Anda di halaman 1dari 73

Tenaga Jasa

Daging Daun (Intervenium)


Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Sunday, March 01, 2015 with No comments

Daging daun (intervenium) merupakan bagian daun


yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat
daun. Bagian ini merupakan dapur tumbuhan, yaitu zat-
zat yang diambil dari luar diubah dan dijadikan zat-zat
yang sesuai dengan keperluan kehidupan tumbuhan
bersangkutan. Warna hijau pada daun sebenarnya
adalah warna yang terkandung dalam bagian ini, juga
kalau daun mempunyai warna lain, misalnya merah,
berbintik-bintik kuning, dll, dalam daging pulalah
terdapatnya warna tersebut.
Tebal tipisnya helaian daun juga tergantung tebal
tipisnya daging daun. Sehingga sifat daun dibedakan
menjadi:
1. Tipis seperti Selaput (membranaceus), misalnya
pada daun Paku Selaput (Hymenophyllum australe
Willd.).
2. Seperti Kertas (papyraceus/chartaceus), tipis tetapi
cukup tegar, misalnya pada daun Pisang (Musa
paradisiaca L.).

3. Tipis Lunak (herbaceus), misalnya pada daun Slada


Air (Nasturtium officinale R. Br.).
4. Seperti Perkamen (perkamenteus), tipis tetapi
cukup kaku, misalnya pada daun Kelapa (Cocus
nucifera L.)

5. Seperti Kulit/Belulang (coriaceus), helaian daun


tebal dan kaku, misalnya pada daun Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L.).
6. Berdaging (carnosus), tebal dan berair, misalnya
pada daun Lidah Buaya (Aloe sp.).

Pengertian dan Penjelasan Morfologi Daun – Apa itu morfologi? Morfologi merupakan salah
satu cabang biologi yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan. Dan pada posting kali ini
kita akan membahas berbagai bentuk dan susunan bagian tumbuhan berupa
daun. Kita semua tahu bahwa tumbuhan memiliki tiga bagian pokok, yaitu
akar, batang dan daun. Untuk yang terakhir yaitu daun merupakan bagian
tumbuhan yang memiliki peran penting. Daun mengandung zat hijau yang
dinamakan klorofil. Oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan berwarna hijau pada daerah yang ditempatinya.

Daun mempunyai umur yang terbatas. Daun muda berwarna hijau muda
keputih-putihan, terkadang juga berwarna ungu atau kemerah-merahan.
Sementara itu, daun yang sudah dewasa biasanya berwarna hijau tua dan
lama kelamaan akan berubah menjadi kekuning-kuningan atau menjadi pirang
kemudian akan mati dan gugur dari batangnya. Daun yang gugur selalu
diganti dengan daun yang baru yang biasanya berjumlah lebih banyak
daripada daun yang gugur. Oleh karena itulah tumbuhan yyang semakin
besar akan tampak semakin rindang.Namun ada juga tumbuhan yang pada waktu-waktu
tertentu menggugurkan
semua daunnya seperti tumbuhan yang sudah mati. Tumbuhan yang mempunyai
sifat demukian disebut dengan tumbuhan meranggas (tropophyta). Contoh
tumbuhan yang meranggas pada saat kemarau adalah pohon jati, kedongdong,
kapuk randu, dan pohon para.Kita kembali ke daun. Daun merupakan bagian utama
tumbuhan yang mampu
membuat makanan. Daun tersebut membuat makanan melalui proses
fotosintesis. Daun mempunyai fungsi sebagai berikut;

1. Pengambilan zat-zat yang diperlukan dalam fotosintesis (reabsorpsi), terutama yang


berupa gas seperti CO2.
2. Pengolahan zat-zat makanan atau (asimilasi)
3. Penguapan air (transpirasi)
4. Pernapasan (respirasi)

Morfologi Daun

Morfologi daun adalah bentuk atau strukutur daun yang


dapat dilihat secara kasat mata. Pembahasan variasi daun berdasarkan
morfologinya ini dapat dibedakan berdasarkan hal-hal berikut;

1. Kelengkapan bagian-bagiannya.
2. Bentuk daun
3. Ujung daun
4. Pangkal daun
5. Tulang daun
6. Daging daun
7. Permukaan daun

Daun pada setiap tumbuhan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Daun yang lengkap
mempunyai bagian-bagian berikut;

 Upih daun atau pelepah daun


 Tangkai daun
 Helaian daun

Contoh tumbuhan yang daunnya memiliki bagian-bagian yang lengkap adalah pohon pisang,
bambu, dan pinang.

I. Variasi daun Berdasarkan Bagian-Bagian Penyusunnya.

Tidak semua tumbuhan memiliki bagian-bagian daun yang lengkap. Ada


beberapa daun yang memiliki susunan daun tidak lengkap, diantaranya;

1. Hanya memiliki tangkai dan helaian saja. Contohnya pohon nangka (Artrocarpus
Intergra) dan mangga (Mangifera Indica)
2. Hanya memiliki upih dan helaian. Contohnya padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea
Mays).
3. Hanya mempunyai helaian saja. Contohnya tempuyung (Sanchus orelareus) dan
biduri (Calotropis gigantea)
4. Hanya mempunyai tangkai saja. Tangkai daun tersebut biasanya berbentuk pipih
menyerupai helaian daun. Contohnya adalah akasia (Acacia auriculiformis).

II. Variasi Daun Berdasarkan Bentuknya

Selain variasi bagian-bagian daun, bentuk daun pada tiap tumbuhan pun
berbeda-beda. Berdasarkan bagian daun yang terlebar, bentuk daun
digolongkan sebagai berikut;a) Bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian.

1. Bulat, jika panjang : lebar = 1 : 1. Bentuk daun yang demikian dapat dijumpai pada
teratai (Nelumbrum nelumbo)
2. Perisai, pada bentuk perisai tangkai daun terdapat terdapat pada bagian tengah helaian
daun, misalnya lompong dan daun jarak (Ricinus communis L.).
3. Jorong (elips), jika panjang : lebar = 1 1/2 -2 : 1. Ini terdapat pada daun nangka
(Artocarpus integra).
4. Memanjang, jika panjang : lebar = 2 1/2 – 3 : 1, terdapat pada daun sirsak (Annona
muricata).
5. Lanset, jika panjang : lebar = 3-5 : 1, misalnya pada kamboja (Plumiera acuminata)

b) Bagian terlebar terletak di bawah tengah-tengah helaian daun.


Daun-daun yang mempunyai bagian terlebarnya terletak di bawah
tengah-tengah helaian daun dibedakan dalam dua golongan, yaitu sebagai
berikut;
1. Pangkal daun tidak bertoreh.

 Bulat telur, misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) dan daun cabai
rawit (Capsicum frutescens).
 Segitiga sama kaki, yaitu bangun seperti segitiga sama kaki. Misalnya bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa).
 Delta (segitiga sama sisi), misalnya daun air mata pengantin (Antigono leptopus)
 Belah ketupat, yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang. Misalnya
daun bengkoang (Pachyrrhizus erosus).
2. Pangkal daun bertoreh atau berlekuk.
Daun yang masuk dalam golongan ini adalah sebagai berikut;

 Jantung, yaitu bangun seperti belah ketupat tetapi pangkal daun memperlihatkan suatu
lekukan. Contohnya daun waru (Hibiscus tiliaceus)
 Ginjal, daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau
membulat dan pangkalnya berlekuk dangkal. Contohnya adalah daun kaki
kuda (Centella asiatica)
 Anak panah, daun tidak lebar, ujungnya tajam, dan pangkal dengan lekukan yang
lancip. Contohnya eceng gondok (Sagittaria sagittifolia).
 Tombak, seperti bangun anak panah, tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai
mendatar. Contohnya daun wewehan (Monochoria hastata)
 Bertelinga, seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai
membulat. Contohnya pada daun tempuyung (Sonchus asper).

c) Bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun.


Kemungkinan bentuk daun yang dijumpai adalah sebagai berikut;

 Bulat telur sungsang, contohnya pada sawo kecik (Manilkara kauki).


 Jantung sungsang, bentuknya seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat di
dekat ujung. Contohnya semanggi gunung (Oxalis corniculata).
 Segitiga terbalik, contohnya anak daun semanggi (Marsilea crenata).
 Sudip (solet), seperti bangun bulat telur tetapi terbalik. Contohnya tapak liman
(Elephantopus scaber).

d) Dari pangkal sampai ujung lebarnya hampir sama.

 Garis, penampang melintangnya pipih dan berukuran panjang. Misalnya bermacam-


macam rumput (Gramineae).
 Pita, serupa daun bangun garis, tetapi ukurannya lebih panjang lagi. Misalnya jagung
(Zea mays).
 Pedang, seperti bangun garis, tetapi daun tebal di bagian tengah dan tipis di kedua
tepinya. Misalnya daun napas sebrang (Agave cantala).
 Paku, bentuk daun hampir seperti silinder, ujungnya runcing, dan bagian daunnya
kaku. Misalnya Araucaria cunninghamii.
 Jarum, serupa bangun paku, tetapi lebih kecil dan meruncing. Misalnya daun Pinus
merkusii.

III. Variasi Daun Berdasarkan Ujung Daun

Selain bentu daun, ujung daunpun ternyata dapat memperlihatkan adanya


variasi. Berikut akan kami uraikan bentuk-bentuk ujung daun yang sering
kita jumpai;

 Runcing, terdapat pertemuan ibu tulang pada puncak daun. Contohnya ujung daun
oleander (Nerium oleander).
 Meruncing, ujung daun tampak sempit dan meruncing. Contohnya ujung daun sirsak
(Annoma muricata).
 Tumpul, tepi daun menuju ke suatu titik pertemuan sehingga terbentuk sudut yang
tumpul. Contohnya ujung daun sawo kecik (Manilkora kauki).
 Membulat, ujung daun tumpul tetapi ujungnya tidak membentuk sudut. Contohnya
ujung daun teratai besar (Nelumbrum nelumbo).
 Rompang, ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contohnya ujung
daun semanggi (Marsilea crenata) dan ujung daun jambu monyet (Macardium
occidentale)
 Terbelah, pada ujung daun terdapat suatu lekukan. Contohnya ujung daun sidaguri
(Sida retusa).
 Berduri, ujung daun ditutupi oleh bagian yang runcing dan keras (duri). Contohnya
ujung daun nenas sebrang (Agave sp.).

IV. Variasi Bentuk Daun Berdasarkan Pangkal Daun

Selain ujung daun yang telah diuraikan diatas, pangkal daun juga
ternyata dapat memperlihatkan adanya variasi. Variasi pangkal daun dapat
dibedakan sebagai berikut;
a. Tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang atau ujung
tangkai daun.

1. Runcing, biasanya terdapat pada daun bangun memanjang, lanset, dan belah ketupat.
2. Meruncing, biasanya terdapat pada daun abngun bulat telur, sungsang, atau sudip.
3. Tumpul, biasanya terdapat pada daun-daun bangun bulat telur dan jorong.
4. Membulat, biasanya terdapat pada daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
5. Rompang (rata), contohnya pada daun bangun segitiga, delta, dan anak panah.

b. Tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain.

1. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama
terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang, seperti tampak
pada daun bangun perisai.
2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi sebrang batang yang berlawanan
atau berhadapan dengan letak daunnya, seperti pangkal daun yang
tertembus oleh batangnya. Jika dilihat lebih cermat bentuknya biasanya
membulat.

V. Variasi Daun Berdasarkan Tulang Daunnya

Tulang-tulang daun mempunyai fungsi sebagai berikut;

1. Memberi kekuatan pada daun.


2. Sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat (asimilasi).

Menurut besar kecilnya, tulang daun dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut;

1. Ibu tulang daun, merupakan terusan tangkai daun. Ibu tulang daun berukuran besar
dan terdapat di tengah-tengah daun.
2. Tulang-tulang cabang, adalah tulang-tulang yang berukuran lebih
kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang atau cabang
tulang lain. Tulang cabang yang berasal langsung dari ibu tulang disebut
tulang cabang tingkat 1. Sementara itu, cabang tulang tingkat 1 disebut
tulang tingkat cabang tingkat 2, dan seterusnya.
3. Urat-urat daun ialah tulang-tulang cabang pula, tetapi kecil atau lembut.

Berdasarkan arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun dan
susunan tulangnya, daun dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu
sebagai berikut;

1. Bertulang menyirip, daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan
dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu
tulang ke arah samping keluar tulang-tulang cabang. Susunan seperti ini
mirip dengan susunan sirip pada ikan. Oleh karena itu, daun dengan
pertulangan seperti ini disebut daun bertulang menyirip. Contohnya
tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) seperti daun mangga (Mangifera
indica).
2. Bertulang menjari, dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang
yang memencar sehingga tampak seperti jari-jari tangan. Contohnya adalah
daun pepaya (Carica papaya), daun jarak (Ricinus communis), dan daun
kapas (Gossypium sp.).
3. Bertulang melengkung, daun ini mempunyai beberapa tulang daun yang
besar. Adapun tulang daun lainnya mengikuti jalannya tepi daun sehingga
daun yang semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke
ujung daun. Contohnya adalah pada tumbuhan berbiji tunggal
(Monocotyled0neae) yaitu daun gadung (Dioscorea hispida).
4. Bertulang sejajar (lurus), arah tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Contohnya
teki-tekian (Cyperaceae).

Berdasarkan uraian mengenai susunan tulang daun, dapat disimpulkan bahwa


susunan tulang daun dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membedakan
antara Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Dimana untuk tumbuhan biji
belah (Dicotyledoneae) mempunyai daun-daun bertulang menyirip atau
menjari. Sedangkan untuk tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae)
mempunyai daun-daun bertulang melengkung atau sejajar.
Catatan: Pada golongan dikotil/berbiji belah, ada pula yang
mempunyai daun bertulang melengkung. Contohnya sirih (Piper betle).
Demikian juga pada golongan monokotil atau berbiji tunggal, ada pula
yang memiliki daun bertulang menyirip, contohnya pisang (Musa
pradisiaca), dan tanaman bunga tasbih (Canna hybrida). Ada pula golongan
monokotil yang mempunyai daun bertulang menjari, contohnya siwalan
(Borassus flabellifer).

VI. Variasi Daun Berdasarkan Daging Daun

Daging daun adalah bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun
dan urat-urat daun. Perlu untuk kita ketahui juga bahwa tebal tipisnya
helaian daun tergantung pada tebal tipisnya daging daun. Berkaitan
dengan tebal tipisnya helaian daun, maka daun diklasifikasikan sebagai
berikut;

1. Tipis seperti selaput, misalnya daun paku selaput (Hymenophyllum australe).


2. Seperti kertas dimana daun ini tipis tetapi cukup kuat. Misalnya daun pisang (Musa
paradisiaca).
3. Tipis lunak misalnya daun selada air.
4. Seperti perkamen , yaitu berdaun tipis tetapi cukup kaku. Misalnya daun kelapa
(Cocus nucifera).
5. Seperti kulit, yaitu helaian daunnya lebal dan kaku. Misalnya daun nyamplung
(Calophyllum inophyllum).
6. Berdaging, yaitu daun tebal dan berair. Misalnya daun lidah buaya (Aloe sp.).

VII. Variasi Daun berdasarkan Permukaan Daun

Berdasarkan kondisi permukaannya, daun dapat dibedakan sebagai berikut;


a. Licin
Daun yang permukaannya licin terlihat kenampakan sebagai berikut;

 Mengkilat, contohnya permukaan bagian atas daun kopi (Coffea robusta) dan beringin
(Ficus benjamina).
 Suram, misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas).
 Berselaput lilin, misalnya permukaan bagian bawah daun pisang (Musa paradisiaca).

b. Gundul misalnya daun jambu air (Eugena aquea)


c. Kasap, misalnya daun jati (Tectona gradis)
d. Berkerut misalnya daun jambu biji (Psidium guajava)
e. Berbingkul-bingkul seperti berkerut tetapi kerutannya lebih besar misalnya daun air mata
pengantin (Antigonon leptopus)
f. Berbulu, jika bulu halus dan jarang-jarang. Misalnya daun tembakau (Nicotiana tabacum)
g. Berbulu kasar, jika daun berambut kaku dan jika diraba terasa kasar. Misalnya daun
gadung (Dioscorca hispida)
h. Bersisik, misalnya sisi bawah daun durian (Durio zibethinus)

VIII. Variasi Daun Berdasarkan Jumlah Daunnya

Berdasarkan jumlah daun yang terletak pada tangkainya, daun dapat dikelompokkan menjadi;

1. Daun tunggal, yaitu hanya ada satu helaian daun saja pada setiap tangkainya.
Contohnya pada daun dewa.
2. Daun majemuk, yaitu helaian daun tumbuh pada cabang tangkai,
sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Contoh
daun asam.

Bagian-bagian daun majemuk adalah sebagai berikut;

 Ibu tangkai daun, yaitu tempat duduknya helaian-helaian daun.


 Tangkai anak daun, yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun.
 Anak daun yaitu bagian-bagian helaian daun. Anak daun ini biasanya hanya
mempunyai tangkai daun yang pendek.
 Upih daun, yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk
batang.

Sumber https://www.jatikom.com/2016/08/pengertian-dan-penjelasan-morfologi-
daun.html#ixzz57zlKz5mU
Belajar Tentang Alam tumbuhan

Kamis, 31 Oktober 2013


Daging Daun( Intervenium)

1. Daging Daun

Tebal atau tipisnya helaian daun ,pada hakekatnya juga bergantung pada tebal tipisnya
daging daun. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang :

 Tipis seperti selaput (membranaceus), misalnya daun paku selaput (Hymenophyllum


austral willd)
 Seperti Kertas (Papyraceus atau chartaceus), tipis tetapi cukup tegar, misalnya daun
pisang (Musa paradisiacal L.)
 Tipis lunak (herbaceous), misalnya daun selada air (Nasturtium officinale R. Br.)

 Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun kelapa
(Cocos nucifera L.)
 Seperti Kulit/Belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal dan kaku, misalnya
daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

 Berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya (Aloe
sp.)
Daun yang sering kita temui umumnya berwarna hijau. Tetapi ada juga lho yang tidak
berwarna hijau, merah atau kuning misalnya. Kenapa ya? Yuk simak ulasannya.

Kebayakan daun mengandung klorofil, karena itulah daun berwarna hijau. Sebagian besar
klorofil terdapat di daun, namun pada bagian-bagian tanaman lain seperti akar, batang, buah,
biji, dan bunga juga terdapat klorofil dengan jumlah terbatas. Distribusi klorofil pada daun
berbeda-beda. Klorofil di pangkal daun akan berbeda dengan klorofil di bagian ujung, tengah,
dan tepi daun. Perbedaan jumlah klorofil ini akan menunjukkan perbedaan warna daun.
Semakin hijau warna daun maka semakin tinggi kandungan klorofilnya.
Nah untuk yang tidak berwarna hijau seperti merah, daun tersebut mengandung
anthocyanin yang memberi warna merah atau ungu. Pigmen antosianin yang merupakan
flavonoid merupakan pigmen yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada
berbagai organ tanaman, terutama pada bunga (ditetukan hampir 30% terkandung dalam berat
keringnya). Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak antosianin adalah alkohol,
etanol dan metanol, isopropanol, aseton atau dengan air (aquadest) yang dikombinasikan
dengan asam, seperti asam klorida (HCL), asam aserat, asam format, atau asam askorbat.
Daun yang berwarna oranye dan kuning mengandung karetonoid. Karotenoid adalah pigmen
merah, oranye dan kuning yang disintesisi pada kloroplas dan kromoplas makhluk hidup
yang mengalami fotosintesis seperti tanaman, bakteri dan fungi. Fungsi karotenoid pada
tanaman, bakteri dan fungi adalah untuk menyerap energi cahaya untuk keperluan fotosintesis
dan mencegah kerusakan akibat cahaya pada klorofil. Manusia dan hewan tidak dapat
memproduksi sendiri karotenoid sehingga mendapatkannya dari makanan yang mengandung
karotenoid.
Daun berwarna kuning keemasan mengandung tanin. Menurut teori warna, struktur tanin
dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban
warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan
warna coklat atau kuning keemasan. Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalamair,
gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum eter, benzene dan eter.

MUNAWI INSIDE

MATERI BIOLOGI
 Home
 Morfologi »
 Sains »
 Jurnal »
 Entertain »
 Islam »
 Sport »






Tenaga Jasa

Warna Daun
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Sunday, March 01, 2015 with No comments

Daun umumnya berwarna hijau dan variasinya, tetapi


tak jarang dijumpai daun yang warnanya tidak hijau.
Sebagai contoh dapat antara lain disebut daun
berwarna:

 Merah, misalnya pada daun Bunga Buntut Bajing


(Acalypha wilkesiana M.Arg.).

 Hijau bercampur atau tertutup warna merah,


misalnya pada daun Puring (Codiaeum variegatum
Bl.).
 Hijau tua, misalnya pada daun Nyamplung
(Colophyllum inophyllum L.).

 Hijau kekuningan, misalnya pada daun tanaman


Guni (Corchorus capsularis L.).

Perlu dicatat bahwa dalam menyebut warna daun


sangat besar pengaruh perseorangan, mengingat
mengenai warna tidak ada ukuran yang objektif, lagi
pula warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah
menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat
buhungannya dengan persediaan air dan makanan
serta penyinaran.
Tenaga Jasa

Permukaan Daun
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Sunday, March 01, 2015 with No comments

Umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas


berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin atau
mengkilat jika dibandingkan dengan sisi bawah daun.
Perbedaan warna ini disebabkan karena warna hijau
lebih banyak terdapat pada lapisan atas daripada di
lapisan bawah.
Kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat
tambahan berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri, dll.
Dari hal tersebut keadaan permukaan daun dibedakan
atas:
1. Licin (laevis), permukaan daun terlihat:
1. Mengkilat (nitidus), misalnya pada sisi atas
daun Kopi (Coffea robusta Lindl.),
dan pada sisi atas daun Beringin (Ficus
benjamina L.).

2. Suram (opacus), misalnya pada daun Ketela


Rambat (Ipomoea batatas Poir.).
3. Berselaput lilin (pruinosus), misalnya pada sisi
bawah daun Pisang (Musa paradisiaca L.)

dan pada sisi bawah daun Tasbih (Canna


hybrida Hort.).

2. Gundul (glaber), misalnya pada daun Jambu Air


(Eugenia aquea Burm.).
3. Kasap (scaber), misalnya pada daun Jati (Tectona
grandis L.).

4. Berkerut (rugosus), misalnya pada daun Jarong


(Stachytarpheta jamaicensis Vahl.)
dan pada daun Jambu Biji (Psidium guajava L.).

5. Berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkeriput


tetapi kerutannya lebih besar, misalnya pada daun
Air Mata Pengantin (Antigonon leptopus Hook et
Arn.).
6. Berbulu (pilosus), jika bulunya halus dan jarang-
jarang, misalnya pada daun Tembakau (Nicotiana
tabacum G. Don.).

7. Berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu jika


diraba terasa seperti laken atau beludru.
8. Berbulu kasar (hispidus), bulu kaku dan jika diraba
terasa kasar, misalnya pada daun Gadung
(Dioscorea hispida Dennst.).
9. Bersisik (lepidus), misalnya pada sisi bawah daun
Durian (Durio zibethinus Murr.).

Tenaga Jasa
Daun Majemuk (Folium Compositum)
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Wednesday, March 04, 2015 with 3 comments

Pada daun pada berbagai jenis tumbuhan


memperlihatkan bahwa:

 Pada tangkai daun hanya terdapat 1 helaian daun


disebut Daun Tunggal (folium simplex).
 Tangkainya bercabang, helaian daun terdapat pada
cabang tangkai, sehingga 1 tangkai terdapat lebih
dari 1 helaian daun, disebut Daun Majemuk (folium
compositum).

Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari


daun tunggal yang bertoreh dalam, sehingga bagian
daun di antara toreh-toreh tersebut terpisah satu sama
lain dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil
tersendiri. Bagian-bagian daun majemuk
1. Ibu Tangkai Daun (patiolus communis), yaitu bagian
daun majemuk yang menjadi tempat duduknya
helaian-helaian anak daun (foliolum). Ibu tangkai
daun dapat dipandang merupakan penjelmaan
tangkai daun tunggal ditambah ibu tulangnya,
sehingga kuncup ketiak terletak di atas pangkal ibu
tangkai pada batang.
2. Tangkai Anak Daun (petiololus), yaitu cabang-
cabang ibu tangkai daun yang mendukung anak
daun. Dapat dianggap sebagai penjelmaan pangkal
suatu tulang cabang pada daun tunggal, sehingga
di dalam ketiaknya tak pernah terdapat kuncup.
3. Anak Daun (foliolum), merupakan bagian helaian
daun yang karena dalam dan besarnya toreh
menjadi terpisah-pisah. Anak Daun pada daun
majemuk lazimnya mempunya tangkai pendek atau
hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada
daun Selderi (Apium graveolens L.). Terkadang
anak daun mempunyai tangkai yang cukup panjang
dan terlihat jelas, misalnya pada daun Mangkokan
(Nothoponax scutellarium Merr.).
4. Upih Daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu
tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang,
misalnya pada daun Pinang (Areca catechu L.).

Pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat


pangkal ibu tangkai dapat pula ditemukan sepasang
daun penumpu yang:

 berupa 2 daun kecil melekat pada kanan kiri


pangkal ibu tangkai daun, misalnya pada daun
Mawar (Rosa sp.)
 berupa 2 daun yang lebar dan ikut sebagai alat
untuk berasimilasi, misalnya pada daun Kacang
Kapri (Pisum sativum L.).

Daun majemuk dapat dikemukakan bahwa:

1. Pada 1 daun majemuk semua anak daun terjadi


bersama-sama dan biasanya runtuh bersama-sama
pula, sedang suatu cabang dengan daun-daun
tunggal mempunya daun yang tak sama umur
maupun besarnya, dan tidak runtuh bersama-sama.
2. Daun majemuk mempunyai pertumbuhan yang
terbatas seperti daun tunggal, artinya tidak
bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak
menyerupai kuncup. Suatu cabang biasanya selalu
bertambah panjang dan mempunyai kuncup di
ujungnya.
3. Pada daun majemuk tidak akan terdapat kuncup
dalam ketiak anak daun, sedangkan pada suatu
cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat 1
atau lebih kuncup.

Walaupun demikian, perlu pemeriksaan secara


seksama agar tidak menyesatkan, misalnya:

1. Mempunyai daun majemuk yang memperlihatkan


pertumbuhan memanjang sampai agak lama
sehingga anak daunnya mempunyai umur yang
berbeda, dan tidak luruh berbarengan. Sering
terlihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah
runtuh, sedangkan pada ujungnya ada anak daun
yang masih muda dan terlihat segar (masih hijau).
Misalnya pada pohon Cerme (Phyllanthus acidus
Skeels)
dan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

2. Terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal


yang berseling, yang tumbuh mendatar dari batang
pokok dan terbatas pertumbuhannya (tidak
bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun
ini seperti daun majemuk tetapi bukan, karena dari
ketiak-ketiaknya pada waktu tertentu akan tampak
keluar bunga yang kemudian menjadi buah. Jika itu
daun majemuk maka tidak mungkin ditemukan
bunga atau buah. Misalnya pada tumbuhan
Meniran (Phyllanthus niruri L.)
dan Katu (Sauropus androgynus Merr.).

Daun majemuk menurut susunan anak daun pada ibu


tangkainya dibedakan menjadi 4 golongan:

1. Daun Majemuk Menyirip (pinnatus)


2. Daun Majemuk Menjari (palmatus)

3. Daun Majemuk Bangun Kaki (pedatus)


4. Daun Majemuk Campuran (digitato pinnatus)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------
Ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di
kanan kiri ibu tangkai daun, seperti sirip ikan. Daun
majemuk menyirip dibedakan menjadi:

1. Daun Majemuk Menyirip Beranak Daun Satu


(unifoliolatus). Terlihat seperti daun tunggal tetapi
bukan, karena ada persendian (articulatio) pada
tangkai daun sehingga helaian daun tidak langsung
terdapat pada ibu tangkai. Daun ini sebenarnya
mempunyai lebih dari 1 helaian daun, namun daun
yang lain telah tereduksi sehingga tinggal 1 anak
daun saja. Contohnya pada daun Jeruk Besar
(Citrus maxima Merr.), Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia Sw.), dll.

2. Daun Majemuk Menyirip Genap (abrupte pinnatus).


Biasanya terdapat sejumlah anak daun yang
berpasangan di kanan kiri ibu tulang,
sehingga anak daunnya berjumlah genap. Akan
tetapi, mengingat bahwa pada suatu daun majemuk
menyirip anak-anak daun tidak selalu berpasangan,
maka untuk menentukan daun majemuk menyirip
ganda atau bukan dilihat ujung ibu tangkainya,
bukan jumlah anak daunnya. Jika ujung ibu tangkai
terputus (pada ujung ibu tangkai tidak terdapat anak
daun) sehingga ujung ibu tangkai bebas, atau
kadang tertutup oleh pucuk kecil yang mudah
runtuh, maka berarti bahwa daun tersebut menyirip
ganda. Oleh karena itu daun majemuk menyirip
ganda mungkin juga mempunyai jumlah anak daun
yang gasal (ganjil). Contoh tumbuhan dengan
daun majemuk menyirip ganda dengan jumlah anak
daunnya genap adalah Pohon Asam (Tamarindus
indica L.).

Contoh tumbuhan dengan daun majemuk menyirip


ganda dengan jumlah anak daunnya gasal adalah
daun Kepulasan (Nepphelium mutabile B.).

3. Daun Majemuk Menyirip Gasal (imparipinnatus).


Pedomannya adalah ada tidaknya anak daun yang
menutup ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah
anak daunnya, akan didapati jumlah yang gasal jika
berpasangan, sedang di ujung ibu tangkai terdapat
anak daun yang tersendiri (biasanya lebih besar
dari yang lainnya), misalnya pada daun Pacar Cina
(Aglaia odorata Lour.)
dan Mawar (Rosa sp.). Sebagai
kebalikan daun majemuk menyirip ganda yang
dapat mempunya jumlah anak daun yang
gasal, daun majemuk menyirip gasal dapat pula
mempunyai jumlah anak daun yang genap, seperti
pada Pacar Cina.

Daun majemuk menyirip menurut duduknya anak daun


pada ibu tangkai dan besar kecilnya anak daun
dibedakan dalam:

1. Daun Majemuk Menyirip Berpasangan, jika


duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-
hadapan.
2. Daun Majemuk Menyirip Berseling, jika duduknya
anak daun pada ibu tangkai berseling.

3. Daun Majemuk Menyirip Berselang-seling


(interrupte pinnatus), jika duduknya anak daun pada
ibu tangkai berpasangan berselang-seling anak
daun yang lebar dengan anak daun yang sempit.
Misalnya pada daun Tomat (Solanum lycopersicum
L.).

Pada daun majemuk dapat pula terlihat bahwa anak


daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya
melainkan pada cabang ibu tangkai, disebut Daun
Majemuk Rangkap/Ganda. Biasanya hanya daun
majemuk menyiriplah yang mempunyai sifat tersebut,
sehingga jika ada daun majemuk ganda, biasanya
adalah daun majemuk menyirip.
Daun majemuk menyirip ganda dibedakan menurut letak
anak daun pada cabang tingkat ke berapa dari ibu
tangkainya:

1. Daun Majemuk Menyirip Ganda 2 (bipinnatus), jika


anak daun duduk pada cabang tangkat 1 dari ibu
tangkai.
2. Daun Majemuk Menyirip Ganda 3 (tripinnatus), jika
anak daun duduk pada cabang tangkat 2 dari ibu
tangkai.
3. Daun Majemuk Menyirip Ganda 4, dan seterusnya.

Daun majemuk menyirip ganda dibedakan lagi dalam:

1. Daun Majemuk Menyirip Ganda Sempurna, jika


tidak ada 1 anak daun pun yang duduk pada ibu
tangkainya. Biasanya hanya pada daun majemuk
menyirip genap.
2. Daun Majemuk Menyirip Ganda Tidak Sempurna,
jika masih ada anak daun yang duduk langsung
pada ibu tangkainya. Biasanya hanya pada daun
majemuk menyirip gasal.

Beberapa contoh daun menyirip ganda:

1. Daun Majemuk Menyirip Genap Ganda 2


Sempurna, misalnya pada daun Kembang Merak
(Caesalpinia pulcherrima Sw.).
2. Daun Majemuk Menyirip Gasal Ganda 2 Tidak
Sempurna, misalnya pada daun Kirinyu (Sambucus
javanica Bl.).

3. Daun Majemuk Menyirip Gasal Rangkap 3 Tidak


Sempurna, misalnya pada daun Kelor (Moringa
oleifera Lamk.).
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

Daun Majemuk Menjari


(Palmatus/Digitatus)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------
ialah daun majemuk yang semua anak daunnya
tersusun memencar dapa ujung ibu tangkai seperti
letaknya jari-jari pada tangan. Berdasarkan jumlah anak
daunnya dibedakan menjadi:

1. Daun Majemuk Menjari Beranak Daun 2


(bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat 2
anak daun. Misalnya pada daun Nam-nam
(Cynometra cauliflora L.).
2. Daun Majemuk Menjari Beranak Daun 3
(trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat 3
anak daun. Misalnya pada pohon Para (Hevea
brasiliensis Muell.).

Catatan: Daun majemuk menjari beranak daun 3


dapat pula dijumpai pada daun majemuk menyirip,
misalnya pada daun Kacang Panjang (Vigna
sinensis Endl.). Untuk membedakan apakah
menyirip atau menjari, harus diteliti mengenai letak
pertemuan ketiga tangkai anak daunnya. Jika
semua bertemu pada 1 titik (ujung ibu tangkai)
berarti menjari, jika tidak berarti menyirip. Untuk
lebih jelas, bandingkan antara daun Para dengan
daun Kacang Panjang.

3. Daun Majemuk Menjari Beranak Daun 5


(quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat
5 anak daun. Misalnya pada daun Maman
(Gynandropsis pentaphylla D.C.).

4. Daun Majemuk Menjari Beranak Daun 7


(septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat
7 anak daun. Misalnya pada daun Randu (Ceiba
pentandra Gaertn.).
5. Daun Majemuk Menjari Beranak Daun Banyak
(polyfoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat ≥7
anak daun. Misalnya pada daun Randu (Ceiba
pentandra Gaerthn.).

Daun majemuk menjari dapat bersifat ganda, misalnya


Daun Majemuk Menjari Beranak Daun 3 Ganda 2
(biternatus), pada daun Aegopodium dan Aquilegia
vulgaris.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

ialah daun majemuk yang mempunya susunan daun


seperti daun majemuk menjari, tetapi 2 anak daun
paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan
duduk pada tangkai anak daun yang disampingnya.
Misalnya pada Ariceae (Arisaema filiforme).
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

Daun Majemuk Campuran


(Digitatopinnatus)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

ialah daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-


cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat
pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-
cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang
tersusun menyirip. Daun majemuk campuran
merupakan campuran antara daun majemuk menjari
dan menyirip. Contohnya pada daun Puteri Malu
(Mimosa Pudica L.).

Jika diteliti lebih detail, daun Puteri Malu bukan


merupakan daun majemuk campuran sejati, tetapi
adalah daun majemuk menyirip genap ganda 2
sempurna. Hanya saja letak kedua pasang cabang ibu
tangkainya sangat dekat satu sama lain, hingga seakan-
akan terdapat 4 cabang tangkai pada ujung ibu tangkai
daunnya.

Tenaga Jasa

Tata Letak Daun Pada Batang (phyllotaxis/dispositio


foliorum)
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Wednesday, March 04, 2015 with 1 comment

Daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-


cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal pada suatu
bagian pangkal batang atau pada ujung batang.

Buku-buku batang (nodus), merupakan bagian batang


atau cabang batang tempat duduknya daun. Buku-buku
pada batang biasanya tampak membesar dan melingkar
batang seperti cincin, misalnya pada Bambu (Bambusa
sp.), Tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua jenis
rumput. Ruas (internodium), merupakan bagian batang
antara 2 buku-buku. Walaupun kadang buku-buku tak
tampak jelas pada batang, namun tempat duduknya
daun tetap disebut buku-buku dan jarak antara 2 buku-
buku dinamakan ruas pula.

Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan


mempunyai perbedaan mengenai aturan letak daun
satu sama lain pada batang. Aturan mengenai tata letak
daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun
dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu
tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis mempunyai
tata letak daun yang sama.

Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih


dahulu ditentukan jumlah daun yang terdapat pada
buku-buku yang kemungkinannya:
1. terdapat 1 daun pada tiap buku-buku
2. terdapat 2 daun yang berhadap-hadapan pada tiap
buku-buku
3. terdapat lebih dari 2 daun pada tiap buku-buku.

1. Satu Daun Pada Tiap Buku-buku


Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka
tata letak daun yang demikian disebut tersebar (folia
sparsa). Walaupun disebut tersebar namun jika diteliti
ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu
tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk
silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran
dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat
duduknya daun merupakan suatu titik pada lingkaran
tersebut, maka akan ditemukan hal-hal berikut.

Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun)


sebagai titik tolak, dan bergerak mengikuti garis yang
menuju titik duduk daun pada buku-buku batang di
atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian
seterusnya, pada suatu saat akan sampai pada suatu
daun yang letaknya tepat pada garis vertikal di atas
daun pertama yang digunakan sebagai titik tolak. Jika
berputar mengikuti garis spiral yang melingkari batang
tadi, pada perjalanan melingkar sampai tercapainya
daun yang tegak lurus di atas titik tolak, akan melewati
beberapa daun. Kejadian ini akan selalu berulang
kembali walaupun dengan daun yang lain sebagai titik
tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri
khas yang bersifat beraturan.

Perbandingan antara banyaknya kali garis spiral


tersebut di atas melingkari batang dengan jumlah daun
yang dilewati selama sekian kali melingkar batang (daun
pada titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu pecahan
yang bernilai tetap untuk 1 jenis tumbuhan.

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan


daun titik tolak garis spiral tadi mengelilingi batang
sebanyak A kali, dan jumlah daun yang dilewati
sebanyak B daun, maka perbandingan kedua bilangan
tadi merupakan pecahan A/B, disebut rumus daun
(divergensi).

Telah diterangkan di atas bahwa untuk mencapai 2


daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati
sebanyak B daun, berarti pada batang terdapat pula
sebanyak B garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang
disebut ortistik. Garis spiral yang diikuti melingkar
batang merupakan suatu garis yang menghubungkan
daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, menurut
urutan tua mudanya daun. Garis spiral ini disebut spiral
genetik.
Pecahan A/B dapat menunjukkan jarak sudut antara 2
daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak sudut antara 2 daun berturut-turut pun tetap
dan besarnya adalah A/B x besarnya lingkaran = A/B x
3600 disebut sudut divergensi.

Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan A/B dapat


terdiri atas pecahan: 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst.
Jika diamati deretan pecahan tersebut dapat merupakan
rumus daun suatu jenis tumbuhan yang memperlihatkan
sifat berikut:

 tiap suku di belakang suku kedua (suku ketiga dst.)


merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
dapat diperoleh dengan menjumlah kedua
pembilang dua suku di depannya, demikian juga
penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan
kedua penyebut dua suku di depannya.
 tiap suku dalam deret merupakan suatu pecahan
yang penyebutnya merupakan selisih antara
penyebut dan pembilang suku di depannya,
sedangkan penyebutnya adalah jumlah penyebut
suku di depannya dengan pembilang suku itu
sendiri.
Deretan rumus daun yang memperlihatkan sifat
karakteristik disebut deret Fibonacci (dinamai sesuai
dengan penemu deret tersebut).

Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar,


kadang terlihat daun-daun yang duduknya rapat
berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang sangat pendek
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama
tinggi dan sulit untuk menentukan urut-urutan tua
mudanya. Daun dengan susunan yang demikian disebut
roset (rosula). Roset dibedakan menjadi 2:

1. Roset Akar, jika batang sangat pendek sehingga


semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset
sangat dekat dengan akar. Misalnya pada Lobak
(Raphanus sativus L.)

dan Trichodesma zeylanicum Burm. f

2. Roset Batang, jika daun yang rapat dan berjejal-


jejal terdapat pada ujung batang. Misalnya pada
pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan jenis palma
lainnya.
Pada cabang yang mendarat atau serong ke atas, daun
dengan tata letak tersebar teratur sedemikian rupa
sehingga helaian daun pada cabang tersebut teratur
pada suatu bidang datar membentuk pola mozaik (pola
karpet) yang disebut mosaik daun.

Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi


karena semua daun terlentang ke kiri dan ke kanan
menggunakan bidang datar tersebut seefektif mungkin.
Letak daun-daun yang demikian misalnya pada pohon
Alnus.
Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas,
daun-daun yang tata letaknya tersebar menempatkan
helaian-helaian daun pada suatu bidang datar pada
ujung cabang, helaian daun muda di tengah dan ke
pinggir daun-daun yang lebih tua (biasanya lebih lebar).
Hal tersebut karena tangkai daun-daun menuju ke ujung
cabang menjadi semakin pendek. Contohnya pada
pohon Kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan berbagai
jenis Begonia tertentu.

CATATAN: Tata letak daun tersebar yang mengikuti


rumus 1/2 oleh sementara penulis dipisahkan dari tata
letak daun yang tersebar umumnya, dan disebut duduk
daun berseling (folia distica), misalnya pada pohon
Talok (Muntingia calabura L.),
Srikaya (Annona squamosa L.), dll.

2. Dua Daun Pada Tiap Buku-buku


Dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan
(terpisah oleh jarak 180 ). Pada buku-buku batang
0

berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu


silang dengan 2 daun di bawahnya. disebut berhadapan
- bersilang (folia opposita atau folia decussata),
misalnya pada Mengkudu (Morinda citrifolia L.),

Soka (Ixora paludosa Kurz.), dll.


3. Lebih Dari Dua Daun Pada Tiap Buku-buku
Tata letak yang demikian disebut berkarang (folia
verticillata),

misalnya pada pohon Pulai (Alstonia scholaris R.Br.),

Alamanda (Allamanda cathartica L.).


Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan
dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya,
tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya
ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang
tegak lurus satu sama lain.
TATA LETAK DAUN PADA BATANG (PHYLLOTAXIS)

Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)


Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan
bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar
batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum
officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki
aturan yang disebut tata letak daun.
Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu
berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-buku batang.

1. Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun


Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa).
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan
tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.

Rumus daun (divergensi)

a : banyaknya kali garis spiral

b : Jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar (daun ke-1 tidak
dihitung) s/d 2 daun tegak lurus.

Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada batang
dinamakan : Ortostik.

Garis piral melingkari batang yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke
atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral genetik.

Sudut divergensi

• jarak sudut antara 2 daun berturut- turut

a/b × 360

Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/b nya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci.
Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
- Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang
di depannya, atau Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu
sendiri. Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal
karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir
sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang
mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).
Roset ada 2 macam :
a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas
tanah,
contoh. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).

Lobak (Raphanus sativus L.)

b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang,
contoh. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun.
Kelapa sawit (Elaeis)

2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun


Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar
1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu
silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini
dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata),
contoh. pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.

Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

3. Pada tiap bulu-buku batang terdapat lebih dari dua daun


Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia verticillata),dapat a.l.
ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),
oleander (Nerium oleander L.).

Oleander (Nerium oleander L.)

TATA LETAK DAUN PADA BATANG (Phyllotaxis) 5/15/2011 Biopedia Indonesia No


comments Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-bukuB (ambusa
sp), sedangkan bagian batang antara dua buku-buku disebut dengan ruas. Tata letak daun
yaitu aturan letak daun-daun yang duduk pada batang tumbuhan. batang (nodus), bagian ini
sering terlihat sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai
suatu cincin, contohnya pada bambu. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada
batang, maka harus ditentukan dahulu berapa jumlah daun pada satu buku-buku batang. A.
Tiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja Jika dalam tiap buku hanya ada satu daun saja
dinamakan: Tersebar (Folia sparsa). Dalam tata letak daun ada suatu deretan rumus yang
memperlihatkan sifat yang berkarakter yang oleh penemunya dinamakan Deret Fibonacci.
Rumus-rumusnya yaitu: 1. Rumus Daun atau Disvergensi: jika untuk mencapai daun yang
tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan
pecahan a/b. 2. Ortostik: daun yang berada pada posisi vertikal pada daun yang tersusun
secara spiral. 3. Spiral Genetik: tumbuhan yang hanya membentuk satu daun pada tiap nodus,
membentuk primordia daun dalam pola tertentu sehingga susunan daun berbentuk heliks. 4.
Sudut Divergensi: sudut yang terbentuk antara bidang tegak melalui sehelai daun dengan
bidang tegak melalui helai daun berikutnya. Besarnya sudut divergensi antara daun yang
berurutan tidak menghalangi jalannya sinar matahari bagi daun yang lain. Pada tumbuhan
dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang terlihat duduk daun rapat berjejal-jejal karena
ruas-ruas batang sangat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama
tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urutan daun tua dan muda. Daun-daun yang
mempuyai susunan demikian disebut: roset (rosula). Roset ada 2 macam : a. roset akar, yaitu
jika batang sangat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah, misal pada lobak
(Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.). b. roset batang, jika daun
yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, misal pada pohon kelapa (Cocos
nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya. Pada cabang-cabang yang mendatar atau
serong keatas, daun-daun dengan tata letak ter-sebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu
bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet) yang disebut mosaik
daun. B. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun Pada setiap buku-buku terdapat 2
daun yang berhadapan. Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya bersilang
dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan :
berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata), misal pada mengkudu (Morinda
citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll. C. Pada tiap bulu-buku batang terdapat lebih
dari dua daun Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia verticillata)
contoh pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),
oleander (Nerium oleander L.). D. Spirostik dan Parastik Spirostik terjadi karena
pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan
berubah menjadi spirostik, contohnya : - Pacing (Costus speciosus Smith), mempunyai satu
spirostik. - Bupleurum falcatum, mempunyai dua spirostik. - Pandan (Pandanus tectorius
Sol.), memperlihatkan tiga spirostik. Parastik yaitu urutan/barisan melengkung dari primordia
yang sedang tumbuh. Contohnya pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat: kelapa
sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-akan menurut garis-garis spiral ke kiri atau
kekanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan kekanan.

2.1 Pengertian Tata Letak Daun (Phyllotaxis)


Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang. Pada
batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan berulang-ulang. Susunan daun
pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang,
tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang
ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk
menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun
yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila
ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku,
atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.

2.2 Tata Letak Daun Pada Batang


Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya
adalah:

1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.


2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Berikut penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:

1. Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu Daun


Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan
pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.

Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
 Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
 Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:

a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).

b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.

2. Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus),


Maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita). Kedua daun
yang berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun
pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan
daun bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan bersilang (opposita-
decussata). Bila batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka
duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda
citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.

3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)

2.3 Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun


2.3.1 Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batan gnya. Daun-daun digambar sebagai
penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst
akan terletak pada ortostik yang sama.
Gambar: bagan duduk daun

2.3.2 Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun


Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang
memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada
setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak
antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin
keatas digambar semakin sempit.

Gambar: diagram daun

2.1 Pengertian Tata Letak Daun (Phyllotaxis)


Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang. Pada
batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan berulang-ulang. Susunan daun
pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang,
tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang
ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk
menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun
yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila
ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku,
atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.

2.2 Tata Letak Daun Pada Batang


Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya
adalah:

1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.


2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Berikut penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:

1. Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu Daun


Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan
pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.

Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
 Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
 Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:

a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).

b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.

2. Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus),


Maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita). Kedua daun
yang berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun
pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan
daun bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan bersilang (opposita-
decussata). Bila batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka
duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda
citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.

3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)

2.3 Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun


2.3.1 Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batan gnya. Daun-daun digambar sebagai
penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst
akan terletak pada ortostik yang sama.

Gambar: bagan duduk daun


2.3.2 Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang
memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada
setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak
antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin
keatas digambar semakin sempit.

Gambar: diagram daun

2.1 Pengertian Tata Letak Daun (Phyllotaxis)


Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang. Pada
batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan berulang-ulang. Susunan daun
pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang,
tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang
ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk
menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun
yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila
ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku,
atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.

2.2 Tata Letak Daun Pada Batang


Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya
adalah:

1. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.


2. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Berikut penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:

1. Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu Daun


Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan
pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.

Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
 Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
 Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:

a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).

b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.

2. Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus),


Maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita). Kedua daun
yang berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun
pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan
daun bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan bersilang (opposita-
decussata). Bila batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka
duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda
citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.

3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)

2.3 Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun


2.3.1 Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batan gnya. Daun-daun digambar sebagai
penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst
akan terletak pada ortostik yang sama.

Gambar: bagan duduk daun

2.3.2 Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun


Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang
memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada
setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak
antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin
keatas digambar semakin sempit.

Gambar: diagram daun

Anda mungkin juga menyukai