Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 4 : 1. M.

Taufik Riandi (F1071151002)


2. Sayyidah Asmah

(F1071151047)

3. Oktavia

(F1071151037)

4. Yuyun Aryati

(F1071151062)

5. Herdiyanti

(F1071151058)

A. Daun Majemuk Menjari ( Palmatus atau Digitasus )


Daun majemuk menjari adalah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun
memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan.
Berdasarkan

jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti

berikut:
a. Beranak daun dua ( bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun.
Misalnya daun nam-nam (Cynometra caulifora L.)

Gambar Daun Nam-nam


(Cynometra caulifora L.)

b. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ibu ujung tangkai terdapat tiga anak daun.
Misalnya daun pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell.)

Gambar daun pohon


para (Hevea
brasiliensis Muell.)

c. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak
daun. Misalnya daun maman (Gynandropsis pentaphylia D.C.)

Gambar daun maman


(Gynandropsis pentaphylia
D.C.)

d. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak
daun. Misalnya daun randu (Ceiba pentadra Gaethrn.).

Gambar daun randu (Ceiba


pentadra Gaethrn.).

Disisilain apabila ditemui daun majemuk menjari yang pada ujung ibu tangkai
terdapat lebih dari tujuh anak daun maka dapat dikatakan beranak daun banyak
(polyfoliolatus), dan tidak perlu dihutung kembali jumlah daun pada ujung ibu tangkai
misalnya daun randu (Ceiba pentadra Gaethrn.).
Adapula daun majemuk yang majemuk menjari yang bersifat ganda, misalnya
majemuk menjari beranak daun tiga (biternatus) pada Aegopodium dan Aquilegia vulgaris.

B. Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)


Daun majemuk tipe ini mempunyai susunan majemuk menjari tetapi dua anak daun
paling pinggir tidak menempel pada ujung ibu tangkai melaikan menempel pada anak tangkai
daun disebelahnya, seperti pada daun Arisaema filiforme (Aracae).

Gambar daun
Arisaema filiforme

C. Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)


Daun majemuk campuran adalah daun yang majemuk ganda yang mempunyai
cabang-cabang ibu tangkai memancar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun,
tetapi pada cabang-cabang ibu terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Dengan kata
lain ialah daun majemuk campuran merupakan campuran antara daun majemuk menjari dan
menyirip. Contoh dari daun majemuk ini ialah daun putri malu (Mimosa pudica L.).

Gambar daun putri malu


(Mimosa pudica L.).

D. Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Disposito Foliorum)


Daun pada umumnya terletak pada batang dan cabang-cabangnya, adapula kalanya
daun-daun suatu tumbuhan terletak berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada
pangkal batang atau pada ujungnya dan biasanya pada batang letak daun terpisah-pisah
dengan suatu jarak yang nyata.
Bagian batang tempat duduknya daun disebut dengan buku-buku atau nodus yang
seringkali tampak pada bagian ini yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu
cincin, sedangkan bagian batang antara dua buku-buku dinamakan ruas atau internodium.
Jika kita memperhatikan kedudukan daun pada batang dari berbagai jenis tumbuhan
maka akan ditemui perbedaan, terutama perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama
lain pada batang tadi. Dengan adanya perbedaan aturan letak daun ini maka dinamakanlah
tata letak daun. Tata letak daun pula dapat dijadikan sebagai tanda pengenal suatu
tumbuhan, seperti pohon yang sejenis dimanapun didapati maka akan didapati letak daun
yang sama.
Perlu untuk mengetahui tata letak daun pada batang. Maka dari itu untuk mengetahui
bagaimana tata letak daun pada batang harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada buku-buku batang. Adapun kemungkinannya adalah:
a. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
b. Pada tiap-tiap buku-buku terdapat batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
c. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih daripada dua daun.

Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang memperlihatkan tiga kemungkinan


di atas dapatlah dibuat suatu ikhtisar mengenai tata letak daun seperti berikut:
1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun

Folia sparsa

Gambar Bayam Duri (Amaranthus spinosus)

Jika demikian keadaan letak daun pada batang maka dinamakan tersebar atau
folia sparsa. Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan ditemui halhal yang menarik dan adapula hal-hal yang bersifat beraturan.
Jika misalnya pada suatu tumbuhan yang batangnya dianggap silinder , bukubuku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi,
dan tempat duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka akan
ditemukan hal-hal berikut.
Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak,
dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku
batas atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu
saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertical di atas daun
pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar
mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada perjalan melingkar
sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas pangkal tolak, telah kita lewati
sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian itu akan selalu berulang
kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata
letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.

Ternyata disini, bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar
batang tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang nilainya
tetap untuk satu jenis tumbuhan.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis
spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu
adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecaha a/b, yang
dinamakan juga Rumus daun atau Divergensi.
Di atas telah dijelaskan, bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak lurus
satu sama lain telah dlewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat pula
sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertical) yang dinamakan Ortostik. Garis
spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan
daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urutan-urutan tuamudanya. Garis spiral ini dinamakan garis spiral genetik.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan, jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360 o,
yang disebut sudut divergensi.
Jika kita memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,
akan ternyata, bahwa a/b , dapat terdiri ats pecahan-pecahan: , 1/3, 2/5, 3/8, 5/13,
8/21 dst. Jika diamati dengan seksama angka-angka yang membentuk pecahanpecahan tadi , maka deretan angka-angka pecahan yang masing-masing dapat
merupakan rumus daun dari suatu jenis tumbuhan itu, memperlihatkan sifat berikut.

Tiap suku di belakang suku kedua jadi suku ketiga dst. Merupakan suatu pecahan,
yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua
suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya yang merupakan hasil

penjumlahan kedua penyebut dua suku yang di depannya tadi, atau


Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya
merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, sedang

penyebutnya adalah jumlah penyebut suku suku di depannya dengan pembilang


suku itu sendiri.
Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu
karakteristik ini menurut nama yang menemukannya dinamakan Deret Fibonacci.
Pada bagian jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang
kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu ruas-ruas batang amat
penduk, sehingga duduk daun pada batang tampak hamper sama tinggi, dan sangat
sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai
susunan demikian disebut suatu roset (rosula).
Ada dua macam roset yang dibedakan, yaitu:
a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal di atas
tanah, sehingga roset itu terletak amat dekat dengan akar misalnya pada lobak
(Rephanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b. Roset batang, yaitu jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang, misalnya pada pohon kelapa (Cocus nucifera L.) dan bermacam-macam
palma lainnya.

(Gambar tapak liman


(Elephantopus scaber L.))

(Gambar pohon kelapa


(Cocus nucifera L.)

Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan


tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian daun
pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti
mosaik(pola karpet). Susunan yang demikian disebut dengan mosaik daun.
2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun

Folia decussata
Dalam hal ini dua daun pada tiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh
jarak sebesar 180o). pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya. Tata letak daun yang demikian
ini dinamakan berhadapan bersilang (folia op.posita atau folia decussata) misalnya
pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora der L.), dll.

Gambar Mengkudu
Gambar Soka (Ixora der L.)
(Morinda citrifolia L.)
3. Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun

Folia verticillata
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan berkarang (folia verticillata)
dapat ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris Br.), alamanda(Allamanda
cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).
Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat
ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang demikian dapat pula
diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak
lurus satu sama lain tadi.

Gambar Alamanda
(Allamanda cathartica L.)

Gambar Oleander
(Nerium oleander L.)

Anda mungkin juga menyukai