Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“DAUN”

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Morfologi


Tumbuhan
MORFOLOGI TUMBUHAN

Kelompok 5 :

Angela Regiency Sammane ( 17 507 059 )


Desti Febriani ( 17 507 043 )
Donna Marchellina Nanempa ( 17 507 052 )
Elva Jenita ( 17 507 056 )
Marchelia Siregar ( 17 507 033 )
Paola Imerthadefi Tangiduk ( 17 507 150 )
Swingli Gledis Rompis ( 17 507 012 )

Dosen Pengampuh : Dr. Sukmarayu P. Gedoan, MP

Dr. Metilistina Sasinggala, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Daun” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang tata letak daun pada
batang, bagan (skema) dan diagram tata letak daun, spirostik dan parastik.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Sekian dan terima kasih.

Tondano, 28 Maret 2019

Kelompok 5

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bab I. Pendahuluan............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 2

Bab II. Pembahasan ............................................................................................ 3

A. Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)


............................................................................................................. 3
B. Bagan (Skema) dan Diagram Tata Letak Daun ................................. 8
C. Spirostik dan Parastik ......................................................................... 11

Bab III. Penutup .................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 15

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-
cabangnya. Ada pula daun-daun suatu tumbuhan yang berjejal-jejal pada suatu bagian
batang yaitu pada pangkal batang atau pada ujung-ujungnya setiap tumbuhan
memiliki system percabangan yang berbeda-beda. Misalkan pada pohon papaya,
pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga jenis tumbuhan tersebut terlihat jelas
perbedaan system percabangan serta tata letak daun pada batang.
Dari perbedaan tata letak daun inilah maka, setiap tumbuhan memiliki system
phillotaxis yang berbeda. Dari phillotaxis ini dapat ditentukan rumus daun serta
diagram duduk daun pada tumbuhan. Untuk tumbuhan yang sejenis (misal semua
pohon papaya) akan kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh karena itu, dapat kita
gunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan. Untuk lebih jelasnya dalam
makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai tata letak daun, bagan dan diagram
tata letak daun pada tumbuhan.

B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio
Foliorum) ?
2. Bagaimana Bagan (Skema) dan Diagram Tata Letak Daun?
3. Bagaimana Spirostik dan Parastik?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau
Dispositio Foliorum).
2. Menjelaskan Bagan (Skema) dan Diagram Tata Letak Daun.
3. Menjelaskan Spirostik dan Parastik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)

Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan


cabang-cabangnya adakalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal pada
suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya
daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.
Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku
batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang
sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita lihat
jelas pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua
rumput pada umumnya, sedang bagian batang antara dua buku-buku dinamakan
ruan (Internodium).nwalaupun pada tumbuhan lain biasanya tak tampak adanya
buku-buku batang yang jelas, tetapi juga disini kita menyebut tempat duduknya
daun sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua daun sebagai ruas pula.
Jika kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis
tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, terutama perbedaan itu mengenai
aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang tadi. Aturan mengenai letaknya
daun inilah yang dinamakan tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis (semua
pohon dan dimana saja tumbuhnya) akan kita dapati tata letak daun yang sama
oleh sebab itu tata letak daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal suatu
tumbuhan.
Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus
ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku
batang, yang kemungkinannya ialah:
1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-
hadapan.

3
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari pada dua daun.
Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang yang memperlihatkan
tiga kemungkinan di atas dapatlah dibuat suatu ikthisar mengenai tata letak
seperti:
1) Pada tiap Buku-buku Batang Hanya terdapat Satu Daun

Jika demikian keadaannya, maka tata letak daunnya dinamakan: Tersebar


(Folia sparsa).

Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan kita jumpai
hal-hal yang sangat menarik, dan akan tampak nyata bahwa ada hal-hal yang
bersifat beraturan.

Jika misalnya pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai


bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang
teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada
lingkaran itu, maka akan kita temukan hal-hal berikut.

Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik
tolak, dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada
buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian
seterusnya pada suatu saat kita akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat
pada garis vertical di atas daun pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan
sementara itu kita berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang
tadi. Pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas
pangkal tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang
demikian itu akan berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai
titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat
beraturan.

Ternyata disini bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali
melingkar batang tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan
yang nilainya tetap untuk satu jenis tumbuhan.
4
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis
spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu
adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b,
yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.

Di atas telah diterangkan bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak
lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat
pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang dinamakan :
Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-daun
berturut-turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.

Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun
tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran = a/b x 3600, yang disebut :
sudut divergensi.

Jika kita memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun
tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5,
3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika kita amati dengan saksama angka-angka yang membentuk
pecahan-pecahan tadi, maka deretan angka-angka pecahan yang masing-masing
dapat merupakan rumus-rumus daun suatu jenia tumbuhan itu, memperlihatkan
sifat berikut:

- Tiap suku dibelakang suku kedua jadi suku ketiga dan seterusnya.
Merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan
menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian
pula penyebutnya, yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua
suku yang di depannya tadi.
- Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya
merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan
pembilang suku itu sendiri.

5
Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu
karakteristik ini menurut nama yang menemukannya dinamakan: deret
Fibonacci.

Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-
kadang kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-
ruas batang amat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hamper sama
tinggi dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun
yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).

Roset ada 2 macam :


a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-
jejal diatas tanah, jadi roset itu amat dekat dengan akar, misalnya pada
lobak (Raphanus sativus L.), lidah buaya (Aloe vera) dan tapak liman
(Elephantopus scaber L.).

b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang, ch. pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam
palma lainnya.

6
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan
tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian daun
pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti
mosaik (pola karpet). Susunan daun yang demikian itu disebut mosaik daun.

Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi karena semua daun
terlentang ke kiri dan ke kanan dengan menggunakan bidang datar tersebut
seefektif mungkin. Letak daun-daun yang demikian itu antara lain terlihat pada
pohon-pohon Alnus. Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas, daun-
daun yang tata letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu
bidang datar pada ujung cabang, helaian-helaian daun yang muda di tengah dan
ke pinggir daun-daun yang lebih tua yang biasanya juga lebih lebar. Hal itu dapat
tercapai karena tangkai daun-daun menuju ke ujung cabang menjadi semakin
pendek. Tipe mosaik daun yang demikian ini antara lain terdapat pada pohon
kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan jenis-jenis Begonia tertentu

2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun

Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh


jarak sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun
yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia
decussata), ch. pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa
Kurz.), dll.

7
3. Pada tiap bulu-buku batang terdapat lebih dari dua daun

Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia


verticillata), dapat ditemukan anatara lain pada pohon pulai (Alstonia scholaris
R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).

Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tidak
dapat ditentukan rumus daunnya tetapi juga pada duduk daun yang demikian
dapat pula diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun
yang tegak lurus satu sama lain tadi.

Gambar a. Berhadapan bersilang b. Berkarang

B. Bagan (Skema) dan diagram tata letak daun

a. Bagan tata letak daun

Untuk keperluan ini batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan


padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku
batangnya. Untuk menghindarkan kekeliruan seyogianya garis-garis yang
menggambarkan masing-masing bagian tadi dibuat berbeda-beda. Daun-
daunnya digambar sebagai penampang lintang helaian daun yang diperkecil,

8
jadi sebagai suatu segi tiga dengan dasar lebar yang terlentang(dengan dasarnya
yang lebar tadi menghadap ke atas). Jika yang digambarkan tata letak daun
menurut rumus 2/5 misalnya, kita harus menggambar terlebih dahulu 5
ortostiknya, dan seterusnya daun-daun pada setiap buku-bukunya yang
jaraknya satu sama lain sejauh 2/5 lingkaran, maka kita akan melihat, bahwa
dimulai dengan daun yang mana pun, setelah garis spiral genetik melingkari
batang sampai dua kali akan melewati 5 daun selama melingkar dua kali tadi.
Dan pada bagan itu akan terlihat, bahwa daun- daun nomor. 1, 6, 11, dan
seterusnya tiap kali ditambah 5, demikian pula daun-daun nomor. 2, 7, 12,
dan seterusnya, akan terletak pada ortostik yang sama. Untuk memperlihatkan
itu perlu semua daun diberi nomor urut sepanjang spiral genetiknya.

b. Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun

Untuk membuat diagramnya, batang tumbuhan harus dipandang sebagai


kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-
lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka
buku-buku batang akan menjadi lingkaran- lingkaran yang konsentris dan
puncak batang akan merupakan titik pusat semua lingkaran tadi. Ortostiknya
akan merupakan jari-jari lingkaran itu. Kalau sebagai contoh diambil lagi tata
letak daun menurut rumus 2/5, maka untuk memperlihatkan daun yang duduk
pada satu ortostik sekurang-kurangnya harus dibuat 6 lingkaran yang
konsentris(lebih banyak lebih baik), dan kelima ortostiknya akan membagi
lingkaran-lingkaran tadi dalam 5 sektor yang sama besarnya Pada setiap
lingkaran berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan diberi nomor urut. Dalam hal ini perlu
diperlihatkan, bahwa jarak antara dua daun adalalh 2/5 lingkaran, jadi setiap
kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetiknya dalam diagram daun akan
merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin ke atas digambar
semakin sempit. Juga pada diagram akan kita lihat hal-hal yang sama seperti
telah diuraikan mengenai bagan tata letak daun.

9
10
C. Spirostik dan Parastik

Gambar Tumbuhan dengan 2 dan 3 spirostik

Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya lurus ke atas,


dapat mengalami perubahan-perubahan arah karena pengaruh bermacam-macam
faktor. Perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortostik menjadi garis
spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam keadaan yang demikian spiral
genetik sukar untuk ditentukan, dan letak daun pada batang mengikuti ortostik
yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik.
Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar.
Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik, tumbuhan
yang memperlihatkan sifat demikian ini misalnya. :

- Pacing (Costus speciosus Smith), yang mempunyai satu spirostik hingga


daun-daunnya tersusu seperti anak tangga pada tangga yang melingkar,

- Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spirostik.

- Pandan (Pandanus tectorius Sol.), yang memperlihatkan tiga spirostik.

11
Selanjutnya pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat satu sama lain,
misalnya pada kelapa sawit (Elaeis guinensis),daun-daunnya seakan-akan duduk
menurut garis-garis spiral ke kiri atau ke kanan. Pada pohon ini ortostik dan spiral
genetiknya amat sukar untuk ditentukan. Garis-garis spiral dengan arah putaran
melingkar batang ke kiri dan ke kanan itu menghubungkan daun-daun yang
menurut arah ke samping (mendatar-horizontal) mempunyai jarak terdekat. Dapat
dimengerti bahwa setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat satu disebelah
kiri dan satu lagi di sebelah kanan. Dari itu pula tampaknya lalu ada dua spiral ke
kiri dan kekanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik. Juga garis-garis spiral
yang tampak pada buah nenas yang menunjukkan aturan letak mata-mata pada
buah nenas tadi adalah parastik-parastik.

BAB III

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan


cabang-cabangnya adakalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal pada
suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya.
Umumnya daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.
Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku
batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang
sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita
lihat jelas pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan
semua rumput pada umumnya, sedang bagian batang antara dua buku-buku
dinamakan ruan (Internodium).nwalaupun pada tumbuhan lain biasanya tak
tampak adanya buku-buku batang yang jelas, tetapi juga disini kita menyebut
tempat duduknya daun sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua
daun sebagai ruas pula.
Dalam keadaan yang demikian spiral genetik sukar untuk ditentukan, dan
letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis
spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik. Pada tumbuhan yang letak
daunnya cukup rapat ch. kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-
akan menurut garis-garis spiral ke kiri atau kekanan. Tampaknya lalu ada dua
spiral ke kiri dan kekanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik.

13
B. Saran

Tata letak daun pada batang akan mudah dipelajari jika ditunjang oleh
banyak literatur , baik dari buku-buku penunjang atau internet. Sehingga kita
dapat mengetahui bagaimana bagan (skema) dan diagram tata letak daun.
 Bagi kita dan generasi akan datang yang akan menjadi guru sudah
sepatutnya untuk mengetahui penjelasan tentang daun agar berguna
bagi kita setelah selesai melaksanakan pendidikan.
 Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang
bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah serta di
situs-situs internet yang memuat pembahasan tentang Morfologi
Tumbuhan.

14
Daftar Pustaka

- Tjitrosoepomo, Gembong.1995. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press
- Putra, Abdul Mufti.2013. Morfologi dan Anatomi Daun (Folium).
https://www.slideshare.net diakses pada 28 Maret 2019
- Liu, Steven.2015. Tata Letak Daun pada Batang. http://ekplorasialam.com
diakses pada 28 Maret 2019

15

Anda mungkin juga menyukai