LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN
TUMBUHAN (SPT) I TATA LETAK
DAUN (Phylotaxis)
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
TATA LETAK DAUN (Phylotaxis)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Adapun tujuan da ri praktikum kali ini adalah untuk
mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia) dan
membuat diagram tempat duduk daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tata Letak Daun (Phyllotaxis)
Daun terbentuk pada meristem apeks batang dideka t
bagian yang terujung. Pembentukan daun dimulai dengan
pembelahan perinklinal sekelompok se dibagian sisi meristem
apeks. Pe mbelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan
sel dibawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu
pembelahan dimulai dari sel lapis terluar dan beberapa lapis
dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsungmeristem a peks terus berkembang, sehingga
menjadi lebih tinggi. Sete lah mencapai tinggi te rtentu, disisi
lain terjadi pembelahan periklinal yang serupa. Perkembangan
kelompok sel tersebut membentuk tonjola n-tonjolan, ba kal
primodium da un. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti
pola tata letak daun (filotaksis) tumbuha n yang bersangkutan.
Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut biasanya
berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling
batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut
sempit(Sumeru, 2004).
Berdasarkan banyaknya daun pa da setiap buku
batang, filotaksis dapat dibedakan menja di 3 kelompok, yaitu
(Sumeru, 2004);
Pada setia p buku–buku hanya terdapat satu daun sa ja
Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya terdapat dua daun
yang berhadap-hadapan
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua
daun(Sumeru, 2004)
1. Pada tiap buku terdapat satu daun
Tersebar (folia sparsa) jika pada setiap buku
didapatka n satu daun. Tumbuhan dengan susunan diatas, da pat
terlihat berjejal seolah-olah terdapat ketinggian yang sama.
Kedudukan daun tersebut dinamakan roset (rasula) yang
disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut
sangat pendek. Roset dapa t dibedakan antara lain (Muzayyinah,
2008);
Roset akar, jika batang sangat pendek sehingga daun
meneglompok didekat permukaan tanah didekat akar. Contoh
pada tapak liman (Elephantopus scaber L.)
Roset batang, jika daun tersusun rapat pada ujung batang,
misa lnya pada tumbuhan kelapa (Cocus nuc ifera). Pada
tumbuhan berkayu yang me mpunyai dua macam percabangan,
tegak (ortotrop) dan datar (plagiotrop), seringkali pada suatu
tumbuhan dapat ditemukan filotaksis yang berbeda
(Muzayyinah, 2008).
2. Pada tiap buku terdapat dua daun
Berhadapan (folia oposita). Pada setiap buku terdapat
dua da un yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka ( Ixora
paludosa Kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk
sudut 90° dengan pasangan daun pada buku terdekat.
Kedudukan se macam ini sering disebut berhadapan bersilang
(folia oposita decussate) (Muzayyinah, 2008).
3. Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun.
Berka rang (folia verticilata), daun-daun pada karang
atau buku yang beraturan letaknya saling berseling misalnya
pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan dengan
tata letak daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan
rumus daunnya (Muzayyinah, 2008).
2.2 Daun Tersebar dan Fibonanc i
Apabila ba tang diandaikan sutu kerucut, maka pada
batang pada tata leta k daun tersebar dapat dibuat tiga garis
imajinasi (Tjitrosoepomo, 2007):
Garis melingkar mendatar yang dapat ditempatkan sebagai
buku tempat melekatnya daun
Garis penghubung antara suatu daun dengan puncak kerucut
yang sering disebut ortostik
Garis penghubung terdekat antara suatu daun pada suatu buku
dengan daun pada buku-buku berikutnya. Garis ini melingkar
sepiral da n dinamakan spiral genetic. Berdasarkan uraian diatas
kalau dimulai dari suatu da un (daun 0), kemudian membuat
garis penghubung antar daun 0 dengan daun pada buku-buku
terdekat berikutnya, ma ka garis ( spiral genetic) ini pada saat
memotong ortostik yang melalui daun 0 dapat menemukan
daun yang tepat di atas daun 0. Jika unuk me ncapai da un
yang tepat diatas daun 0 garis spiral genetic perlu melingkari
batang sebanyak a kali, dan dalam perjalan tersebut setelah
meninggalkan daun 0, ditemukan sejumlah b daun, maka dapat
disusun suatu pecahan . Pecahan tersebut dapat digunakan
untuk (Tjitrosoepomo, 2007):
1. Menegetahui berapa kali harus mengelilingi
batang (pembilang = a). Untuk mencapai daun
yang tepat diatas daun awal, dan dala m perjalan
tersebut ditemukan beberapa daun (penyebut = b)
2. Menetapkan besarnya sudut antara dua ratostik
yang beruruta n sudut divergensi.
Oleh karena itu pecahan tersebut dapat dinamakan rumus daun
tau divergensi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan Ga mbar Literatur
Http://www.ipteknet.com
Http://www.plantamor.com
Http://www.wikipedia.com
Http://www.e rn3.com
3. 1. 4 Da un Bunga Soka (Ixora paludosa)
Http://www.tanamanherbal.com
Http://www.texnatamu.com
3.1.6 Daun Bunga Oleander (Nerium oleander)
Http://www.bugenfilforum.com
3.2 Pembahasan
3.2.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)
Tempuyung (Soncus oleraceus L. ) memiliki bagian-
bagian daun sepe rti tangkai, helaian daun. Selain itu tempuyung
juga mempunyai alat tambahan berupa bunga. Tata letak daun
pada te mpuyung adalah pada tiap buku hanya terdapat satu daun
dan me rupakan jenis tata letak dauan roset akar.
Menurut Atiek Liestyaningsih (1991), tempuyung
memiliki nama lokal yang bervariasi, daun ini di kenal denga
nama jombang(jawa), rayana (sunda).pada hasil pengamatan
daun ini termasuk daun tunggal dan tidak memiliki ta ngkai.
Bangun daun memanjang, tepi daun bertoreh, pangka l daun
meruncing, ujung daun runcing, susunan tulang daun bersatu
dengan tulang cabang yang la in. Warna daun hijau, daging
daun tipis dan lunak, sehingga helai daun mudah layu. Daun ini
mudah di temukan pada tempat yang lembab atau yang lebih
dingin karena tanaman ini tidak memiliki persya ratan tumbuh
lainnya.
Menurut Tjitrosoepomo (2007), tempuyung tumbuh liar
di te mpat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit
terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah
terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan
yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang
banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna
tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih,
dengan a kar tunggang yang kuat. Batang berongga dan
berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada
pangka l membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau
lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi
menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm,
warnanya hijau muda. Da un yang keluar dari tangka i bunga
bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak
berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang
tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum,
warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah
kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang
sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada
keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut
lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m
disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasa nya pahit
bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.
3.2.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis)
Daun bunga sepatu (hibiscus rosasinensis) memiliki
bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun serta bagian
daun tunggalnya. Pada bunga sepatau juga terda pat alat
tambahan seperti bunga, dan tata letak daun bunga sepatu
adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak
daunnya berhadapan bersilang. Dan pada bunga sepatu ini
terdapat rumus daunnya yaitu x = . Karena daun ke 0 tegak lurus
dengan daun ke 5.
Menurut Rifai (1987), kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku
Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak
ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan
subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak
berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa
berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga
ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih
hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah
jambu.Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu
disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga
nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa
menyebutnya kembang worawari.
Menurut Sumeru (2004), bunga terdiri dari 5
helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak
tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis
kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau
lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk
silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang
bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah
berbentuk kapsul berbilik lima.Pada umumnya tinggi
tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat
telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung
daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah
kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di
daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas
hingga musim gugur.Bunga berbentuk terompet dengan
diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik
(pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa
mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke
samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak
menghasilkan buah.Tanam an berkembang biak dengan
cara stek, pencangkokan, dan penempelan.
Kembang sepatu banyak dijadikan tanaman hias
karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk
menyemir sepatu di India dan sebagai bunga
persembahan. Di Tiongkok , bunga yang berwarna merah
digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di
Indonesia, daun dan bunga digunakan dalam berbagai
pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang
dikeringkan juga diminum sebagai teh.Di Okinawa , Jepang
digunakan sebagai tanaman pagar. Di bagian selatan
Okinawa, tanaman ini disebut Gushōnu hana