Pengertian dan Penjelasan Morfologi Daun – Apa itu morfologi? Morfologi merupakan salah
satu cabang biologi yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan. Dan pada posting kali ini
kita akan membahas berbagai bentuk dan susunan bagian tumbuhan berupa
daun. Kita semua tahu bahwa tumbuhan memiliki tiga bagian pokok, yaitu
akar, batang dan daun. Untuk yang terakhir yaitu daun merupakan bagian
tumbuhan yang memiliki peran penting. Daun mengandung zat hijau yang
dinamakan klorofil. Oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan berwarna hijau pada daerah yang ditempatinya.
Daun mempunyai umur yang terbatas. Daun muda berwarna hijau muda
keputih-putihan, terkadang juga berwarna ungu atau kemerah-merahan.
Sementara itu, daun yang sudah dewasa biasanya berwarna hijau tua dan
lama kelamaan akan berubah menjadi kekuning-kuningan atau menjadi pirang
kemudian akan mati dan gugur dari batangnya. Daun yang gugur selalu
diganti dengan daun yang baru yang biasanya berjumlah lebih banyak
daripada daun yang gugur. Oleh karena itulah tumbuhan yyang semakin
besar akan tampak semakin rindang.Namun ada juga tumbuhan yang pada waktu-waktu
tertentu menggugurkan
semua daunnya seperti tumbuhan yang sudah mati. Tumbuhan yang mempunyai
sifat demukian disebut dengan tumbuhan meranggas (tropophyta). Contoh
tumbuhan yang meranggas pada saat kemarau adalah pohon jati, kedongdong,
kapuk randu, dan pohon para.Kita kembali ke daun. Daun merupakan bagian utama
tumbuhan yang mampu
membuat makanan. Daun tersebut membuat makanan melalui proses
fotosintesis. Daun mempunyai fungsi sebagai berikut;
Morfologi Daun
1. Kelengkapan bagian-bagiannya.
2. Bentuk daun
3. Ujung daun
4. Pangkal daun
5. Tulang daun
6. Daging daun
7. Permukaan daun
Daun pada setiap tumbuhan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Daun yang lengkap
mempunyai bagian-bagian berikut;
Contoh tumbuhan yang daunnya memiliki bagian-bagian yang lengkap adalah pohon pisang,
bambu, dan pinang.
1. Hanya memiliki tangkai dan helaian saja. Contohnya pohon nangka (Artrocarpus
Intergra) dan mangga (Mangifera Indica)
2. Hanya memiliki upih dan helaian. Contohnya padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea
Mays).
3. Hanya mempunyai helaian saja. Contohnya tempuyung (Sanchus orelareus) dan
biduri (Calotropis gigantea)
4. Hanya mempunyai tangkai saja. Tangkai daun tersebut biasanya berbentuk pipih
menyerupai helaian daun. Contohnya adalah akasia (Acacia auriculiformis).
Selain variasi bagian-bagian daun, bentuk daun pada tiap tumbuhan pun
berbeda-beda. Berdasarkan bagian daun yang terlebar, bentuk daun
digolongkan sebagai berikut;a) Bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian.
1. Bulat, jika panjang : lebar = 1 : 1. Bentuk daun yang demikian dapat dijumpai pada
teratai (Nelumbrum nelumbo)
2. Perisai, pada bentuk perisai tangkai daun terdapat terdapat pada bagian tengah helaian
daun, misalnya lompong dan daun jarak (Ricinus communis L.).
3. Jorong (elips), jika panjang : lebar = 1 1/2 -2 : 1. Ini terdapat pada daun nangka
(Artocarpus integra).
4. Memanjang, jika panjang : lebar = 2 1/2 – 3 : 1, terdapat pada daun sirsak (Annona
muricata).
5. Lanset, jika panjang : lebar = 3-5 : 1, misalnya pada kamboja (Plumiera acuminata)
Bulat telur, misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) dan daun cabai
rawit (Capsicum frutescens).
Segitiga sama kaki, yaitu bangun seperti segitiga sama kaki. Misalnya bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa).
Delta (segitiga sama sisi), misalnya daun air mata pengantin (Antigono leptopus)
Belah ketupat, yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang. Misalnya
daun bengkoang (Pachyrrhizus erosus).
2. Pangkal daun bertoreh atau berlekuk.
Daun yang masuk dalam golongan ini adalah sebagai berikut;
Jantung, yaitu bangun seperti belah ketupat tetapi pangkal daun memperlihatkan suatu
lekukan. Contohnya daun waru (Hibiscus tiliaceus)
Ginjal, daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau
membulat dan pangkalnya berlekuk dangkal. Contohnya adalah daun kaki
kuda (Centella asiatica)
Anak panah, daun tidak lebar, ujungnya tajam, dan pangkal dengan lekukan yang
lancip. Contohnya eceng gondok (Sagittaria sagittifolia).
Tombak, seperti bangun anak panah, tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai
mendatar. Contohnya daun wewehan (Monochoria hastata)
Bertelinga, seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai
membulat. Contohnya pada daun tempuyung (Sonchus asper).
Runcing, terdapat pertemuan ibu tulang pada puncak daun. Contohnya ujung daun
oleander (Nerium oleander).
Meruncing, ujung daun tampak sempit dan meruncing. Contohnya ujung daun sirsak
(Annoma muricata).
Tumpul, tepi daun menuju ke suatu titik pertemuan sehingga terbentuk sudut yang
tumpul. Contohnya ujung daun sawo kecik (Manilkora kauki).
Membulat, ujung daun tumpul tetapi ujungnya tidak membentuk sudut. Contohnya
ujung daun teratai besar (Nelumbrum nelumbo).
Rompang, ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contohnya ujung
daun semanggi (Marsilea crenata) dan ujung daun jambu monyet (Macardium
occidentale)
Terbelah, pada ujung daun terdapat suatu lekukan. Contohnya ujung daun sidaguri
(Sida retusa).
Berduri, ujung daun ditutupi oleh bagian yang runcing dan keras (duri). Contohnya
ujung daun nenas sebrang (Agave sp.).
Selain ujung daun yang telah diuraikan diatas, pangkal daun juga
ternyata dapat memperlihatkan adanya variasi. Variasi pangkal daun dapat
dibedakan sebagai berikut;
a. Tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang atau ujung
tangkai daun.
1. Runcing, biasanya terdapat pada daun bangun memanjang, lanset, dan belah ketupat.
2. Meruncing, biasanya terdapat pada daun abngun bulat telur, sungsang, atau sudip.
3. Tumpul, biasanya terdapat pada daun-daun bangun bulat telur dan jorong.
4. Membulat, biasanya terdapat pada daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
5. Rompang (rata), contohnya pada daun bangun segitiga, delta, dan anak panah.
1. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama
terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang, seperti tampak
pada daun bangun perisai.
2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi sebrang batang yang berlawanan
atau berhadapan dengan letak daunnya, seperti pangkal daun yang
tertembus oleh batangnya. Jika dilihat lebih cermat bentuknya biasanya
membulat.
Menurut besar kecilnya, tulang daun dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut;
1. Ibu tulang daun, merupakan terusan tangkai daun. Ibu tulang daun berukuran besar
dan terdapat di tengah-tengah daun.
2. Tulang-tulang cabang, adalah tulang-tulang yang berukuran lebih
kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang atau cabang
tulang lain. Tulang cabang yang berasal langsung dari ibu tulang disebut
tulang cabang tingkat 1. Sementara itu, cabang tulang tingkat 1 disebut
tulang tingkat cabang tingkat 2, dan seterusnya.
3. Urat-urat daun ialah tulang-tulang cabang pula, tetapi kecil atau lembut.
Berdasarkan arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun dan
susunan tulangnya, daun dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu
sebagai berikut;
1. Bertulang menyirip, daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan
dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu
tulang ke arah samping keluar tulang-tulang cabang. Susunan seperti ini
mirip dengan susunan sirip pada ikan. Oleh karena itu, daun dengan
pertulangan seperti ini disebut daun bertulang menyirip. Contohnya
tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) seperti daun mangga (Mangifera
indica).
2. Bertulang menjari, dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang
yang memencar sehingga tampak seperti jari-jari tangan. Contohnya adalah
daun pepaya (Carica papaya), daun jarak (Ricinus communis), dan daun
kapas (Gossypium sp.).
3. Bertulang melengkung, daun ini mempunyai beberapa tulang daun yang
besar. Adapun tulang daun lainnya mengikuti jalannya tepi daun sehingga
daun yang semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke
ujung daun. Contohnya adalah pada tumbuhan berbiji tunggal
(Monocotyled0neae) yaitu daun gadung (Dioscorea hispida).
4. Bertulang sejajar (lurus), arah tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Contohnya
teki-tekian (Cyperaceae).
Daging daun adalah bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun
dan urat-urat daun. Perlu untuk kita ketahui juga bahwa tebal tipisnya
helaian daun tergantung pada tebal tipisnya daging daun. Berkaitan
dengan tebal tipisnya helaian daun, maka daun diklasifikasikan sebagai
berikut;
Mengkilat, contohnya permukaan bagian atas daun kopi (Coffea robusta) dan beringin
(Ficus benjamina).
Suram, misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas).
Berselaput lilin, misalnya permukaan bagian bawah daun pisang (Musa paradisiaca).
Berdasarkan jumlah daun yang terletak pada tangkainya, daun dapat dikelompokkan menjadi;
1. Daun tunggal, yaitu hanya ada satu helaian daun saja pada setiap tangkainya.
Contohnya pada daun dewa.
2. Daun majemuk, yaitu helaian daun tumbuh pada cabang tangkai,
sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Contoh
daun asam.
Sumber https://www.jatikom.com/2016/08/pengertian-dan-penjelasan-morfologi-
daun.html#ixzz57zlKz5mU
Belajar Tentang Alam tumbuhan
1. Daging Daun
Tebal atau tipisnya helaian daun ,pada hakekatnya juga bergantung pada tebal tipisnya
daging daun. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang :
Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun kelapa
(Cocos nucifera L.)
Seperti Kulit/Belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal dan kaku, misalnya
daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)
Berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya (Aloe
sp.)
Daun yang sering kita temui umumnya berwarna hijau. Tetapi ada juga lho yang tidak
berwarna hijau, merah atau kuning misalnya. Kenapa ya? Yuk simak ulasannya.
Kebayakan daun mengandung klorofil, karena itulah daun berwarna hijau. Sebagian besar
klorofil terdapat di daun, namun pada bagian-bagian tanaman lain seperti akar, batang, buah,
biji, dan bunga juga terdapat klorofil dengan jumlah terbatas. Distribusi klorofil pada daun
berbeda-beda. Klorofil di pangkal daun akan berbeda dengan klorofil di bagian ujung, tengah,
dan tepi daun. Perbedaan jumlah klorofil ini akan menunjukkan perbedaan warna daun.
Semakin hijau warna daun maka semakin tinggi kandungan klorofilnya.
Nah untuk yang tidak berwarna hijau seperti merah, daun tersebut mengandung
anthocyanin yang memberi warna merah atau ungu. Pigmen antosianin yang merupakan
flavonoid merupakan pigmen yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada
berbagai organ tanaman, terutama pada bunga (ditetukan hampir 30% terkandung dalam berat
keringnya). Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak antosianin adalah alkohol,
etanol dan metanol, isopropanol, aseton atau dengan air (aquadest) yang dikombinasikan
dengan asam, seperti asam klorida (HCL), asam aserat, asam format, atau asam askorbat.
Daun yang berwarna oranye dan kuning mengandung karetonoid. Karotenoid adalah pigmen
merah, oranye dan kuning yang disintesisi pada kloroplas dan kromoplas makhluk hidup
yang mengalami fotosintesis seperti tanaman, bakteri dan fungi. Fungsi karotenoid pada
tanaman, bakteri dan fungi adalah untuk menyerap energi cahaya untuk keperluan fotosintesis
dan mencegah kerusakan akibat cahaya pada klorofil. Manusia dan hewan tidak dapat
memproduksi sendiri karotenoid sehingga mendapatkannya dari makanan yang mengandung
karotenoid.
Daun berwarna kuning keemasan mengandung tanin. Menurut teori warna, struktur tanin
dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban
warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan
warna coklat atau kuning keemasan. Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalamair,
gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum eter, benzene dan eter.
MUNAWI INSIDE
MATERI BIOLOGI
Home
Morfologi »
Sains »
Jurnal »
Entertain »
Islam »
Sport »
Tenaga Jasa
Warna Daun
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Sunday, March 01, 2015 with No comments
Permukaan Daun
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Sunday, March 01, 2015 with No comments
Tenaga Jasa
Daun Majemuk (Folium Compositum)
Posted by NURSAPTIA PURWA ASMARA on Wednesday, March 04, 2015 with 3 comments
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------
Tenaga Jasa
b : Jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar (daun ke-1 tidak
dihitung) s/d 2 daun tegak lurus.
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada batang
dinamakan : Ortostik.
Garis piral melingkari batang yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke
atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral genetik.
Sudut divergensi
a/b × 360
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/b nya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci.
Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
- Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang
di depannya, atau Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya,
dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu
sendiri. Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal
karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir
sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang
mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).
Roset ada 2 macam :
a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas
tanah,
contoh. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang,
contoh. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun.
Kelapa sawit (Elaeis)
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:
a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).
b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.
3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:
a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).
b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.
3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada
batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-
daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan
besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-
angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di
depannya, atau
Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak
hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-
daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah,
ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada
pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola
seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila
hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:
a) Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat
dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga
daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut
sebagai spiromonostik (spiromonostichous).
b) Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas,
biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka
duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
c) Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas
dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi
spirotristika (spirotristichous)
d) Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5
atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai
akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa
pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun
tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan
sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa
dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama
tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.
3. Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang
berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila
daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak
deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai
(Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander
L.)