Halaman
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
Hasil....................................................................................... 9
Pembahasan ........................................................................... 13
Kesimpulan ........................................................................... 16
Saran ..................................................................................... 16
Nomor Halaman
Latar Belakang
yang ada dibatang. Perbedaan yang utama yakni mengenai aturan letak-letak daun.
Aturan letak-letak daun dapat dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan
(Riastuti et al., 2020).
Terdapat beberapa jenis duduk daun yang terdapat pada nodus. Jenis-jenis
phyllotaxis yang terdapat pada tumbuhan dapat mempertahankan pola dudukan dun
pada tunas saat masa pertumbuhan meskipun ukuran batang tidaklah sama
mengenai panjang dan diameternya. Adapun merupakan jenis-jenis dari
phyllotaxis, antara lain terdapat satu daun pada tiap buku buku batang, terdapat dua
daun pada tiap buku buku batang, terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku
batang (Bryntsev, 2014).
Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengenal berbagai tata letak
daun pada batang. Menentukan rumus daun. Menggambar bagan dan diagram daun.
Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
TINJAUAN PUSTAKA
Daun terbentuk pada meristem apeks batang di dekat bagian yang terujung.
Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan perinklinal sekelompok di bagian
sisi meristem apeks. Pembelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan sel di
bawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari sel
lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsung meristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi.
Setelah mencapai tinggi tertentu, di sisi lain terjadi pembelahan periclinal yang
serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan, bakal
primordium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak daun
tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut
biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling batang
cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut sempit (Halimah et al., 2020).
Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun terdapat pada
buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies
tumbuhan. Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu
ciri pengenal bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi
penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga
dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas
ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada batang (tata letak daun, phyllotaxis)
perlu diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada setiap buku.
Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan daun-daun pada buku atau buku
buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu daun dengan daun-daun di
atasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun
melekat (Magfiroh, 2020).
Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan
jumlah daun yang terdapat pada buku buku yang kemungkinannya terdapat satu
daun pada tiap buku-buku. Terdapat dua daun yang berhadap-hadapan pada tiap
buku buku. Terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku (Elsje, 2020).
Pada tiap buku buku hanya terdapat satu daun saja, maka tata letak daun
yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun
4
jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu tumbuhan
batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku buku batang sebagai
lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya
daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut (Elsje, 2020).
Dua daun pada setiap buku buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak
180º). Pada buku buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk
suatu silang dengan dua daun di bawahnya disebut berhadapan-bersilang (folia
opposita atau folia decussata) (Elsje, 2020).
Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun disebut berkarang (folia
verticillate). Daun- daun pada karang atau buku yang letaknya saling berseling.
Pada tumbuhan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan
rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya ortostik-
ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain (Elsje,
2020).
Tata letak daun tersebar bila kita teliti benar akan memperlihatkan hal-hal
yang beraturan. Bila kita pilih satu daun sembarang (sebagai titik tolak) pada batang
makan akan terdapat satu daun yang letaknya terdapat pada garis vertical di atas
daun tadi. Antara dua daun tersebut terdapat sepuluh daun yang bila diikuti secara
beruntun akan mengikuti garis spiral (Riastuti et al., 2020).
Ternyata bahwa perbandingan antara banyaknya kali grais spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkari
batang tadi (daun sebagai titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang
nilainya tetap untuk satu jenis tumbuhan. Jika untuk mencapai daun yang tegak
lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi itu adalah (b) helai maka
perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecahan 1/b, dan dinamakan rumus
daun atau divergensi (Haryani, 2018).
Garis vertical antara dua daun yang sejajar sumbu batang disebut ortostik,
sedang garis spiral yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke
atas disebut spiral genetic. Apabila garis spiral tadi diproyeksikan pada bidang
datar, maka pecahan a/b dapat menerjemahkan sudut antara dua daun tersebut yaitu
a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360º, dan disebut sudut divergensi. Apabila kita
5
memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, akan diperoleh
bahwa pecahan a/b terdiri atas deretan pecahan-pecahan yang teratur dan tetap yaitu
1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, dan seterusnya. Deretan rumus-rumus daun yang
memperlihatkan sifat-sifat atau karakteristik suatu jenis tumbuhan dinakan suatu
deret Fibonacci (Amintarti, 2014).
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Herbarium Medanense (2016),
klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan DepKes (2000), klasifikasi
tanaman cocor bebek adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata L.
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Lemmens dan Bunyapraphatsara
(2013), klasifikasi tanaman suji hijau adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Lilianae
Famili : Liliaceae
Genus : Pleomele
6
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 25 april 2022 pukul 14:20 –
16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.
Alat
Bahan
Prosedur Kerja
Hasil
Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut:
Keterangan
Tabel 2. Hasil Tata Letak Tanaman Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.)
Diagram Bagan
Keterangan
Keterangan
Tabel 4. Hasil Tata Letak Tanaman Bunga Terompet Emas (Allamanda cathartica
L.)
Gambar
Keterangan
Keterangan
Pembahasan
Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun.
Tata letak daun terbagi 3, yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun,
yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan tersebar (folia
sparsa). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya
hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap
mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran
dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu
titik pada lingkaran itu. Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun)
sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada di atasnya
dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal
14
di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang
kembali,walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
Pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Pada setiap
buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180°).
Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu
silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini
dinamakan berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata).
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun. Tata letak daun
dimana pada setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun dinamakan berkarang
(folia verticillata). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang
demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan
daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Singkong (Manihot utilissima) memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut
divergensinya 2/5 × 360° = 144°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 6,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 7, duduk daun 3 sejajar dengan daun 8, duduk
daun 4 sejajar dengan daun 9, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya hanya
terdapat satu daun (folia sparsa).
Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) memiliki rumus daun 1/2 dengan sudut
divergensinya 1/2 × 360° = 180°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 3,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 4, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, dst. Pada
tanaman ini setik buku batangnya terdapat dua daun yang berhadapan (folia
opposita).
Suji hijau (Pleomele angustifolia) memiliki rumus daun 3/8 dengan sudut
divergensinya 3/8 × 360° = 135°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 9,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 10, duduk daun 3 sejajar dengan daun 11, dst.
Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat satu daun (folia sparsa).
Bunga terompet emas (Allamanda cathartica L.) tidak memiliki rumus tata
letak daun sehingga sudut divergensinya tidak terdefinisikan. Pada tanaman ini
setiap buku batangnya terdapat lebih dari dua daun (folia verticillata).
Mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun 1/3 dengan sudut divergensinya 1/3
15
× 360° = 120°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 4, duduk daun 2 sejajar
dengan daun 5, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, duduk daun 4 sejajar dengan
daun 8, duduk daun 5 sejajar dengan daun 10, dst. Pada tanaman ini setiap buku
batangnya terdapat satu daun (Folia sparsa).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Bryntsev, V. A., Tsarev, A. P., Pogiba, S. P., & Laura, N. V. 2014. Selektsiya
sosny kedrovoy sibirskoy [Selection of Siberian Stone Pine]. Selektsiya
lesnykh i dekorativnykh drevesnykh rasteniy [Selection of Forest and
Ornamental Woody Plants]. Moscow, 221-227.
Halimah, D. N., & Rumah, P. P. 2020. Buku Pendalaman Materi (BUPERI) Ilmu
Pengetahuan Alam: SMP/MTS Kelas VIII. Penerbit Pustaka Rumah
C1nta.
Indriyani, S., Batoro, J., Ekowati, G., Azrianingsih, R., & Rahardi, B. 2018.
Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan. Universitas Negeri
Jember.
Sasmi, J., Mahdi, N., & Kamal, S. (2017). Jenis tanaman yang digunakan untuk
obat tradisional di kecamatan Kluet Selatan. BIOTIK: Jurnal Ilmiah
Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5(1), 36-59.