Disusun Oleh:
KELOMPOK II (5A)
Shelda Shibror Ridho I. 201510070311013
Aminatuz Zahroh 201510070311018
Enies Nabila Fithri Tiara Sari 201510070311038
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Difusi, Osmosis dan Imbibisi” dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi kita,
Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk
kita umatnya. Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami masalah,
namun itu semua dapat teratasi dengan berbagai dukungan dan bimbingan dari
pihak lain. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada:
1. Drs. Samsun Hadi, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan.
2. Semua teman-teman Kelas 5A yang selalu memberikan saran dan kritik
dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua Orang Tua yang telah membantu baik dalam moril maupun materi.
Demikian penyusunan dari makalah ini, Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari Dosen
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi
Penulis untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang, demi kesempurnaan dari
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalaha untuk menjelaskan mengenai
difusi dan osmosis beserta hal-hal yang berhubungan dengan difusi, osmosis dan
imbibisi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Difusi
2.1.1 Pengertian
Molekul dalam gas bergerak secara acak. Mereka bergerak dengan bebas,
bertabrakan satu sama lain dan, pada akhirnya, mengisi ruang yang tersedia.
Penyebaran ini disebut difusi. Difusi terjadi bila ada konsentrasi molekul yang
tinggi di satu tempat dan konsentrasi yang lebih rendah di tempat lain. Perbedaan
konsentrasi ini dikenal sebagai gradien konsentrasi. Molekul bergerak dari daerah
yang konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, yaitu turunan gradien
konsentrasi. Gerak molekul menyebabkan mereka menyebar secara merata,
mencampur sampai konsentrasi di sepanjang ruang yang tersedia sama. Setelah ini
terjadi tidak ada gradien konsentrasi. Difusi terjadi dengan cara yang sama pada
cairan, namun lebih lambat (Fosbery, 1996).
Difusi adalah salah satu cara di mana molekul bergerak masuk dan keluar
dari sel. Molekul memindahkan gradien konsentrasi mereka melintasi membran
sel. Ini tidak mengharuskan sel untuk menggunakan energi ke pergerakan molekul
melalui membran sel dengan difusi bersifat pasif. Difusi dibuat lebih efisien
dengan:
2
a) Memiliki jarak dekat agar molekul menyebar
b) Mempertahankan gradien konsentrasi yang curam
c) Meningkatkan luas permukaan dimana difusi terjadi (Fosbery, 1996).
3
(serapan) yang meningkatkan konsentrasi di tempat lain di dalam tanah
(mineralisasi). Mineralisasi dan masukan lainnya ke genangan nutrisi terlarut
adalah kontrol utama atas jumlah nutrisi yang tersedia untuk menyebar ke
permukaan akar (Chapin, 2002).
Setiap akar menyerap menciptakan kulit difusi, atau silinder tanah yang
habis dalam nutrisi yang diserap oleh akar. Kerusakan difusi ini merupakan zona
tanah yang secara langsung dipengaruhi oleh serapan tanaman. Akar mengakses
volume tanah yang relatif besar untuk ion-ion yang berdifusi dengan cepat
(Chapin, 2002).
Difusi ion terhadap akar tanaman terjadi sebagai respons terhadap gradien
konsentrasi yang terbentuk oleh serapan ion ke akar tanaman. Difusi dapat terjadi
baik melalui larutan tanah atau melalui migrasi permukaan ion. Difusi melalui
larutan tanah di pori-pori yang mengandung air, tentu saja, beberapa perintah
lebih cepat. Untuk semua tujuan praktis, ion berdifusi paling baik hanya beberapa
sentimeter selama musim tanam; Namun, untuk ion yang teradsorbsi, seperti
berbagai kation yang teradsorbsi pada permukaan tanah liat atau senyawa P yang
diendapkan, difusi dari permukaan ini ke akar tanaman adalah proses utama
dimana ins tersebut dibuat tersedia secara posisi untuk tanaman. Akibatnya,
kerapatan akar tanaman yang lebih besar meningkatkan kuantitas ion yang
teradsorbsi atau presipitasi yang tersedia untuk serapan tanaman. Defisit air akan
mengurangi tingkat kesulitan dua mekanisme: 1. mengurangi volume larutan dan
mobilitas ion dan 2. mengurangi pertumbuhan akar tanaman dan kontak akar
dengan ion-ion ini.
4
a. Transportasi pada membrane plasma, yaitu pengangkutan asam lemak
dan gliserol melalui lapisan lemak/lipida.
3+ 2+
b. Penyerapan gas dan ion-ion seperti kation Fe , Mg dan anion NO2,
-
PO4
2) Difusi Terfasailitasi/Dipermudah
Difusi terfasilitasi yaitu difusi yang dibantu oleh protein transport
yang memiliki berbagai enzim. Juga dapat diartikan sebagai transor air
melalui membrane, yaitu pengangkutan zat terlarut dalam air melalui
membran plasma. Contoh pada hewan, masuknya glukosa dari pembuluh
darah ke sel hati dipermudahkan oleh enzim dan hormone insulin
(Maniam, 2006).
2.2 Osmosis
2.2.1 Pengertian
Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran semipermiabel
(selektif permiabel) dari larutan berkadar rendah menuju larutan berkadar tinggi
hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air,
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama (Anthara dan
5
Suartha, 2011). Sedangkan menurut Sudjadi, (dalam Arlita, dkk. 2013), osmosis
merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari konsentrasi
pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui membran
diferensial parmeabel. Osmosis dikenal juga sebagai difusi dengan kategori
khusus. Adapun yang dimaksud air dalam proses osmosis tersebut adalah air
dalam keadaan bebas yang tidak terikat dengan jenis molekul–molekul seperti
gula, protein, atau larutan yang lain. Oleh karena itu, konsentrasi terlarut dalam
suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan osmosis.
Osmosis adalah difusi bersih satu arah dari pelarut (khususnya air) di
membran selektif permeabel. Ini sangat penting bagi sel karena sel-sel membran
secara selektif permeabel (Robert and King, 1987).
6
Sel terbagi menjadi 2 kompartemen yang dipisahkan oleh membran
semipermeabel. Air bergerak dengan osmosis dari larutan konsentrasi rendah
dalam satu kompartemen melalui membran semipermeabel ke dalam larutan
dengan konsentrasi tinggi di kompartemen lainnya. Pada akhirnya tercapai
keadaan seimbang.
7
tidak ada beda tekanan hidrostatik, aliran air melintas membran sepenuhnya
tergantung beda tekanan osmotiknya (Wirawan, 2006).
8
air dari sel. Pada tumbuhan terjadinya peristiwa Plasmolisis ini merupakan efek
akibat adanya Osmosis.
2.3 Imbibisi
2.3.1 Pengertian
Imbibisi berasal dari kata latin yaitu “imbibore” yang artinya
menyelundup. Air menyelundup disebut “air imbibisi” dan zat dimaksut dengan
imbibisi adalah peristiwa dimana perpindahan molekul – molekul air didalam
suatu zat lain lewat lubang (poril) yang cukup besar dan molekul air itu menetap
didalam zat tersebut. Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena
menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu
perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih akan berkecambah
(Widyawanti,2009). Dalam proses perkecambahan endosperma beroperasi sebagai
kunci jaringan yang mengendalikan perkecambahan (Lee,P. 2017).
Pada proses perkecambahan terjadiproses penyerapan air secara imbibisi
atau osmosis. Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biaanya
berlangsung sampai jaringan, Penyerapan air pada kedua benih tersebut tidak
sama, karena kulit biji tipis mengandung substrat yang mudah larut dalam air,
maka air yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya. Selain itu semakin kecil
9
tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi
(Wusono, S.2015).
Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kedelai karena
menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup dan pelindung
embrio ulit biji kedelai terdiri atas tiga lapisan, yakni epidermis, hipodermis, dan
parenkim. Kulit biji berperan dalam menentukan umlah air yang diserap benih
menentukan kecepatan berkecambah benih derajat dan kecepatan imbibisi air
(Krisnawati,A.2008)
Di dalam biji kacang ini, molekul – molekul air mengisi ruang antar sel.
Sehingga merupakan peristiwa absorbs. Masuknya molekul – molekul air kedalam
biji kacang adalah suatu proses absoorbsi atau penyerapan.didalam sel tumbuhan
merupakan absorsi air oleh senyawa pembentuk protoplasma dan dinding sel,
khususnya senyawa yang berukuran makromolkuler seperti protein, polisakarida,
dan lain- lain. sebagai respons Proses tersebut mencakup difusi dan gerakan
kapiler, peristiwa tersebut hanya dapat berlangsung bila imbiban mengandung
celah – celah submikroskopi yang berfungsi sebagai pipa atau tabung kapiler
(“Minute Submicroskopic Capillaries”). Air akan bergerak dari daerah yang
mempunyai potensial air tinggi ke daerah yang mempunyai potensial air yang
lebih rendah. Kekuatan yang mengikat molekul air terhadap makromolekul
tersebut adalah ikatan hidrogen dan daya taris lisrik dari molekul air yang bersifat
dipolar. Biji – biji an biasa (kacang polong dan kacang) memiliki beberapa atribut
yang tidak diinginkan, seperti Waktu memasak yang lama, sulit untuk
berkecambah (imbibiasi), menjadi penghambat enzim, phytates, faktor flatus dan
senyawa fenolik, yang harus dilepas atau dieliminasi untuk penggunaan yang
efektif Kekerasan kacang apapun menyebabkan lebih banyak waktu memasak,
lebih banyak energi serta kurang tersedianya nutrisi dari kacang itu Oleh karena
itu, perlu cari metode yang cocok untuk mengatasi rintangan ini dengan
mempelajari berbagai perawatan dengan biji ini (Maritimus, L. 2013).
Kemampuan benda tadi untuk menyerap air tersebut potensial matriks atau
potensial imbibisi dan prosesnya sering disebut hidrasi atau imbibisi. Zat organik
yang berbeda mempunyai kapasitas imbibisi yang berbeda pula. Protein
10
mempunyai kapasitas mengimbibisi air sangat tinggi, zat pati lebih kecil, dan yang
paling kecil sellulose. Hal ini mengapa biji yang mengandung banyak protein
mengembang lebih besar dalam imbibisi dari pada biji yang mengandung banyak
zat pati. Misalnya, biji kacang direndam dalam air maka dalam waktu kira
– kira 6 jam, biji kacang akan kelihatan mengembang. Ini disebabkan karena biji
kacang kemasukaan molekul – molekul air sampai mencapai kodisi yang kenyang
dimana tidak ada difisit air. Benda – benda yang dapat mengadakan imbibisi
dibedakan atas dua golongan, yaitu mengembang dengan terbatas dan
mengembang tak terbatas. Mengembang dengan terbatas artiya setelah mencapai
volume tertentu benda tersebut mengembang lagi bagian – bagian penyusun benda
itu tetap mempunyai ikatan satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi pada dinding
sel yang jika bersentuhan dengan air akan mengadakan imbibisi mengembang
secara terbatas. Mengembang tak terbatas artinya bagian yang menyusun benda
terlepas atau larut sehingga merupakan suatu koloid atau sol.
11
umumnya semakin tinggi suhunya, semakin tinggi juga kecepatan
imbibisinya.tekanan osmosis apabila tekanan difusi air pada medium luar lebih
tinggi dari pada tekanan difusi air ddalam imbibiban maka akan terjadi imbibisi.
Jadi tekanan osmosis akan berpengaruh terhadap kecepatan imbibisi pada waktu.
Sifat kulit biji dan jumlah air yang tersedia pada lingkungan sekitarnya
mempengaruhi penyerapan air oleh biji. pada saat perkecambahan, respirasi
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida, air dan Biji. pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan biji yang akan mengalami etiolasi. Temperatur optimum untuk
terjadinya biji tidak jauh berbeda dengan temperatur lingkungan tempat biji
dihasilkan. Tingkat kematangan biji dan faktor-faktor lual merupakan syarat
penting bagi perkecambahan. Selain itu enzim juga turut berpengaruh dalam
proses imbibisi (Wusono, Stela. 2015).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Difusi terjadi bila ada konsentrasi molekul yang tinggi di satu tempat dan
konsentrasi yang lebih rendah di tempat lain. Molekul bergerak dari daerah
yang konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, yaitu turunan gradien
konsentrasi.
2. Factor yang mempengaruhi difusi, diantaranya suhu dan zat yang berdifusi.
Dengan naiknya suhu, energy kinetic yang dimiliki oleh suatu zat menjadi
lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih cepat.
3. Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari
konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui
membran diferensial parmeabel.
4. Cepat lambatnya digusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: Perbedaan konsentrasi, Suhu (jika suhu semakin tinggi maka
tekanan osmosisnya akan naik), Tekanan, dan matrik atau bahan penyusun,
semakin pekat larutan maka tekanan osmosis akan semakin tinggi.
5. Plasmolisis merupakan peristiwa yang terjadi akibat adanya Osmosis,
dengan ini dapat di ketahui bahwa pada tanaman Sel sebagai sistem
osmotik.
6. Peran Osmosis dalam tanaman sangat penting untuk membantu proses
penyerapan air.
7. Imbibisi merupakan peristiwa di mana perpindahan molekul-molekul air di
dalam suatu zat lain lewat lubang pori yang cukup besar dan molekul-
molekul air itu menetap di dalam zat tersebut.
8. Faktor faktor yang mempengaruhi pada imbibisi yakni:
Suhu, Pada umumnya semakin tinggi suhunya, semakin tinggi juga
kecepatan imbibisinya. Tekanan osmosis Apabila tekanan difusi air pada
suatu medium luar itu lebih tinggi dari pada tekanan difusi air didalam
imbibisinya maka akan terjadi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anthara, I. Made S., dan Suartha, I. Nyoman. 2011. Homeostasis Cairan Tubuh
pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3 (1): 23-37. ISSN
2085-2495.
Arlita, M. A., Waluyo, Sri., dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi
terhadap Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang (Pachyrhizus erosus).
Jurnal Teknik Pertanian. Vol 2(1):85-94.
Baligar, V.C., and Duncan, R.R. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use.
London: Academic Press.
Chapin, F. Struat ., Matson, Pamela A., and Mooney, Harold A.. 2002. Principles
of Terrestrial Ecosystem Ecology. New York: Springer.
James, Joyce., Baker, Colin., dan Swain Helen. 2006. Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Kumar, Vinay., dan Lazarus, Bandana Peters. Biology for Class XI. New Delhi:
Tata Mc Graw Hill Education.
Maniam, MBS., dan Syulasmi, Ammi. 2006. Persiapan Ujian Nasional Biologi
Untuk SMA/MA. Bandung: Grafindo.
14
Maritimus, L. 2013. Hardness Phenomenon In Beach Pea (Lethyrus Maritimus
L.). Indones. J. Agric. Sci. Vol. 14 No. 1.
Path. 2013. Osmosis & Diffusion Learning Guide. United States of Amerika: New
Path Learning.
Robert, M.B.V., and King, T.J. 1987. Biology: A Functional Approach Students’
Manual Second Edition. China: United Kingdom.
Wiley, John., and Sons, Inc. Hoboken. 2015. Revers Osmosis. United States of
America: Scrivener Publishing.
Wirawan, Sang Kompiang. 2006. Studi Transfer Masa pada Proses Dehidrasi
Osmosis Kentang (Solanum tuberosum, L). Forum Teknik. Vol 30 (2): 99 –
105.
Wusono, Stela. 2015. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietania
mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Jagung.
Jurnal Agrologia. Vol.4 No 2.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum tubernosum
dan Doucus carota. Jurnal Biology Education. Vol 4 (1): 196 – 206.
15