Anda di halaman 1dari 34

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

STRUKTUR ANATOMI DAUN

Dosen Pengampu: Yuliastuti, M.Si.

Disusun Oleh:

Nadia Handayani ; 2213091007

Kadek Ayu Natalia Dewi ; 2213091010

I Gusti Ayu Era Adnyani ; 2213091011

Ajeng Diva Relita ; 2213091015

Indra Saputra Sihotang ; 2213091029

Kelas 3A Biologi

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah anatomi tumbuhan yang berjudul
“Struktur Anatomi Daun” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Struktur
Perkembangan Tumbuhan yang diampu oleh Ibu Yuliastuti, M.Si. Selain itu, penulisan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai struktur anatomi
daun monokotil dan dikotil baik secara mikroskopis maupun secara makroskopis serta
perkembangannya. Penulisan makalah ini disusun dengan menggunakan data primer yang
diperoleh dari beberapa jurnal, dan data sekunder dari buku fisik, E-book, maupun artikel.

Selama proses penyusunan makalah ini, tentu kami mengalami beberapa hambatan
dan kendala, namun dengan kerja keras dari berbagai pihak, kerjasama dan koordinasi
semua anggota kelompok, kendala dan hambatan tersebut dapat diatasi. Walaupun
demikian, penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun, agar kedepannya bisa diperbaiki lagi.

Dalam hal ini, besar harapan kami dengan terselesaikannya makalah ini dapat
diambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini hingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Singaraja, 28 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ……………...ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Struktur Anatomi Daun ............................................................................................ 3
2.1.1 Jaringan Epidermis .......................................................................................... 4
2.1.2 Mesofil ........................................................................................................... 10
2.1.3 Jaringan Pembuluh ........................................................................................ 13
2.2 Perkembangan Daun ............................................................................................... 14
2.3 Perbedaan Daun Monokotil dan Dikotil ................................................................. 15
2.4 Morfologi Daun ...................................................................................................... 18
2.4.1 Bagian-Bagian Daun Tunggal dan Daun Majemuk ...................................... 18
2.4.2 Bangun Daun ................................................................................................. 20
2.4.3 Pangkal Daun ................................................................................................. 23
2.4.4 Ujung Daun ................................................................................................... 24
2.4.5 Tepi Daun ...................................................................................................... 25
2.4.6 Tulang Daun ................................................................................................... 26
2.5 Jenis-Jenis Daun Majemuk ..................................................................................... 27
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 29
3.1 Simpulan ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 30

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu komponen utama dalam kehidupan tumbuhan adalah daun, sebuah organ
yang memainkan peran krusial. Proses vital yang terjadi di daun disebut fotosintesis, di
mana tumbuhan menghasilkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Produk fotosintesis didistribusikan ke seluruh bagian tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Uniknya, daun bersifat sementara, berbeda dari
organ tumbuhan lainnya. Daun bukan hanya bagian penting dalam kehidupan tumbuhan,
tetapi juga umumnya hadir dalam jumlah besar pada setiap tanaman. Organ ini hanya
terdapat pada batang dan tidak ditemukan pada bagian tubuh tumbuhan lainnya. Lokasi
tempat daun melekat pada batang disebut nodus batang, sementara sudut antara batang
dan daun dikenal sebagai ketiak daun.

Daun, yang tumbuh umumnya di batang, memiliki ciri khas berwarna hijau karena
kandungan klorofilnya dan berperan sebagai penangkap energi dari cahaya matahari
melalui fotosintesis. Sebagai organ utama, daun menjadi kunci bagi tumbuhan, karena
sebagai organisme autotrof obligat, tumbuhan perlu menghasilkan energinya sendiri
dengan mengonversi energi cahaya menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat beragam,
namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun
digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat,
dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya
bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikası menjadi duri (misalnya pada
kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.

Daun merupakan komponen tumbuhan yang sangat penting karena mengandung


klorofil yang digunakan dalam pembentukan makanan yang dibutuhkan tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Karena fungsinya sebagai penyerap dan pengubah energi cahaya
selama proses fotosintesis, daun merupakan salah satu organ yang mengontrol tingkat
keluaran tumbuhan. Pertumbuhan dan produksi tumbuhan akan terganggu dengan
terganggunya proses penangkapan sinar matahari. Hal tersebut mengakibatkan daun
menjadi organ yang menentukan tingkat produksi makanan pada tumbuhan. Pengetahuan
tentang struktur anatomi daun sangat penting karena daun memiliki berbagai fungsi vital

1
dalam kehidupan tumbuhan, seperti sebagai tempat fotosintesis, penguapan, pertukaran
gas, dan transportasi zat-zat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat disusun
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur anatomi daun?


2. Bagaimana perkembangan daun?
3. Bagaimana perbedaan daun monokotil dan dikotil?
4. Bagaimana morfologi daun?
5. Apa saja jenis-jenis daun majemuk?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui struktur anatomi daun


2. Untuk mengetahui perkembangan daun
3. Untuk mengetahui perbedaan daun monokotil dan dikotil
4. Untuk mengetahui morfologi daun
5. Untuk mengetahui jenis-jenis daun majemuk.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai struktur anatomi daun,


morfologi daun, serta perkembangan daun, sehingga pembaca lebih paham mengenai
daun tumbuhan.

2. Bagi penulis

Memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai struktur anatomi daun,


morfologi daun, dan perkembangan daun, meningkatkan kemampuan penulis dalam
mengembangkan ide dan gagasan, menganalisis, dan mengkomparasikan sesuatu.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Struktur Anatomi Daun


Organ yang paling beragam secara morfologi dan anatomi adalah daun. Filum
adalah istilah kolektif untuk semua varietas daun tumbuhan yang terlihat. Folium dapat
dibagi menjadi daun lebar, profil, cataphylls, hipsofil, kotiledon, dan jenis lainnya. Agar
mudah menerima sinar matahari, daun lebar (daun hijau) biasanya berbentuk pipih dan
datar sebagai bagian dari peran spesifiknya untuk melakukan fotosintesis. Cataphylls
adalah sisik pada pucuk atau batang bawah tanah yang berfungsi sebagai pembatas atau
tempat menyimpan cadangan makanan. Pada monokotil hanya terdapat satu profil,
sedangkan pada dikotil terdapat dua profil. Profil adalah daun pertama yang muncul di
bagian bawah cabang lateral. Dalam kasus tertentu, hipsofil berwarna cerah dan
menyerupai kelopak bunga. Hipsofil adalah jenis-jenis braktea yang melekat pada bunga
dan berperan sebagai penjaga daun. Daun awal pada tumbuhan disebut kotiledon. Daun
terdiri atas jaringan epidermis, jaringan pembuluh, serta jaringan dasar (mesofil). Karena
daun pada umumnya mengalami pertumbuhan sekunder maka epidermis tetap sebagai
penyusun dari sistem kulit. Terdapat dua tipe daun yaitu daun dirsiventral yang biasanya
ada di tanaman dikotil sedangkan daun isolateral yang ada pada tanaman monokotil.

Gambar 2.1 Susunan Jaringan pada Daun

3
Gambar 2.2 Struktur Anatomi Daun secara Mikroskopis

2.1.1 Jaringan Epidermis


Epidermis merupakan lapisan terluar dari tanaman yang berfungsi untuk
melindungi sel yang ada di dalamnya. Jaringan epidermis berfungsi melindungi jaringan
dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas pada daun dan bagian
permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula (Nurul, 2013). Sel epidermis berbentuk tubular
dengan susunan rapat tanpa ruang interseluler. Permukaan daun yang menghadap ke atas
dikenal dengan epidermis atas (sisi adaksial) dan permukaan yang lain dikenal dengan
epidermis bawah (sisi abaksial). Hipodermis merupakan sel-sel yang terletak di sisi dalam
jaringan epidermis.

A. Kutikula

Kutikula adalah lapisan luar yang transparan yang berfungsi untuk menghambat
kehilangan air. Pada daun yang terendam air memiliki kutikula yang sangat tipis, atau
tidak ada. Kutikula terdapat di bagian luar sel epidermis. Lapisan kutikula berperan
penting dalam melindungi tanaman dari kehilangan air (Ristic & Jenks, 2002). Kutikula
yang tebal dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Di bawah kutikula
terdapat epidermis. Epidermis terletak di bagian adaksial dan abaksial dari daun.
Komponen utama kutikula adalah kutin, yang dapat menembus dinding sel epidermis,
atau hanya dinding luarnya. Beberapa kutikula kadang tertutup oleh lapisan lilin. Sel
epidermis sangat bervariasi, terutama seperti yang terlihat pada permukaan. Banyak

4
monokotil, khususnya yang memiliki daun berbentuk pita atau memanjang secara aksial,
memiliki sel memanjang yang tersusun dalam berkas longitudinal yang jelas.

Gambar 2.3 Tipe Sel Epidermis Daun Monokotil (Arachnis flos-aeris)

Mayoritas daun dikotil cenderung memiliki sel epidermis dengan bentuk dan
ukuran yang tidak beraturan. Memiliki dinding antiklin yang lurus, melengkung atau
berliku-liku. Karena daun dikotil tidak memiliki meristem basal, tetapi tumbuh di daerah
pembelahan sel, sel epidermisnya jarang tersusun dalam barisan yang jelas.

Gambar 2.4 Tipe Sel Epidermis Daun Dikotil (Averrhoa carambola)

Dinding antiklinal sel epidermis baik monokotil maupun dikotil dapat sangat tipis
dan hampir tidak terlihat dari permukaan, atau dapat berkisar dari derajat ketebalan
hingga sangat tebal, sehingga lumen sel tampak dari permukaan menjadi sangat
berkurang. Pada tumbuhan monokotil dengan daun dorsiventral sejati, sel epidermis
adaksial dan abaksial mungkin berbeda ukurannya, dan epidermis adaksial, mungkin
mengandung sel bulliform (sel kipas) yang jauh lebih besar daripada sel epidermis
normal. Sel ini menyebabkan daun mampu menggulung dalam kondisi kering dan tidak

5
menguntungkan, dan membuka kembali dalam kondisi tidak ada stress air. Sel khusus ini
berdinding tipis dan mengandung air yang memungkinkan melakukan gerakan
menggulung. Sel-sel di tepi dan ujung daun monokotil seringkali lebih sempit dari yang
lain, dan memiliki dinding yang lebih tebal daripada sel epidermis pada daun dikotil.

B. Stomata
Stomata merupakan lubang pada permukaan adaksial atau abaksial daun yang
dikelilingi oleh dua sel penutup. Stomata biasanya ditemukan pada bagian abaksial
(Willmer 1983), tetapi pada beberapa jenis tanaman, stomata dapat dijumpai pada bagian
adaksial dan abaksial daun (Rompas et al. 2011). Stomata dapat terdapat pada kedua
permukaan (amphistomatik), atau hanya pada permukaan atas (hipertomatik) atau hanya
pada permukaan bawah (hipostomatik). Stomata secara khas tidak ada di daun air yang
terendam, tetapi ada di permukaan atas daun yang mengapung. Kontrol utama pergerakan
air dilakukan oleh stomata. Stomata terdiri dari sepasang sel penjaga (sering berbentuk
ginjal) dengan pori di antaranya.

Gambar 2.5 Struktur Stomata


Jumlah dan susunan sel tetangga ditentukan oleh suku tumbuhan tersebut. Pada
daun yang bertulang sejajar seperti pada tumbuhan monokotil, memiliki stomata yang
tersusun dalam deretan memanjang dan pembentukan stomata dimulai dari ujung sampai
ke arah dasar daun (Hidayat 1990). Arah membuka sel penutup stomata sejajar terhadap
sel tetangga. Sedangkan, tumbuhan yang bertulang daun menyirip seperti pada tumbuhan
dikotil, memiliki stomata yang tersebar. Stomata pada tumbuhan dikotil lebih besar pada
permukaan bawah daun daripada permukaan atas. Sedangkan, tumbuhan monokotil
memiliki jumlah stomata yang sama di kedua sisi daunnya.

6
Gambar 2.6 Stomata pada Daun Monokotil (Oryza sativa L.)

Gambar 2.7 Stomata pada Daun Dikotil (Jatropha curcas)


Tipe stomata berdasarkan jumlah sel tetangga dan hubungannya dengan sel penjaga
diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:

A. Anomositik merupakan tipe stomata dengan jumlah sel tetangga yang yang tidak,
menentu saat mengelilingi sel penjaga dan bentuknya tidak begitu dapat
dibedakan dengan sel epidermis lainnya. Dapat dikatakan bahwa anomositik tidak
memiliki sel tetangga yang mengelilingi sel penjaga.
B. Anisositik adalah tipe stomata dengan 3 sel tetangga yang secara ukuran tidak
sama mengelilingi sel penjaga.
C. Parasitik adalah tipe stomata dengan 1 atau lebih sel tetangga berada
berdampingan dengan sel pelindung namun sel tetangga tersebut sejajar dengan
sumbu panjang dari sel pelindung.
D. Diasitik merupakan tipe stomata di mana terdapat 2 sel tetangga yang
berdampingan dengan sel pelindung namun posisi sel tetangga tersebut tegak
lurus dengan sumbu panjang dari sel pelindung.

7
E. Aktinositik merupakan tipe stomata dengan sel tetangga mengelilingi sel penjaga
dengan posisi tegak lurus dengan sumbu panjang dari sel pelindung.
F. Siklositik merupakan tipe stomata dengan 4 atau lebih sel tetangga melingkari sel
pelindung seperti cincin

Gambar 2.8 Tipe Stomata

C. Trikoma
Trikoma merupakan rambut-rambut halus yang terdapat pada lapisan epidermis.
Kerapatan trikoma berkorelasi positif dengan perlindungan terhadap serangga pada
tanaman. Trikoma dapat diklasifikasikan sebagai uniseluler atau multiseluler tergantung
pada jumlah sel yang menyusunnya. Trikoma multiseluler tersusun atas banyak sel,
sedangkan trikoma uniseluler tersusun atas satu sel saja. Trikoma dapat dibagi menjadi
dua kategori: trikoma non-kelenjar, yang tidak mengeluarkan sekresi dan trikoma
kelenjar yang mengeluarkan hasil sekresi. Trikoma yaitu sel yang menonjol dari
permukaan epidermis. Trikoma memiliki banyak fungsi, yaitu mengatur laju penyerapan
air (meningkatkan dan menurunkan) guna menjaga permukaan daun tetap dingin,
pertahanan terhadap serangga, dan mengurangi penguapan. Trikoma yang tidak
menghasilkan sekret ada beberapa jenis yaitu:

8
 Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, misalnya pada Triticum,
Pelargonium dan Gossypium.
 Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, ditemukan pada tangkai (sesil) pada
daun durian (Durio zibethinus).
 Rambut bercabang, bersel banyak. Bentuknya dapat seperti bintang, misalnya
rambut di bagian bawah daun waru (Hibiscus).

Gambar 2.9 Jenis-Jenis Trikoma

Trikoma pada tumbuhan monokotil cenderung lebih sederhana dan sering kali
hanya terdiri dari satu sel dan sering tersebar lebih merata di seluruh permukaan daun dan
bagian tumbuhan lainnya. Sedangkan trikoma pada tumbuhan dikotil sering kali lebih
kompleks, bisa terdiri dari beberapa sel atau memiliki struktur khusus seperti kelenjar
yang menghasilkan zat-zat tertentu dan terdistribusi secara tidak merata.

Gambar 2.10 Kiri: Trikoma pada Daun Monokotil (Cocus nucifera), kanan: Trikoma
Daun Dikotil (Durio zibethinus)

9
D. Sel Kipas (Bulliform)
Sel kipas menyebabkan daun mampu menggulung dalam kondisi kering dan tidak
menguntungkan, dan membuka kembali dalam kondisi tidak ada stress air. Sel khusus ini
berdinding tipis dan mengandung air yang memungkinkan melakukan gerakan
menggulung. Contohnya dapat ditemukan pada rumput-rumputan atau daun alang-alang.
Sel kipas memiliki ukuran yang lebih besar daripada epidermis biasa, memiliki dinding
sel yang tipis dan vakuola yang besar. Sel ini juga memiliki banyak air dan tidak
mengandung kloroplas. Sel kipas berperan dalam pengaturan dalam proses menggulung
dan membukanya daun.

Gambar 2.11 Sel Kipas

2.1.2 Mesofil
Mesofil adalah jaringan pokok yang melingkupi epidermis merupakan lapisan
jaringan pokok yang berada di antara epidermis bagian atas dan epidermis bagian bawah,
serta terletak di antara berkas pengangkut. (kata asal Yunani: mesos, yang berarti tengah,
dan phyllon, yang berarti daun). Jaringan ini berperan sebagai komponen utama pada
daun. Biasanya, mesofil terbentuk oleh sel-sel parenkim yang bersifat homogen, terutama
pada tanaman rumput-rumputan, atau dapat mengalami diferensiasi menjadi parenkim
jaringan tiang (disebut parenkim palisade) dan jaringan spons (disebut parenkim spon).
Sel-sel parenkim dalam mesofil mengandung kloroplas, menjadikannya sebagai lapisan

10
jaringan utama yang bertanggung jawab untuk proses fotosintesis. Sifat dari mesofil dapat
bervariasi, ada yang homogen, dan dibagi menjadi dua jenis.

Jaringan spons terbentuk dari sel-sel yang memiliki dinding tipis, tidak teratur,
dan bersifat longgar, dengan ruang antar sel yang luas. Sel parenkim dalam jaringan spons
memiliki kloroplas dan melakukan fotosintesis, meskipun jumlah kloroplasnya lebih
sedikit daripada yang terdapat dalam jaringan tiang. Struktur jaringan spons yang
memiliki ruang antar sel yang besar menjadikannya lebih optimal untuk pertukaran gas
antara sel-sel dan udara luar. Ruang udara yang melingkupi sel parenkim spons terletak
dekat dengan stomata dan langsung terhubung dengan stomata. Sebagai hasilnya,
sirkulasi udara di sekitar sel-sel ini lebih lancar dibandingkan dengan sel-sel yang terletak
di sekitar parenkim palisade, sehingga parenkim spons lebih efisien dalam melakukan
pertukaran gas antara sel-selnya dan atmosfer luar.

1. Jaringan Tiang Atau Palisade

Jaringan tiang, atau yang disebut juga parenkim palisade, umumnya terbentuk oleh
sel-sel berbentuk silindris dan memanjang yang saling berhimpitan dengan sumbu
panjangnya tegak lurus terhadap epidermis. Struktur jaringan tiang ini lebih padat
dibandingkan dengan jaringan spons yang memiliki ruang antar sel yang lebih luas.
Meskipun tampak lebih rapat, sel-sel panjang pada jaringan tiang tetap terpisah,
memungkinkan udara mencapai sisi panjang sel. Jaringan palisade ini terdiri dari satu
atau lebih lapisan sel yang tersusun dekat dengan permukaan atas daun, tempat sinar
matahari diterima dan fotosintesis terjadi. Kloroplas dalam jaringan palisade lebih
melimpah daripada jaringan spons, sehingga daun bagian atas memiliki warna hijau gelap
dan lebih gelap dibandingkan dengan bagian bawah daun. Kerapatan parenkim palisade
ini dapat berubah tergantung pada intensitas cahaya matahari; daun yang menerima sinar
matahari secara langsung memiliki parenkim yang lebih rapat daripada daun yang tumbuh
di tempat teduh. Pada tumbuhan di daerah dengan kadar air tinggi, jaringan tiang
cenderung berada di bagian atas (adaksial), sementara jaringan spons berada di bagian
bawah. Jenis daun seperti ini disebut dorsiventral atau bifasial. Sebaliknya, jika jaringan
tiang terdapat di kedua sisi daun, contohnya pada tumbuhan xerofit yang hidup di daerah
kering, disebut isobilateral (isolateral) atau unifasial. Jaringan tiang telah mengalami
spesialisasi untuk meningkatkan proses fotosintesis.

11
Gambar 2.12 Mesofil Palisade

2. Jaringan Bunga Karang (Spons)


Jaringan spons terdiri dari sel-sel yang memiliki dinding tipis, tidak teratur, dan
bersifat longgar, dengan ruang antar sel yang luas. Sel-sel parenkim pada jaringan spons
mengandung kloroplas dan melakukan fotosintesis, meskipun jumlah kloroplasnya lebih
sedikit jika dibandingkan dengan jaringan tiang. Struktur jaringan spons yang memiliki
ruang antar sel yang besar membuatnya lebih cocok untuk pertukaran gas antara sel-sel
dan udara luar. Ruang udara yang luas di sekitar sel parenkim spons berdekatan dengan
stomata dan secara langsung terhubung dengan stomata. Akibatnya, peredaran udara di
sekitar sel-sel ini lebih bebas dibandingkan dengan sel-sel yang terletak di sekitar
parenkim palisade, sehingga parenkim spons lebih efisien dalam melakukan pertukaran
gas antara sel-selnya dan atmosfer luar.

Gambar 2.13 Penampang melintang daun Ipomoe aquatica Forsk. Keterangan: K:


kutikula, Ea: epidermis atas, Eb: epidermis bawah, St: stomata, Tr: trikoma, Pl:
palisade, Sp: spons, Xl: xylem, Fl: floem, Ru: ruang udara

12
2.1.3 Jaringan Pembuluh
Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh helai daun. Pembuluh dalam daun
umumnya disebut tulang daun, membentuk sistem yang dikenal sebagai sistem tulang
daun. Jaringan pembuluh pada daun tersusun atas jaringan yang berfungsi sebagai sistem
transportasi bahan dan hasil fotosintesis, terdiri dari xylem dan floem.

Gambar 2.14 Jaringan Pembuluh Xylem dan Floem

 Xylem
Xylem adalah salah satu jenis jaringan pembuluh pada tumbuhan yang berfungsi
mengangkut air, mineral, dan zat-zat lain dari akar ke seluruh bagian tanaman. Xylem
terdiri dari sel-sel yang mati dan memiliki dinding sel yang kaku, disebut trakeid dan
elemen pembuluh berlubang (serat pembuluh, trakea, dan elemen pembuluh lainnya).
Trakeid berfungsi sebagai pembawa dan penopang air karena dinding sekundernya
mengeras akibat kandungan lignin (Muttaqin, 2023). Xilem bertanggung jawab untuk
pengangkutan apoplastik pada tanaman berpembuluh, yang tidak terbatas sepenuhnya
pada pengangkutan air, tetapi juga pengangkutan berbagai makro dan mikronutrien, asam
amino dan zat anorganik penting lainnya, dari akar ke batang dan daun melalui kontinum
apoplastik. (Hindriani & Handayani, 2023).

13
Gambar 2.15 Struktur Xylem (Trakeid dan Unsur Pembuluh)

 Floem
Floem merupakan jaringan pembuluh pada tumbuhan yang berfungsi mengangkut
air gula, nutrisi, dan zat-zat organik lainnya dari daun dan bagian tempat fotosintesis ke
seluruh bagian tanaman. Dalam floem tumbuhan, untaian sel yang disebut anggota
pembuluh tapis yang merupakan saluran yang dilalui senyawa organik lain dan beberapa
ion mineral (Muttaqin, 2023).

Gambar 2.16 Struktur Floem


2.2 Perkembangan Daun
Tahap-tahap perkembangan daun merupakan permulaan (inisiasi), diferensiasi awal,
perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun.

 Inisiasi
Inisiasi pada daun diawali dengan pembelahan periklin dalam kelompok kecil
sel pada sisi pucuk. Jumlah lapisan sel mulai membelah dan posisinya pada

14
pucuk bervariasi pada tumbuhan yang berbeda. Primordia daun berasal dari
lapisan paling luar pucuk batang. Pada umumnya inisiasi paling sering terjadi
dari primordia daun diawali pada lapisan sel di bawah lapisan permukaan.
 Diferensiasi Awal
Lanjutan dari pembelahan sel, yaitu primordium daun menonjol dari pucuk
batang sebagai penyongkong yang memiliki bentuk tonjolan. Penyongkong
daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh
secara akropetal dan tidak jauh dari kambium batang.
 Perkembangan Aksis Daun
Pada umumnya dikotil dan Gymnospermae, perkembangan pada aksis daunnya
mendahului helai daun. Perkembangan yang cepat dari primordia
menghasilkan bentuk seperti kerucut yang rungcing dengan sisi adaksial rata.
Kerucut tersebut memiliki fungsi sebagai meristem apikal.
 Asal Usul Helai Daun
Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi
adaksial terus menerus membelah dengan begitu cepat. Pada daun sederhana
adanya dua pita seperti sayap yang berkembang di bagian tepi. Inisial pinggiran
merupakan sel lapisan paling luar di tepi helaian daun muda. Pada
Angiospermae, inisialnya membelah ke arah antikilin dan ada penambahan sel
baru yang terjadi ke arah protoderm abaksial dan adaksial. Pada daun majemuk
menjari dan menyirip, helai daunnya lateral berkembang dari meristem
pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan papila.

2.3 Perbedaan Daun Monokotil dan Dikotil


Daun mempunyai beragam bangun dan strukturnya. Daun monokotil dan dikotil memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan dalam strukturnya. Perbedaannya dapat dilihat dari
strukturnya yakni pada daun dikotil terdapat rambut daun sedangkan pada daun
monokotil tidak ada. Perbedaan lainnya ada pada struktur dan pola urat daun, dimana
pada daun monokotil memiliki pola vena paralel, yang artinya urat-urat daun berjalan
sejajar satu sama lain sedangkan pada dikotil memiliki pola vena retikuler atau jaringan,
yang artinya venanya membentuk suatu pola seperti jaring laba-laba. Adapun sruktur dari
daun monokotil terdiri dari:

15
a) Epidermis dan kutikula. Bagian luar daun monokotil terdiri dari epidermis yaitu
lapisan sel yang melindungi daun, serta kutikula yang merupakan lapisan lilin dan
berguna untuk melapisi epidermis dalam mengurangi penguapan air. Stoma pada
epidermis daun monokotil tersebar merata di sepanjang permukaan epidermis.
b) Stomata. Daun monokotil memiliki stomata yakni struktur mikroskopis yang
terbuka dan menutup untuk mengatur pertukaran gas seperti halnya karbon
dioksida dan oksigen. Stomata pada daun monokotil cenderung tersebar secara
merata di seluruh permukaan epidermis, ukurannya lebih kecil dan penempatan
stomata pada daun monokotil biasanya bersifat acak dan tidak memiliki pola
tertentu.
c) Rambut dan kelenjar. Rambut epidermis pada daun monokotil cenderung lebih
sedikit atau bahkan tidak ada.
d) Mesofil. Mesofil yaitu jaringan yang berada di tengah daun dan ikut berperan
dalam proses fotosintesis. Di dalam mesofil terdapat kloroplas yang mengandung
klorofil dan berfungsi untuk menangkap matahari. Sel-sel mesofil pada daun
monokotil dapat disusun secara acak dan tidak memiliki pola yang teratur. Mesofil
pada monokotil hanya terdiri atas 1 jenis sel yang seragam baik itu palisade atau
bunga karang
e) Urat daun
Urat daun atau pembuluh daun adalah sistem pembuluh yang membawa air,
nutrisi, dan produk fotosintesis ke seluruh bagian daun. Daun monokotil memiliki
pola vena paralel pada urat daun yang memberikan nutrisi ke mesofil.

Gambar 2.17 Daun Monokotil


Tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan berbiji belah atau berkeping dua. Tumbuhan
dikotil memiliki sepasang daun lembaga yang terdiri dari:

16
a) Epidermis dan Jaringan kutikula. Epidermis pada daun dikotil memiliki stoma
yang cenderung lebih terkonsentrasi di bagian bawah epidermis.Kutikula adalah
jaringan yang melapisi bagian epidermis atau disebut juga lapisan lilin yang
berguna untuk memberikan perlindungan pada daun dari kelebihan penguapan air.
b) Stomata. Stomata pada daun dikotil ini beraada di epidermis daun dan memiliki
fungsi untuk keluar masuknya karbondioksida dan oksigen dalam proses
pertukaran gas. Stomata pada daun dikotil cenderung lebih terkonsentrasi di
bagian bawah daun. Penempatan stomata pada daun dikotil dapat mengikuti pola
tertentu, misalnya, lebih banyak di bagian bawah daripada di bagian atas daun.
Stomata pada daun dikotil dapat lebih besar dan memiliki berbagai bentuk, seperti
bulat atau oval.
c) Rambut dan kelenjar
Rambut dan kelenjar pada daun dikotil ini berfungsi dalam penyerapan air dan
nutrisi, serta dapat menghasilkan senyawa yang bermanfaat untuk tumbuhan itu
sendiri. Daun dikotil cenderung memiliki lebih banyak rambut epidermis.
d) Mesofil. Daun dikotil memiliki mesofil yang merupakan jaringan tengah daun. Di
dalam mesofil terdapat sel-sel kloroplas yang berperan dalam proses fotosintesis.
Klorofil dalam sel ini kemudian akan menangkap energi matahari dan memproses
karbon dioksida dan air agar menjadi gula. Mesofil pada daun dikotil sering kali
memiliki struktur yang lebih terorganisir dan terdiri dari lapisan atas (palisade)
yang rapat dan lapisan bawah (spongy) yang lebih longgar. Mesofil pada daun
dikotil cenderung memiliki lapisan palisade yang lebih tebal daripada daun
monokotil.
e) Urat daun
Urat daun atau pembuluh daun merupakan sistem pembuluh yang berperan dalam
pengangkutan air, nutrisi, dan hasil fotosintesis ke seluruh bagian daun. Daun
dikotil memiliki pola vena retikuler pada urat daun yang membawa nutrisi ke sel-
sel mesofil.

17
Gambar 2.18 Daun Dikotil

Menurut Setiawan S. (2014), fungsi daun adalah:

 Tempat terjadinya fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di


jaringan parenkim palisade. Sedangkan, pada tumbuhan monokotil, fotosintesis
terjadi pada jaringan spons.
 Sebagai organ pernapasan. Di daun terdapat stomata yang berfungsi sebagai organ
respirasi.
 Tempat terjadinya transpirasi.
 Tempat terjadinya gutasi.
 Alat perkembangbiakkan vegetatif.

2.4 Morfologi Daun

2.4.1 Bagian-Bagian Daun Tunggal dan Majemuk


Daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun
yang hanya mempunyai satu helai daun pada satu tangkai daun, sedang daun majemuk
merupakan daun yang jumlahnya lebih dari satu helai daun pada satu tangkai daun.

Bagian-bagian daun tunggal:

a. Pelepah/seludang/vagina.

b. Tangkai/petiolus.

c. Helaian/lamina/folium.

18
Gambar 2.19 Bagian-Bagian Daun Tunggal
Daun tunggal, yaitu dalam satu tangkai hanya terdapat satu helaian daun. Macam daun
tunggal, antara lain berikut ini:

 Daun tunggal lengkap, yaitu daun tunggal yang mempunyai bagian-bagian seperti
pelepah, tangkai, dan helaian daun. Contoh: daun talas (Colocasia esculenta L.).
 Daun tunggal bertangkai, yaitu daun tunggal yang mempunyai bagian tangkai dan
helaian daun. Contoh, daun mangga (Mangifera indica L.).
 Daun tunggal berupih, yaitu daun tunggal yang mempunyai bagian pelepah atau
upih dan helaian daun. Contoh: daun jagung (Zea mays L.).
 Daun duduk atau sessilis, yaitu daun tunggal yang hanya mempunyai helaian daun
saja dan langsung menempel pada batang. Contoh: daun biduri (Calotropis
gigantea R. Bs).

Gambar 2.20 Macam-Macam Daun Tunggal. a; Daun Tunggal bertangkai, b; Daun


Tunggal berupih, c; Daun duduk atau sessilis.

19
Bagian-bagian daun majemuk:

1) Ibu tangkai daun (petioles communis)

2) Tangkai daun (petiololus)

3) Anak daun (foliolum)

Gambar 2.21 Bagian-Bagian Daun Majemuk

2.4.2 Bangun Daun (Circumscriptio)


Bangun daun merupakan bentuk helaian daun secara keseluruhan. Untuk melihat
bangun daun hanya perlu dilihat satu helai daun saja. Jika daun tersebut merupakan daun
majemuk, untuk melihat bangun daunnya dapat diamati pada satu helaian anak daunnya.
Untuk menentukan bangun daun, visualisasi, dilakukan berdasarkan beberapa posisi
yaitu:

A. Bagian Terlebar di Tengah Helaian Daun

Untuk melihat bagian yang terlebar di tengah daun dilakukan dengan cara membuat garis
di tengah-tengah sebagai lebar daun, sedangkan garis yang menjadi panjang daun adalah
ibu tulang daun yang membelah dua sisi daun. Perbandingan panjang dan lebar daun
dapat menjadi acuan bentuk daun tersebut. Bila garis sketsa menggambarkan
perbandingan panjang dengan lebar 1:1, maka daun tersebut dapat dikatakan berbentuk
bulat/bundar (orbicularis). Contohnya yaitu daun teratai (Nelumbo sp.), daun pepaya
(Carica papaya), jarak pagar (Jathropa curcas), dan lain sebagainya. Bagian terlebar di
tengah helaian daun kemungkinan bangun daun seperti berikut:

20
a) bulat atau bundar (orbicularis). Jika panjang lebar = 1:1
b) bangun perisal (pellatus). Daun yang biasanya bangun bulat mempunyai tangkai
daun yang tidak tertanam pada pangkal daun melainkan pada bagian tengah
helaian daun, misalnya pada Teratai.
c) Jorong (ovalis atau ellipticus), yaitu jika perbandingan panjang lebar = 0,5:1.
seperti dapat dilihat pada dauri nangka (Artocarpus integra).
d) memanjang (oblongus) yaitu jika panjang lebar = 2/31. Misalnya daun srikaya
(Annona squamosa L.).
e) bangun lanset (lanceolatus) jika panjang lebar = 3-5:1. Misalnya daun kamboja
(Plumiera acuminate).

Gambar 2.22 Bangun Daun untuk Bagian Terlebar di Tengah Helaian Daun

B. Bagian Terlebar di Bawah Helaian Daun

Daun-daun yang mempunyai bagian yang terlebar di bawah tengah-tengah helaian


daunrıya dibedakan dalam dua golongan yaitu:

1. Pangkal daunnya tidak bertoreh. Dalam golongan ini kita dapati bentuk-bentuk
seperti bangun bulat telur (ovatus), bangun segi tiga (triangularis), yaitu bangun
seperti segitiga sama kaki, bangun delta (deltoideus), yaitu bangun segitiga yang
sama ketiga sisinya, bangun belah ketupat (rhomboideus), yaitu bangun segi
empat yang sisinya tidak sama panjang.
2. Pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Dalam golongan ini dijumpai bentuk-bentuk
daun seperti bangun jantung (cordatus), yaitu bangun seperti bulat telur tetapi
pangkal daun memperlihatkan suatu lekukan, bangun ginjal (reniformis), yaitu
daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal

21
yang berlekuk dangkal, bangun anak panah (sagittatus), yaitu daun tak seberapa
lebar, ujung tajam, pangkal dengan lekukan yang lancip pula, bangun tombak
(hastatus), yaitu seperti bangun anak panah, retapi bagian pangkal daun di kanan
kiri tangkai mendatar, bertelinga (auriculatus), seperti bangun tombak, tetapi
pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat,

Gambar 2.23 Bangun Daun untuk Bagian Terlebar di Bawah Helaian Daun
C. Bagian Terlebar Terdapat di Atas Helalan Daun.
Dalam hal yang sedemikian kemungkinan bangun daun yang dapat ditemukan adalah
bangun bulat telur sungsang (obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar
terdapat dekat ujung daun, bangun Jantung sungsang (obcordatus), misalnya daun
sidaguri (Sida retusa L), bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), dan
bangun sudip atau bangun spatel atau solet (spathulatus), seperti bangun bulat telur
terbalik tetapi bagian bawahnya memanjang.

Gambar 2.24 Bangun Daun untuk Bagian Terlebar di Atas Helaian Daun

22
D. Tidak Ada Bagian Yang Terlebar
Dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit, atau lebarnya
jauh berbeda jika dibandingkan dengan panjangnya daun.

 bangun garis (linearts), pada penampang melintangnya pipih dan daun amat
panjang, misalnya daun bermacam-macam rumput (Gramineae).
 bangun pita (ligulatus). Serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi, juga
didapati pada jenis-jenis rumput, misalnya daun jagung (Zea mays L.).
 bangun pedang (ensiformis), seperti bangun garis, tetapi daun tebal di bagian
tengah dan tipis kedua tepinya, misalnya daun nenas sebrang.
 bangun paku atau dabus (subulatus), bentuk daun hampir seperti silinder, ujung
runcing, seluruh bagian kaku, misalnya daun Araucaria cunninghamil.
 bangun jarum (acerosus), serupa bangun paku, lebih kecil dan meruncing panjang.

Gambar 2.25 Bangun Daun untuk Tidak Ada Bagian Terlebar

2.4.3 Pangkal Daun (Basis foli)


Pangkal daun merupakan bagian yang berada dekat dengan tangkai daun. Pangkal daun
memiliki bentuk beraneka ragam. Pangkal daun dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

I. Tepi daun bagian bawah yang tidak bertemu/terpisah oleh pangkal ibu tulang/ujung
tangkai daun :

23
 Runcing (acutus), umumnya terdapat pada daun bangun memanjang, lanset, dan
belah ketupat.
 Meruncing (acuminatus), umumnya ada pada daun bangun bulat telur sungsang
atau bangun sudip.
 Tumpul (obtusus), umumnya ada pada daun bangun bulat telur dan jorong
 Membulat (rotundatus), umumnya ada pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan
bulat telur.
 Rompang/rata (truncatus), umumnya ada pada daun-daun bangun segitiga, delta,
dan tombak.
 Berlekuk (emarginatus), umumnya ada pada daun-daun bangun jantung, ginjal,
dan anak panah.
II. Tepi daun dapat bertemu satu sama lain :
 Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi di sisi yang sama terhadap batang sesuai
dengan letak daun pada batang tersebut seperti pada daun-daun bangun perisai.
 Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan dengan
letak daunnya, pangkal daunnya seperti membulat.

Gambar 2.26 Bentuk Pangkal Daun. a; Runcing,b; Meruncing, c; Tumpul, d; Membulat,


e; Rompang, f; berlekuk.

2.4.4 Ujung Daun (Apex foli)


Ujung daun (Apex Folii) memiliki bentuk yang beraneka ragam yaitu :

a) runcing (acutus), dimana kedua tepi ujung daun di kanan dan di kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannnya pada puncak daun
membentuk sseperti udut lancip (<90°). Seperti pada daun oleander.

24
b) Meruncing (acuminatus), dimana ujung daunnya seperti runcing namun titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari ekspetasi, sehingga ujung
daun terlihat sempit, panjang, dan runcing. Seperti pada daun sirsak.
c) Tumpul (obtusus), dimana tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
dan cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut tumpul. Seperti
pada daun sawo kecik.
d) Membulat (rotundatus), dimana pada ujung daunnya seperti tumpul, namun tidak
berbentuk sudut sama sekali. Sehingga ujung daun berbentuk semacam busur.
e) Rompang (truncatus), dimana ujung daun terlihat sebagai garis yang rata. Seperti
pada daun jambu monyet.
f) Terbelah (retusus), dimana ujung daun menampakkan suatu lekukan. Seperti pada
daun sidaguri.
g) Berduri (mucronatus), yang ada pada daun nanas sebrang.

Gambar 2.27 Bentuk Ujung Daun

2.4.5 Tepi Daun (Margo foli)


Tepi daun adalah bagian tepi daun yang terletak di antara pangkal dan ujung daun.
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang rata.
Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk.
Torehan daun bersifat dua macam. Torehan pertama tidak mengubah bentuk asli daun,
hanya sedikit bergelombang di tepinya. Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya
bentuk asli daun, karena daun mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-
torehannya. Lekukan daun disebut sebagai sinus, sedangkan tepi daun yang menonjol

25
keluar akibat torehan tersebut disebut sebagai angulus. Bila torehan yang terjadi hanya
sedikit, kurang dari setengah panjang tulang cabang daun yang di dekatnya, maka torehan
daun disebut berlekuk (b). Jika dalamnya torehan mencapai setengah panjang tulang
cabang daun, maka disebut sebagai daun yang bercangap (a). Dan jika dalamnya torehan
melebihi setengah panjang tulang cabang daun di dekatnya, maka tepi daun dikatakan
berbagi (c dan d).

Gambar 2.28 Daun Bertepi Rata dan Daun Bertepi Tidak Rata

2.4.6 Tulang Daun (Venation)


Tulang daun atau venasi, adalah jaringan pembuluh yang membawa air, nutrisi, dan zat-
zat lainnya ke seluruh bagian daun. Tulang daun ini terdiri dari pembuluh xilem yang
membawa air dan mineral dari akar ke daun, serta pembuluh floem yang membawa hasil
fotosintesis dari daun ke bagian-bagian tumbuhan lainnya. Empat kelas venasi yang
sangat umum adalah sebagai berikut:

1. Tidak beruas, di mana terdapat pelepah tengah tanpa vena lateral, misalnya,
seperti pada likofit, psilotofit, dan ekuisetofit, serta banyak tumbuhan runjung.
2. Dikotom, di mana vena bercabang secara berurutan ke arah distal menjadi
sepasang vena dengan ukuran dan orientasi yang sama, misalnya, pada Ginkgo
biloba, di mana tidak ada pelepah yang sebenarnya.

26
3. Paralel, di mana vena primer dan sekunder pada dasarnya sejajar satu sama lain,
vena utama melintang (pada sudut kanan), misalnya, pada sebagian besar
tumbuhan monokotil.
4. Jaring atau retikulat, di mana urat-urat utama membentuk pola seperti jaring yang
saling berhubungan, misalnya, sebagian besar tanaman berbunga dikotil. Daun
retikulat dapat berurat menyirip dengan urat sekunder yang muncul di sepanjang
urat primer, berurat palem (palmate-netted), dengan empat atau lebih urat primer
yang muncul dari titik dasar yang sama, atau berurat terner (ternate-netted),
dengan tiga urat primer yang muncul dari titik dasar yang sama.

Gambar 2.29 Tipe Pertulangan Daun

2.5 Jenis-Jenis Daun


Daun pada berbagai jenis tumbuhan dibedakan menjadi daun tunggal dimana pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja, dan daun majemuk merupakan
daun yang tangkainya bergabung-cabang pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian
daun (Tjitrosoepomo, 2020).

Daun majemuk dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a) Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)


Daun majemuk menyirip memiliki anak-anak daun yang tersusun dari kiri dan kanan
Ibu tangkai daun biasanya anak daun yang kecil.

27
b) Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)
Daun majemuk menjari merupakan daun majemuk yang semua anak daunnya
tersusun memancar pada ujung Ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan.
c) Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)
Daun majemuk memiliki kemiripan dengan susunan daun majemuk menjari namun
perbedaannya terletak pada dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu
tangkai melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya.
d) Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
Struktur daun majemuk campuran merupakan perpaduan dari daun majemuk menjari
dan daun majemuk menyirip. Dimana pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-
cabang yang terpencar seperti jari pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak
daun yang tersusun menyirip. Karena itulah daun majemuk seperti ini disebut sebagai
daun majemuk campuran, contoh tumbuhan yang memiliki daun majemuk campuran
adalah daun putri malu.

28
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daun merupakan komponen tumbuhan yang sangat penting karena mengandung
klorofil yang digunakan dalam pembentukan makanan yang dibutuhkan tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Dapat disimpulkan bahwa:

1. Struktur anatomi daun terbagi menjadi 3 yaitu jaringan epidermis, mesofil, dan
jaringan pembuluh. Jaringan epidermis pada daun terkadang dilapisi oleh
kutikula. Terdapat stomata dan trikoma pada jaringan epidermis, serta sel kipas.
Mesofil pada daun ada 2 yaitu mesofil palisade (tiang) dan mesofil spons (bunga
karang). Pada daun juga terdapat jaringan pembuluh yaitu xylem dan floem.
2. Perkembangan pada daun terdiri dari beberapa tahap yaitu inisiasi, diferensiasi
awal, perkembangan aksis daun, dan asal usul helai daun.
3. Perbedaan daun monokotil dan dikotil yaitu daun monokotil memiliki pola urat
daun parallel atau sejajar, sedangkan daun dikotil memiliki pola urat daun
retikular. Stomata pada daun monokotil letaknya beraturan memanjang dan
jumlah stomata pada epidermis atas dan bawah cenderung sama. Sedangkan, pada
daun dikotil stomatanya tersebar tidak beraturan, serta jumlah stomata lebih
banyak pada epidermis bawah.
4. Morfologi daun terdiri dari daun tunggal dan daun majemuk. Dimana bagian-
bagian daun tunggal yaitu pelepah daun, tangkai daun, dan helaian daun. Lalu,
bagian-bagian daun majemuk yaitu ibu tangkai daun, tangkai daun, dan anak
daun. Morfologi daun juga mencakup bangun daun, pangkal daun, ujung daun,
tepi daun, dan tulang daun.
5. Jenis-jenis daun majemuk yaitu daun majemuk menyirip (Pinnatus), daun
majemuk menjari (Palmatus), daun majemuk bangun kaki (Pedatus), dan daun
majemuk campuran (Digitatopinnatus).

29
DAFTAR PUSTAKA

Anu, O., Rampe, H. L., & Pelealu, J. J. 2017. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae. Jurnal MIPA, 6(1), 69-73.
F. A., Rahman. 2022. Anatomi Tumbuhan. Mataram: CV. Alfa Press.

Hidayat, E.B. 1990. Dasar-Dasar Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung:


ITB.
Hindriana, A. F., Handayani. 2023. Anatomi Tumbuhan. Malang. PT. Literasi Nusantara
Abadi Grup.

Juliarni, J., Dewanto, H. A., & Ermayanti, T. M. 2007. Karakter Anatomi Daun dari
Kultur Tunas Artemisia Annua L. Indonesian Journal of Agronomy, 35(3), 8017.

Mardhatillah, T., & Djuita, N. R. 2022. Anatomi Daun Varietas Belimbing (Averrhoa
carambola L.) Lokal di Taman Buah Mekarsari Bogor. Jurnal Sumberdaya
Hayati, 8(1), 27-33.
Mutaqqin, S.Z. 2023. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: UKI Press.

Nurul, A. 2013. Struktur Anatomi Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) Kultivar
Lokal, Pingpong, Itoh, dan Diamond river. Skripsi. Jember: Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Oktafiani, R. O., Retnoningsih, A., & Widiatiningrum, T. 2022. Pengembangan E-Book
Interaktif Tumbuhan Berbiji dengan Pendekatan Saintifik dan Kontekstual.
Bioeduca: Journal of Biology Education, 4(1), 67-83.
Pangemanan, E. F., Ratag, S. P., & Lasut, M. T. 2022. Comparative Anatomy Of Leaves
Of Several Types Of Ficus. Jurnal Agroekoteknologi Terapan, 3(2), 382-387.

Rahmatillah, A. U., & Puspitasari, L. 2021. Mengenal Tanaman dari Familia Asteraceae:
Melampodium divaricatum L. Tropical Bioscience: Journal of Biological Science,
1(1), 39-43.

Ristic, Z., & Jenks, M.A. 2002. Leaf Cuticle and Water Loss In Maize Lines Differing In
Dehydration Avoidance. Journal Plant Physiolog, 159:645–651.
Rizgiyya, S. R., Hariani, S. A., & Pujiastuti, P. 2023. Variasi Anatomi Daun (Stomata
dan Pertulangan Daun) pada Famili Piperaceae di Bandealit Taman Nasional
Meru Betiri (Tnmb). BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi, 8(1), 35-49.
R. N., Ramdhini et al. 2021. Anatomi Tumbuhan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Rompas Y, Rampe HL, Rumondor MJ. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Bioslogos, 1:1-19.

30
Sumadji, A. R., & Purbasari, K. 2018. Kerapatan Stomata Dan Kaitannya Terhadap
Kekeringan Pada Tanaman Padi Varietas Ir64 Dan Ciherang. In Prosiding
Seminar Nasional SIMBIOSIS, (Vol. 3).

Sumarsono, M. S., & Samiyarsih, S. 2013. Struktur Morfologi Tumbuhan dan Struktur
Sel. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tihurua, E. F., Agustiani, E. L., & Rahmawati, K. 2020. Karakter Anatomi Daun sebagai
Bentuk Adaptasi Tumbuhan Penyusun Zonasi Mangrove di Banggai Kepulauan,
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Kelautan Tropis, 23(2), 255-264.

Tjitrosoepomo, G. 2020. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
Willmer CM. 1983. Stomata. New York: Longman Group Limited.

31

Anda mungkin juga menyukai