Anda di halaman 1dari 12

2.

6 Tata Letak Daun pada batang

Daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula


yang berjejal-jejal pada suatu bagian pangkal batang atau pada ujung batang.
Buku-buku batang (nodus), merupakan bagian batang atau cabang batang
tempat duduknya daun. Buku-buku pada batang biasanya tampak membesar
dan melingkar batang seperti cincin, misalnya pada Bambu (Bambusa sp.),
Tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua jenis rumput. Ruas
(internodium), merupakan bagian batang antara 2 buku-buku. Walaupun
kadang buku-buku tak tampak jelas pada batang, namun tempat duduknya
daun tetap disebut buku-buku dan jarak antara 2 buku-buku dinamakan ruas
pula.

Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai


perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama lain pada batang. Aturan
mengenai tata letak daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun
dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan
yang sejenis mempunyai tata letak daun yang sama.

Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu


ditentukan jumlah daun yang terdapat pada buku-buku yang kemungkinannya:
1. terdapat 1 daun pada tiap buku-buku
2. terdapat 2 daun yang berhadap-hadapan pada tiap buku-buku
3. terdapat lebih dari 2 daun pada tiap buku-buku.

1. Satu Daun Pada Tiap Buku-buku

Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka tata letak daun
yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar
namun jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu
tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang
sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat
duduknya daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut, maka akan
ditemukan hal-hal berikut.

Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan
bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-buku
batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya,
pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis
vertikal di atas daun pertama yang digunakan sebagai titik tolak. Jika berputar
mengikuti garis spiral yang melingkari batang tadi, pada perjalanan melingkar
sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas titik tolak, akan melewati
beberapa daun. Kejadian ini akan selalu berulang kembali walaupun dengan
daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-
ciri khas yang bersifat beraturan.

Perbandingan antara banyaknya kali garis spiral tersebut di atas


melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali
melingkar batang (daun pada titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu
pecahan yang bernilai tetap untuk 1 jenis tumbuhan.

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun titik tolak
garis spiral tadi mengelilingi batang sebanyak A kali, dan jumlah daun yang
dilewati sebanyak Bdaun, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan
pecahan A/B, disebutrumus daun (divergensi).
Telah diterangkan di atas bahwa untuk mencapai 2 daun yang tegak
lurus satu sama lain telah dilewati sebanyak B daun, berarti pada batang
terdapat pula sebanyak B garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang
disebut ortistik. Garis spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu
garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas,
menurut urutan tua mudanya daun. Garis spiral ini disebut spiral genetik.

Pecahan A/B dapat menunjukkan jarak sudut antara 2 daun berturut-


turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara 2 daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah A/B x besarnya lingkaran = A/B
x 3600 disebut sudut(divergensi).

Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan A/B dapat terdiri atas pecahan:
1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika diamati deretan pecahan tersebut dapat
merupakan rumus daun suatu jenis tumbuhan yang memperlihatkan sifat
berikut:
 tiap suku di belakang suku kedua (suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan
yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua
suku di depannya, demikian juga penyebutnya yang merupakan hasil
penjumlahan kedua penyebut dua suku di depannya.
 tiap suku dalam deret merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan
selisih antara penyebut dan pembilang suku di depannya, sedangkan
penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan pembilang suku
itu sendiri.

Deretan rumus daun yang memperlihatkan sifat karakteristik


disebut deret Fibonacci (dinamai sesuai dengan penemu deret tersebut). Pada
tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang terlihat daun-daun yang
duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang sangat pendek
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sulit untuk
menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun dengan susunan yang demikian
disebut roset (rosula). Roset dibedakan menjadi 2:

1. Roset Akar, jika batang sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal
di atas tanah, jadi roset sangat dekat dengan akar. Misalnya pada Lobak
(Raphanus sativus L.)
2. Roset Batang, jika daun yang rapat dan berjejal-jejal terdapat pada ujung
batang. Misalnya pada pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan jenis palma
lainnya.

Pada cabang yang mendarat atau serong ke atas, daun dengan


tata letak tersebar teratur sedemikian rupa sehingga helaian daun pada
cabang tersebut teratur pada suatu bidang datar membentuk pola
mozaik (pola karpet) yang disebut mosaik daun.
Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi karena
semua daun terlentang ke kiri dan ke kanan menggunakan bidang datar
tersebut seefektif mungkin. Letak daun-daun yang demikian misalnya
pada pohon Alnus.
Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas, daun-daun yang tata
letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu bidang datar
pada ujung cabang, helaian daun muda di tengah dan ke pinggir daun-daun
yang lebih tua (biasanya lebih lebar). Hal tersebut karena tangkai daun-daun
menuju ke ujung cabang menjadi semakin pendek. Contohnya pada pohon
Kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan berbagai jenis Begonia tertentu.

CATATAN: Tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus 1/2 oleh
sementara penulis dipisahkan dari tata letak daun yang tersebar umumnya, dan
disebut duduk daun berseling (folia distica), misalnya pada pohon Talok
(Muntingia calabura L.),
Pohon talok (Muntingia calabura L.)

Srikaya (Annona squamosa L.), dll.


2. Dua Daun Pada Tiap Buku-buku
Dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh
jarak 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan 2 daun di bawahnya. disebut berhadapan -
bersilang (folia opposita atau folia decussata),

Gamabar daun Berhadapan Bersilang

misalnya pada Mengkudu (Morinda citrifolia L.),


Soka (Ixora paludosa Kurz.), dll.

3. Lebih Dari Dua Daun Pada Tiap Buku-buku


Tata letak yang demikian disebut berkarang (folia verticillata)
Misalnya pada pohon Pulai (Alstonia scholaris R.Br.)

Alamanda (Allamanda cathartica L.)

Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak
dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat
diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun
yang tegak lurus satu sama lain.

2.7 Mozaik Daun


Kadang-kadang pada batang/cabang/ranting yang tumbuh mendatar
(plagiotrop), terdapat suatu penyimpangan pola duduk daun dari pola asalnya.
Hal ini dikarenakan pada batang,cabang,ranting yang tumbuh mendatar
(plagiotrop), daun-daun teratur sedemikian rupa sehingga permukaan daun
berada pada satu bidang datar (horizontal). Dengan demikian setiap helai
daun memungkinkan untuk memperoleh sinar matahari sebanyak mungkin.
Daun-daun yang demikian ini dikatakan telah membentuk mozaik daun.
Dalam membentuk mozaik daun, pengisian bidang datar dapat terjadi karena
salah satu atau kedua hal berikut:
a. Pangkal daun (petiolus) terputar 90o , sehingga seluruh daun terletak dalam
satu bidang datar. Pengisian bidang datar dengan cara memutar pangkal
daun ini umum terjadi pada tumbuhan dengan duduk daun distika, dimana
daun terletak dalam dua baris panjang sepanjang cabang/ranting yang
tumbuh plagiotrop.
b. Petiolus yang tidak sama panjang. Beberapa daun memiliki petiolus yang
pendek, sedangkan beberapa daun lainnya memiliki petiolus yang lebih
panjang. Perbedaan panjang petiolus ini menyebabkan sebagian daun
lebih menjorok ke arah luar (lebih jauh dari cabang/rantingnya) dan
sebagian lagi dekat dengan cabang/rantingnya.

Anda mungkin juga menyukai