Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 2

“Alat Perkembang Biakan; Bungan dan Bagian-bagiannya”

Dosen Pengampu :
Dr. Meity Sasinggala, M.Si.
Prof. Dr. Anatje Lihiang, MP
Drs. Jefry D. Raturandang, M.Pd.
Dr. Wuena Pinaria, MSi

Di susun oleh :
Andreas Woinalang 22 502 003
Migel Kamuntuan 22 502 013
Gulbudin Idris 17 502 008

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM, DAN
KEBUMIAN
JURUSAN BIOLOGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena anugerah, berkat rahmat dan kasih
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terimakasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu mata kuliah yang telah
membimbing dan mengarahkan kami sehingga penyusunan makalah ini boleh terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
selayaknya masih perlu dilengkapi sedemikian rupa. Untuk itu, dibutuhkan saran dan kritik yang
membangun untuk menunjang kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
yang membacanya.

PENULIS

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

1. Bunga....................................................................................................................

2. Bagian-bagian Bunga ...........................................................................................

3. Bagian-bagian bunga majemuk (perbungaan)…………………………………...

4.Posisi bagian bunga satu dengan lainnya...............................................................

5. Tata letak daun dalam kuncup atau pelipatan.......................................................

6. Tata letak daun kelopak dan daun mahkota sesamanya........................................

7.Metamorfosis daun mahkota..................................................................................

A. Bunga Jantan.....................................................................................................

B. Bunga Betina.....................................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................

1 Kesimpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alat reproduksi pada tumbuhan ganggang (Algae) memiliki struktur yang sederhana,
tersusun dari sekumpulan sel yang mengalami spesialisasi untuk membentuk gamet jantan dan
bagian yang lain membentuk gamet betina. Pada ganggang perang (Phaeophyta) dan ganggang
merah (Rhodophyta), bagian tersebut disebut sebagai receptacle yang bertugas untuk membentuk
sel kelamin jantan dan betina.

Pada tumbuhan lumut (Bryophyta), alat reproduksi berupa alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium) yang dibentuk oleh tubuh tumbuhan lumut
(tubuh tumbuhan merupakan generasi gametofit). Bila sel telurnya telah dibuahi, alat kelamin
betina akan berkembang menjadi badan pembentuk spora (sporofit) dan akan menghasilkan
spora yang mengandung lembaga (embrio).

Pada tumbuhan paku (Pteridophyta), alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin
betina (arkegonium) terdapat pada badan yang disebut protalium (prothallus). Apabila telah
terjadi perkawinan (fertilisasi) antara sel telur (ovum) dan spermatozoid akan membentuk sigot
(zygote) lalu berkembang menjadi badan tumbuhan sebagai generasi sporofit. Spora yang
dihasilkan bila berkecambah akan tumbuh menjadi prothallium.

Pada tumbuhan berbiji (Spermatophyta), tubuh (badan) tumbuhan merupakan generasi


sporofit dan membentuk spora jantan (mikrospora) pada daun pendukung mikrospora
(microsporophyll) sebagai benang sari (stamen) serta membentuk spora betina (makrospora;
megaspora) pada daun pendukung megaspora atau daun buah (megasporophyll; carpella)
tersusun di dalam putik (pistilum). Alat kelamin dengan daun-daun perhiasan yang tersusun di
dalam sistem percabangan seperti itu disebut bunga (flos; flower).
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan bunga ?
2. Apa saja bagian-bagian bunga ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui alat perkembangan tumbuhan dan bagian-bagiannya
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bunga (flos; flower)

Bunga merupakan modifikasi dari tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna,
dan susunannya telah mengalami evolusi sesuai dengan fungsinya sebagai organ reproduksi
supaya pada bunga dapat terjadi penyerbukan dan pembuahan sehingga dapat dihasilkan buah
dan biji sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan tersebut.
Apabila Anda perhatikan susunan bunga dengan baik maka dapat diketahui bahwa
bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna dan susunannya
disesuaikan dengan fungsi tumbuhan (untuk penyerbukan, pembuahan, dan menghasilkan alat-
alat perkembangbiakan).
Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga, batangnya biasanya akan
berhenti tumbuh dan akan terbentuk tangkai, serta dasar bunga. Daun-daunnya tetap bersifat
seperti daun, hanya bentuk dan warnanya yang berubah dan umumnya mengalami modifikasi
menjadi bagian-bagian yang berfungsi dalam berbagai proses yang akhirnya akan menghasilkan
calon individu baru.
Selanjutnya dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas batang menjadi
pendek sehingga bagian bunga yang merupakan modifikasi daun, susunannya menjadi sangat
rapat satu sama lain dan tampak seolah-olah tersusun dalam lingkaran-lingkaran.

Berdasarkan posisinya, bunga dapat terdapat di ujung batang atau cabang (terminalis)
serta di ketiak daun (axillaris atau lateralis). Bunga pada tumbuhan dapat berjumlah satu disebut
tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) atau lebih dari satu disebut tumbuhan berbunga
banyak (planta multiflora) yang dapat tersusun dalam susunan
 Tukal (glomerulus), jika bunga tumbuh pada buku batang dengan jumlah banyak,
misalnya bunga tukal pada sejenis herba (Borreira laevis; Rubiaceae),
 Berkas (fasciculus), jika sejumlah bunga tumbuh pada satu titik tumbuh, misalnya bunga
randu alas (Bombax malabaricum) yang tumbuh pada bekas daun.
 Dalam karangan yang disebut bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia).
Berdasarkan pada keberadaan bagian-bagian bunga tanpa memperhitungkan tangkai dan
dasar bunga, bunga dapat dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap.

 Bunga lengkap atau sempurna (complete flower; flos completus) jika memiliki bagian
daun kelopak (sepaloid) dan daun mahkota (petaloid).
 Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (incomplete flower) hanya memiliki salah satu
unsur perhiasan bunga, yaitu daun kelopak atau daun mahkota saja.

Bunga dapat juga disebut sempurna (perfect flower) apabila memiliki benang sari dan
putik. Bunga yang tidak sempurna (imperfect flower) adalah bila bunga hanya memiliki satu
kelamin, dapat sebagai bunga jantan (staminate flower) atau bunga betina (pistilate flower). Jadi,
bunga bersifar uniseksusal (unisex).

Pada jenis (spesies) tumbuhan atau kelompok tumbuhan tertentu, distribusi bunga jantan
dan betina di alam dapat menimbulkan sifat seksualitas pada tumbuhan antara lain sebagai
berikut.

 Berumah satu (monoecus), apabila dalam suatu populasi jenis tumbuhan setiap
individunya dengan bunga banci atau setidaknya individu memiliki bunga jantan dan
betina walaupun terpisah posisinya misalnya jagung (Zea mays; Poaceae).
 Berumah dua (dioecus), apabila di dalam populasi suatu jenis tumbuhan dijumpai adanya
individu berkelamin jantan dan betina, misal pada salak (Zallaca edulis; Arecaceae).
 Poligami (polygamus), apabila di dalam populasi suatu jenis tumbuhan dijumpai adanya
individu jantan, betina, dan banci, misalnya papaya (Carica papaya; Caricaceae).

2. Bagian-bagian Bunga

Bunga merupakan sistem percabangan suatu batang (aksis), yang terdiri dari bagian
yang bersifat steril dan fertil. Bagian steril berupa tangkai, dasar bunga (receptacle), daun
pelindung (brachtea), dan daun perhiasan bunga (perianthium) yang terdiri dari daun kelopak
(sepal) dan daun mahkota (petal). Bagian yang fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang
sari (stamen) dan makrosporofil/megasporofil atau daun buah sebagai penyusun putik (pistilum).
a. Tangkai bunga

Tangkai bunga pada bunga tunggal merupakan bagian aksis utama bunga, misalnya
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis; Malvaceae), sedangkan pada bunga majemuk merupakan
terminalisasi sistem percabangan batang, misalnya pada bunga majemuk jati (Tectona grandis;
Verbenaceae).

b. Dasar bunga

Dasar bunga merupakan ujung percabangan yang mengalami metamorphosis, berhenti


pertumbuhannya, dan merupakan tempat tumbuhnya perhiasan dan kelamin bunga. Pada
tumbuhan yang primitif, dasar bunga masih berupa tugu atau kerucut (torus), misalnya pada
bunga kantil (Michelia champaca; Magnoliaceae; Polycarpicae). Dasar bunga pada umumnya
berbentuk lempangan, sedangkan pada tumbuhan tertentu dapat mengalami pertumbuhan
melebar membentuk bangunan seperti mangkuk (hypanthium), misalnya bunga cengkeh
(Syzgium aromaticum; Myrtaceae). Berdasarkan pada perkembangannya, dasar bunga memiliki
bentuk sebagai berikut.

1) Rata

Dasar bunga seperti ini menimbulkan adanya kedudukan semua bagian sama tinggi.
Posisi putik terhadap perhiasan bunga lebih tinggi sehingga kedudukan bakal buah (bagian dasar
putik) menumpang (superus). Dalam hal ini, posisi perhiasan bunga sama tinggi dengan putik.
Perhiasan yang demikian ini memiliki kedudukan perigin. Contoh: bunga johar (Cassia siamea).

2) Kerucut (torus)

Kedudukan putik menjulang tinggi sehingga kedudukan bakal buah menumpang


(superus), tetapi perhiasan lebih rendah dari putik. Kedudukan putik yang demikian disebut
hipogen. Contoh: bunga kantil (Michelia champaca).

3) Cawan

Pada dasar bunga yang demikian, perhiasan bunga berada di tepi cawan sehingga
kedudukan putik tetap menumpang (superus) dan perhiasan bunga lebih rendah (hipogen).
4) Mangkuk

Pada dasar bunga yang demikian, perhiasan bunga berada di tepi mangkuk.
Kedudukannya paling tinggi dibandingkan bagian bunga lainnya (epigen), sedangkan putik lebih
rendah dari kedudukan perhiasan bunga (inferus).

Dasar bunga pada tumbuhan berbiji dapat memiliki perkembangan yang beragam. Pada
suku jambu (Myrtaceae) tumbuh ke samping membentuk bangunan seperti mangkuk disebut
hypanthium; pada suku waru (Malvaceae) tumbuh ke atas menjadi tabung pendukung benang
sari atau tabung (staminal tube); pada suku Capparidaceae tumbuh menjadi penyangga benang
sari dan putik disebut andronginofor; pada bunga kantil (Michelia champaca; Magnoliaceae),
dasar bunga memiliki betuk tiang (tugu) disebut torus.

c. Perhiasan bunga (perianthium)

Gambar 1 Diagram Bunga yang bersifat hipogen, perigen, dan epigen dan
posisi bakal buah terhadap bagian lainnya

Perhiasan bunga disusun oleh tiga unsur daun steril, yaitu daun pelindung (brachtea),
daun kelopak (sepal) yang secara kolektif menyusun kelopak bunga (calyx), dan daun mahkota
(petal) yang secara kolektif Menyusun mahkota bunga (corolla).
1. Daun pelindung (brachtea)

Sesuai dengan namanya, daun pelindung adalah bagian perhiasan bunga yang berfungsi untuk
melindungi bunga pada saat masih kuncup. Pada tumbuhan kelas Dicotyledonae, daun pelindung
umumnya tidak berkembang dan kadang kala mudah gugur. Pada tumbuhan kelas
Monocotyledonae, daun pelindung justru sebagai bagian bunga yang dominan dan pada
kelompok tertentu menjadi bagian daun pelindung dominan, tetapi masih berwujud lembaran
daun disebut seludang bunga (spatha), misalnya pada jenis keladi (Colocasia esculenta;
Araceae). Sementara pada kelompok lain berkembang menjadi daun pelindung yang berkayu
(simba), misalnya mancung pada tanaman kelapa (Cocos nucifera; Arecaceae).

2. Kelopak bunga (calyx)

Kelopak bunga adalah perhiasan bunga terpangkal. Pada waktu muda (kuncup)
merupakan pelindung bagian bunga yang lain, tersusun dari daun kelopak (sepal). Kelopak
berbeda dengan mahkota bunga karena kelopak berwarna hijau dan pada umumnya berbentuk
seperti daun, kecuali pada Asteraceae (Compositae) berbentuk rambut (pappus).

Apabila fungsi bunga telah berakhir maka pada umumnya kelopak bunga ini akan
runtuh, kecuali pada tumbuhan tertentu kelopak tetap Menyusun buah, misalnya pada ciplukan
(Physalis angulata) dan lombok besar (Capsicum annum). Pada bunga daun putri (Musaenda
frondosa) dan bugenvil (Bougenviella spectabilis), kelopak bunga menjadi bagian bunga yang
paling menarik dan disebut daun pemikat (lock blade). Pada jenis tumbuhan waru (Hibiscus
tiliaceus; Malvaceae) selain memiliki kelopak bunga juga memiliki kelopak tambahan (epicalyx)
di bagian pangkal kelopaknya.
Gambar 2 Skema bagian-bagian bunga dan hubungan antar bagian bunga (Gifford dan Foster,
1987)

3. Mahkota bunga (corolla)

Posisi mahkota bunga ada di sebelah dalam dari kelopak, tersusun atas daun mahkota
(petal), ukuran dapat lebih kecil, lebih besar atau sama dibandingkan dengan daun kelopak.
Warnanya bermacam-macam karena mengandung antosian. Bau dan warna mahkota dapat
menjadi daya tarik terhadap kunjungan serangga penyerbuk.

Berdasarkan ada tidaknya serta pelekatan daun mahkota bunga, bunga dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

 Tanpa daun mahkota (apetal), misalnya bunga ashar (Mirabilis jalapa; Nyctaginaceae).
Bunga ini memiliki kelopak yang menarik, tetapi tanpa daun mahkota. Bahkan terdapat
bunga tanpa daun kelopak dan mahkota misalnya bunga sirih (Piper betle; Piperaceae)
dan bunga keladi hias (Caladium bicolor; Araceae).
 Daun mahkota berlepasan (choriptal, dialypetal, polypetal), bila daun mahkota satu
dengan yang lainnya tumbuh secara mandiri pada dasar bunga sehingga tidak saling
berhubungan, misalnya bunga mawar (Rosa hybrida; Rosaceae).
 Daun mahkota berlekatan (sympetala, gamopetaly, monopetal). Dalam hal ini, daun
mahkota saling berlekatan antara yang satu dengan yang lainnya, membentuk tabung atau
buluh mahkota, cuping mahkota, dan leher mahkota, misalnya mahkota bunga allamanda
(Allamanda cathartica; Apocynaceae).

Dalam hal perlekatan bagian-bagian bunga dibedakan antara perlekatan antar bagian
disebut adnate, misalnya terjadi perlekatan antara daun mahkota dan daun kelopak, atau daun
mahkota dengan benang sari. Kondisi lain adalah perlekatan antar bagian-bagian bunga disebut
connate, misalnya perlekatan antara daun kelopak, daun mahkota, benang sari, dan perlekatan
antar daun buah di dalam bakal buah (putik).

Berdasarkan simetrinya, mahkota bunga dikelompokkan sebagai berikut.

 Simetri beraturan (regularis; actinomorf; polysimmetry); mahkota bunga yang demikian


berdasarkan spesifikasi bentuknya dapat dibedakan menjadi enam.

a. Bintang (rotate; stelate), terdapat pada mahkota sympetala, dengan cuping bebas pada
posisi mendatar, sehingga proyeksi tegaknya mirip bintang, misalnya mahkota bunga
cabai (Capsicum annuum; Solanaceae).
b. Tabung (tubular), terdapat pada bunga sympetala, memiliki tabung mahkota di pangkal
dan mangkuk mahkota, cuping mahkota kecil, misalnya mahkota bunga tabung atau
bunga tengah bunga matahari (Helianthus annuus; Asteraceae).
c. Terompet (hypocrateryform), terdapat pada bunga sympetala, memiliki tabung mahkota
dipangkal dan mangkuk mahkota di ujung, dimana tabung mahkota lebih panjang
dibanding mangkuk mahkota yang hanya Sebagian di ujung, cuping mahkota sedang,
misalnya mahkota bunga jantan papaya (Carica papaya; Caricaceae).
d. Mangkuk (urceolate), terdapat pada bunga sympetala, memiliki tabung mahkota di
pangkal dan mangkuk mahkota di ujung, dimana mangkuk mahkota sangat dominan
disbanding tabung mahkota yang hanya sebagian di pangkal.
e. Corong (infundibuliform), terdapat pada bunga sympetala, hanya memiliki tabung
mahkota, dari pangkal ke ujung ukurannya makin besar, termasuk mahkota besar,
misalnya mahkota bunga kecubung (Datura metel; Solanaceae).
f. Lonceng (campanulate), terdapat pada bunga sympetala, hanya memiliki tabung
mahkota, dari pangkal ke ujung ukurannya makin besar, termasuk mahkota sedang
panjang, misalnya mahkota bunga ketela rambat (Ipomoea batatas; Convolvulaceae).

Gambar 3 Skema bentuk-bentuk mahkota bunga (Tjitrosoepomo, 1985)

 Simetri tunggal atau satu (monosimmetry; zigomorf), meliputi bentuk mahkota sebagai
berikut.
a. Bertaji (calcareus); salah satu mahkota mengalami metamorphosis menjadi taji, misalnya
pada pacar air (Impatiens balsamina; Balsaminaceae).

b. Berbibir (labiate); mahkota terbagi menjadi dua bibir anterior dan posterior; bibir anterior
lebih besar daripada bibir posterior, misalnya kemangi (Occimum basilicum; Lamiaceae).
c. Kupu-kupu (papilionaceus); memiliki lima daun mahkota, yaitu satu di bagian anterior
menjadi bendera (vexillum), dua di bagian lateral menjadi sayap (alae), dan dua di bagian
posterior berlekatan membentuk lunas (carina), misalnya bunga kacang tanah (Arachis
hypogaea; Papilionaceae).
d. Kedok atau topeng (personate); seperti bunga berbibir, tetapi bibir posterior lebih besar
daripada bibir anterior, misalnya pada bunga mulut singa (Anthirrinum majus;
Schrophulariaceae).
e. Pita (ligulate); bagian leher mahkota berlekatan membentuk pipa, ujungnya memiliki
1,2,3, atau 5 cuping mahkota, misalnya bunga tepi dari bunga matahari (Helianthus
annuus; Asteraceae).
4. Mahkota tambahan
Disamping mahkota bunga, pada semua jenis anggota Passifloraceae memiliki mahkota
tambahan (corona) yang terletak di bagian atas mahkota berbatasan dengan benang sari. Bagian
ini memiliki bagian utama yaitu palii, radii, dan operculum. Pada semua jenis Asclepiadaceae,
corona memiliki bagian utama yaitu faucal annulus dan steril appendage.
Pada golongan tumbuhan, kadang-kadang antara daun kelopak dan daun mahkota tidak
dapat dibedakan. Bila demikian halnya maka disebut sebagai daun tenda bunga (tepal), yang
secara kolektif Menyusun tenda bunga (perigonium). Tenda bunga dalam perwujudannya dapat
menyerupai kelopak (calicinus), misalnya pada bunga jenis-jenis palem (Arecaceae; Palmae),
atau menyerupai daun mahkota (corollinus), misalnya pada anggrek (Orchidaceae), bunga lili
(Lilium longiflorum; Liliaceae), hipeastrum (Hypeastrum sp.; Amaryllidaceae), belam kanda
(Belamcanda sinensis; Iridaceae).

3. Bagian-bagian bunga majemuk (perbungaan)


Bunga majemuk merupakan susunan sejumlah bunga di dalam sistem percabangan.
Pada suatu bunga majemuk dapat dibedakan bagian-bagian penyusunnya antara lain sebagai
berikut.
 Tangkai induk atau ibu tangkai bunga (rachis; pedunculus; pedunculus communis)
merupakan aksis perbungaan sebagai lanjutan dari batang atau cabang. Aksis ini dapat
tidak bercabang disebut sumbu bunga (scapus) atau bercabang membentuk ruas cabang
pertama (rachiolla), dan seterusnya.
 Tangkai bunga (pedicellus) merupakan cabang terakhir yang mendukung bunga.
 Dasar bunga (receptacle) merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya
bagian-bagian bunga.
 Daun pelindung (brachtea) merupakan daun terakhir yang di ketiaknya tumbuh bunga.
Pada tumbuhan Monocotyledonae, daun pelindung bersifat dominan berupa seludang
unga (spatha). Pada jenis-jenis tumbuhan keluarga Asteraceae (Compositae), daun
pelindung berubah menjadi daun pembalut (involucrum).
 Daun tangkai (brachteola) merupakan daun pelindung yang letaknya di pangkal tangkai
bunga. Pada Dicotyledonae, jumlahnya dua buah, sedangkan pada Monocotyledonae satu
buah.
 Daun kelopak (sepal) merupakan daun perhiasan bunga pangkal, pada umumnya
fotosintetik berwarna-warni atau tidak, secara kolektif membentuk mahkota bunga
(corolla). Apabila kelopak dan mahkota bunga secara morfologi tidak dapat dibedakan
disebut daun tenda bunga (tepal) secara kolektif disebut tenda bunga (perigonium).
 Benang sari (stamen) adalah daun fertile yang terdiri dari kepala sari (anthera), berisi
serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen) pendukung kepala sari.
 Daun buah (carpell) adalah daun fertile pendukung makrospora berupa bakal biji
(ovulum) yang secara kolektif membentuk putik (pistil). Bunga pada umumnya memiliki
putik tunggal (unipistil). Pada keluarga tumbuhan Polycarpicae, jumlah putiknya banyak
(polypistil), masing-masing berdaun buah satu (polypistil-unicarpell), misalnya putik
pada bunga kantil (Michellia champaca). Pada tumbuhan berbiji pada umumnya memiliki
memiliki satu putik dengan daun buah banyak (unipistilpolycarpell).
Berdasarkan pada arah mekarnya bunga, pertumbuhan bunga di ujung aksis perbungaan,
dan pertumbuhan aksis perbungaan maka perbungaan dapat dikelompokkan menjadi bunga
majemuk tidak berbatas dan bunga majemuk berbatas.
a. Bunga majemuk tidak berbatas
Bunga majemuk tidak berbatas ditandai oleh bunga mekar dari arah pangkal karangan
bunga ke ujung atau dari pinggir karangan ke tengah, selalu tumbuh kuncup bunga baru dalam
waktu tertentu, dan ujung aksis bunga tumbuh secara kontinu. Hal ini disebut dengan istilah
inflorescentia racemose, botryoides, centripetal. Bunga majemuk tidak berbatas dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu aksis karangan bunga tidak bercabang dan akasis karangan bunga
bercabang.
1. Aksis karangan bunga tidak bercabang, meliputi berbagai bentuk karangan bunga antara
lain sebagai berikut.
 Tandan (raceme); bunga bertangkai nyata dan duduk pada aksis, bunga dengan
kedudukan tersebar. Contoh: kembang merak (Caesalpinia pulcherima; Caesalpiniaceae).
 Bulir (spica); bunga tanpa tangkai dan langsung duduk pada aksis, kelamin bunga banci.
Contoh: bunga jarong (Stachytarpheta jamaicensis; Verbenaceae).
 Untai atau bunga lada (amentum); bunga tanpa tangkai duduk pada aksis, kelamin bunga
tunggal (terdapat bulir jantan dan betina). Contoh: pada bunga sirih (Piper betle;
Piperaceae).
 Tongkol (spadix); bunga tanpa tangkai duduk pada aksis, pada aksis yang menebal
dibedakan antara bagian bunga jantan, betina, dan daerah steril, biasanya memiliki
seludang bunga. Contoh: pada iles-iles (Amorphopallus variabilis; Araceae), talas
(Alocasia esculenta; Araceae).
 Payung (umbrella); bunga bertangkai nyata, tumbuh di ujung aksis karangan bunga pada
satu titik tumbuh, setiap tangkai memiliki daun pelindung di pangkal. Contoh: pada
bunga adas (Foeniculum vulgare; Apiaceae), gingseng (Panax ginseng; Araliaceae).
 Cawan (corymbus, anthodium); bunga bertangkai nyata, tumbuh di ujung aksis yang
melebar seperti cawan, bunga duduk di permukaannya, seluruh bunga dilindungi oleh
daun pembalut (involucrum). Bunga yang berjumlah banyak dibedakan antara bunga
pinggir (bunga pita; pinggir; ligulate) dan bunga tengah (tabung; disc; tubular) karena
letaknya di tengah karangan bunga. Misalnya daun dewa (Gynura pseudochina;
Asteraceae), bunga matahari (Helianthus annus; Asteraceae).
 Bongkol (capitulum); bunga bertangkai pendek duduk di ujung aksis karangan yang
menggelembung menyerupai kepala atau bola, di setiap pangkal tangkai bunga terdapat
daun pelindung berupa sisik. Contoh: pada keluarga Mimosaceae seperti bunga petai
(Parkia speciosa), sengon (Paraserianthes falcataria), lamtoro (Leucaena glauca).
 Periuk (hypanthodium); karangan bunga ini memiliki dua tipe berdasarkan
perkembangan dari aksis karangan yaitu:
 Ujung aksis menebal, berdaging, bentuk seperti gada, bunga duduk di seluruh permukaan
bagian penebalan, misalnya bunga keluarga Moraceae seperti Nangka (Artocarpus
integra), sukun (A. communis; Moraceae).
 Ujung aksis menebal dan melebar membentuk bangunan seperti periuk, bunga duduk di
dalam periuk, misalnya bunga dari keluarga Moraceae seperti awar-awar (Ficus septica),
beringin (Ficus benjamina; Moraceae).

2. Aksis karangan bercabang, meliputi bentuk-bentuk karangan bunga antara lain sebagai
berikut.
 Malai (panicula; panicle); aksis karangan bercabang secara monopodial, di setiap cabang
aksis merupakan unit sebagai bunga majemuk tandan (raceme) sehingga dapat disebut
tandan majemuk. Contoh: bunga manga (Mangifera indica; Anacardiaceae).
 Malai rata (corymbus ramosus); merupakan karangan seperti malai, tetapi setiap bunga
memiliki posisi pada kurang lebih pada bidang datar. Contoh: bunga soka (Ixora
paludosa; Rubiaceae).
 Tongkol majemuk; yaitu bunga majemuk yang tangkainya induknya bercabang, setiap
cabang merupakan susunan bunga majemuk tongkol (spadix). Contoh: bunga kelapa
(Cocos nucifera; Arecaceae/Palmae).
 Payung majemuk (umbrella composita); yaitu bunga majemuk yang tangkai induknya
bercabang, percabangan tersebut dapat dalam susunan payung, tandan, malai. Pada setiap
ujung cabang tumbuh susunan bunga majemuk paying (umbrella). Pada bunga adas
(Foeniculum vulgare; Apiaceae) berbunga majemuk payung bersusunan cabang payung.
 Bulir majemuk; yaitu bunga mahemuk yang tangkai induknya bercabang, percabangan
tersebut dapat dalam susunan payung, tandan, malai, dan bulir (spike). Pada bunga padi
(Oryza sativa; Poaceae) memiliki bunga majemuk bulir majemuk bersusunan cabang
tandan.
b. Bunga majemuk berbatas
Bunga majemuk berbatas ditandai oleh bunga mekar dari arah ujung ke pangkal atau
dari dalam karangan ke luar. Terdapat bunga tertua di ujung karangan sehingga pertumbuhan
aksis berhenti, disebut dengan istilah inflorecentia cymose, definite, centrifuga. Berdasarkan
pada pola percabangan aksis, karangan dibedakan menjadi sebagai berikut.

 Menggarpu (dichasium), yaitu bunga majemuk yang memiliki bunga tertua di ujung
tangkai induk. Tangkai induk bercabang dua buah sama panjang, masing-masing
mndukung satu bunga. Tipe seperti ini disebut menggarpu tunggal (simple dichasium),
misalnya bunga melati (Jasminum sambac; Oleaceae). Apabila dua cabang tersebut
mengalami percabangan lagi dan setiap cabang memiliki pola menggarpu tunggal maka
disebut menggarpu majemuk (compound dichasium), misalnya senggani (Melastoma
polyanthium; Melastomaceae).
 Tangga atau cabang seling (cincinus), yaitu bunga majemuk yang tangkai induknya
mengalami percabangan bertingkat kanan kiri karena terjadi reduksi percabangan kanan-
kiri. Kondisi ini menimbulkan cabang pada sisi yang bersebelahan (selang-seling). Pada
setiap pangkal percabangan berdaun pelindung, misalnya buntut tikus (Heliotropium
indicum). Pada keluarga Euphorbiaceae sp., cabang seling trjadi pada bunga jantannya
saja. Satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga jantan dalam susunan tangga seling
disebut karangan bunga cyathium.
 Sekrup (bostryx); seperti pada tangga seling, tetapi sudut antar cabang adalah 90o,
misalnya pada bunga kenari (Canarium edule; Burseriaceae).
 Sabit (drepanium); yaitu bunga majemuk yang tangkai induknya mengalami percabangan
bertingkat satu sisi karena terjadi reduksi percabangan satu sisi (samping) sehingga
menimbulkan cabang pada sisi yang sama. Pada setiap pangkal percabangan berdaun
pelindung sehingga susunan bunga membelok seperti sabit, misalnya bunga junkus
(Juncus prismatocarpus; Juncaceae).
 Kipas (rhipidium); seperti pada tangga seling, tetapi bunga terdapat kurang lebih pada
bidang datar, misalnya pada Belamcanda sinensis; Iridaceae.
 Berkarang semu (verticillate), yaitu bunga majemuk yang tangkai induknya berbuku.
Setiap buku mendukung banyak bunga, misalnya bunga kumis kucing (Orthosiphon
spicatus; Lamiaceae).
Gambar 4 Diagram skematik evolusi hipotetis tipe-tipe bunga majemuk (karangan
bunga) (Lawrence, 1968)

4. Posisi bagian bunga satu dengan yang lainnya

Antara bagian bunga kelopak, mahkota, benang sari, dan putik memiliki 3 pola
pembagian tempat, yaitu:

 Terpencar (tersebar, spiralis, acyclic), misalnya susunan bunga kantil (Michelia


champaca).
 Berkarang atau melingkar (cyclis), jika kelopak, mahkota, bnang sari, dan putik masing-
masing dalam lingkaran tersendiri, misalnya susunan bunga terong (Solanum
melongena).
 Campuran (hemicyclis), jika kelopak dan mahkota dalam lingkaran, sedangkan benang
sari dan putik dalam spiral, misalnya susunan bunga sirsak (Annona muricata).
Berkaitan dengan unit dasar dari bagian bunga terhadap bagian bunga yang lain, ada dua
kemungkinan posisi, yaitu:

 Berseling (alternate), jika bagian dari suatu lingkaran bagian bunga terletak di antara
bagian bunga yang lain.
 Berhadapan atau tumpang tindih (superposisi), jika masing-masing bagian bunga
posisinya saling tumpang tindih.

Pada umumnya bunga pada tumbuhan berbiji memiliki kemungkinan posisi berseling,
sehingga dianggap sebagai pedoman baku dalam menentukan adanya reduksi dan perkembangan
bagian bunga.

5. Tata letak daun dalam kuncup atau pelipatan (vernation)

Berikut adalah kondisi pelipatan daun kuncup untuk daun, kelopak, dan mahkota bunga:

 Plana, jika daun kuncup tidak melipat,


 Conduplicata atau duplicata, jika daun kuncup terlipat kedalam sepanjang ibu tulang
daun,
 Plicata, jika daun kuncup terlipat sepanjang tulang-tulang cabang,
 Corrugativa, jika daun kuncup terlipat tidak beraturan,
 Involuta, jika daun kuncup tergulung ke dalam menurut poros bujur,
 Revoluta, jika daun kuncup tergulung ke luar menurut poros bujur,
 Involuta, jika daun kuncup tergulung ke dalam menurut poros lintang,
 Circinatim revoluta, jika daun kuncup tergulung keluar menurut poros lintang,
 Inclinata, jika daun kuncup terlipat ke bawah dan ke dalam,
 Reclinata, jika daun kuncup terlipat menurut poros lintang ke luar.

6. Tata letak daun kelopak dan daun mahkota sesamanya (aestivatio)


Terdapat berbagai susunan tata letak daun kelopak dan mahkota pada bunga,
berdasarkan pada hubungan antaranya, misalnya:
 Terbuka (aperta), jika daun-daun perhiasan tidak bersentuhan sama sekali,
 Berkatup (valvata), jika daun-daun perhiasan saling bertemu di ujungnya tetapi tidak
berlekatan; dibedakan antara melipat ke dalam (induplicata) dan melipat ke luar
(reduplicata).
 Menyirap (imbricata, concorta), apabila daun perhiasan tepinya saling menutupi seperti
susunan genting, dapat dibedakan antara:
 Terpuntir satu arah (convoluta, concorta) dapat ke kanan atau ke kiri
 Susunan 2/5 (quincuncialis)
 Kohlearis (cochlearis), susunannya mengikuti garis spiral seperti rumah siput, bila pada
bunga dengan lima daun mahkota maka ada daun terletak paling luar, tiga daun saling
menutupi, dan satu daun letaknya di bagian terdalam.

Gambar 5 Skema tata letak daun perhiasan bunga (aestivasi) dan tata letak sesama daun
perhiasan bunga (aestivasi) (Stearn, 1983)
7. Metamorfosis daun mahkota
Daun mahkota juga dapat mengalami perubahan bentuk ataupun fungsi yang dikenal
sebagai metamorphosis. Metamorfosis daun mahkota adalah sebagai berikut.
a. Bibir-bibiran (labellum); merupakan daun mahkota yang mengalami perubahan
bentuk menjadi bentuk bibir, sebagai penarik serangga pollinator, misalnya
labellum pada bunga anggrek (Orchidaceae).
b. Tabung mahkota (corolla tube); merupakan alih fungsi satu daun mahkota yang
berfungsi sebagai penarik serangga dengan kelenjar madu di dalamnya, berubah
bentuk menjadi bentuk tabung, misalnya pada bunga merak (Caesalpinia
pulcherrima; Caesalpiniaceae).
c. Taji (calcareu); merupakan alih fungsi satu daun mahkota pad abunga pacar air
(Impatiens balsamina; Balsaminaceae) untuk menarik serangga pollinator karena
berisi kelenjar madu.
d. Mahkota kupu-kupu (papilionaceus); yaitu mahkota bunga pada suku tumbuhan
Papilionaceae (Leguminosae). Dari lima daun mahkota, satu di anterior membesar
disebut bendera (vexillum), dua di lateral (median) membentuk sayap (alae;
wing), dan dua di posterior membentuk luns (carina) yang membungkus alat
kelamin bunga. Misalnya bunga orok-orok (Crotalaria striata; Papilionaceae).
e. Mahkota berbibir (labiate); yaitu mahkota yang daun mahkotanya mengelompok
menjadi dua bagian. Di bagian anterior biasanya terdapat tiga daun mahkota yang
disebut bibir atas dan di bagian posterior biasanya terdapat dua daun mahkota
yang disebut bibir bawah. Bibir atas lebih besar dari bibir bawah, yang dijumpai
pada semua spesies anggota suku Lamiaceae. Bibir atas sama dengan bibir bawah
yang dijumpai pada semua spesies anggota suku Verbenaceae. Bibir atas lebih
kecil dari bibir bawah, yang dijumpai pada bunga mulut singa (Anthirium majus;
Schropulariaceae).

A. Alat Kelamin Jantan (Androecium)


Kelamin jantan (androecium) pada tumbuhan tersusun dari alat kelamin jantan berupa
benang sari. Alat kelamin jantan ini berasal dari daun fertile (mikrosporofil) yang menjadi
benang sari (stamen), bagian tangkai daun berkembang menjadi tangkai sari (filament), helaian
daun pendukung spora berkembang menjadi kepala sari (anthera), dan ibu tulang daun
berkembang menjadi kumpulan sejumlah alat kelamin jantan yang berupa benang sari yang
memiliki tiga bagian utama, yaitu tangkau sari (filamentum), kepala sari (anthera), dan
penghubung ruang sari (connectivum).
1. Tangkai Sari (filamentum)
Tangkai sari berdasarkan kedudukannya terhadap bagian bunga yang lain dapat duduk
di dasar bunga (Thalamiflorae), duduk di permukaan kelopak (Caliciflorae), atau duduk pada
daun mahkota (Coroliflorae). Berdasarkan jumlah yang terdapat pada bunga, benang sari
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu.
o Banyak; jika jumlah benang sari lebih dari 20 buah, misalnya pada jambu air (Syzygium
aqueum; Myrtaceae),
o Dua kali lipat jumlah daun mahkota, jika benang sari di lingkaran luar berseling dengan
daun mahkota, ini disebut diplostemon. Jika benang sari di lingkaran dalam yang
berseling dengan daun mahkota disebut obdiplostemon.
o Sama dengan jumlah daun mahkota; jika benang sari berhadapan dengan daun kelopak
dan berseling dengan daun mahkota disebut episepal dan jika berhadapan dengan daun
mahkota dan berseling dengan daun kelopak disebut epipetal.
Berdasarkan ukurannya, benang sari yang terdapat dalam satu bunga dibedakan menjadi
sebagai berikut.
o Benang sari panjang dua (didynamus); dalam satu bunga terdapat lima benang sari dua di
antaranya terpanjang. Benang sari berjumlah lima, misalnya tumbuhan ketela rambat
(Ipomoea batatas), sedangkan yang berjumlah empat misalnya tumbuhan kemangi
(Ocimum basilicum).
o Benang sari panjang empat (tetradynamus); dalam satu bunga misalnya terdapat enam
benang sari, empat terpanjang. Contohnya adalah benang sari pada tanamana lobak
(Rhapanus sativus).
Pada dasarnya, tangkai sari duduk di dasar bunga, dapat secara terpisah atau berlekatan
sesamanya (connate), dapat juga berlekatan dengan daun mahkota (adnate). Bagi tangkai sari
yang saling berlekatan dapat pada sepanjang tangkai atau hanya sebagian saja sehingga tangkai
sari dapat membentuk berkas. Berdasarkan jumlah berkas, tangkai sari dibedakan menjadi
sebagai berikut.
o Berbekas atau bertukal satu (monadelphus; monoadelphus), dari sejumlah tangkai sari
Bersatu membentuk tabung, misalnya tabung benang sari pada bunga waru (Hibiscus
tiliaceus).
o Berberkas atau bertukal dua (diadelphus), dari sejumlah benang sari terdapat dua berkas,
misalnya benang sari pada bunga telang (Clitoria ternatea).
o Berberkas atau bertukal banyak (polyadelphus), dari sejumlah benang sari dalam satu
bunga membentuk banyak berkas, misalnya pada bunga randu alas (Salmalia malabarica)
membentuk 11 berkas.
2. Kepala sari (anthera)
Secara anatomi, kepala sari menunjukkan bagian antara lain ruang sari (theca)
umumnya berjumlah dua buah, masing-masing ruang sari semula terdiri atas dua ruangan kecil
(loculus atau loculimentum). Di dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (pollen),
yaitu sel jantan yang berfungsi untuk persarian atau penyerbukan. Pada spesies tumbuhan
anggota Asteraceae (Compositae), kepala sari berjumlah lima saling berlekatan, tetapi tangkai
sari berlepasan, benang sari seperti ini disebut benang sari syngenesis.
Kedudukan kepala sari terhadap tangkai sari dapat memiliki kemungkinan sebagai
berikut.
o Tegak (innatus; basifixed); jika kepala sari dan tangkai sari menyatu.
o Menempel (adnate); jika tangkai sari berubah menjadi penghubung ruang.
o Bergoyang (versatile); jika ujung tangkai sari berartikulasi di satu titik perlekatannya.
Pada spesies tumbuhan anggota Asteraceae (Compositae) kepala sari berjumlah lima
saling berlekatan, tetapi tangkai sari berlepasan. Benang sari seperti ini disebut benang
sari syngenesis.
Berdasarkan cara pecahnya, kepala sari dibedakan menjadi benang sari yang membelah
dengan cara:
o celah membujur (longitudinal dehiscens). Tipe ini dibedakan antara menghadap ke aksis
bunga disebut menghadap ke dalam (introrse), menjauhi aksis bunga disebut menghadap
ke luar (extrorse), dan sejajar dengan aksis disebut menghadap ke samping (lateral),
o celah melintang (tranversal),
o liang (pore),
a. Benang sari didynamus f. Benang sari monadelphus (Desmodium)
b. Benang sari tetradimus g. Benang sari diadelphus
c. Benang sari syngenesis (Aster) h. Benang sari dengan apendage
d. Benang sari monadelphus (Hibiscus) i. Benang sari dengan basal apendage
e. Benang sari syngenesis (Sinningia)
Gambar 6 Tipe androecium (alat kelamin jantan) pada bunga (Lawrence, 1968)
o kelep atau katup (valve).

3. Metamorfosis benang sari


Benang sari seperti bagian bunga yang lainnya juga dapat mengalami perubahan
struktur dan fungsi (metamorfosis) menjelma menjadi:
a. Bibir-bibiran (labellum), yaitu alih dari lima benang sari dari 6 benang sari sesungguhnya
pada jenis anggota suku tumbuhan empon-empon (Zingiberaceae) yang menjadi penarik
serangga polinator. Satu benang sari lagi menjadi benang sari tunggal yang fertil dan
berukuran besar.
b. Kelenjar madu (nectarium), yaitu alih fungsi satu benang sari bunga pisang (Musa spp;
Musaceae) dari enam benang sari yang sesungguhnya menjadi kelenjar madu yang
bertujuan untuk mengundang serangga polinatornya.
c. Pollen wax (polinia), merupakan persatuan serbuk sari (pollen) menjadi bahan seperti
lilin, misalnya polinia dari semua jenis anggota suku tumbuhan anggrek (Orchidaceae)
dan widuri (Asclepiadaceae).
d. Benang sari setril (staminodia), yaitu benang sari yang memiliki serbuk sari yang steril,
biasanya memiliki bentuk dan warna yang berbeda dengan benang sari fertil, misalnya
staminodia senggani (Melastoma affinis; Melastomaceae). Benang sari pada ganyong
(Canna hybrida; Cannaceae) bersifat sebagai staminodia berbentuk lembaran (tangkai
sari) dan terdapat satu lembaran yang masih mendukung kepala sari (fertil).
e. Cincin (annulus), yaitu reduksi benang sari yang tangkai sarinya berkembang menjadi
cincin pada bunga betina kelapa (Cocos nucifera; Arecaceae).

B. Alat Kelamin Betina (Gynoecium)


Alat kelamin betina pada bunga tersusun atas putik (pistil). Sementara, putik tersusun
oleh unit dasarnya berupa daun buah (megasporofil; carpell). Putik pada bunga umumnya
berjumlah satu dengan banyak daun buah (unipistill/policarpell), tetapi pada golongan
Polycarpicae (Ranales) memiliki putik banyak sekali dan setiap putik disusun oleh satu daun
buah (polipistil unicarpell). Putik pada umumnya memiliki bakal buah (ovarium), tangkai putik
(stylus), dan kepala putik (stigma). Berdasar jumlah daun buah penyusunnya, putik dibedakan
antara putik tunggal (simple), yaitu putik yang hanya disusun oleh satu daun buah dan putik
majemuk (composite) bila disusun oleh banyak daun buah.

1. Bakal buah (ovarium)


Bakal buah merupakan bagian putik yang membesar menumpang pada dasar bunga
yang tersusun oleh daun buah (carpell). Setiap daun buah mendukung bakal biji (ovule), antara
bakal biji dan daun buah dihubungkan oleh tali pusar (foeniculus). Pada daun buah terdapat
bagian tempat tertancapnya tali pusar disebut tembuni (placenta), dan tempat tertancapnya pada
bakal biji pada tali pusar disebut pusar biji (hilum).
Daun buah yang menyusun bakal buah (putik) dapat berjumlah banyak. Bila daun buah
satu dengan yang lainnya tidak berlekatan (lepas) disebut putik apocarpell, sebaliknya bila saling
berlekatan disebut putik coenocarpell. Bila saling berlekatan dan membentuk satu ruang disebut
putik paracarpell, sedangkan bila membentuk satu ruang sejumlah daun buah disebut putik
syncarpell. Bakal buah dapat dibedakan berdasarkan jumlah ruang, yaitu:
o beruang satu, misalnya pada tumbuhan polong (Legumenosae)
o beruang dua, misal pada tumbuhan sejenis kubis (Brassicaceae)
o beruang tiga, misalnya pada suku getah (Eupharbiaceae)
o beruang banyak, misalnya pada durian (Durio zibethinus).
Tata letak tembuni pada daun buah dapat bersifat marginal, yaitu apabila tembuni
tertelak di bagian tepi dari daun buah, sedangkan bila tembuni terletak di permukaan helai daun
buah disebut laminal. Berdasarkan pada plasentasi, bakal biji, letak tembuni dapat dibedakan
menjadi:
o parietal, yaitu pada dinding bakal buah dan berdasarkan tipe plasentasinya dapat
dibedakan antara parietal marginalis dan parietal laminalis,
o sentral (central), bila tembuni di tengah rongga bakal buah,
o basal (basalis), tembuni terletak di pangkal pusat atau poros tembuni,
o di sudut tengah (aksilar), tembuni terletak di sudut pertemuan daun buah.

2. Tangkai putik
Bagian ini merupakan penghubung antara bakal buah dan kepala putik, merupakan
daerah yang penting bagi buluh serbuk sari untuk mengantar inti generatif mencapai sel telur di
bakal biji. Putik kadang kala tidak memiliki tangkai putik, misalnya putik pada manggis
(Garcinia mangostana; Clusiaceae), kadang kala berukuran panjang melebihi panjang perhiasan
bunga, misalnya tangkai putik jambu air (Syzygium aqueum; Myrtaceae).

Gambar 7 Tipe tangkai putik dan kepala putik (Lawrence, 1968)


3. Kepala putik (stigma)
Merupakan bagian terminal dari putik yang berfungsi untuk jatuh dan berkecambahnya
serbuk sari dalam proses pembuahan (fertilisasi), serbuk sari berkecambah dan membentuk buluh
serbuk sari yang akan menembus jaringan kepala putik, kemudian menuju bakal biji melalui
tangkai putik. Kepala putik dapat tunggal atau terbagi, dengan bentuk yang beragam, misalnya
berjumlah dua dan berbentuk bulu pada padi (Oryza sativa; Poaceae), berjumlah lima tanpa
tangkai putik berbentuk lempeng pada mundu (Garcinia dulchis), berjumlah lima berbentuk bola
pada jarong (Gynandropsis gynandra), topi, diskus, rambut, garis, lembaran, dan lainlain. Pada
bunga anggrek, putik memiliki bentuk khas yaitu berbentuk tugu yang di ujungnya ditumbuhi
benang sari. Kondisi adnate antara putik dan benang sari ini disebut ginostemium (gynostcgium).
Putik pada tumbuhan yang primitif berjumlah banyak, tetapi setiap putik hanya tersusun dari satu
daun buah (polipistilunikarpel), sedangkan pada tumbuhan berbiji yang secara umum
perkembangannya telah maju, memiliki putik tunggal yang terdiri dari banyak daun buah
(unipistilpolikarpel).

4. Bakal biji (ovulum)


Bakal biji pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berada di dalam daun buah
yang berlekatan membentuk bakal buah, misalnya bakal biji pepaya (Carica papaya), sedangkan
pada tumbuhan berbiji telanjang atau terbuka (Gymnospermae) bakal biji terletak pada
permukaan daun buah yang lepas, misalnya bakal biji pakis haji (Cycas rumphii).

a. Bagian-bagian bakal biji


Bakal biji terdiri dari beberapa bagian berikut ini.
o Kulit (selaput) bakal biji (integument), yaitu lapisan paling luar yang akan berkembang
menjadi kulit biji, jumlahnya dapat lebih dari satu.
o Badan bakal biji (nucellus), jaringan yang diselubungi kulit bakal biji.
o Kandung lembaga (saccus embrional), suatu sel di dalam nuselus yang mengandung sel
telur (ovum), kandung lcmbaga sekunder, sinergid, dan antipoda. Sel telur yang dibuahi
oleh sel sperma akan berkembang menjadi lembaga (embrio) sebagai calon individu baru.
o Liang bakal biji (micropyle), suatu lubang sebagai tempat lewatnya buluh serbuk sari
yang membawa sel kelamin jantan dalam proses pembuahan.
b. Bentuk bakal biji
Berdasarkan pada posisi bakal biji terhadap tali pusar atau penggantung biji
(foeniculus), bakal biji dapat dibedakan menjadi beberapa macam bentuk berikut ini.
o Tegak (atropus), jika liang bakal biji terletak segaris dengan tali pusar pada arah yang
berlawanan.
o Mengangguk (anatropus), liang bakal biji terletak sejajar dengan tali pusar, tali pusar
membelok 180 derajat.
o Bengkok (campylotropus), tali pusar dan bakal biji membelok, liang biji sejajar dengan
tali pusar.
o Setengah mengangguk (hemitropus; hemianatropus), jika ujung tali pusar membengkok
sehingga tali pusar dan liang bakal biji membuat sudut 90 derajat.
o Melipat (camptotropus), jika tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya yang melipat
sehingga liang bakal biji sejajar pula dengan tali pusar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bunga merupakan modifikasi dari tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna,
dan susunannya telah mengalami evolusi sesuai dengan fungsinya sebagai organ reproduksi
supaya pada bunga dapat terjadi penyerbukan dan pembuahan sehingga dapat dihasilkan buah
dan biji sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan tersebut. Dimana bagian-bagian bunga terdiri
atas tangkai bunga, dasar bunga, dan perhiasan bunga. Pada bunga juga terdapat bunga jantan
yaitu benang sari dan juga bunga betina yaitu putik.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, N. S. ”Fitografi: Praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi”. Biol4447/Modul 1.


Pujawati, E. D. 2022. ”Buku Ajar Biologi Hutan Bagian I Morfologi Hutan”. CV. Banyubening
Cipta Sejahtera. Banjarbaru.
Samiyarsih, S. “Struktur Dasar dan Terminologi Tumbuhan Berbiji”. Biol4117/Modul I.

Anda mungkin juga menyukai