Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PRESENTASI

DAUN I, II, DAN III

Dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan
Dosen Pengampu: Marshanti Lisbania Gratia, M.Pd.

Disusun oleh:

Gina Fatimah Shahab (2284025003)


Iqbal Nugraha (2284025006)
Irma Ismawati (2284025007)
Monica Fika F.A.P. (2284025009)
Silva Siti Nurhaliza (2284025023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS SALI AL–AITAAM
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Daun bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marshanti Lisbania Gratia, M.Pd. Dosen
Pengampu Mata Kuliah Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan pikiran maupun
materinya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandung, 12 juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
DAUN I ......................................................................................................... 3
A. Perkembangan Daun ...................................................................................... 3
B. Bagian-Bagian Daun ..................................................................................... 4
C. Helaian, Apeks, dan Basal Daun ................................................................... 10
DAUN II ........................................................................................................ 15
A. Susunan pertulangan daun ............................................................................. 15
B. Tepi daun ....................................................................................................... 16
C. Tata letak daun pada batang, rumus, dan diagram daun pada tumbuhan
berbunga ............................................................................................................. 16
DAUN III ....................................................................................................... 21
A. Daun majemuk............................................................................................... 21
B. Modifikasi daun ............................................................................................. 22
C. Filotaksis daun ............................................................................................... 24
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 30
A. Kesimpulan .................................................................................................... 30
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi
dan peran penting untuk kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan itu sendiri. Daun
sendiri memiliki ciri khas yakni, pada umumnya berwarna hijau, lalu bentuk dari
daun sebagian besar adalah melebar, memiliki zat klorofil yang berguna untuk
membantu proses fotosintesis.
Daun juga mempunyai bagian-bagian yang berperan penting untuk
membantu proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah di pelajari dan di pahami
secara mendalam, maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada
tumbuhan. Sehingga secara tidak langsung manusia juga dapat mengetahui
batapa penting dan gunanya tumbuh-tumbuhan dalam hidup. Pada lingkungan
informal, manusia secara umum mengetahui bentuk dari daun, namun pada
lingkungan ini, manusia tidak mengetahui dan mengenal daun secara spesifik.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas secara spesifik dalam
mengenal organ daun, dengan harapan setelah pembahasan, manusia dapat
mengenal dan mengetahui pentingnya organ daun pada tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses perkembangan daun?
2. Daun terbagi menjadi berapa bagian?
3. Bagaimanakah helaian, apeks, dan basal daun?
4. Ade berapa tepi daun? Jelaskan!
5. Dimana sajakah letak daun?
6. Bagaimana rumus daun dan diagram daun?
7. Seperti apa daun tunggal dan majemuk?
8. Bagaimana modifikasi daunnya?
9. Dan bagaimana filotaksis pada daun?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses perkembangan daun.
2. Mengetahui bagian-bagian daun.

1
3. Mengetahui helaian, apeks, dan basal pada daun.
4. Mengetahui tipe pada daun..
5. Dapat mengetahui letak daun.
6. Bisa mengaplikasikan rumus dan diagram pada daun.
7. Mengetahui jenis daun tunggal dan majemuk.
8. Mengetahui modifikasi yang terdapat pada daun.
9. Mengetahui apa itu filotaksis.

2
BAB II

PEMBAHASAN
DAUN I

A. Perkembangan Daun
Mulanya daun baru akan berkembang dari primordial daun yang dibentuk
pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul
meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun
sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat
aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan
primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem
apeks disebut plastokron.
Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian
kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil,
primordial daun terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk.
Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan
daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh apek pucuk.

3
Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur
sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun
terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan
ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun,
sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan
terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda.
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan
terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai
akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral)
terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas
meristem tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan
terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada
dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama
pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-
daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan
bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan
dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri
daun yang berbeda-beda.
B. Bagian-Bagian Daun
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar pada palm.
Sekalipun bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri
dari tiga bagian, yaitu:
1. Basal yang berkembang menjadi upih daun atau pelepah daun atau leaf vagina
Daun yang berupih umumnya hanya didapati pada tumbuhan yang
tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae) saja,
antara lain suku rumput-rumputan (Gramineae), suku empon-emponan
(Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L.), golongan palma (Palmae), dan
lain-lain.
Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk
batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:
a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum L.),

4
b. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun
semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan
yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini
tentu saja mungkin terjadi apabila upih daun amat besar seperti misalnya
pada pisang (Musa paradisiaca L.). batang yang tampak pada pohon
pisang sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya, oleh
karena itu disebut batang semu.

2. Tangkai daun atau petiolus


Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan
bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa,
hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya.
Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhan,
bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.Umumnya
tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada

5
pangkalnya. Jika dilihat pada penampang melintangnya dapat dijumpai
kemungkinan-kemungkinan berikut :
a. Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun (Carica L.)
b. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
c. Bersegi
d. Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau
beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang.
Walaupun tangkai daun seperti telah disebutkan di atas biasanya
menebal pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu
(Bauhinia purpurea L.). Selanjutnya jika ditinjau keadaan permukaannya,
tangkai daun dapat memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik,
rambut-rambut, lentisel, dan lain-lain. Dalam uraian mengenai susunan daun
telah dikemukakan pula, bahwa tangkai daun dapat mengalami pergantian
bentuk (metamorfosis) menjadi semacam helaian daun yang dinamakan
filodia seperti pada Acacia mangium dan Acacia crassicarpa.

3. Helaian daun atau Lamina


Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai
daun yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran,
maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-

tumbuhan yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh
sebab itu, walaupun tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan,

6
sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh
kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal.
Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan cepat
menarik perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk

helaiannya, disebut pula sebagai sifat daunnya. Sebatang pohon dapat


mempunyai hanya beberapa helai daun saja, misalnya pisang, tetapi dapat
pula sebatang pohon mempunyai ribuan daun, misalnya pohon beringin
(Ficus benjamina L.). Apakah jumlah daun pada satu tumbuhan banyak atau
sedikit, umumnya dapat dikatakan bahwa ciri-ciri daun pada satu jenis
tumbuhan adalah sama satu sama lain, terutama bentuk atau bangun
helaiannya. Kalau ada perbedaan, maka biasanya hanya mengenai ukuran
atau warnanya. Meskipun demikian perkecualian tetap ada. Pada tanaman
lobak (Raphanus sativus L.) misalnya, daun-daun yang dekat dengan
permukaan tanah tidak hanya lebih besar, tetapi bentuknya pun lain dengan
daun-daun yang letaknya jauh dari tanah. Juga seringkali kita dapat
menyaksikan sendiri, bahwa tumbuhan yang masih muda mempunyai bentuk
daun yang berbeda dengan setelah menjadi tua. Pohon nangka (Artocarpus
integra Merr.) dan pohon benda (Artocarpus elastica Reinw.), waktu muda
mempunyai daun yang tepinya bertoreh, sedang jika sudah besar daunnya
bertepi rata.

7
Daun yang memiliki ketiga bagian yang telah diuraikan tersebut
dinamakan daun lengkap. Tetapi ada pula sebagian besar tumbuhan, daunnya
hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai dan
helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang
demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap.
Pada bagian basal petiolus terdapat bagian yang membengkak. Bagian
ini disebut sebagai sendi daun (pulvinus). Pulvinus dapat merupakan engsel
bagi pergerakan daun (terutama pada daun majemuk). Pergerakan ini
dipengaruhi kadar air dalam pulvinus.

8
Pada bagian pangkal pulvinus, yaitu bagian yang melekat pada batang,
terdapat lapisan-lapisan sel yang dapat mengalami perubahan struktur dinding
sel, terutama ketika daun mengalami penuaan. Lapisan sel-sel ini disebut
sebagai lapisan absisi. Adanya lapisan absisi ini memungkinkan daun untuk
lepas dari tampat perlekatannya ketika daun telah mengalami penuaan
(pelajari pembentukan lapisan absisi secara anatomi).
Selain bagian-bagian di atas, pada beberapa tumbuhan ditemukan adanya
bagian-bagian tambahan, seperti daun penumpu (stipula), selaput bumbung
(ochrea) dan lidah daun (ligula). Stipula terdapat pada pangkal tangkai daun
dan berguna untuk melindungi daun ketika masih muda. Ochrea melekat pada
bagian atas tempat perlekatan daun dan biasanya menyelubungi ruas batang,
sedangkan ligula terdapat di antara vagina dan lamina. Ligula umum
ditemukan pada Graminae.

9
C. Helaian, Apeks, dan Basal Daun
1. Helaian daun
Helaian daun (epipodium atau lamina) adalah lembaran di mana proses-
proses fotosintesis terutama berlangsung. Helaian daun ini berbagai
macam bentuknya, diklasifikasikan pada bangun dasarnya, yakni:
a. Acicularis: Bangun jarum; bulat torak, kecil dan panjang, seperti
bentuk daun Pinus.
b. Cordatus: Bangun jantung; dengan tangkai daun melekat pada
bagian yang melekuk. Seperti pada talas.
c. Deltoideus: Bangun segitiga, dengan tangkai daun melekat pada
salah satu sisi. Misalnya pada tabat barito.
d. Ellipticus: Bangun jorong; bentuk umum kebanyakan daun.
e. Falcatus: Bangun sabit; ujung daun menyerong ke salah satu sisi.
f. Hastatus: Bangun tombak, serupa mata tombak; yakni dengan
ujung lancip dan dua telinga yang juga berujung lancip di
pangkalnya yang menghadap ke depan atau ke samping.
g. Lanceolatus: Bangun lanset, yakni jorong memanjang (panjang lk.
3-10 × lebar); bagian terlebar kurang lebih di tengah-tengah.
10
h. Linearis: Bangun garis, linear; sempit memanjang, kedua tepinya
cenderung sejajar, berujung lancip. Misalnya, daun ilalang.
i. Lyrate: menyerupai alat musik kecapi atau biola.
j. Obcordatus: Bangun jantung terbalik, jantung sungsang; tangkai
melekat pada ujung yang lancip.
k. Oblanceolatus: Bangun lanset terbalik, lanset sungsang; bagian
dekat pangkal lebih sempit dari bagian dekat ujung.
l. Oblongus, oblong: Bangun lonjong; yakni memanjang (panjang lk.
2-3 × lebar) dengan sisi hampir sejajar.
m. Obovatus: Bangun bundar telur terbalik, bundar telur sungsang;
tangkai melekat pada ujung yang lancip, serupa bentuk tetesan air.
n. Orbicularis: Bangun bundar, orbikular, bentuk lingkaran.
o. Ovatus: Bangun bundar telur.
p. Ovale: (panjang lingkaran 1½ × lebar); bagian terlebar di bawah
tengah-tengah.
q. Reniformis: Bangun ginjal, tangkai melekat pada lekukan.
r. Sagittatus: Bangun panah, serupa mata panah.
s. Spathulatus: Bangun sudip, sendok, spatula.
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari
helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun.
Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-
kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda.
Pada umumnya, istilah untuk menyatakan bentuk suatu benda selalu
dihubungkan dengan bentuk dua dimensi (two-dimensional shape) dari
benda tersebut dan sebagian besar didasarkan pada rasio panjang terhadap
lebar (indeks). Selain itu, dalam menyatakan suatu bentuk, letak bagian
yang terlebar perlu diperhatikan. Apakah bagian terlebar tersebut berada
di bawah bagian tengah, di bagian tengah atau di atas begian tengah
helaian. Hubungan antara indeks dengan letak bagian terlebar untuk
menyatakan istilah bentuk daun dapat dilihat pada gambar berikut;

11
Dalam menyatakan bentuk suatu daun, selain memperhatikan indeks dan
letak bagian yang terlebar, dapat pula digunakan bentuk persamaan

dengan benda-benda lainnya, seperti bentuk tombak, panah, dan


sebagainya.
2. Permukaan helaian dan kesan raba
a. Scabrous: berambut pendek, kasar.
12
b. Pubescent: berbulu pendek, lembut.
c. Glandular: ada kelenjar-kelenjar di ujung permukaan.
d. Villous: panjang, halus.
e. Tomentose: rambut-rambut halus, permukaan serupa wol yang
tersusun rapat mirip permadani.
f. Stellate: penampakan serupa bintang.
3. Apeks dan Basal (Pangkal) Daun
Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga

memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam. Bentuk apeks daun yang


sering dijumpai antara lain sebagai berikut;
a. Acuminatus: luncip, meruncing dengan ujung menyempit
memanjang.

b. Acutus: lancip; ujung atau pangkal daun membentuk sudut


runcing (< 90°).
c. Apiculate: elips menyempit, ujung meruncing.

13
d. Aristatus: berujung jarum; ujung tiba-tiba menyempit sangat
panjang dan kaku seperti jarum.
e. Caudatus: berekor; ujung tiba-tiba menyempit panjang seperti
ekor.
f. Cirrhose: berekor menyamping.
g. Cleft: rongganya nampak membentuk sumbing.
h. Cuspidatus: meluncip dan menggulung dalam ekor di ujungnya,
membentuk semacam contong atau kerucut sempit.
i. Emarginatus: melekuk dangkal di ujungnya.
j. Hastate: Bangun tombak, serupa mata tombak; yakni dengan
ujung lancip dan dua telinga yang juga berujung lancip di
pangkalnya yang menghadap ke depan atau ke samping.
k. Mucronatus: bermukro; ujung tiba-tiba menyempit dan berekor
pendek.
l. Mucronulatus: bermukro kecil; mukro (ekor) sangat kecil, serupa
duri, yang dinamai mukronul.
m. Obcordatus: melekuk dalam di ujungnya.
n. Obtusus: menumpul; dengan ujung atau pangkal tumpul.
o. Oblique: miring; helaian di pangkal tidak simetris. Misalnya pada
Begonia.
p. Peltate: bangun perisai, tangkai melekat di sisi bawah helaian daun.
Misalnya, kampis cina
q. Retusus: terbelah; melekuk dangkal pada ujung yang lebar.
r. Rotundus, rotundatus: membundar di ujung atau pangkalnya.
s. Sagittate: serupa mata panah.
t. Spinose: penampakan menjari arah keluar.
u. Truncatus: terpangkas atau rompang; dengan ujung seperti
terpotong, rata.
Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan bentuk
apeks daun pada umumnya dapat digunakan untuk menyatakan
bentuk basal (pangkal) daun. Namun, pada beberapa tumbuhan,
bentuk-bentuk pangkal daun berkaitan erat dengan pelekatan daun
tersebut terhadap batangnya.

14
DAUN II

A. Susunan Pertulangan Daun (Nervatio/Venatio)


Tulang daun terdiri dari ikatan pembuluh yang disusun oleh xilem dan floem. Xilem
berfungsi sebagai jalur transportasi air dan garam-garaman yang berasal dari akar,
melalui batang menuju ke daun, dan selanjutnya didistribusikan ke seluruh jaringan
yang terdapat dalam mesofil pada helai daun. Floem berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis yang terjadi dalam mesofil daun menuju ke batang dan akar tumbuhan.
Selain itu tulang daun juga berfungsi sebagai kerangka yang memberikan kekuatan dan
bentuk helai daun. Berdasarkan ukurannya maka tulang daun dapat dibedakan ke dalam
ibu tulang, tulang cabang, dan urat daun. Ibu tulang merupakan tulang besar
kepanjangan dari ikatan pembuluh pada tangkai daun. Ibu tulang ini dapat bercabang-
cabang membentuk tulang cabang. Tulang cabang dapat bercabang lagi hingga
mencapai ukuran kecil yang dinamakan urat daun. Ibu tulang daun dapat berada di
tengah-tengah helai daun sehingga daunnya simetris atau berada tidak di tengah-tengah
helai daun sehingga daunnya tidak simetris (asimetri). Ibu tulang daun dapat bercabang
membentuk tulang cabang ordo/tingkat 1 yang selanjutnya dapat bercabang lagi
membentuk tulang daun tingkat 2, dan seterusnya. Bagian tulang daun yang terkecil
disebut urat daun. Tulang daun tingkat 1 tumbuh menuju ke bagian tepi daun, ada yang
dapat mencapai tepi daun dan ada yang tidak mencapai tepi daun. Tulang cabang yang
tidak mencapai tepi daun, ada yang berhenti bebas tidak berhubungan satu dengan
lainnya, dan ada yang melengkung ke atas sehingga berhubungan dengan tulang cabang
di atasnya sehingga membentuk tulang pinggir. Ada beberapa susunan pertulangan
daun, yaitu:
a. Pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun. Bercabang ke kiri dan ke kanan
sehingga mirip dengan tulang ikan;
b. Pertulangan daun menjari, beberapa tulang cabang besar bermuara/bertemu
pada ujung tangkai daun;
c. Pertulangan daun melengkung, beberapa tulang cabang memanjang dan
melengkung menuju ujung daun;
d. Pertulangan daun sejajar, ada tulang-tulang daun kecil yang sejajar (dari
pangkal sampai ujung) dengan tulang tengah daun yang besar;
e. Pertulangan daun dikotom, tulang cabang daun bercabang dua, dan cabang
tersebut dapat bercabang dua lagi, dst
Tumbuhan dikotil(reticulate) umumnya mempunyai pertulangan daun menyirip
atau menjari/menjala. Tumbuhan monokotli(striate) umumnya mempunyai
pertulangan daun yang sejajar atauu melengkung, pertulangan daun dikotom umum
dijumpai pada paku-pakuan.
Tulang daun berdasarkan ukurannya ada beberapa istilah diantaranya:

15
▪ Costa: Tulang daun primer
▪ Nervus lateralis:Percabangan ke samping dari tulang primer
▪ Vena: Urat-urat yang terbentuk antara costa dan nervus lateralisVeinlets

B. Tepi Daun( Margo Folii)


Secara umum tepi daun ada yang rata dan ada yang bertoreh. Torehan tersebut ada
yang kecil dan dangkal sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap bentuk daun dan
ada yang besar dan dalam sehingga berpengaruh terhadap bentuk daun. Bentuk torehan
(sinus) ada yang lancip dan ada yang tumpul. Demikian juga bagian yang menonjol
(angulus) ada yang runcing dan ada yang tumpul. Daun dengan torehan kecil dan
dangkal, mempunyai bentuk tepi daun sebagai berikut.
a. Tepi daun bergerigi (serrate) jika torehan dan tonjolan membentuk sudut
lancip.
b. Tepi daun bergerigi ganda (incised) jika tepi daun yang bergerigi dengan
tonjolan yang tepinya bergerigi lagi.
c. Bergigi (dentate) jika torehan tumpul, sedangkan tonjolannya lancip.
d. Beringgit (crenate) jika torehan lancip, sedangkan tonjolan tumpul.
e. Berombak (undulate) jika torehan dan tonjolannya sama-sama tumpul.
Daun dengan torehan besar dan dalam, biasanya bagian tonjolannya mengikuti
ujung tulang daun, sedangkan bagian yang bertoreh terdapat di antara tulang daun.
Berdasarkan dalam torehannya maka dapat dibedakan ke dalam:
a. Berlekuk jika dalamnya torehan kurang dari setengah panjang tulang
daun yang ada di kiri-kanannya. Berdasarkan bentuk pertulangan
daunnya maka kita mengenal adanya tepi daun berlekuk menyirip dan
berlekuk menjari;
b. Bercangap jika dalamnya torehan kurang lebih setengah panjang tulang
daun yang ada di kiri-kanannya. Berdasarkan bentuk pertulangan
daunnya maka kita mengenal adanya tepi daun bercangap menyirip
danbercangap menjari;
c. berbagi jika dalamnya torehan lebih dari setengah panjang tulang daun
yang ada di kiri-kanannya. Berdasarkan bentuk pertulangan daunnya
maka kita mengenal adanya tepi daun berbagi menyirip dan
berbagi menjari
C. .Tata letak daun pada batang, rumus, dan diagram daun pada tumbuhan berbunga
1. Tata Letak Daun

16
Pada bagian batang yang berbuku ada bagian yang memiliki cabang terdapat daun.
Seringkali dilihat pada tumbuhan bambu (Bambusa sp) dan tebu (Saccharum
Officinarum). Batang tumbuhan digambarkan berbentuk silinder. Ada bagian
ruas (internodium) bagian batang diantara 2 buku-buku, untuk dapat mengetahui
tata letak daun pada batang maka harus ditentukan terlebih dulu berapa jumlah
daun yang terdapat pada satu buku-buku batang yang kemungkinannya seperti
berikut;
a. Pada tiap buku-buku batang terdapat satu daun
Tata letak daun ini dinamakan tersebar (folio sparsa) jika untuk mencapai
daun yang teggak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi
mengelilingi batang a kali,jumlah daun yang di lewati selama itu adalah
b. Maka perbandingan kedua merupakan pecahan a/b atau rumus
daun/divergensi ada, garis spiral adalah garis yang menghubungkan daun-
daun berturut-turut dari bawas ke atas menurut urutan tua mudanya. untuk
dapat mencapai 2 daun yang tegak lurus antar satu sama lain telah di
lewati sejumlah daun b, maka berarti batang juga terdapat garis garis
tegak lurus( vertikal ) atau ortosik.
b. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun
Dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan atau terpisah pada
jarak 180°, pada buku-buku berikutnya biasanya kedua daun tersebut akan
menyilang dengan dua daun dengan daun yang dibawahnya tadi. Tata
letak daun yang demikian dinamakan berhadapan bersilang ( folia
apposita atau folia decussata), misalnya pada soka (Ixora paludosa Kurz)
c. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Dapat ditemukan pada alamanda (Allamanda catharica L.). tata letak
demikian dinamakan berkarang (folio verticillata).
2. Rumus Daun
Ketika kita teliti dan melihat tata letak daun tersebar maka akan dijumpai
sifat-sifat yang beraturan dan muncul adanya rumus daun. Untuk mengetahui
rumus daun di suatu tumbuhan maka kita amati letak daun dengan mengingat
Batang sebagai silinder, buku-buku Batang sebagai lingkaran, dan duduknya
daun sebagai suatu titik di lingkaran tersebut.
a. Jika u/ mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan daris spiral

17
tadi mengelilingi batang a kali, jumlah daun yang dilewati selama itu adalah
b, maka ↳ a/b.
b. Ortosik: gatis vertikal yang menghubungkan dua daun yang tegak lurus.
c. Spiral genetik: garis spiral yang melingkari batang yang menghubungkan
daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas sampai dengan tercapai daun
yang tegak lurus.
Meskipun tata letak daun tersebar tetapi ketika kita teliti lebih lanjut maka akan
dijumpai sifat-sifat yang beraturan maka akan muncul adanya rumus daun.
Untuk mengetahui rumus daun disuatu tumbuhan maka, kita amati letak daun
dengan menganggap batang sebagai silinder, buku-buku batang sebagai
lingkaran, dan duduknya daun sebagai suatu titik dilingkaran tersebut. Ketika
kita teliti dan melihat tata letak daun tersebar maka akan dijumpai sifat-sifat yang
beraturan dan muncul adanya rumus daun. Untuk mengetahui rumus daun di
suatu tumbuhan maka kita amati letak daun dengan mengingat Batang sebagai
silinder, buku-buku Batang sebagai lingkaran, dan duduknya daun sebagai suatu
titik di lingkaran tersebut.

a. Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun berturut-
turuti jika diproyeksikan pada bidang datar.
b. Jarak antara kedua daun tetap dan besarnya adalah a/b × 360° disebut sudut
divergensi.
c. ½ 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21....dan seterusnya.

18
d. Deret fibonacci: deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sufat yang
begitu karakteristik.

3. Diagram skema tata letak daun


Dapat dilakukan dengan membuat bagan atau skema letaknya dan
membuat diagram agar mempermudah untuk memberi penjelasan terhadap tata
letang daun pada batang tanaman.

Batang tumbuhan dipandang sebagai kerucut yang memanjang. Dengan


buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada
satu bidang datar, maka buku-buku batang menjadi lingkaran-lingkaran yang
konsentris dan ouncak batang akan mer=nerapkan titik pusat semua lingkaran
Gambar disamping merupakan diagram tata letak daun, dengan ilistrasi buku
buku batang di gambarkan sebagai lingkaran-lingkaran sempurna dan batang
sebagai kerucut yang memanjang. Maka buku-buku batang akan seperti lingkaran
pada gambar disamping yang konsentris dan puncak batang akan menjadi titik
pusat lingkaran.

19
Lingkaran paling luar merupakan buku batang paling bawah pada
tumbuhan, semakin kedalam maka semakin keatas mendekati puncak batang.
Pada rumus 2/5 untuk memperlihatkan daun yang duduknya satu ortoksit,
sekurang-kurangnya harus dibuat 6 lingkaran konsentris, tetapi lebih banyak
lebih baik. Garis otrosik berbentuk jari-jaru lingkaran yang dibagi menjadi 5
sektor yang sama besar yang dinamakan garis otrosik.
Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun
dan diberi nomer urut, untuk rumus 2/5 maka jarak antara 2 daun harus meloncati
satu otrosik, dengan garis spiral yang digambarkan dengan menghubungkan daun
permulaan ke daun diatasnya, dimana putarannya semakin ke atas maka semakin
sempit. Permukaan daun utama yang paling bawah melewati satu otrosik,
kemudian naik keatas akan melewati satu ortosik dan selanjutnya akan ada daun
3 dan seterusnya. Garis putus-putus merupakan seperti halnya dalam bagan yaitu
spiral genetik dimana berapa kali putaran untuk mencapai daun tegak lurus untuk
mencapai ortosik.
Pada suatu tumbuhan garis-garis ortosik yang biasanya tampak lurus
keatas dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-
macam faktor, perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortosik
menjadi garis spiral yang tampak melingkar, dalam keadaan demikian maka
spiral genetik sukar ditentukan. Ortosik yang mengalami perubahan tersebut
memiliki nama lain yaitu:
a. Spirostik ⇒ ortosik berubah menjadi garis spiral karena pertumbuhan
batang memutar, contoh: pandan (pandanaud tectorius)
b. ● Parastik⇒ garis-garis spiral ke-kiri dan ke-kanan, melingkari batang,
menghubungkan daun-daun menurut arah kesamping, contoh: (elaeis
guineens/s)

20
DAUN III

A. Daun Tunggal dan Daun Majemuk


Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal
dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu
helai tanpa adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan daun
majemuk adalah daun dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah
yang berbentuk seperti daun dan disebut anak daun (leaflet). Pada bagian basal helaian
anak daun atau bagian basal petolulus biasanya ditemukan adanya pulvinulus
(persendian daun). Adanya pulvinulus pada anak daun ini menyebabkan anak daun
dapat gugur sendiri-sendiri (tidak bersamaan).
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang
sama dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan
anak dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah
ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan
anak daun dari daun majemuk, yaitu:
a. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak
daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
b. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,
sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
Pada daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian sebagai berikut:
a. Petiolus (tangkai daun), yaitu tangkai yang terletak di antara batang (dahan)
dengan anak daun terbawah atau rakhila terbawah, disebut juga sebagai bagian
infrayuga serta memiliki pulvinus di bagian pangkalnya.
b. Rakhis, yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah atau rakhila
(rakhis sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di antara dua anak daun
disebut bagian interyuga, sedangkan bagian rakhis yang berada di bawah anak
daun teratas disebut bagian ultrayuga. Pada daun majemuk bergAnda dapat
ditemukan adanya rakhila atau rakhis sekunder, yaitu cabang dari rakhis.
Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut rakhis tertier.
c. Petiolulus, yaitu tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian
yang disebut pulvinulus (pulvinus sekunder).

21
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul menyirip pada rakhis, maka
daun tersebut dinamakan daun majemuk menyirip (pinnatus), sedangkan bila anak daun
muncul dari satu titik pada ujung petiolus, maka daun tersebut dinamakan daun
majemuk menjari (palmatus). Daun majemuk menyirip dapat imparipinnatus bila pada
ujung rakhis terdapat satu anak daun, paripinnatus bila pada ujung rakhis tidak terdapat
anak daun, atau interupte-pinnatus bila terdapat anak daun yang berukuran besar dan
kecil yang berselang letaknya sepanjang rakhis. Daun majemuk menyirip ini dapat pula
bipinnatus atau tripinnatus bila dua atau tuga kali menyirip, atau bila ditemukan adanya
rakhis sekunder dan tertier.
Daun majemuk dapat pula berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip
yang disebut daun majemuk digitatopinnatus atau palmatopinnatus. Pada daun seperti
ini, rakhis-rakhis terseusun menjari, sedangkan anak daun tersusun menyirip pada
setiap rakhis.
B. Modifikasi Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan
ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin
bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun
tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu
dikatakan telah mengalami modifikasi.
Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan
jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi
pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari
daun.
Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk
lain.Daun yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah
antara lain menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale),
brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha).
Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan.
Daun yang termodifikasi menjadi duri umum ditemukan pada suku cactaceae,
sedangkan sisik dapat ditemukan pada suku Cassuarinaceae, Equisetaceae, dan
tumbuh-tumbuhan yang memiliki rhizoma. Untuk menyatakan bahwa duri atau sisik
dari suatu tumbuhan merupakan modifikasi dari daun antara lain dapat dilihat dari
adanya tunas aksilar pada ketiak duri atau sisik tersebut dan letaknya yang tersusun
seperti letak daun pada umumnya. Daun yang termodifikasi menjadi sisik umumnya
22
berukuran lebih kecil dan berfungsi sebagai pelindung meristem vegetatif maupun
meristem bunga. Sisik tersebut biasanya mengering bila tumbuhan atau organ yang
ditempatinya telah dewasa.
Tumbuh-tumbuhan yang daunnya termodifikasi menjadi duri atau sisik
biasanya fungsi fotosintesis pada daun diambil alih oleh batang. Batang yang demikian
itu disebut Cladodium/ phyllocladium (lihat pembahasan tentang modifikasi batang).
Pada tumbuhan dengan daun yang termodifikasi pada bagian tertentu saja
biasanya sifat-sifat daunnya masih dengan mudah dapat dikenali. Modifikasi tersebut
dapat terjadi pada petiolus, rakis, helaian daun, ujung daun, dan anak daun dari daun
majemuk. Pada beberapa tumbuhan memanjat, rakis (seperti pada Clematis), ujung
daun (seperti pada Gloriosa dan Littonia modesia), anak daun dari daun majemuk
(seperti pada Anemone dan Pyrostegia venusia) dapat termodifikasi menjadi alat panjat
yang disebut sulur atau tendril. Anak daun dari daun majemuk juga dapat termodikasi
menjadi duri, seperti pada Parkinsonia aculeata dan Desmoncus sp. Pada Nepenthes,
modifikasi ujung daun membentuk perangkap serangga (ascidium) yang berbentuk
seperti piala lengkap dengan tutupnya. Dinding perangkap tersebut memiliki banyak
sel kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan madu dan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menghancurkan serangga yang terperangkap. Pada Acacia, petiolus
mengalami pemipihan ke arah lateral membentuk organ fotosintesis, dimana helaian
daun yang sebenarnya telah tereduksi. Helaian daun tersebut masih dapat dilihat pada
daun-daun permulaan yang terdapat pada kecambah tumbuhan yang bersangkutan.
Petiolus yang mengalami modifikasi seperti ini disebut sebagai phyllodium.
Selain bentuk modifikasi seperti tersebut di atas, pada beberapa tumbuhan
modifikasi terjadi sebagai akibat kebutuhan akan organ tempat menyimpan cadangan
makanan. Sebagai contoh, pada beberapa spesies famili Amarylidaceaea dan Liliaceae
pelepah daun digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Akibatnya,
pelepah daun tersebut membengkak menutupi batangnya, membentuk apa yang disebut
umbi lapis (bulbus). Tumbuhan-tumbuhan yang membentuk umbi lapis biasanya
memiliki batang yang sangat pendek sebagai akibat hampir tidak ada perpanjangan ruas.
Batang ini biasanya disebut sebagai papan basal (basal plate). Batang tersebut tumbuh
vertikal dan memiliki pola percabangan simpodial. Tunas aksilar terdapat pada ketiak
sisik dan akan tumbuh membentuk umbi lapis baru. Ketika masih terdapat di dalam
ketika sisik umbi lapis baru ini ukurannya sangat kecil dan biasanya disebut bulblet.

23
Ada dua jenis umbi lapis, yaitu umbi lapis sisik (tunicate bulb) dan umbi lapis
non-sisik (nontunicate bulb). Pada umbi lapis sisik, sisik atau lapisan sisik paling luar
mengering membentuk struktur serupa membran. Sisik terluar yang mengering ini
disebut Tunic.Tunic berfungsi untuk melindungi sisik-sisik yang ada di dalamnya dari
kekeringan dan kerusakan mekanik. Umbi lapis non-sisik tidak memiliki tunic. Setiap
sisik terpisah satu sama lain, mudah terlepas dan masing-masing melekat pada papan
basal.
Modifikasi yang terjadi pada bagian-bagian tambahan dari daun antara lain
seperti yang terjadi pada Smilax. Pada tumbuhan tersebut stipula telah termodifikasi
menjadi sulur atau tendril. Modifikasi stipula dapat pula terjadi pada duri seperti yang
ditemukan pada Acacia hindisii dan Parkinsonia aculeata. pada Pisum sativum stipula
melebar dan berfungsi sebagai fotosintesis.

C. Filotaksis
1. Duduk daun secara umum
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan
berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau
filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan
daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya
mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk
menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan
biasanya bersifat konstan.
Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya
helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat
dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan
bila ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat tiga
helai daun atau lebih pada setiap buku.
a. Bila hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun
dapat:
1) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada
pada satu sisi batang jika dilihat dari atas duduk daun seperti ini
jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun
24
yang berurutan, sehingga daun tampak tersusun membentuk
putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).
2) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret
jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara dua
deret daun tersebut 180° bila kedua deretan tersebut berputar ke
arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama,
maka duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
3) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga
deret bila dilihat dari atas dengan sudut diantara deret satu
dengan berikutnya adalah 120° pada tumbuhan dengan duduk
daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran
sehingga duduk daun menjadi spirotristika (spirotristichous).
4) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih
dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan
duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai akibat
panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya
perubahan selama masa pertumbuhan batang. Duduk daun spiral
seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun tersebar. Pada
beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak
daun kelihatan sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas
batang sangat pendek, misalna pada kelapa dan beberapa
tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak
hampir sama tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya.
Duduk daun seperti ini ini disebut roset.
b. Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus), maka daun-daun
akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita). Kedua daun yang
berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180° bila
pasangan daun pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90°,
maka akan terdapat empat deretan daun bila dilihat dari atas. duduk daun
seperti ini disebut berhadapan bersilang (oppositadecussata). Bila
batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran,
maka duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata.

25
c. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka
duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun
seperti ini daun-daun yang berada dalam dua karangan berurutan
masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila daun dari dua
karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan
tampak deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap
bukunya.
Akan tetapi, bila daun dari dua karangan letaknya sejajar, maka jumlah
deretan daun bila dilihat dari atas sama dengan jumlah daun pada setiap
bukunya.
Pada beberapa tumbuhan yang memiliki satu daun pada setiap buku dengan
pertumbuhan apeks batang yang ritmik, biasanya juga memperlihatkan
sususnan daun yang berkarang. Namun demikian, dari satu daun ke daun
berikutnya dalam satu karangan terdapat ruang antara (interspace). Untuk duduk
daun seperti ini dapat digunakan istilah berkarang semu (pseudowhorld atau
pseudoverticillata). Duduk daun seperti ini sebenarnya terjadi sebagai akibat
perbedaan periode tumbuh. Ketika periode reda tumbuh, ruas yang dihasilkan
sangat pendek sehingga buku-buku yang dihasilkan berada pada jarak yang
berdempetan, tetapi ketika apeks memasuki periode pertumbuhan cepat ruas
yang terbentuk sangat panjang (biasanya hanya menghasilkan satu atau
beberapa ruas). Akibatnya, akan tampak kelompok-kelompok ruas yang sangat
pendek dipisahkan oleh ruas yang sangat panjang. Daun-daun yang duduk pada
buku dengan ruas yang pendek akan tampak seolah-olah berkarang.
2. Orthostich dan Parastich
Biasanya untuk mendeskripsikan filotaksis dari tumbuhan yang
memiliki satu daun padasetiap buku digunakan/dinyatakan dalam bentuk
bilangan pecahan. Pecahan ini merupakan ukuran besarnya sudut yang
terbentuk oleh dua daun yang berturutan. Sebagai contoh, dalam filotaksi 1/3,
sudut yang terbentuk antara dua daun yang berurutan adalah sebesar 1/3 x 360°=
120°. Bila mengikuti urutan daun beradasarkan posisinya mulai dari daun yang
paling tua sampai ke daun yang paling muda, akan ditemukan suatu garis khayal
(imaginary line) yang melingkari batang secara spiral menghubungkan satu
daun dengan daun berikutnya. Garis khayal ini disebut sebagai spiral genetik.
Pecahan filotaksis dapat diperoleh dengan cara mengikuti garis spiral genetik
26
yang melingkari batang mulai dari satu daun yang lebih tua (sebagai daun yang
menjadi titik pangkal) yang letaknya di bawah hingga ke daun yang lebih muda
yang berada tepat di atas daun pertama. Garis khayal yang menghubungkan
daun pertama (yang menjadi titik pangkal) dengan daun yang berada tepat di
atasnya akan sejajar sumbu batang. Garis khayal yang demikian disebut sebagai
garis orthostich. Daun-daun yang tampak tersusun dalam satu garis orthostich
dikatakan berada dalam orthostich yang sama. Selanjutnya, jumlah lingkaran
spiral dan jumlah daun yang dilewati lingkaran spiral diantara dua daun
berurutan pada orthostich yang sama masing-masing dinyatakan sebagai
pembilang dan penyebut. Sebagai contoh, pada filotaksis 2/5, setelah dua kali
melingkari batang dilewati lima helai daun, dimana daun ke n + 5 tepat berada
di atas daun ke n. dengan demikian orthostich yang terdapat pada fiolotaksis 2/5
dibentuk oleh daun ke n, n + 5, n + 5 + 5, n + 5 + 5 + 5, dan seterusnya. Karena
setiap daun yang dilewati garis spiral diantara dua daun berurutan pada satu
orthostich, terletak pada garis orthostich yang berbeda maka bilangan penyebut
dalam suatu pecahan filotaksis menunjukkan pula jumlah orthostich yang
terdapat dalam batang yang bersangkutan. Untuk filotaksis 2/5 jumlah
orthostich-nya ada lima.Bila diperhatikan pecahan-pecahan filotaksis berbagai
tumbuhan yang berbeda spesies, akan ditemukan suatu seri pecahan ½, 1/3, 2/5,
3/8, 5/13, dan seterusnya. Dari deretan pecahan-pecahan ini tampak bahwa
pembilang mapun penyebut mengikuti angka berurutan dalam deret Fibonaci.
Dalam deret Fibonaci suatu angka tertentu berikutnya merupakan jumlah dua
angka berurutan sebelumnya.Pada pucuk dimana pemanjangan ruas tidak
tampak jelas atau pada tumbuhan yang letaknya daunnya cukup rapat satu sama
lain, filotaksis tidak dapat ditentukan dengan cara di atas karena tidak dapat
ditentukan garis orthostich-nya. Sebagai contoh, pada runjung (strobilus) Pinus
dan bunga nanas. Dalam keadaan demikian, penentuan filotaksis dilakukan
dengan cara lain, yaitu mengikuti garis-garis lengkung ke kiri atau ke kanan
yang menghubungkan daun-daun yang mempunyai jarak terdekat mulai dari
pusat (apeks) ke arah luar (daun yang paling tua). Garis lengkung tersebut
dinamakan garis parastich. Biasanya pada tumbuhan dengan duduk daun seperti
ini akan memiliki dua perangkat garis parastich yang masing-masing
berlawanan arah, ke kiri dan ke kanan. Jumlah masing-masing garis parastich
dapat sama atau berbeda. Setiap daun terdapat pada setiap titik temu kedua
27
parastich yang berlawanan arah tersebut .Parastich seperti ini disebut sebagai
parastich kontak.
3. Sudut divergensi
Di atas telah dikemukakan bahwa filotaksis dari tanaman yang memiliki
satu daun pada setiap buku, khususnya untuk dengan duduk daun spiral
dinyatakan dalam bentuk pecahan, yaitu pecahan filotaksis. Bila pecahan
filotaksis tersebut dikalikan dengan besarnya sudut satu lingkaran penuh (360°),
maka akan diperoleh sudut yang memisahkan dua daun yang berurutan. Sudut
ini disebut sudut divergensi dan angka pecahan filotaksisnya dinyatakan sebagai
angka divergensi. Sudut divergensi yang terbentuk pada filotaksis 2/5 adalah
sebesar 2/5 x 360°= 144°. Berarti, sudut yang terbentuk diantara dua daun yang
berurutan dalam spiral genetik adalah sebesar 144°. Selanjutnya, bila divergensi
diantara satu daun dengan daun berikutnya, proyeksikan pada kerta gambar,
setelahnya akan diperoleh suatu diagram yang menunjukkan letak dan jarak
antara satu daun dengan daun berikutnya. Diagram ini disebut sebagai diagram
tata letak daun .Dalam menggambarkan suatu diagram tata letak daun, daun
yang paling tua ditempatkan pada lingkaran yang paling luar, sedangkan daun
berikutnya yang lebih muda ditempatkan pada lingkaran sebelah dalamnya.
Demikian seterusnya, sehingga bila setiap titik tempat duduk daun tersebut
dihubungkan satu sama lainnya dengan suatu garis maka akan terbentuk
lingkaran spiral yang menuju ke pusat.
4. Mozaik daun
Kadang-kadang pada batang/cabang/ranting yang tumbuh mendatar
(plagiotrop), terdapat suatu penyimpangan pola duduk daun dari pola asalnya.
Hal ini dikarenakan pada batang/cabang/ranting yang tumbuh plagiotrop, daun-
daun teratur sedemikian rupasehingga permukaan daun berada pada satu bidang
datar (horizontal). Dengan demikian setiap helai daun memungkinkan untuk
memperoleh sinar matahari sebanyak mungkin. Daun-daun yang demikian ini
dikatakan telah membentuk mozaik daun. Dalam membentuk mozaik daun,
pengisian bidang datar dapat terjadi karena salah satu atau kedua hal berikut:
a. Pangkal daun (petiolus) terputar 90°, sehingga seluruh daun terletak
dalam satu bidang datar. Pengisian bidang datar dengan cara memutar
pangkal daun ini umum terjadi pada tumbuhan dengan duduk daun

28
distika, dimana daun terletak dalam dua baris panjang sepanjang
cabang/ranting yang tumbuh plagiotrop.
b. Petiolus yang tidak sama panjang. Beberapa daun memiliki petiolus
yang pendek, sedangkan beberapa daun lainnya memiliki petiolus yang
lebih panjang. Perbedaan panjang petiolus ini menyebabkan sebagian
daun lebih menjorok ke arah luar (lebih jauh dari cabang/rantingnya)
dan sebagian lagi dekat dengan cabang/rantingnya..

29
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Mulanya daun baru akan berkembang dari primordial daun yang dibentuk
pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul
meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun
sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas
meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial
daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebut
plastokron. Adapun bagian-bagian daun
1. Basal yang berkembang menjadi upih daun atau pelepah daun atau leaf
vagina.Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk
batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:
a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
b. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun
semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan
yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi.
2. Tangkai daun atau petiolus
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan
bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa,
hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya.
Jika dilihat pada penampang melintangnya dapat dijumpai kemungkinan-
kemungkinan berikut :
a. Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun (Carica L)
b. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
c. Bersegi
d. Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau
beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang.Helaian daun atau
LaminaLalu ada helaian daun yang diklasifikasikan pada bagian
dasarnya, yakni Acicularis, cordatus, deltoideus, ellipticus, falcatus,
hostatus, lanceolatus, linearis,lyrate, obcordatus, oblongus, obovatus,
orbicularis, ovatus, ovale, reniformis, sagittatus dan spathulatus.
Adapun permukaan helaian dan kesan raba terdiri dari scabrous,
pubescent, glandular, villous,tomentose, stellate.
Apeks dan basal daun, bentuk apeks daun yang sering di jumpai antara lain:
Acuminatus, Acutus, Apiculate, Aristatus, Caudatus, Cirrhose, Cleft, Cuspidatus,
Emarginatus, Hastate, Mucronatus, Obcordatus, Obtusus, Oblique, Peltate,Retusus,
Rotundus, Sagittate, Spinose, dan Trucatus.

30
Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan bentuk apeks daun pada umumnya
dapat digunakan untuk menyatakan bentuk basal (pangkal) daun. Namun, pada
beberapa tumbuhan, bentuk-bentuk pangkal daun berkaitan erat dengan pelekatan
daun tersebut terhadap batangnya.
Dengan begitu ada tata letak, rumus, dan diagram daun yang menerangkan bagian
daun dengan lebih teliti

31
DAFTAR PUSTAKA

Robert Malinowski. 28 maret 2013.Pemahaman perkembangan daun(tumbuhan basel)


national center for biotechnology information
Kartikasari Agustin Dian.28 maret 2015. Ppt morfologi tumbuhan-daun dan bangun daun,
dari slideshare, ascribd company
Ghina Ghufrona 18 agustus 2011. Macam-macam bentuk daun.ghina ghufrina`s blog
Tjitrosoepomo,Gembong, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press.2007.
https://youtu.be/Kd1Mreu84Es
Ir. Hadisunarso M.Si. modul Morfologi tumbuhan.
Wilson, CL. And Loomis. 1966. Botany. 3rd Edition. New York: Holt, Rinehart and
Winston. Wort Publisher.
Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. 133 hal. Jakarta: Penebar Swadaya.

32

Anda mungkin juga menyukai