Anda di halaman 1dari 20

TATA LETAK DAUN PADA BATANG

(Laporan Praktikum Biologi Pertanian)

BENVICA REGITA CAHYANI


2110517320007
KELOMPOK 1

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................. ii

PENDAHULUAN ............................................................................. 1

Latar Belakang ....................................................................... 1


Tujuan .................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3

BAHAN DAN METODE .................................................................. 7

Waktu dan Tempat ................................................................. 7


Alat dan Bahan ....................................................................... 7
Alat ............................................................................... 7
Bahan ............................................................................ 7
Prosedur Kerja........................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 9

Hasil....................................................................................... 9
Pembahasan ........................................................................... 13

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 16

Kesimpulan ........................................................................... 16
Saran ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 17


DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Tata Letak Tanaman Singkong


(Manihot utilissima) ...................................................................... 9
2. Hasil Tata Letak Tanaman Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata L.) ................................................................. 10
3. Hasil Tata Letak Tanaman Suji Hijau
(Pleomele angustifolia) ................................................................. 11
4. Hasil Tata Letak Tanaman Bunga Terompet Emas
(Allamanda cathartica L.) ............................................................ 12
5. Hasil Tata Letak Tanaman Mawar
(Rossa sp.) .................................................................................... 13
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daun merupakan organ vegetative tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat


berlangsungnya fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, air dan karbondioksida
diubah menjadi glukosa dan oksigen. Proses fotosintesis terjadi pada sel-sel yang
berklorofil. Adanya klorofil dalam sel-sel mesofil daun menyebabkan warna daun
pada umumnya berwarna hijau (Haryani, 2018).
Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang dinamankan tata letak
daun. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies tumbuhan.
Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu ciri pengenal
bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan
cahaya matahari oleh daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan
tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari daun-daun diatasnya, dan bagaimana
keadaan ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun melekat (Partini, 2017).
Tata letak daun atau yang biasa disebut dengan phyllotxis merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi
karena urutan daun sudah terlihat jelas maka istilah tersebut digunakan secara
umum untuk menyatakan susunan kedudukan daun yang membagi-bagi lingkaran
penuh menjadi bagian-bagian kecil. Bagian kecil ini umumnya berpola seperti deret
Fibonacci (Indriyani et al., 2018).
Daun dapat dibentuk secara tunggal bila tedapat satu helai daun pada setiap
buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku, dan secara karangan
bila terdapat dua helai daun atau lebih pada setiap buku. Susunan daun dari suatu
tumbuhan biasanya bersifat konstan dan juga ditentukan oleh banyaknya helai daun
yang terbentuk dalam suatu nodus (buku) (Sasmi et al., 2019).
Buku buku batang (nodus) merupakan bagian batang atau cabang yang
dijadikan sebagai bagian tempat duduknya suatu daun. Bagian ini seringkali tampak
sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar sebagai suatu cincin.
Selain itu, ada ruas (internodium) yang merupakan bagian batang yang berada
diantara dua buku-buku. Terdapat perbedaan antara letak daun antara satu sama lain
2

yang ada dibatang. Perbedaan yang utama yakni mengenai aturan letak-letak daun.
Aturan letak-letak daun dapat dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan
(Riastuti et al., 2020).
Terdapat beberapa jenis duduk daun yang terdapat pada nodus. Jenis-jenis
phyllotaxis yang terdapat pada tumbuhan dapat mempertahankan pola dudukan dun
pada tunas saat masa pertumbuhan meskipun ukuran batang tidaklah sama
mengenai panjang dan diameternya. Adapun merupakan jenis-jenis dari
phyllotaxis, antara lain terdapat satu daun pada tiap buku buku batang, terdapat dua
daun pada tiap buku buku batang, terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku
batang (Bryntsev, 2014).

Tujuan praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengenal berbagai tata letak
daun pada batang. Menentukan rumus daun. Menggambar bagan dan diagram daun.
Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
TINJAUAN PUSTAKA

Daun terbentuk pada meristem apeks batang di dekat bagian yang terujung.
Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan perinklinal sekelompok di bagian
sisi meristem apeks. Pembelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan sel di
bawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari sel
lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsung meristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi.
Setelah mencapai tinggi tertentu, di sisi lain terjadi pembelahan periclinal yang
serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan, bakal
primordium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak daun
tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut
biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling batang
cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut sempit (Halimah et al., 2020).
Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun terdapat pada
buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies
tumbuhan. Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu
ciri pengenal bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi
penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga
dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas
ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada batang (tata letak daun, phyllotaxis)
perlu diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada setiap buku.
Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan daun-daun pada buku atau buku
buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu daun dengan daun-daun di
atasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun
melekat (Magfiroh, 2020).
Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan
jumlah daun yang terdapat pada buku buku yang kemungkinannya terdapat satu
daun pada tiap buku-buku. Terdapat dua daun yang berhadap-hadapan pada tiap
buku buku. Terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku (Elsje, 2020).
Pada tiap buku buku hanya terdapat satu daun saja, maka tata letak daun
yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun
4

jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu tumbuhan
batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku buku batang sebagai
lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya
daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut (Elsje, 2020).
Dua daun pada setiap buku buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak
180º). Pada buku buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk
suatu silang dengan dua daun di bawahnya disebut berhadapan-bersilang (folia
opposita atau folia decussata) (Elsje, 2020).
Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun disebut berkarang (folia
verticillate). Daun- daun pada karang atau buku yang letaknya saling berseling.
Pada tumbuhan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan
rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya ortostik-
ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain (Elsje,
2020).
Tata letak daun tersebar bila kita teliti benar akan memperlihatkan hal-hal
yang beraturan. Bila kita pilih satu daun sembarang (sebagai titik tolak) pada batang
makan akan terdapat satu daun yang letaknya terdapat pada garis vertical di atas
daun tadi. Antara dua daun tersebut terdapat sepuluh daun yang bila diikuti secara
beruntun akan mengikuti garis spiral (Riastuti et al., 2020).
Ternyata bahwa perbandingan antara banyaknya kali grais spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkari
batang tadi (daun sebagai titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang
nilainya tetap untuk satu jenis tumbuhan. Jika untuk mencapai daun yang tegak
lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi itu adalah (b) helai maka
perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecahan 1/b, dan dinamakan rumus
daun atau divergensi (Haryani, 2018).
Garis vertical antara dua daun yang sejajar sumbu batang disebut ortostik,
sedang garis spiral yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke
atas disebut spiral genetic. Apabila garis spiral tadi diproyeksikan pada bidang
datar, maka pecahan a/b dapat menerjemahkan sudut antara dua daun tersebut yaitu
a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360º, dan disebut sudut divergensi. Apabila kita
5

memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, akan diperoleh
bahwa pecahan a/b terdiri atas deretan pecahan-pecahan yang teratur dan tetap yaitu
1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, dan seterusnya. Deretan rumus-rumus daun yang
memperlihatkan sifat-sifat atau karakteristik suatu jenis tumbuhan dinakan suatu
deret Fibonacci (Amintarti, 2014).
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Herbarium Medanense (2016),
klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan DepKes (2000), klasifikasi
tanaman cocor bebek adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata L.
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Lemmens dan Bunyapraphatsara
(2013), klasifikasi tanaman suji hijau adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Lilianae
Famili : Liliaceae
Genus : Pleomele
6

Spesies : Pleomele angustifolia


Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Heyne (1987), klasifikasi tanaman
bunga terompet emas adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L.
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Nampiah (1995), klasifikasi
tanaman mawar adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rossa
Spesies : Rossa sp.
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 25 april 2022 pukul 14:20 –
16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.

Alat dan bahan

Alat

Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan.


Lembar laporan sementara digunakan sebagai referensi laporan praktikum.

Bahan

Morus alba/ Manihot utilissima. yang digunakan untuk diamati.


Kalanchoe pinnata L. yang digunakan untuk diamati.
Pleomele angustifolia. yang digunakan untuk diamati.
Allamanda cathartica L. yang digunakan untuk diamati.
Rossa sp. yang digunakan untuk diamati.
8

Prosedur Kerja

1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.


2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram
batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-
masing tanaman yang diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Tata Letak Tanaman Singkong (Manihot utilissima)


Diagram Bagan

Keterangan

 Singkong termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)


 Rumus tata letak daun 2/5
 Sudut divergensi letak daun 2/5 x 360º = 144º
10

Tabel 2. Hasil Tata Letak Tanaman Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.)
Diagram Bagan

Keterangan

 Cocor bebek termasuk dalam daun berhadapan-bersilang (folia opposita)


 Rumus tata letak daun 1/2
 Sudut divergensi letak daun 1/2 x 360º = 180º
11

Tabel 3. Hasil Tata Letak Tanaman Suji Hijau (Pleomele angustifolia)


Diagram Bagan

Keterangan

 Suji hijau termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)


 Rumus tata letak daun 3/8
 Sudut divergensi letak daun 3/8 x 360º = 135º
12

Tabel 4. Hasil Tata Letak Tanaman Bunga Terompet Emas (Allamanda cathartica
L.)
Gambar

Keterangan

 Bunga terompet emas termasuk dalam daun berkarang (folia verticillata)


 Rumus tata letak daun tidak dapat ditentukan
13

Tabel 5. Hasil Tata Letak Tanaman Mawar (Rossa sp.)


Diagram Bagan

Keterangan

 Mawar termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)


 Rumus tata letak daun 1/3
 Sudut divergensi letak daun 1/3 x 360º = 120º

Pembahasan

Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun.
Tata letak daun terbagi 3, yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun,
yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan tersebar (folia
sparsa). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya
hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap
mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran
dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu
titik pada lingkaran itu. Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun)
sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada di atasnya
dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal
14

di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang
kembali,walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
Pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Pada setiap
buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180°).
Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu
silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini
dinamakan berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata).
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun. Tata letak daun
dimana pada setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun dinamakan berkarang
(folia verticillata). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang
demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan
daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Singkong (Manihot utilissima) memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut
divergensinya 2/5 × 360° = 144°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 6,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 7, duduk daun 3 sejajar dengan daun 8, duduk
daun 4 sejajar dengan daun 9, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya hanya
terdapat satu daun (folia sparsa).
Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) memiliki rumus daun 1/2 dengan sudut
divergensinya 1/2 × 360° = 180°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 3,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 4, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, dst. Pada
tanaman ini setik buku batangnya terdapat dua daun yang berhadapan (folia
opposita).
Suji hijau (Pleomele angustifolia) memiliki rumus daun 3/8 dengan sudut
divergensinya 3/8 × 360° = 135°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 9,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 10, duduk daun 3 sejajar dengan daun 11, dst.
Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat satu daun (folia sparsa).
Bunga terompet emas (Allamanda cathartica L.) tidak memiliki rumus tata
letak daun sehingga sudut divergensinya tidak terdefinisikan. Pada tanaman ini
setiap buku batangnya terdapat lebih dari dua daun (folia verticillata).
Mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun 1/3 dengan sudut divergensinya 1/3
15

× 360° = 120°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 4, duduk daun 2 sejajar
dengan daun 5, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, duduk daun 4 sejajar dengan
daun 8, duduk daun 5 sejajar dengan daun 10, dst. Pada tanaman ini setiap buku
batangnya terdapat satu daun (Folia sparsa).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Tata letak daun atau yang biasa disebut dengan phyllotxis merupakan
istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun
pada batang.
2. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya
adalah a/b x 360°, disebut sudut divergensi. Tanaman pada praktikum
ini memiliki sudut divergensi 144º adalah singkong, 180° adalah cocor
bebek, 135° adalah daun suji hijau, tanaman bunga terompet emas sudut
divergensinya tidak terdefinisi, 120° adalah mawar.
3. Tanaman yang memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) adalah
singkong, suji, dan mawar, berhadapan-bersilangan (folia decussata)
adalah cocor bebek, berhadapan-berkarang (folia verticillata) adalah
bunga terompet emas.
4. Rumus daun pada tanaman singkong adalah 2/5, cocor bebek adalah
1/2, daun suji hijau adalah 3/8, tanaman bunga terompet emas rumus
daunnya tidak terdefinisi, mawar adalah 1/3.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Sebelum melaksanakan praktikum praktikan diharapkan memahami
materi agar tidak terjadi kekeliruan.
2. Praktikan diharapkan dapat memahami materi tata letak daun pada
batang.
3. Tabel disertakan dengan gambar, bagan, dan diagram yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Amintarti, S. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP


ULM: Banjarmasin.

Bryntsev, V. A., Tsarev, A. P., Pogiba, S. P., & Laura, N. V. 2014. Selektsiya
sosny kedrovoy sibirskoy [Selection of Siberian Stone Pine]. Selektsiya
lesnykh i dekorativnykh drevesnykh rasteniy [Selection of Forest and
Ornamental Woody Plants]. Moscow, 221-227.

Elsje, T. M. 2020. Ministry Of Education and Culture Mulawarman University


Faculty Of Teacher Training and Education.

Halimah, D. N., & Rumah, P. P. 2020. Buku Pendalaman Materi (BUPERI) Ilmu
Pengetahuan Alam: SMP/MTS Kelas VIII. Penerbit Pustaka Rumah
C1nta.

Haryani, T. S. 2018. Organo Nutritivum (daun, batang dan akar). Universitas


Terbuka.

Indriyani, S., Batoro, J., Ekowati, G., Azrianingsih, R., & Rahardi, B. 2018.
Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan. Universitas Negeri
Jember.

Magfiroh, L. U. 2020. Pengembangan Ensiklopedia Tumbuhan Angiospermae


dalam Tradisi Jawa di Desa Kaliwining sebagai Buku Penunjang Siswa
SMP/MTs (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Jember).

Partini, P. 2017. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Liana Di Taman


Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung. Doctoral dissertation,
IAIN Palangka Raya.

Riastuti, R. D., Nopiyanti, N., & Febrianti, Y. 2020. Keragaman Morfologi


Modifikasi Batang (Caulis) di Kecamatan Lubuklinggau Timur I,
Lubuklinggau. Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, 2(2), 67-73.

Sasmi, J., Mahdi, N., & Kamal, S. (2017). Jenis tanaman yang digunakan untuk
obat tradisional di kecamatan Kluet Selatan. BIOTIK: Jurnal Ilmiah
Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5(1), 36-59.

Anda mungkin juga menyukai