm, kelompok sel epidermis yang
tidak tertutupi zat gabus dinamakan lentisel yang berfungsi untuk penguapan dan pertukaran
gas. Pada kulit kayu terdapat jaringan parenkim, jaringan penyokong, berkas floem, buluh
floem, sel pengiring dan parenkim floem. Jaringan skelerenkim merupakan penyusun serabut
floem.

Berkas pembuluh floem letaknya berdampingan dengan pembuluh xilem diantara


berkas pembuluh xilem dan floem terdapat kambium pembuluh atau kambium fasis.
Kambium fasis merupakan bagian yang memisahkan kulit kayu. Jika letak floem dan xilem
berdampingan, maka tipe ikatan pembuluh tersebut dinamakan kolateral. Tipe kolateral
dibagi menjadi dua, yaitu kolateral terbuka dan kolateral tertutup. disebut kolateral terbuka
jika ada kambium di antara floem dan xilem, sedangkan kolateral tertutup jika di antara floem
dan xilem tidak ada kambium.

Batang dikotil memiliki struktur yang khas. Batang dikotil muda dan batang dikotil tua
memiliki struktur yang sedikit berbeda. pada penampang melintang batang dikotil tua
terdapat suatu lingkaran kayu dengan pembuluh angkutan di sekitar empulurnya. kayu adalah
bagian yang terletak antara kambium fasis dengan empulur. Kayu tersusun atas saluran
saluran (trakea) yang merupakan sel mati dan letak ujung-ujung yang saling menyambung.
saluran tersebut berfungsi menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun.

Pada kayu terdapat trakeid yang bentuknya memanjang ujung ujungnya lancip, dan
ukurannya lebih kecil dari trakea. Trakeid berfungsi menyokong atau memperkuat batang.
Kambium fasis membentuk kayu kearah dalam dan kulit kayu kearah luar. Aktivitas
pembentukan kayu lebih aktif daripada pembentukan kulit kayu. Hal ini mengakibatkan
bagian kayu lebih besar dari kulit kayu. Pembentukan kayu pada musim hujan lebih aktif
daripada musim kemarau. Sehingga, menimbulkan batas perbedaan kedua aktivitas
pembentukan kayu yang dinamakan lingkaran tahun. Pada negara yang memiliki empat
musim setiap tahunnya akan didapatkan empat batas lingkar tahun.

Empulur merupakan jaringan parenkim yang berfungsi menyimpan cadangan makanan.


Empulur ditemukan pada batang yang muda. Empulur tidak ditemukan pada batang yang
telah tua, karena empulur makin hilang sejalan dengan pertambahan diameter batang.

10
Tanaman herba seperti tanaman kacang-kacangan, bagian luarnya terdapat epidermis.
Batang tanaman herba tidak
memiliki kambium
gabus. Anatomi batang dikotil
tanaman herba, tidak begitu
berbeda, baik struktur
maupun fungsinya.
Perbedaan yang jelas, yaitu
Aktivitas kambium
yang menyebabkan
perbedaan jumlah floem
dan xilem. Jumlah floem dan xilem yang dibentuk lebih sedikit. bagian korteks tersusun
menyimpan cadangan makanan.5

Sistem Daun.

Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar


tumbuhan, meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan
fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri
dari suatu helai daun yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiole,
yang menyambungkan daun dengan buku batang.

Pada Angiospermae terdapat empat tipe pertulangan daun,


yaitumenyirip atau reticulate, sejajar atau parallel, menjari atau palmatus,
dan melengkung.Daun tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki beberapa
perbedaan dalam susunan tulang daun utamanya.

5
Riza sativani hayati. 2016. Anatomi Tumbuhan Pengetahuan Dasar Untuk Calon Guru IPA Dan
Biologi. Yogyakarta:Deepublish. hal.125-126.

11
Gambar 1.5: Struktur daun dikotil

Sumber: materiipa.com

Pada tanaman dikotil:

Mempunyai pertulangan daun menyirip dengan tulang daun yang


ukurannya berbeda, tergantung pada tingkat percabangannya. Apabila
pertulangannya menyirip, tulang daun terbesar melewati bagian tengah
daun dan membentuk ibu tulang daun, dan dari sini bercabang menjadi
tulang daun yang lebih kecil. Pada daun tertentu, sejumlah tulang daun
yang besar dapat dilihat tersebar seperti jejari dari pangkal helai daun
menuju ke tepi daun.bagian helai daun yang dilalui ibu tulang daun atau
cabang yang besar adalah bagian yang lebih tebal dan menunjukkan
gambaran seperti rusuk pada sisi abaksial. Rusuk ini disusun oleh jaringan
parenkim yang miskin kloroplas dan jaringan penyokongnya kolenkim.
Oleh karena itu tulang daun yang besar tidak mempunyai kontak
langsung dengan mesofil. Tulang daun kecil membentuk jaringan diantara
tulang daun yang besar.

Tulang daun kecil biasanya membentuk jarring-jaring yang sangat


beragam brntuk dan ukurannya, serta membagi daerah mesofil. Daerah
paling kecil yang dibatasi cabang paling halus disebut areola, yang
biasanya berisi ujung tulang daun yang buntu dalam mesofil. Tingkat

12
percabangan dariujung tulang daun ini berbeda. Misalnya, pada daun
Euphorbia sangat banyak ujung buntu yang ditemukan dalam areola
tunggal, pada Morus lebih sedikit, pada Quercus boissieri sangat sedikit,
dan pada daun Quercus callipinus tidak terdapat ujung tulang daun buntu.

Anatomi daun sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan


epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan
epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula.

2. Parenkim/Mesofil

Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan


pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung
kloroplast. Hanya saja, kloroplast yang dikandung pada bagian palisade
lebih banyak. Sehingga proses fotosintesis lebih banyak dilakukan pada
jaringan palisade.

3. Jaringan Pembuluh

Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang,


terdapat di dalam tulang daun dan urat-urat daun.

Sedangkan fungsi daun, dapat dijabarkan sebagai berikut:

13
1. Tempat terjadinya fotosintesis

2. Tempat pertukaran gas

3. Tempat menyimpan cadangan makanan.6

Kekhasan Daun Beberapa Dikotil

Tangkai Daun

Beberapa tumbuhan seperti putri malu (mimosa) dan albizzia (keduanya leguminosae)
tangkai daun dan tangkai anak daun memiliki bagian yang menebal, biasanya di pangkalnya,
yang disebut sendi daun atau pulvinus. Sendi daun dapat menyebabkan gerak 'tidur' anak
daun. Pada pulvinus banyak terdapat parenkim, dan permukaannya biasanya berkeriput.
Gerak buka-tutup pada anak daun dapat dirangsang oleh faktor internal atau faktor
lingkungan, dan merupakan akibat perubahan turgor dalam sel penggerak (motor) pada
pulvinus. Pada mimosa pudica terdapat kesinambungan simplastis dari jaringan pembuluh di
tengah pulvinus hingga epidermis. Diperkirakan plasmodesmata yang banyak jumlahnya di
tempat itu dapat meneruskan rangsangan ke arah lateral. Pada albizzia julibrissin,
menutupnya daun terjadi jika sel subepidermis di daerah dorsal (abaksial) meluas dan yang di
daerah ventral (adaksial) tertekan. Pada waktu pasangan daun membuka, terjadi gerakan
sebaliknya. Sel yang mengelilingi jaringan pembuluh pada pun pinus boleh dikatakan tidak
berubah bisa terjadi gerakan anak daun. Gambaran dengan mikroskop elektron menunjukkan
kehadiran sejumlah besar pak bola yang mungkin mengandung sejumlah enzim, dan adanya
fiber halus yang sejajar sesama dalam sitoplasma tepi. mungkin kedua sifat itulah yang
berperan dalam gerak. Pada pulvinus daun lavatera cretica, yang bergerak mengikuti
matahari, dinding tebal besar epidermis dan kolenkim tepi terdiri dari pita tebal, bersaling
dengan pita tipis. Struktur terspesialisasi itu mungkin meningkatkan keluwesan kolenkim

6
Sri Mulyani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta:Penerbit Kanisus. hal.253-255.

14
sambil tetao berlaku sebagai pengokoh. Dalam pulvinus, berkas-berkas pembuluh tulang
daun menyatu menjadi tabung ramping yang luwes dan merupakan 'engsel' pulvinus.7

Sistem Akar

Tumbuhan dikotil memiliki sistem akar tunggang (taproot) sedangkan


tumbuhan monokotil memiliki sistem akar serabut. Akar tunggang pada
tanaman dikotil terjadi karena akar lembaga yang terus tumbuh,
sedangkan pada tanaman monokotil akar lembaga berhenti tumbuh.

Gambar 1.6: Perakaran serabut pada tumbuhan dikotil


Sumber: www.gurupendidikan.co.id

Akar tunggang adalah penambat yang kuat, karena sistem akarnya


yang terus menerobos kedalam tanah, sehingga cocok untuk berada pada
ligkungan yang kering. Sedangkan akar serabut adalah penyerap air yang
baik, karena berada pada permukaan tanah (tidak menerobos masuk
dalam tanah). Sistem akar serabut yang berbentuk seperti anyaman
benangpun sangat cocok digunakan sebagai tanaman penahan erosi.

7
Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung:Penerbit ITB. hal.217.

15
Pada akar, biasanya terdapat rambut akar. Rambut akar sendiri
adalah perluasan sel-sel epidermal individu pada permukaan akar,
berbeda dengan cabang yang merupakan organ multiseluler.

Adapun cara untuk mengetahui sistem anatomi akar dapat dilakukan


dengan melakukan potongan melintang pada akar tersebut dan akan
terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam. Bagian itu berturut-turut
diantaranya:

a. Epidermis, sebagai lapisan terluar


b. Korteks, yang terdiri dari jaringan parenkim
c. Endodermis, sebagai lapisan pemisah antara korteks dengan silinder
pusat
d. Silinder Pusat/Stele, sebagai bagian terdalam dari akar.

Sedangkan fungsi dari akar sendiri diantaranya:

a. Sebagai penambat tanaman


b. Sebagai tempat penyerapan air dan mineral
c. Sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.8

Jenis- jenis tumbuhan Dicotyledinae

1. Gersap (Strombosia javanica)

Bentuk akar sejajar dan bertindih dengan pola perakaran primer yang
tumbuh secara horizontal dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah
dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh vertical 75° dari bidang rata
tanah pada setiap akar primernya. Akar gersap memiliki warna coklat tua

8
Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung:Penerbit ITB. hal.188-198.

16
dengan kulit yang licin yang tumbuh saling sejajar dan bertindih.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan
tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur
karena merupakan salah satu hutan alami. Dalam penggalian akar hanya
ditemukan hingga pada kedalaman 120 cm, pada kedalaman ini posisi
dari akar sekunder yang tumbuh vertical sudah tidak ditutupi tanah lagi
atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh
horizontal mencapai panjang 720 cm kearah kiri batang gersap dan 640
cm kearah kanan.

2. Puspa (Schima wallichi)

Bentuk akar menjari diagonal kebawah dan bergelombang, pola


perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang
dengan kemiringan 35° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap
akar primernya. Akar puspa memiliki warna coklat muda menuju orange
dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari dan bergelombang. Perakaran
sudah mulai terdapat pada kedalaman 10cm dari permukaan tanah.
Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami. Dalam penggalian akar hanya
ditemukan hingga pada kedalaman 138 cm, pada kedalaman ini akar
sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung.
Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 320
cm kearah kiri batang gersap dan 219 cm kearah kanan.

3. Rasamala (Altingia excelsa)

17
Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur kearah bawah, pola
perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang
dengan kemiringan 75° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar
sekunder yang tumbuh secara tidak teratur pada bagian bawah setiap
akar primernya. Akar rasamala memiliki warna coklat tua dengan kulit
licin yang tumbuh menjari. Perakaran sudah mulai terdapat pada
kedalaman 30cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk
tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.
Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 101 cm,
pada kedalaman ini akar primer dan sekunder sudah tidak ditutupi tanah
lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh
horizontal mencapai panjang 448 cm kearah kiri batang gersap dan 262
cm kearah kanan.

4. Sigadangdueng (Symingtonia populena)

Bentuk akar menjari dan bercabang kebawah, pola perakaran primer


yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan
25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh
kearah bawah pada setiap akar primernya. Akar sigadangdueng memiliki
warna hitam menuju coklat dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari
dan bergelombang. Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman
35cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang
subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami. Dalam
penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 121 cm, pada
kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut
menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai
panjang 216 cm kearah kiri batang gersap dan 214 cm kearah kanan.

18
5. Pinus (Pinus merkusi)

Bentuk akar bergelombang dan bersilangan antara akar yang satu


dengan yang lain, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal
kemudian bercabang dengan kemiringan 30° dari bidang rata tanah dan
tidak terlalu banyak ditumbuhi akar sekunder pada setiap akar primernya.
Akar pinus memiliki warna coklat muda menuju orange dengan kulit
bersisik yang tumbuh bergelombang dan bersilangan. Perakaran sudah
mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan tanah. Tanah
tempat tumbuh gersap termasuk tanah yang subur dan gembur karena
merupakan salah satu hutan alami. Dalam penggalian akar hanya
ditemukan hingga pada kedalaman 111 cm, pada kedalaman ini akar
sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung.
Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 312
cm kearah kiri batang gersap dan 399 cm kearah kanan.

6. Cabe Rawit (Capsicum frutescens)

Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran


primer yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan
ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak
teratur pada setiap akar primernya. Akar cabe rawit memiliki warna coklat
dengan kulit kasar yang tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 14 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 32 cm.

7. Cabe Hijau (Capsicum annum)

19
Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran
primer yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan
ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak
teratur pada setiap akar primernya. Akar cabe hijau memiliki warna coklat
dengan kulit kasar yang tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 25 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 62 cm.

8. Terong (Solanum melongenae)

Bentuk akar menjari dengan percabangan yang jarang, pola


perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata
tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan
pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar terong
memiliki warna kuning dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari
dengan percabangan yang jarang. Perakaran sudah mulai terdapat pada
kedalaman 1 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki
panjang 20 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 48 cm.

9. Tomat (Lycopersicon esculentum)

Bentuk akar sejajar dan bercabang sedikit, pola perakaran primer


yang tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan
ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak
teratur pada setiap akar primernya. Akar tomat memiliki warna kuning
dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bercabang sedikit. Perakaran
sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan tanah.

20
Dalam penggalian akar memiliki panjang 12 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 62 cm.

10. Bunga Kertas (Bougainvillea)

Bentuk akar menjari sejajar dan bercabang pada ujung akarnya, pola
perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 30° dari bidang rata
tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan
pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar bunga kertas
memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan sejajar.
Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 2 cm dari permukaan
tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 38 cm, sedangkan lebar
perakarannya adalah 44 cm.

Pada bentuk perakaran tumbuhan terong dan tomat perakaran


cenderung sedikit, diduga hal tersebut dikarenakan intensitas cahaya
yang kurang diterima oleh tumbuhan. Callan dan Kenedy (1995)
melaporkan bahwa intensitas cahaya yang rendah pada Stokes aster
(Stokesia laevis (Hill) E. Greene) yang ternaungi mempengaruhi sifat
morfologi tanaman, diantaranya akar lebih sedikit serta rasio pucuk dan
akar lebih tinggi. Alvarenga et al. (2004) menemukan bahwa tanaman
yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi
bobot kering akar yang lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan
naungan. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh jumlah hara yang diserap
oleh tumbuhan, Barbieri dan Galli (1993) menyatakan, di mana terjadi
peningkatan densitas dan panjang rambut akar, perubahan akar lateral
maupun area permukaan akar karena ada peningkatan serapan hara.9

Dany Roy Putra STG,dkk, “MORFOLOGI PERAKARAN TUMBUHAN MONOKOTIL DAN


9

TUMBUHAN DIKOTIL Growth Roots Monocots Plant And Dicots Plant Morphological. Supervision”, Jurnal

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dycotiledonae merupakan suatu kelas tumbuhan berbiji tertutup, yang keadaan bijinya
sewaktu berkecambah memiliki dua keeping lembaga atau dua daun lembaga dan
perakaran tunggang. Yang dimaksud system perakaran tunggang adalah suatu
perakaran tumbuhan yang mana akar kecambahnya mengalamipertumbuhan terus
hingga tumbuhan menjadi besar dan bagian pangkalnya memiliki ukuran lebih besar
dari bagian ujungnya.
2. Anatomi batang tumbuhan dikotil terdiri atas kulit kayu, kayu, dan empulur. Empulur
sangat sulit ditemukan pada batang kayu yang tua. Kulit kayu bagian terluar memiliki
epidermis. Pada bagian epidermis terdapat kambium gabus (felogen). Felogen yang
bekerja ke arah luar untuk membentuk lapisan gabus yang menutupi epidermis
dinamakan felem, sedangkan yang bekerja ke arah dalam dinamakan feloderm. Pada
kulit kayu terdapat jaringan parenkim, jaringan penyokong, berkas floem, buluh floem,
sel pengiring dan parenkim floem. Jaringan skelerenkim merupakan penyusun serabut
floem.

Pertanian, 2015, hal.5-7.

22
3. Anatomi daun dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Epidermis, parenkim/mesofil, dan
jaringan pembuluh. Tumbuhan dikotil memiliki sistem akar tunggang
(taproot) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki sistem akar
serabut. Akar tunggang pada tanaman dikotil terjadi karena akar
lembaga yang terus tumbuh. Beberapa jenis-jenis tumbuhan yang
termasuk dicotyledonae yaitu: Gersap (Strombosia javanica), Puspa
(Schima wallichi), Rasamala (Altingia excelsa), Sigadangdueng
(Symingtonia populena), dan lain sebagainya.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata


sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah ini dengan mengambil lebih banyak
sumber-sumber yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:Erlangga.

23
Hayati, Riza Sativani. 2016. Anatomi Tumbuhan Pengetaguan Dasar Untuk Calon Guru IPA
Dan Biologi. Yogyakarta: Deepublish.

Hidayat, Estiti B., 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung:Penerbit ITB.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta:Penerbit Kanisus.

Putra, Dany Roy, dkk. 2015. MORFOLOGI PERAKARAN TUMBUHAN MONOKOTIL DAN
TUMBUHAN DIKOTIL Growth Roots Monocots Plant And Dicots Plant
Morphological. Supervision. Jurnal Pertanian.

Rompas, Yulanda. Dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa
Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos, Vol 1 No 1, halaman 1.

Suroso, dkk. 2002. Ensiklopedi Sains Dan Kehidupan. Jakarta:CV. Tarity Samudra Berlian.

24

Anda mungkin juga menyukai