Anda di halaman 1dari 1

biomukmin

KAMIS, 06 MARET 2014

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN
TUMBUHAN (SPT) I TATA LETAK
DAUN (Phylotaxis)

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
TATA LETAK DAUN (Phylotaxis)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Daun pada batang, mempunyai keteraturan


susunannya. Daun terdapat pada buku-buku batang. Daun juga
mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies tumbuhan.
Oleh karna itu tata letak daun sering dipe rgunakan sebagai
salah satu cirri pengenal bagi tumbuhan(Arief, 2007).
Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi
pene rimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata
letak daun ini juga dapat mencerminkan tata letak daun cabang
yang akan tumbuh dari tuna s-tunas ketiak. Untuk mempelajari
susunan daun pada batang (tata letak daun, filotaksis) perlu
diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada
setiap buku. Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan
daun daun pada buku atau buku- buku berikutnya. Bagaimana
hubungan antara suatu daun dengan daun tau daun-daun
diatasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan
buku-buku tempat daun melekat(Arief, 2007).
Jika kita membandingkan duduknya daun pada ba tang
berbagai jenis tumbuhan, ternya ta bahwa ada perbedaan,
terutama perbedaan itu mengenai aturan letak daun-daun satu
sama lain pada batang. Aturan mengenai letaknya daun inilah
yang dinamakan tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis
(semua pohon papaya dan dumana saja tumbuhannya). Akan
kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh sebab itu tat letak
daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal suatu
tumbuhan(Nugroho, 2006).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan da ri praktikum kali ini adalah untuk
mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia) dan
membuat diagram tempat duduk daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tata Letak Daun (Phyllotaxis)
Daun terbentuk pada meristem apeks batang dideka t
bagian yang terujung. Pembentukan daun dimulai dengan
pembelahan perinklinal sekelompok se dibagian sisi meristem
apeks. Pe mbelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan
sel dibawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu
pembelahan dimulai dari sel lapis terluar dan beberapa lapis
dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsungmeristem a peks terus berkembang, sehingga
menjadi lebih tinggi. Sete lah mencapai tinggi te rtentu, disisi
lain terjadi pembelahan periklinal yang serupa. Perkembangan
kelompok sel tersebut membentuk tonjola n-tonjolan, ba kal
primodium da un. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti
pola tata letak daun (filotaksis) tumbuha n yang bersangkutan.
Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut biasanya
berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling
batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut
sempit(Sumeru, 2004).
Berdasarkan banyaknya daun pa da setiap buku
batang, filotaksis dapat dibedakan menja di 3 kelompok, yaitu
(Sumeru, 2004);
Pada setia p buku–buku hanya terdapat satu daun sa ja
Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya terdapat dua daun
yang berhadap-hadapan
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua
daun(Sumeru, 2004)
1. Pada tiap buku terdapat satu daun
Tersebar (folia sparsa) jika pada setiap buku
didapatka n satu daun. Tumbuhan dengan susunan diatas, da pat
terlihat berjejal seolah-olah terdapat ketinggian yang sama.
Kedudukan daun tersebut dinamakan roset (rasula) yang
disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut
sangat pendek. Roset dapa t dibedakan antara lain (Muzayyinah,
2008);
Roset akar, jika batang sangat pendek sehingga daun
meneglompok didekat permukaan tanah didekat akar. Contoh
pada tapak liman (Elephantopus scaber L.)
Roset batang, jika daun tersusun rapat pada ujung batang,
misa lnya pada tumbuhan kelapa (Cocus nuc ifera). Pada
tumbuhan berkayu yang me mpunyai dua macam percabangan,
tegak (ortotrop) dan datar (plagiotrop), seringkali pada suatu
tumbuhan dapat ditemukan filotaksis yang berbeda
(Muzayyinah, 2008).
2. Pada tiap buku terdapat dua daun
Berhadapan (folia oposita). Pada setiap buku terdapat
dua da un yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka ( Ixora
paludosa Kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk
sudut 90° dengan pasangan daun pada buku terdekat.
Kedudukan se macam ini sering disebut berhadapan bersilang
(folia oposita decussate) (Muzayyinah, 2008).
3. Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun.
Berka rang (folia verticilata), daun-daun pada karang
atau buku yang beraturan letaknya saling berseling misalnya
pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan dengan
tata letak daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan
rumus daunnya (Muzayyinah, 2008).
2.2 Daun Tersebar dan Fibonanc i
Apabila ba tang diandaikan sutu kerucut, maka pada
batang pada tata leta k daun tersebar dapat dibuat tiga garis
imajinasi (Tjitrosoepomo, 2007):
Garis melingkar mendatar yang dapat ditempatkan sebagai
buku tempat melekatnya daun
Garis penghubung antara suatu daun dengan puncak kerucut
yang sering disebut ortostik
Garis penghubung terdekat antara suatu daun pada suatu buku
dengan daun pada buku-buku berikutnya. Garis ini melingkar
sepiral da n dinamakan spiral genetic. Berdasarkan uraian diatas
kalau dimulai dari suatu da un (daun 0), kemudian membuat
garis penghubung antar daun 0 dengan daun pada buku-buku
terdekat berikutnya, ma ka garis ( spiral genetic) ini pada saat
memotong ortostik yang melalui daun 0 dapat menemukan
daun yang tepat di atas daun 0. Jika unuk me ncapai da un
yang tepat diatas daun 0 garis spiral genetic perlu melingkari
batang sebanyak a kali, dan dalam perjalan tersebut setelah
meninggalkan daun 0, ditemukan sejumlah b daun, maka dapat
disusun suatu pecahan . Pecahan tersebut dapat digunakan
untuk (Tjitrosoepomo, 2007):
1. Menegetahui berapa kali harus mengelilingi
batang (pembilang = a). Untuk mencapai daun
yang tepat diatas daun awal, dan dala m perjalan
tersebut ditemukan beberapa daun (penyebut = b)
2. Menetapkan besarnya sudut antara dua ratostik
yang beruruta n sudut divergensi.
Oleh karena itu pecahan tersebut dapat dinamakan rumus daun
tau divergensi.

Dari penjela san diatas dapat dicontohkan keadaan


berikut. Jika ditemukan pecahan , maka pecahan tersebut dapat
memberikan penjelasan berikut (Tjitrosoepomo, 2007)
:
Untuk mencapai daun yang tepat diatas daun awal
diperlukan satu kali mengelilingi batang dan dalam
perjalanan menemukan dua daun
Sudut divergensi atau sudut pemisah antara dua ortostik
terdekat ialah = x 360° = 180° (Tjitrosoepomo, 2007).
Keadaan tersebut menggambarkan pula bahwa batang
tersebut mempunyai dua deret daun, atau dua ortostik. Tata letak
daun semacam ini disebut distik (pisang kipas = Ravenala
madagascariensis) (Tjitrosoepomo, 2007).
Pecahan menunjukkan : satu kali mengelilingi
batang, menjumpai tiga daun, tiga ortostik, sudut devergensi 120°.
Tata letak daun dengan susunan semacam ini disebut tristik.
Tata letak daun pada tumbuhan dengan artostik yang lebih
banyak biasanya disebut daun spiral atau daun tersebar.
Bagaimana mengenai angka pembilangnya. Hal tersebut dapat
dilihat pada susunan a tau deret berikut ;
. (Tjitrosoepomo, 2007).
2.3 Spirostik dan Parastik
Pada beberapa jenis tumbuhan pertumbuhan ruas-
ruas antara dua daun tidak simetris menyebabkan kedudukan
daun-daun pada satu artostik bergese r searah, sehingga tampak
daun-daun tersusun pada satu garis lengkung. Garis tersebut
dinamaka n spirostik. Berdasarkan jumlah spirostik dikenal tata
letak spirosmonostik (fa lia spiromonosticha) pada pac ing
(Costus sp), spirotristik (folio spirotristicha) pada pa ndan
(Pandanus sp) (Atiek Liestyaningsih, 1991).

Pada tumbuhan yang daunnya tersusun rapat, daun-


daun tampak tersusun pada garis-gari spiral kekiri dan
keka nan. Kedudukan daun semacam ini sulit ditentukan ortostik
dan spiral genetiknya. Garis penghubung daun-daun terdekat
keka nan dan kekiri disebut parastik. Jumlah parastik kesatu
arah berbeda dengan jumlah parastik kearah yang lain. Setiap
daun terdapat titik potongdari dua parastik yang berlawanan
arah tersebut. Jumlah dereta daun juga mnunjukkan deret
Fibonanci sebagai berikut (Atiek Liestyaningsih, 1991) ;
Ke satu arah (parastik panjang) : 1 2 3
5 8 13….dst
Kea rah lain (parasti pendek) : 2 3 5
8 13 21….dst
Filotaksis dinyatakan dengan menyebutkan banyaknya kedua
pangka t parastik tersebut, misalnya : 3 + 5 (Atiek Liestyaningsih,
1991).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan Ga mbar Literatur

Http://www.ipteknet.com

3.1.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)

Kete rangan berdasarkan Pengamatan :


Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun, telinga daun
Tata Letak daun : Roset akar
Alat tambahan : bunga
Rumus daun : tidak ada

Gambar Pengamatan Gambar Literatur Diagra m

Http://www.plantamor.com

3.1.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis)


Kete rangan berdasarkan pengamatan :
1. Bagian-bagian daun : tangkai daun, helaian daun,
tulang daun,
tepi daun, pangkal daun
2. Ta ta letak daun :
3. Alat tambahan : bunga
4. Rumus da un : x =

Gambar Pengamatan Gambar Literatur Diagram

Http://www.wikipedia.com

3.1. 3 Daun Kersen (Muntingia calabura)


Kete rangan berdasarkan pengamatan :
Bagian-bagian daun : tangkai daun, batang, stipula,
helaian daun
Tata letak daun : Te rsebar (folia sparsa)
Alat tambahan : bunga, buah
Rumus daun : x =

Gambar Pengamatan Ga mbar Literatur

Http://www.e rn3.com
3. 1. 4 Da un Bunga Soka (Ixora paludosa)

Kete rangan berdasarkan pengamatan :


Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun,
Tata letak daun : berhadapa n-bersilang (folia
oposita )
Alat tambahan : bunga,
Rumus daun : Tidak terdapat

Ga mbar Pengamatan Gambar Literatur

Http://www.tanamanherbal.com

3.1.5 Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)

Kete rangan berdasarkan pengamatan :


Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun
Tata letak daun : Be rhadapan-bersilang (folia
oposita )
Alat tambahan : bunga, buah
Rumus daun : tidak terdapat

Gambar Pengamatan Gambar Literatur

Http://www.texnatamu.com
3.1.6 Daun Bunga Oleander (Nerium oleander)

Kete rangan berdasarkan pengamatan :


Bagian-bagian daun : tangakai, helaian daun
Tata letak daun : berkarang (folia ferticillata)
Alat tambahan : bunga
Rumus daun : tidak terdapa t

Gambar Pengamatan Gambar Literatur Diagram

Http://www.bugenfilforum.com

3.1.7 Daun Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)


Kete rangan berdasarkan pengamatan :
Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun Tata
letak daun : Tersebar (folia sparsa)
Alat tambahan : bunga, duri
Rumus daun :x=

3.2 Pembahasan
3.2.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)
Tempuyung (Soncus oleraceus L. ) memiliki bagian-
bagian daun sepe rti tangkai, helaian daun. Selain itu tempuyung
juga mempunyai alat tambahan berupa bunga. Tata letak daun
pada te mpuyung adalah pada tiap buku hanya terdapat satu daun
dan me rupakan jenis tata letak dauan roset akar.
Menurut Atiek Liestyaningsih (1991), tempuyung
memiliki nama lokal yang bervariasi, daun ini di kenal denga
nama jombang(jawa), rayana (sunda).pada hasil pengamatan
daun ini termasuk daun tunggal dan tidak memiliki ta ngkai.
Bangun daun memanjang, tepi daun bertoreh, pangka l daun
meruncing, ujung daun runcing, susunan tulang daun bersatu
dengan tulang cabang yang la in. Warna daun hijau, daging
daun tipis dan lunak, sehingga helai daun mudah layu. Daun ini
mudah di temukan pada tempat yang lembab atau yang lebih
dingin karena tanaman ini tidak memiliki persya ratan tumbuh
lainnya.
Menurut Tjitrosoepomo (2007), tempuyung tumbuh liar
di te mpat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit
terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah
terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan
yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang
banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna
tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih,
dengan a kar tunggang yang kuat. Batang berongga dan
berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada
pangka l membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau
lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi
menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm,
warnanya hijau muda. Da un yang keluar dari tangka i bunga
bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak
berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang
tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum,
warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah
kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang
sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada
keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut
lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m
disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasa nya pahit
bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.
3.2.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis)
Daun bunga sepatu (hibiscus rosasinensis) memiliki
bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun serta bagian
daun tunggalnya. Pada bunga sepatau juga terda pat alat
tambahan seperti bunga, dan tata letak daun bunga sepatu
adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak
daunnya berhadapan bersilang. Dan pada bunga sepatu ini
terdapat rumus daunnya yaitu x = . Karena daun ke 0 tegak lurus
dengan daun ke 5.
Menurut Rifai (1987), kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku
Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak
ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan
subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak
berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa
berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga
ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih
hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah
jambu.Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu
disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga
nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa
menyebutnya kembang worawari.
Menurut Sumeru (2004), bunga terdiri dari 5
helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak
tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis
kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau
lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk
silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang
bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah
berbentuk kapsul berbilik lima.Pada umumnya tinggi
tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat
telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung
daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah
kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di
daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas
hingga musim gugur.Bunga berbentuk terompet dengan
diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik
(pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa
mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke
samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak
menghasilkan buah.Tanam an berkembang biak dengan
cara stek, pencangkokan, dan penempelan.
Kembang sepatu banyak dijadikan tanaman hias
karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk
menyemir sepatu di India dan sebagai bunga
persembahan. Di Tiongkok , bunga yang berwarna merah
digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di
Indonesia, daun dan bunga digunakan dalam berbagai
pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang
dikeringkan juga diminum sebagai teh.Di Okinawa , Jepang
digunakan sebagai tanaman pagar. Di bagian selatan
Okinawa, tanaman ini disebut Gushōnu hana

( 後 生 花 ? , bunga kehidupan sesudah mati) sehingga


banyak ditanam di makam (Sumeru, 2004).
3.2. 3 Daun Kersen (Muntingia calabura)
Daun kersen (Muntingia calabura) memiliki bagian-
bagian daun sepe rti, tangkai, helian daun dan juga bagian daun
seperti daun lainnya. Selain itu terdapat alat tambahan pada
kersen yaitu bunga dan bua h. Tata letak daun pada kersen
adalah pada tiap buku terdapat satu daun atau tata letak daun
tersebar. Pada kersen terdapat rumus daun yaitu x
= . Karena pada daun ke 0 tegak lurus dengan daun ke 2.
Menurut Arief (2007), kersen atau talok adalah
nama sejenis pohon dan buahnya yang kecil dan manis.
Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga
dinamai ceri (untuk buah bernama ceri yang lain, lihat
pada: ceri). Nama-nama lainnya di beberapa negara
adalah: datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), mât sâm
(Vietnam ); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang
(Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam
(Malaysia). Juga dikenal sebagai capulin blanco,
cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol ); Jamaican
cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris) dan
nama yang tidak tepat, Japanse kers (Belanda), yang lalu
dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia.
Nama ilmiahnya adalah Muntingia calabura L.
Perdu atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m,
meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan
terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang
tahun.Cabang-cabang mendatar, menggantung di
ujungnya; membentuk naungan yang rindang. Ranting-
ranting berambut halus bercampur dengan rambut
kelenjar; demikian pula daunnya. Daun- daun terletak
mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris , bundar
telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 ×
4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai
pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk
benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan
rontok, sementara sebelah lagi rudimenter . Bunga dalam
berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di
sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang;
berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi
dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus;
mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis,
gundul, lk. 1 cm. Benangsari berjumlah banyak, 10
sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol
keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi
buah menggant ung ke bawah, di bawah daun. Umumnya
hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya. Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir
sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan
akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai
putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima.
Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih
kekuningan; terbenam dalam daging dan sari buah yang
manis sekali (Arief, 2007).
3. 2. 4 Da un Bunga Soka (Ixora paludosa)
Daun bunga soka (Ixora paludosa) memiliki
bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan
bagian daun yang mulai dari ujung hingga pangkal daun
Alat tambahan pada bunga soka adalah bunga, dan tta
letak daun pada bunga sokayaitu pada tiap buku
terdapat dua daun sehingga tata letak daunnya adalah
berhadapan bersilang. Sedang untuk rumus daunya tidak
terdapat Karena bunga soka tidak dapat dihitung rumus
daunnya.
Menurut Nugroho (2006), daun dari bunga soka ialah
tunggal, seling berhadapan (folia opposita) lonjong, pangkal
meruncing,tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip.
Sehingga pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua
daunnya membentuk suatu silang dengan dua da un yang
dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan
berhadapan- bersilang (folia opposita).
3.2.5 Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
Da un mengkudu (Morinda citrifolia) memilki bagian
daun seperti tangkai, helaian daun dan juga bagian daun seperti
ujung, dan juga semua yang terletak pada daun hingga
pangka l. Alat tambahan pada daun mengkudu ini a dalah buah.
Dan tata letak daun pada mengkudu adalah pada tiap buku
terdapat dua daun sehingga tata letak daunnya berhadapan
bersilang.
Menurut Bangun (2002), zat nutrisi: secara
keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi
lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein,
viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada
buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang
terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat.
Berbagai je nis senya wa yang terkandung dalam mengkudu :
xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid,
arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylala nine, magnesium, dll.Terpenoid. Zat ini membantu
dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel- sel tubuh.Zat
anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung

Anda mungkin juga menyukai