BIOLOGI PERTANIAN
Oleh:
NAMA : DINA MARIANI
NIM : 2210514220025
KELOMPOK : OLIVE
ASISTEN : YUNI MAULIDA
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2
III. METODOLOGI.................................................................................. 8
Kesimpulan...................................................................................... 15
Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 16
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Latar Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada batang dan cabang.
Ada pula daun yang berjejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang
atau pada ujung setiap tumbuhan yang memiliki sistem percabangan berbeda-
beda. Misalkan pada pohon pepaya, pohon srikaya dan bunga asoka. Dari ketiga
jenis tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan sistem percabangan serta tata
letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis misal semua pohon pepaya maka akan
kita temukan tata letak daun yang sama. Oleh karena itu, tata letak daun dapat
kita gunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan (Rosanti, 2013).
Pola tata letak daun pada batang disebut duduk daun (Filotaksis). Tata
letak daun pada setiap jenis tumbuhan biasanya sama. Berdasarkan jumlah daun
yang terdapat pada setiap buku dari batang dibedakan sebagai duduk daun
tersebar, berhadapan, dan duduk daun berkarang. Suatu daun dikatakan tersebar
(Folia sparsa) bila pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun saja, misal
daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis). Dikatakan duduk dan berhadapan
bila pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Apabila pada
buku berikutnya kedua daun yang terbentuk membentuk suatu silang dengan dua
daun di bawahnya maka dikatakan duduk daun berhadapan - bersilang (Folia
opposita atau Folia decussata), misal pada tanaman soka (Ixora javanica) dan
mengkudu (Morinda citrifolia). Dikatakan sebagai duduk daun berkarang (Folia
verticillata) jika setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun (Febritasari,
2016).
Pada suatu tumbuhan terdapat garis-garis ortostik yang biasanya tampak
lurus ke atas dan dapat mengalami perubahan-perubahan arah karena pengaruh
bermacam faktor. Perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortostik
menjadi garis spiral yang tampak melingkar pada batang. Sehingga spiral genetik
sulit untuk ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik
yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, disebut spirostik. Suatu spirostik
biasanya terjadi karena pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar,
akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik (Syahdi, 2019).
2
Parastik yaitu letak daun pada tumbuhan yang cukup rapat satu sama lain,
misalnya pada kelapa sawit (Elaeis guineensis) daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini ortostik dan
spiral genetiknya sangat sulit ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan ke kanan itu menghubungkan daun-daun yang
menurut arah ke samping yang mempunyai jarak terdekat. Sehingga setiap daun
mempunyai tetangga terdekat satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan, maka
tampak ada 2 spiral ke kiri dan ke kanan (Syahdi, 2019).
Penelitian tentang tata letak daun pada batang memiliki implikasi praktis
yang signifikan dalam bidang pertanian dan kehutanan. Pemahaman tentang tata
letak daun dapat membantu dalam pemilihan varietas tanaman yang lebih
produktif dan tahan terhadap stres lingkungan, seperti kekeringan atau serangan
hama dan penyakit. Pola tata letak daun juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam pemantauan kualitas lingkungan dan perubahan iklim, karakteristik penting
dalam morfologi tumbuhan yang mempengaruhi kinerja fisiologis dan adaptasi
tumbuhan terhadap lingkungan. Pola tata letak daun pada batang tidak hanya
mencerminkan evolusi dan diversifikasi tumbuhan, tetapi juga memengaruhi
efisiensi fotosintesis, transpirasi, dan penyerapan cahaya pada tingkat individu.
Pemahaman tentang tata letak daun pada batang penting dalam mengungkapkan
strategi adaptasi tumbuhan terhadap tekanan lingkungan, seperti pencahayaan,
persaingan sumber daya, dan interaksi organisme lain (Purnomo, 2018).
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum tata letak daun pada batang adalah sebagai berikut :
1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.
2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambarkan bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Daun berasal dari kata latin folium atau folia, yang merupakan alat tubuh
yang penting bagi tumbuh tumbuhan karena banyak proses metabolisme yang
terjadi di daun misalnya proses fotosintesis menghasilkan bahan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Semua daun
mula mula berupa tonjolan jaringan yang kecil, yaitu primordia pada waktu ujung
pucuk tumbuh, primordia daun baru mulai terbentuk menurut pola khas untuk tiap
jenis tumbuhan. Secara morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tubuh
yang paling bervariasi. Batasan secara menyeluruh dari semua tipe daun yang
terlihat pada tumbuhan disebut phyllom (film) (Ramdhini et al., 2021).
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan
cabang- cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu
pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-
pisah dengan suatu jarak yang nyata. Batang atau cabang tempat duduknya suatu
daun disebut buku-buku batang (nodus), sedang bagian batang antara dua buku-
buku dinamakan ruas (internodium). Jika dibandingkan duduknya daun pada
batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, perbedaan itu
mengenai aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang tadi. Aturan
mengenai letaknya daun inilah yang dinamakan Tata letak daun, yang dapat
dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan. Untuk mengetahui bagaimana
tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya ialah :
1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.
Tata letak daun seperti ini dinamakan: tersebar (folia sparsa).
Walaupun tersebar, tetapi jika diteliti dengan seksama ternyata bahwa ada
hal-hal yang bersifat beraturan. Pada suatu tumbuhan, batang dianggap
mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran dengan
jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun adalah suatu
titik pada lingkaran itu, maka akan ditemukan hal-hal berikut :
Jika kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik
tolak dan bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada
buku-
5
tiap suku di belakang suku kedua (jadi suku ketiga, dst.) merupakan suatu
pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua
pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya,
yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang di
depannya tadi, atau
tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
adalah selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan
pembilang suku itu sendiri.
Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang karakteristik
seperti itu dinamakan : Deret Fibonacci.
Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ada yang
duduk daun-daunnya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek,
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sangat sukar
untuk menentukan urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai susunan
demikian dinamakan Roset (rosula), yang dapat dibedakan :
Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal di atas tanah, dan amat dekat dengan akar, misalnya pada lobak
(Raphanus sativus L.)
Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal pada ujung batang,
misalnyapada pohon kelapa (Cocos nucifera L.).
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan
tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian daun
pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti
mosaik (pola karpet), susunan yang dinamakan Mosaik daun, misalnya pada
pohon kemiri (Aleuritesmoluccana Willd.).
2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun
Dua daun pada setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah
oleh jarak sebesar 180°). Pada buku-buku batang berikutnya kedua daun
membentuk suatu silang dengan dua daun yang di bawahnya tadi. Tata letak
seperti ini dinamakan : Berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia
7
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Mei 2023 pukul 14.50 –
16.30 WITA. Di Ruangan Balangkasua, Fakultas Pertanian, Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Bahan
Alat
Alat tulis. Alat tulis sebagai media untuk menulis laporan sementara dan
menggambar objek yang telah diamati.
Lembar laporan sementara. Lembar laporan sementara sebagai hasil
sementara yang didapat dalam suatu penelitian dan akan diperbaiki sesuai
kebutuhan penelitian.
11
Pelaksanaan Praktikum
Hasil dari praktikum yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :
Keterangan
2
Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-5
5
2
Sudut divergensi : ×360 °=144 °
5
Termasuk folia sparsa (tersebar)
Keterangan
1
Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-2
2
1
Sudut divergensi : ×360 °=180 °
2
Termasuk folia opposita (berhadapan-bersilang)
Keterangan
3
Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-8
8
3
Sudut divergensi : × 360° =135°
8
Termasuk folia sparsa (tersebar)
Keterangan
Rumus daun : Tidak dapat ditentukan
Sudut divergensi : Tidak ada
Termasuk folia verticillata (berkarang)
Keterangan
1
Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-3
3
1
Sudut divergensi : ×360 °=120°
3
Termasuk folia sparsa (tersebar)
Berdasarkan tabel diatas tanaman mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun
1
dimana dalam 1 putaran terdapat 3 daun dengan sudut divergensi 120 ° .
3
Tanaman mawar (Rossa sp.) termasuk folia sparsa karena pada setiap buku-buku
batang hanya terdapat satu daun (tersebar). Duduk daun 1 sejajar dengan duduk
daun 4,7 dan 10. Duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 5,8 dan 11. Duduk
daun 3 sejajar dengan duduk daun 6, 9 dan 12.
19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran