(F1071151047)
3. Oktavia
(F1071151037)
4. Yuyun Aryati
(F1071151062)
5. Herdiyanti
(F1071151058)
berikut:
a. Beranak daun dua ( bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun.
Misalnya daun nam-nam (Cynometra caulifora L.)
b. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ibu ujung tangkai terdapat tiga anak daun.
Misalnya daun pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell.)
c. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak
daun. Misalnya daun maman (Gynandropsis pentaphylia D.C.)
d. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak
daun. Misalnya daun randu (Ceiba pentadra Gaethrn.).
Disisilain apabila ditemui daun majemuk menjari yang pada ujung ibu tangkai
terdapat lebih dari tujuh anak daun maka dapat dikatakan beranak daun banyak
(polyfoliolatus), dan tidak perlu dihutung kembali jumlah daun pada ujung ibu tangkai
misalnya daun randu (Ceiba pentadra Gaethrn.).
Adapula daun majemuk yang majemuk menjari yang bersifat ganda, misalnya
majemuk menjari beranak daun tiga (biternatus) pada Aegopodium dan Aquilegia vulgaris.
Gambar daun
Arisaema filiforme
Folia sparsa
Jika demikian keadaan letak daun pada batang maka dinamakan tersebar atau
folia sparsa. Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan ditemui halhal yang menarik dan adapula hal-hal yang bersifat beraturan.
Jika misalnya pada suatu tumbuhan yang batangnya dianggap silinder , bukubuku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi,
dan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka akan
ditemukan hal-hal berikut.
Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak,
dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku
batas atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu
saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertical di atas daun
pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar
mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada perjalan melingkar
sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas pangkal tolak, telah kita lewati
sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian itu akan selalu berulang
kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata
letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.
Ternyata disini, bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar
batang tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang nilainya
tetap untuk satu jenis tumbuhan.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis
spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu
adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecaha a/b, yang
dinamakan juga Rumus daun atau Divergensi.
Di atas telah dijelaskan, bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak lurus
satu sama lain telah dlewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat pula
sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertical) yang dinamakan Ortostik. Garis
spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan
daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urutan-urutan tuamudanya. Garis spiral ini dinamakan garis spiral genetik.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan, jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360 o,
yang disebut sudut divergensi.
Jika kita memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,
akan ternyata, bahwa a/b , dapat terdiri ats pecahan-pecahan: , 1/3, 2/5, 3/8, 5/13,
8/21 dst. Jika diamati dengan seksama angka-angka yang membentuk pecahanpecahan tadi , maka deretan angka-angka pecahan yang masing-masing dapat
merupakan rumus daun dari suatu jenis tumbuhan itu, memperlihatkan sifat berikut.
Tiap suku di belakang suku kedua jadi suku ketiga dst. Merupakan suatu pecahan,
yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua
suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya yang merupakan hasil
Folia decussata
Dalam hal ini dua daun pada tiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh
jarak sebesar 180o). pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya. Tata letak daun yang demikian
ini dinamakan berhadapan bersilang (folia op.posita atau folia decussata) misalnya
pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora der L.), dll.
Gambar Mengkudu
Gambar Soka (Ixora der L.)
(Morinda citrifolia L.)
3. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Folia verticillata
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan berkarang (folia verticillata)
dapat ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris Br.), alamanda(Allamanda
cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).
Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat
ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang demikian dapat pula
diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak
lurus satu sama lain tadi.
Gambar Alamanda
(Allamanda cathartica L.)
Gambar Oleander
(Nerium oleander L.)