Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka tata letak daun
yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar
namun jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu
tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang
sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat
duduknya daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut, maka akan
ditemukan hal-hal berikut.
Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan
bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-buku
batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya,
pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis
vertikal di atas daun pertama yang digunakan sebagai titik tolak. Jika berputar
mengikuti garis spiral yang melingkari batang tadi, pada perjalanan melingkar
sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas titik tolak, akan melewati
beberapa daun. Kejadian ini akan selalu berulang kembali walaupun dengan
daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-
ciri khas yang bersifat beraturan.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun titik tolak
garis spiral tadi mengelilingi batang sebanyak A kali, dan jumlah daun yang
dilewati sebanyak Bdaun, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan
pecahan A/B, disebutrumus daun (divergensi).
Telah diterangkan di atas bahwa untuk mencapai 2 daun yang tegak
lurus satu sama lain telah dilewati sebanyak B daun, berarti pada batang
terdapat pula sebanyak B garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang
disebut ortistik. Garis spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu
garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas,
menurut urutan tua mudanya daun. Garis spiral ini disebut spiral genetik.
Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan A/B dapat terdiri atas pecahan:
1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika diamati deretan pecahan tersebut dapat
merupakan rumus daun suatu jenis tumbuhan yang memperlihatkan sifat
berikut:
tiap suku di belakang suku kedua (suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan
yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua
suku di depannya, demikian juga penyebutnya yang merupakan hasil
penjumlahan kedua penyebut dua suku di depannya.
tiap suku dalam deret merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan
selisih antara penyebut dan pembilang suku di depannya, sedangkan
penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan pembilang suku
itu sendiri.
1. Roset Akar, jika batang sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal
di atas tanah, jadi roset sangat dekat dengan akar. Misalnya pada Lobak
(Raphanus sativus L.)
2. Roset Batang, jika daun yang rapat dan berjejal-jejal terdapat pada ujung
batang. Misalnya pada pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan jenis palma
lainnya.
CATATAN: Tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus 1/2 oleh
sementara penulis dipisahkan dari tata letak daun yang tersebar umumnya, dan
disebut duduk daun berseling (folia distica), misalnya pada pohon Talok
(Muntingia calabura L.),
Pohon talok (Muntingia calabura L.)
Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak
dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat
diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun
yang tegak lurus satu sama lain.