Anda di halaman 1dari 7

Tata Letak Daun Pada Batang (phyllotaxis/dispositio foliorum)

Posted by Nursaptia Purwa Asmara on Wednesday, March 04, 2015 with 4 comments
Daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal pada suatu
bagian pangkal batang atau pada ujung batang.

Buku-buku batang (nodus), merupakan bagian batang atau cabang batang tempat duduknya daun. Buku-
buku pada batang biasanya tampak membesar dan melingkar batang seperti cincin, misalnya pada Bambu
(Bambusa sp.), Tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua jenis rumput. Ruas (internodium),
merupakan bagian batang antara 2 buku-buku. Walaupun kadang buku-buku tak tampak jelas pada
batang, namun tempat duduknya daun tetap disebut buku-buku dan jarak antara 2 buku-buku dinamakan
ruas pula.

Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai perbedaan mengenai aturan letak daun
satu sama lain pada batang. Aturan mengenai tata letak daun tersebut disebut  tata letak daun. Tata letak
daun dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis mempunyai
tata letak daun yang sama.

Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan jumlah daun yang terdapat
pada buku-buku yang kemungkinannya:
1. terdapat 1 daun pada tiap buku-buku
2. terdapat 2 daun yang berhadap-hadapan pada tiap buku-buku
3. terdapat lebih dari 2 daun pada tiap buku-buku.

1. Satu Daun Pada Tiap Buku-buku


Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka tata letak daun yang demikian disebut  tersebar
(folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur.
Jika suatu tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai
lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun merupakan suatu
titik pada lingkaran tersebut, maka akan ditemukan hal-hal berikut.

Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan bergerak mengikuti garis yang
menuju titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian
seterusnya, pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertikal di atas
daun pertama yang digunakan sebagai titik tolak. Jika berputar mengikuti garis spiral yang melingkari
batang tadi, pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas titik tolak, akan
melewati beberapa daun. Kejadian ini akan selalu berulang kembali walaupun dengan daun yang lain
sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.

Perbandingan antara banyaknya kali garis spiral tersebut di atas melingkari batang dengan jumlah daun
yang dilewati selama sekian kali melingkar batang (daun pada titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu
pecahan yang bernilai tetap untuk 1 jenis tumbuhan.

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun titik tolak garis spiral tadi mengelilingi batang
sebanyak A kali, dan jumlah daun yang dilewati sebanyak B daun, maka perbandingan kedua bilangan
tadi merupakan pecahan A/B, disebut rumus daun (divergensi).

Telah diterangkan di atas bahwa untuk mencapai 2 daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati
sebanyak B daun, berarti pada batang terdapat pula sebanyak B garis-garis tegak lurus (garis vertikal)
yang disebut ortistik. Garis spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang
menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, menurut urutan tua mudanya daun. Garis
spiral ini disebut spiral genetik.

Pecahan A/B dapat menunjukkan jarak sudut antara 2 daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak sudut antara 2 daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah A/B x besarnya lingkaran
= A/B x 3600 disebut sudut divergensi.

Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan A/B dapat terdiri atas pecahan: 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst.
Jika diamati deretan pecahan tersebut dapat merupakan rumus daun suatu jenis tumbuhan yang
memperlihatkan sifat berikut:
 tiap suku di belakang suku kedua (suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku di depannya, demikian juga
penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku di depannya.
 tiap suku dalam deret merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara
penyebut dan pembilang suku di depannya, sedangkan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku
di depannya dengan pembilang suku itu sendiri.
Deretan rumus daun yang memperlihatkan sifat karakteristik disebut deret Fibonacci (dinamai sesuai
dengan penemu deret tersebut).
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang terlihat daun-daun yang duduknya rapat berjejal-
jejal, yaitu jika ruas-ruas batang sangat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama
tinggi dan sulit untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun dengan susunan yang demikian
disebut roset (rosula). Roset dibedakan menjadi 2:
1. Roset Akar, jika batang sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset
sangat dekat dengan akar. Misalnya pada Lobak (Raphanus sativus L.)

dan Trichodesma zeylanicum Burm. f
2. Roset Batang, jika daun yang rapat dan berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Misalnya pada
pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan jenis palma lainnya.

Pada cabang yang mendarat atau serong ke atas, daun dengan tata letak tersebar teratur sedemikian rupa
sehingga helaian daun pada cabang tersebut teratur pada suatu bidang datar membentuk pola mozaik
(pola karpet) yang disebut mosaik daun.
Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi karena semua daun terlentang ke kiri dan ke
kanan menggunakan bidang datar tersebut seefektif mungkin. Letak daun-daun yang demikian misalnya
pada pohon Alnus.

Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas, daun-daun yang tata letaknya tersebar menempatkan
helaian-helaian daun pada suatu bidang datar pada ujung cabang, helaian daun muda di tengah dan ke
pinggir daun-daun yang lebih tua (biasanya lebih lebar). Hal tersebut karena tangkai daun-daun menuju
ke ujung cabang menjadi semakin pendek. Contohnya pada pohon Kemiri (Aleurites moluccana Willd.)
dan berbagai jenis Begonia tertentu.

CATATAN: Tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus 1/2 oleh sementara penulis dipisahkan dari
tata letak daun yang tersebar umumnya, dan disebut duduk daun berseling (folia distica), misalnya pada
pohon Talok (Muntingia calabura L.),
Srikaya (Annona squamosa L.), dll.

2. Dua Daun Pada Tiap Buku-buku


Dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak 180 0). Pada buku-buku batang
berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan 2 daun di bawahnya.
disebut berhadapan - bersilang (folia opposita atau folia decussata),
misalnya pada Mengkudu (Morinda citrifolia L.),

Soka (Ixora paludosa Kurz.), dll.


3. Lebih Dari Dua Daun Pada Tiap Buku-buku
Tata letak yang demikian disebut berkarang (folia verticillata),

misalnya pada pohon Pulai (Alstonia scholaris R.Br.),

Alamanda (Allamanda cathartica L.).

Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya,
tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun
yang tegak lurus satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai