Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERTANIAN

TATA LETAK DAUN PADA BATANG

Oleh:
NAMA : DINA MARIANI
NIM : 2210514220025
KELOMPOK : OLIVE
ASISTEN : YUNI MAULIDA

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
BANJARBARU
2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL..................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

III. METODOLOGI.................................................................................. 8

Waktu dan Tempat........................................................................... 8


Bahan dan Alat................................................................................. 8
Bahan.................................................................................... 8
Alat....................................................................................... 8
Pelaksanaan Praktikum.................................................................... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 10

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 15

Kesimpulan...................................................................................... 15
Saran................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 16
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil pengamatan tata letak daun singkong........................................... 10

2. Hasil pengamatan tata letak daun cocor bebek...................................... 11

3. Hasil pengamatan tata letak daun suji................................................... 12

4. Hasil pengamatan tata letak daun alamanda.......................................... 13

5. Hasil pengamatan tata letak daun mawar.............................................. 14


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada batang dan cabang.
Ada pula daun yang berjejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang
atau pada ujung setiap tumbuhan yang memiliki sistem percabangan berbeda-
beda. Misalkan pada pohon pepaya, pohon srikaya dan bunga asoka. Dari ketiga
jenis tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan sistem percabangan serta tata
letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis misal semua pohon pepaya maka akan
kita temukan tata letak daun yang sama. Oleh karena itu, tata letak daun dapat
kita gunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan (Rosanti, 2013).
Pola tata letak daun pada batang disebut duduk daun (Filotaksis). Tata
letak daun pada setiap jenis tumbuhan biasanya sama. Berdasarkan jumlah daun
yang terdapat pada setiap buku dari batang dibedakan sebagai duduk daun
tersebar, berhadapan, dan duduk daun berkarang. Suatu daun dikatakan tersebar
(Folia sparsa) bila pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun saja, misal
daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis). Dikatakan duduk dan berhadapan
bila pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Apabila pada
buku berikutnya kedua daun yang terbentuk membentuk suatu silang dengan dua
daun di bawahnya maka dikatakan duduk daun berhadapan - bersilang (Folia
opposita atau Folia decussata), misal pada tanaman soka (Ixora javanica) dan
mengkudu (Morinda citrifolia). Dikatakan sebagai duduk daun berkarang (Folia
verticillata) jika setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun (Febritasari,
2016).
Pada suatu tumbuhan terdapat garis-garis ortostik yang biasanya tampak
lurus ke atas dan dapat mengalami perubahan-perubahan arah karena pengaruh
bermacam faktor. Perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortostik
menjadi garis spiral yang tampak melingkar pada batang. Sehingga spiral genetik
sulit untuk ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik
yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, disebut spirostik. Suatu spirostik
biasanya terjadi karena pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar,
akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik (Syahdi, 2019).
2

Parastik yaitu letak daun pada tumbuhan yang cukup rapat satu sama lain,
misalnya pada kelapa sawit (Elaeis guineensis) daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini ortostik dan
spiral genetiknya sangat sulit ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan ke kanan itu menghubungkan daun-daun yang
menurut arah ke samping yang mempunyai jarak terdekat. Sehingga setiap daun
mempunyai tetangga terdekat satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan, maka
tampak ada 2 spiral ke kiri dan ke kanan (Syahdi, 2019).
Penelitian tentang tata letak daun pada batang memiliki implikasi praktis
yang signifikan dalam bidang pertanian dan kehutanan. Pemahaman tentang tata
letak daun dapat membantu dalam pemilihan varietas tanaman yang lebih
produktif dan tahan terhadap stres lingkungan, seperti kekeringan atau serangan
hama dan penyakit. Pola tata letak daun juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam pemantauan kualitas lingkungan dan perubahan iklim, karakteristik penting
dalam morfologi tumbuhan yang mempengaruhi kinerja fisiologis dan adaptasi
tumbuhan terhadap lingkungan. Pola tata letak daun pada batang tidak hanya
mencerminkan evolusi dan diversifikasi tumbuhan, tetapi juga memengaruhi
efisiensi fotosintesis, transpirasi, dan penyerapan cahaya pada tingkat individu.
Pemahaman tentang tata letak daun pada batang penting dalam mengungkapkan
strategi adaptasi tumbuhan terhadap tekanan lingkungan, seperti pencahayaan,
persaingan sumber daya, dan interaksi organisme lain (Purnomo, 2018).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum tata letak daun pada batang adalah sebagai berikut :
1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.
2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambarkan bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun berasal dari kata latin folium atau folia, yang merupakan alat tubuh
yang penting bagi tumbuh tumbuhan karena banyak proses metabolisme yang
terjadi di daun misalnya proses fotosintesis menghasilkan bahan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Semua daun
mula mula berupa tonjolan jaringan yang kecil, yaitu primordia pada waktu ujung
pucuk tumbuh, primordia daun baru mulai terbentuk menurut pola khas untuk tiap
jenis tumbuhan. Secara morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tubuh
yang paling bervariasi. Batasan secara menyeluruh dari semua tipe daun yang
terlihat pada tumbuhan disebut phyllom (film) (Ramdhini et al., 2021).
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan
cabang- cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu
pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-
pisah dengan suatu jarak yang nyata. Batang atau cabang tempat duduknya suatu
daun disebut buku-buku batang (nodus), sedang bagian batang antara dua buku-
buku dinamakan ruas (internodium). Jika dibandingkan duduknya daun pada
batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, perbedaan itu
mengenai aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang tadi. Aturan
mengenai letaknya daun inilah yang dinamakan Tata letak daun, yang dapat
dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan. Untuk mengetahui bagaimana
tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya ialah :
1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.
Tata letak daun seperti ini dinamakan: tersebar (folia sparsa).
Walaupun tersebar, tetapi jika diteliti dengan seksama ternyata bahwa ada
hal-hal yang bersifat beraturan. Pada suatu tumbuhan, batang dianggap
mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran dengan
jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun adalah suatu
titik pada lingkaran itu, maka akan ditemukan hal-hal berikut :
 Jika kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik
tolak dan bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada
buku-
5

buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian


seterusnya, pada suatu saat kita akan sampai pada suatu daun yang
letaknya tepat pada garis vertikal di atas daun pertama yang kita pakai
sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar mengikuti suatu
garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada perjalanan melingkar
sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas pangkal tolak, telah kita
lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian itu akan
selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik
tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat
beraturan.
 Perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu melingkari batang
denganjumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkari batang
tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang
nilainya tetap untuk satu jenis tumbuhan. Jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi
batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka
perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang
dinamakan Rumus Daun (Divergensi).
Bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak lurus satu sama lain telah
dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat pula sejumlah b garis-garis
tegak lurus (garis vertikal) yang dinamakan : Ortostik. Garis spiral yang kita
ikuti melingkari batang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun
berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urutan tua mudanya, garis spiral ini
dinamakan : Spiral genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun
tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360°, yang disebut :
Sudut divergensi. Jika diamati berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun
tersebar, ternyata bahwa pecahan a/b dapat terdiri atas pecahan-pecahan : 1/2, 1/3,
2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dst. Deretan angka-angka pecahan tersebut dapat merupakan
rumus daun suatu jenis tumbuhan dan memperlihatkan sifat-sifat :
6

 tiap suku di belakang suku kedua (jadi suku ketiga, dst.) merupakan suatu
pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua
pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya,
yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang di
depannya tadi, atau
 tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
adalah selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan
pembilang suku itu sendiri.
Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang karakteristik
seperti itu dinamakan : Deret Fibonacci.
Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ada yang
duduk daun-daunnya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek,
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sangat sukar
untuk menentukan urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai susunan
demikian dinamakan Roset (rosula), yang dapat dibedakan :
 Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal di atas tanah, dan amat dekat dengan akar, misalnya pada lobak
(Raphanus sativus L.)
 Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal pada ujung batang,
misalnyapada pohon kelapa (Cocos nucifera L.).
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan
tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian daun
pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti
mosaik (pola karpet), susunan yang dinamakan Mosaik daun, misalnya pada
pohon kemiri (Aleuritesmoluccana Willd.).
2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun
Dua daun pada setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah
oleh jarak sebesar 180°). Pada buku-buku batang berikutnya kedua daun
membentuk suatu silang dengan dua daun yang di bawahnya tadi. Tata letak
seperti ini dinamakan : Berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia
7

decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora


paludosa Kurz.), dll.
3. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : Berkarang (folia
verticillata), misalnya pada Alamanda (Allamanda cathartica L), Oleander
(Neriumoleander L.). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada daun-daun
yang demikian dapat diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang
menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Menurut Jurni (2020), tanaman singkong dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima crantz
Menurut Astuti (2019), tanaman cocor bebek dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata
8

Menurut Haryati (2018), tanaman suji hijau dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledoneae
Sub Kelas : Lilidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Dracaena atau Pleomele
Spesies : Dracaena angustifolia atau Pleomele angustifolia
Menurut Arundhina (2014), tanaman alamanda dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L.
Menurut Rita Elfianis (2021), bunga mawar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledona
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rossa
Spesies : Rossa multiflora L.
III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Mei 2023 pukul 14.50 –
16.30 WITA. Di Ruangan Balangkasua, Fakultas Pertanian, Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Bahan dan Alat

Bahan

Tanaman singkong (Manihot utilissima). Bagian yang digunakan adalah


daun dan batang.
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata). Bagian yang digunakan adalah daun
dan batang.
Suji (Pleomele angustifola). Bagian yang digunakan adalah daun dan
batang.
Bunga alamanda(Allamanda cathartica). Bagian yang digunakan adalah
daun dan batang.
Bunga mawar (Rossa sp.). Bagian yang digunakan adalah daun dan
batang.

Alat

Alat tulis. Alat tulis sebagai media untuk menulis laporan sementara dan
menggambar objek yang telah diamati.
Lembar laporan sementara. Lembar laporan sementara sebagai hasil
sementara yang didapat dalam suatu penelitian dan akan diperbaiki sesuai
kebutuhan penelitian.
11

Pelaksanaan Praktikum

1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.


2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram
batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-masing
tanaman yang diamati.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari praktikum yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil pengamatan tata letak daun singkong


Diagram Bagan

Keterangan
2
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-5
5
2
 Sudut divergensi : ×360 °=144 °
5
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas daun singkong (Manihot utilissima) memiliki


2
rumus daun . Yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
5
permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyakk 2 kali dan
jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Daun pada
tanaman singkong letaknya berselang-seling dan pada setiap buku-buku batang
tanaman ini hanya terdapat satu daun (tersebar). Besar sudut antara dua daun
2
tanaman singkong yaitu (sudut divergensi) : ×360 °=144 °.
5
15

Tabel 2. Hasil pengamatan tata letak daun cocor bebek


Diagram Bagan

Keterangan
1
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-2
2
1
 Sudut divergensi : ×360 °=180 °
2
 Termasuk folia opposita (berhadapan-bersilang)

Berdasarkan tabel diatas tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata)


1
memiliki rumus daun dimana dalam satu putaran terdapat 2 daun dengan sudut
2
divergensi 180° . Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) termasuk folia opposite
karena pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun saling berhadapan.
Duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun 3, 5, 7. Duduk daun 2 sejajar dengan
duduk daun 4, 6 dan 8.
16

Tabel 3. Hasil pengamatan tata letak daun suji


Diagram Bagan

Keterangan
3
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-8
8
3
 Sudut divergensi : × 360° =135°
8
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas tanaman suji hijau (Pleomele angustifolia)


3
memiliki rumus daun dimana untuk mempertemukan daun yang satu dengan
8
yang lain yang terletak dalam satu gaaris yang sama harus mengelilingi batang
sebanyak 3 putaran dan pada saat melakukan 3 kali putaran jumlah daun yang
dilaluinya adalah berjumlah 8 daun dengan sudut divergensi 135 ° . Tanaman suji
hijau (Pleomele angustifolia) termasuk folia sparsa karena pada setiap buku-buku
batang hanya terdapat satu daun (tersebar). Duduk daun 1 sejajar dengan duduk
daun 9, 17 dan 25. Dudukdaun 2 sejajar dengan duduk daun 10, 18 dan 26.
17

Tabel 4. Hasil pengamatan tata letak daun alamanda


Gambar Sketsa

Keterangan
 Rumus daun : Tidak dapat ditentukan
 Sudut divergensi : Tidak ada
 Termasuk folia verticillata (berkarang)

Berdasarkan tabel diatas daun alamanda (Allamanda cathartica) letaknya


berkarang, yaitu terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku-buku batang, dalam
hal ini terdapat empat daun pada tiap buku batang. Karena tata letak daunnya
yang berkarang, maka rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
18

Tabel 5. Hasil pengamatan tata letak daun mawar


Diagram Bagan

Keterangan
1
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-3
3
1
 Sudut divergensi : ×360 °=120°
3
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas tanaman mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun
1
dimana dalam 1 putaran terdapat 3 daun dengan sudut divergensi 120 ° .
3
Tanaman mawar (Rossa sp.) termasuk folia sparsa karena pada setiap buku-buku
batang hanya terdapat satu daun (tersebar). Duduk daun 1 sejajar dengan duduk
daun 4,7 dan 10. Duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 5,8 dan 11. Duduk
daun 3 sejajar dengan duduk daun 6, 9 dan 12.
19
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :


1. Tata letak daun atau duduk daun (Phyllotaxis: disposition folioeum) adalah
aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun pada setiap
bukunya, terdapat 4 macam duduk daun, yaitu duduk daun tersebar (sparasa),
duduk daun berseling (disticha), duduk daun berhadapan (opposite), dan
duduk daun berkarang (verticillata).
2. Tata letak daun terbagi menjadi folio sparsa (tersebar) seperti singkong
(Manihot utilissima), suji (Pleomele angustifolia), mawar (Rossa sp). folio
opposite (berhadapan) seperti cocor bebek (Kalanchoe pinnata). folio
verticillata (berkarang) seperti alamanda (Allamanda cathartica).
3. Praktikum ini dilakukan untuk mengenal berbagai tata letak daun pada batang,
menentukan rumus daun, menggambar bagian dan diagram daun, mengetahui
fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Pada saat pemaparan materi sudah cukup baik, namun pemateri hendaknya
menjelaskan secara detail.
2. Lakunkanlah praktikum sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar praktikum
berjalan dengan lancar.
3. Gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya agar tidak terbuang dengan sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA

Elfianis, R. (2021). Klasifikasi dan Morfologi Bunga Mawar. Retrieved 19 Mei


2023 from Agrotek.id: https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-bunga-
mawar/.
Febritasari, F & Arpiwi, N. L. (2016). Karakteristik dan Analisis Hubungan
Kekerabatan Malapari sebagai Tanaman Penghasil Minyak. Jurnal
Metamorfosa, 2, 74-81.
Haryati. (2018). Uji Karakteristik Fisika Kimia dan Aktivitas Antibakteri Krim
Ekstrak Etanol Daun Suji (Pleomele angutifolia) Kombinasi Emulgator
Asam Stearat dan Trietanolamin. Skripsi Thesis, 1-10. Retrieved from
https://eprints.unwahas.ac.id/1574/.
Herliani. (2020). Plant Morphology. Universitas Mulawarman. Retrieved from
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/32375/Buku
%20Ajar%20Morfologi%20Tumbuhan.pdf?sequence=1.
Jurni, J. (2020). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Singkong (Manihot
esculenta). Universitas Muhammadiyah Surabaya. Surabaya.
Rosanti. (2021). Morfologi Tumbuhan. Retrieved from perpusda.magetan:
https://perpusda.magetan.go.id/opac/detail-opac?id=23801.
Sutrisno, E. (2021). Anatomi Tumbuhan. Yayasan Kita Menulis. Retrieved from
https://dosen.unmerbaya.ac.id/file/content/2022/03/fullbook_anatomi_tum
buhan_purwanti.pdf.
Syahdi, N. Z. (2019). Morfologi Daun Spesies Tumbuhan yang Hidup di Halaman
FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Pendidikan Biologi, 143-
149.
Widi, V. (2019). Daya Hambat Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata)
pada Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus (Studi Di
Laboratorium Mikrobiologi Stikes Icme Jombang). Stikes Insan Cendekia
Medika Jombang. Jombang.
Yananda. (2022). Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Tepung MOCAF
(Modified cassava flour) pada Beberapa Varietas Singkong (Manihot
esculenta). ini tambahkan juga

Anda mungkin juga menyukai