Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN III

PEMISAHAN PIGMEN-PIGMEN DAUN

NAMA : WINDA AYU SYAFITRI

NIM : H41112268

HARI/TANGGAL : SELASA/19 NOVEMBER 2013

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : NUR FATRIS

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang

berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton)

ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini

akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,

seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya

organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri

fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin, 1975).

Tumbuhan tingkat tinggi mengandung dua macam klorofil yaitu klorofil a

dan klorofil b. Klorofil a adalah suatu senyawa kompleks antara magnsium

dengan porfirin yang mengandung cincin siklopentanon (cincin V). Keempat

atom nitrogennya dihubungkan secara ikatan. Koordinasi dengan ion Mg2+

membentuk senyawa kompleks planar yang mantap. Rantai sampingnya yang

bersifat hidrofob adalah suatu terpenoid alkohol dan fitol yang dihubungkan

secara ikatan ester dengan gugus propionat dari cincin IV. Klorofil b adalah

klorofil kedua yang terdapat pada tumbuhan hijau. Klorofil b juga terikat pada

protein didalam sel. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya bagian

merah dan ungu spektrum, cahaya hijau yang paling sedikit diserap maka apabila

cahaya putih menyinari struktur-struktur yang mengandung klorofil seperti

misalnya daun maka sinar hijau akan dikirimkan dan dipantulkan sehingga
strukturnya tampak berwarna hijau. Karoten termasuk ke dalam kromoplas yaitu

plastida yang berwarna dan mengandung pigmen selain klorofil (Khopkar, 1990).

Oleh karena itu kami akan melakukan percobaan ini agar lebih mengetahui

tentang pemisahan pigmen-pigmen pada daun.

I.2 Tujuan Percobaan

Melihat pemisahan pigmen-pigmen pada daun.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013,

pukul 14.00-17.00 WITA, di Laboratorium Herbarium, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar,

Sulawesi Selatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tumbuhan didapatkan bermacam-macam pigmen yang berperan

menyerap energi cahaya. Pigmen fotosintetis terdapat dalam kloroplas yang terdiri

dari klorofil a, b, santofil, karotenoid, bakterioklorofil pada bakteri. Pigmen ini

menyerap warna atau gelombang cahaya yang berbeda-beda. Masing-masing

menyerap maksimum pada gelombang cahaya tertentu. Pigmen umumnya

mempunyai penyerapan maksimum pada gelombang cahaya pendek dan juga

panjang. Untuk memaksimalkan penyerapan energi cahaya, maka pada kloroplas

terdapat kelompok pemanen cahaya yang disebut dengan antena yang terdiri dari

bermacam-macam pigmen, pigmen yang paling banyak pada kloroplas adalah

klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang berwarna hijau yang terdapat pada

kloroplast. Pigmen ini berguna untuk melangsungkan fotosintesis pada tumbuhan .

Aneka bentuk dan ukuran kloroplast ditemukan pada berbagai tumbuhan

(Salisbury and Ross, 1995).

Fotosintesis terjadi pada semua bagian berwarna hijau pada tumbuhan

karena mamiliki kloroplas, tetapi tempat utama berlangsungnya fotosintesis

adalah daun. Pigmen warna hijau yang terdapat pada kloroplas disebut dengan

klorofil dan dari zat inilah warna daun berasal. Klorofil menyerap energy cahaya

yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas untuk

menghasilkan energi (Campbell, 2002).


Kadar dari klorofil yang terkandung dalam suatu organ tumbuhan dapat

diukur dengan metoda spektrofotometer. Sel penutup pada lembaran daun yang

mengandung klorofil, didalam stroma pada sel tersebut akan berlangsung

fotosintesis yang akan menghasilkan karbohidrat (gula). Gula tersebut

menyebabkan potensial osmotik cairan sel yang menurun, potensial air juga akan

menurun, dengan peristiwa itu timbul tekanan turgor yang dapat menyebabkan

terbentuknya stroma (Kimball, 1988).

Klorofil sangat penting bagi tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis

dan menghasilkan energi. Untuk itu kita perlu mengetahui banyaknya klorofil

yang terdapat pada selembar daun dan kandungan dari klorofil itu sendiri. Oleh

karena itu, dilakukanlah praktikum mengenai pigmen fotosintetik ini dengan

menggunakan beberapa metoda. Klorofil merupakan pigmen kloroplast yang

terdapat dalam plastid. Plastid merupakan struktur khusus, diselimuti oleh system

membran rangkap ditemui hanya pada tumbuhan dan beberapa protista. Plastid

mengandung ONA dan ribosom yang terbenam (bersama membrane) dalam cair

yang disebut stroma (Salisbury dan Ross, 1995).

Sel penutup memiliki klorofil dalam selnya sehingga dengan bantuan

cahaya matahari dapat melakukan fotosintesis. Terlalu banyak sinar berpengaruh

beruk terhadap klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan pada sinar kuat akam

berkurang hijaunya dan daun yang kena sinar matahari langsung pada umumnya

berwarna hijau kekuningan. Salah satu cara untuk menentukan kadar klorofil daun

dengan metoda atau alat spektofotometer. Spektofotometer temasuk dalam analisa

kuantitatif yang di dasarkan pada sifat warna larutan yang terjadi, atau merupakan
salah satu pembagian kalorimetri. Disini dipakai alat spektrofotometer. Metoda ini

dapat digunakan apabila, sample yang di ukur harus berwarna, kestabilan warna

cukup lama, intensitas warna terjadi cukup tajam, warna larutan harus bebas dari

gangguan. Warna larutan yang terjadi berbanding lurus dengan kosentrasi larutan

(Khopkar, 1990).

Ada dua macam plastid berwarna, yaitu kloroplas yang mengandung

klorofil dan berbagai pigmen yang menyertainya dan kromoplast yang

mengandung pigmen lain (contohnya pigmen merah pada tomat) (Salisbury dan

Ross, 1995).

Klorofil akan memperlihatkan flouresensi berwarna merah yang berarti

warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah

tua pada cahaya yang dipantulkan. Pada proses fotosintesis banyak diperlukan

senyawa kimia yang penting dalam mengubah cahaya menjadi energi kimia pada

tumbuhan tingkat tinggi, adalah pigmen yang terdapat didalam kloroplas, melalui

pigmen inilah cahaya memulai proses fotosintesis. Pigmen tersebut dalam

kloroplas yaitu pada membran internal yang disebut tilakoid. Pigmen tersebut

adalah klorofil a, klorofil b, dan keratinoid (Sasmitamihardjo, 1990).

Klorofil terdapat didalam kloroplas yang merupakan pigmen yang aktif

didalam fotosintesis. Klorofi adalah molekul tetra-spiral yang dihubungkan aleh

atom Mg, yang berbrntuk oval yang terkandung dalamnya. Penyerapan yang

esensial oleh kloroplas didalam menbran tilakoid. Tiap-tiap foton dapat

mengelurakan electron kedalam klorofil, klorofil hijau akan menyerapa warna

yang panjang gelombangnya pendek, berenergi tinggi yang efektif dalam


fotosintesis. Penyerapan terhadap panjang gelombang relatif bervariasi dan dapat

diukur denan menggunakan spektrofotometer. Gambaran dari banyaknya

penyerapan dari fungsi panjang gelombang disebut dengan spectrum penyerapan

(Dwijoseputro, 1980).

Ada 6 tipe klorofil yaitu klorofil a, b, dan c, dorobium serta klorofil 650

dan 660. klorofil a dan b terdapat pada semua organisme yang melakukan

fotosintesis. Uluran kloroplas bervariasi pada setiap spesies, pada tanaman

tingakat tinggi diameter kloroplas antara 4-6 mm. Kloroplas pad sel polipoid lebih

besar dibandingkan tanaman yang selnya bukan polipoid. Perubahan bentuk dan

volume kloroplas dapat disebabkan oleh cahaya, keadaan yang gelap kloroplas

dapat direduksi dengan penambahan ATP (Devlin, 1975).

Warna hijau pada kloroplas disebabkan oleh adanya empat tipe utama

pigmen didalamnya yaitu klorofil a, dan klorofil b, berwarna hijau karena bnayak

menyerapa warna lembayung dan merah dan memancarkan sinar hijau, selain

klorofil da xantofil dan karoten. Benda-benda berwarna menyerap cahaya dengan

berbagai panjang gelombang sampai pada tingkat tertentu, dan warna yang timbul

pada warna tersebut adalah cahaya yang diserap paling sedikit. Pada proses

fotosintesis warna yang paling sedikit diserap adalah warnadengan cahaya hijau,

warna inilah tersebar dipantulkan oleh tumbuhan sehingga tampak warna hijau

(Sastamitamihardjo, 1990).

Untuk memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi teknik kromatografi merupakan

teknik yang banyak digunakan. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michael
Tswett, seorang ahli botani Rusia, pada tahun 1906. Kromatografi berasal dari

bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis.

Kromatografi merupakan metode pemisahan yang sederhana. Kromatografi

mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari

penyusunan cuplikan antara dua fasa, salah satu diantaranya bergerak secara

berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan

perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi,

kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan

kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan

dengan metode analitik (Anonim, 1995).

Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut

terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya

bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga

terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir.

Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang

disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat betindak

melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak

(Anonim, 1995).

Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak

dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas campuran yang

hendak dipisahkan atau sifat berkerabat zat yang dipisah. Kromatografi ada

bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis,

penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis (Anonim, 1995).


Kromatografi Kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana

sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh

kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara

dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara

kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik

yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut (Anonim, 1995).

Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran yang akan

dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong

kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah

kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung,

dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai

fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan

dipisahkan akan terlarut dari kertas). Pelarut bergerak melalui serat dari kertas

oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada

perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak

sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas

diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan

lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka

akan terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna

harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Yaitu dengan menggunakan suatu

pereaksi-pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua

dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka
perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang

paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap

permukaan pelarut, menggunakan harga Rf (Anonim, 1995).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, tabung reaksi, gelas kimia,

sumbat tabung, rak tabung, mortar, penumbuk, corong, gelas ukur, pipet skala,

batang pengaduk, gunting, pipet tetes dan kamera.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, daun tanaman miyana

Coleus sp., daun bayam Amaranthus sp., larutan aseton, kertas saring, kertas

kromatografi, larutan dietil eter, label dan kapas.

III.3 Prosedur Kerja

1. Menumbuk daun tanaman miyana Coleus sp. dan daun bayam Amaranthus sp.

masing-masing 3 lembar secara terpisah dengan mortar dan lumpang yang

terpisah sampai halus.

2. Menitikkan 5 tetes aseton ke dalam hasil gerusan.

3. Menyaring filtrat hasil gerusan menggunakan kertas saring.

4. Membuat eluen menggunakan larutan aseton dan larutan dietil eter.

5. Menitikkan 1 mL larutan aseton dan 9 mL larutan dietil eter ke dalam gelas

piala hingga membentuk larutan dengan perbandingan 1 mL aseton : 9 mL

dietil eter.

6. Menggunting 2 lembar kertas kromatografi hingga sesuai dengan tabung reaksi.


7. Mentotolkan filtrat daun miyana Coleus sp. dan filtrat daun bayam Amaranthus

sp. di kertas kromatografi secara terpisah.

8. Memasukkan larutan eluen ke dalam tabung reaksi hingga mencapai batas yang

ditentukan.

9. Memasukkan kertas kromatografi yang telah ditotolkan ke dalam tabung reaksi

yang telah berisi eluen, sesuaikan agar kertas tidak terendam dalam eluen.

10. Menutup tabung reaksi menggunakan sumbat tabung dan kapas.

11. Mengamati perubahan yang terjadi hingga terlihat noda mencapai batas atas

yang telah ditentukan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan

Eluen Nama Bahan Warna

Miyana Coleus sp. Hijau Muda


1 Aseton : 9 Dietil eter
Bayam Amaranthus sp. Hijau Tua

IV.2 Pembahasan

Menurut teori, semua tanaman hijau mengandung klorofil. Warna daun

berasal dari klorofil, yaitu pigmen wrna hijau yang terdapat di dalam kloroplas.

Warna hijau pada kloroplas disebabkan oleh adanya empat tipe utama pigmen

didalamnya yaitu klorofil a, dan klorofil b, berwarna hijau karena banyak

menyerap warna lembayung dan merah dan memancarkan sinar hijau, selain

klorofil juga terdapat xantofil dan karoten. Benda-benda berwarna menyerap

cahaya dengan berbagai panjang gelombang sampai pada tingkat tertentu, dan

warna yang timbul pada warna tersebut adalah cahaya yang diserap paling sedikit.

Pada proses fotosintesis warna yang paling sedikit diserap adalah warna dengan

cahaya hijau, warna inilah tersebar dipantulkan oleh tumbuhan sehingga tampak

warna hijau (Campbel dkk., 2002).

Dari data yang diperoleh, hasil totolan daun miyana Coleus sp. pada kertas

kromatografi menunjukkan adanya klorofil yang ditandai dengan warna hijau

muda setelah dibiarkan selama beberapa menit..


Hasil totolan daun bayam Amaranthus sp. pada kertas kromatografi

berwarna hijau tua stelah dibiarkan selama beberapa menit. Ini menunjukkan

bahwa klorofil hanya dapat larut pada aseton dan turunannya. Berbeda dengan air,

klorofil tidak dapat dapat larut dalam air karena air bersifat hidrofilik.

Jika dibandingkan warna totolan pada kertas kromaografi, pigmen klorofil

yang dikandung dalam daun bayam Amaranthus sp. lebih banyak dan warnanya

hijau tua karena pigmen klorofil lebih dominan dibanding pigmen lainnya.

Pigmen klorofil yang dikandung dalam daun miyana Coleus sp. lebih sedikit dan

warnanya hijau muda (pudar) karena pigmen klorofil yang dikandung lebih sedikit

dibanding pigmen anthoxianin yang lebih dominan, sedangkan Meskipun daun

miyana Coleus sp. berwarna ungu, namun tetap memiliki klorofil karena klorofil

membantu daun melakukan fotosintesis. Warna hijau klorofil pada daun miyana

ini tertutupi oleh pigmen antoxianin yang memberi warna ungu pada daun miyana

Coleus sp. tersebut.

Klorofil tidak larut dalam air, melainkan larut dalam etanol, methanol, eter,

aseton, bensol dan klorofrom. Untuk memisahkan klorofil a dan klorofil beserta

pigmen-pigmen lain karotin, xantofil, organ menggunakan suatu teknik

kromatografi.

Cara melakukannya, campuran yang akan dipisahkan

diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring

dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas

dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan

cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak
(jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan

terlarut dari kertas). Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler

dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak

dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak

yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari

bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas

dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat

sebagai pita atau noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi

dengan cara fisika dan kimia. Yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi-pereaksi

yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa-

senyawa. Bila daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu

mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling

mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan

pelarut, menggunakan harga Rf (Anonim, 1995).


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu, pigmen klorofil yang

dikandung dalam daun miyana Coleus sp. lebih sedikit dan warnanya hijau muda

(pudar) karena pigmen klorofil yang dikandung lebih sedikit dibanding pigmen

anthoxianin yang lebih dominan, sedangkan pigmen klorofil yang dikandung

dalam daun bayam Amaranthus sp. lebih banyak dan warnanya hijau tua karena

pigmen klorofil lebih dominan dibanding pigmen lainnya.

V.2 Saran

Sebaiknya, setiap kelompok melakukan percobaan ini agar lebih mengerti

jangan hanya dilakukan sekali.


LAMPIRAN

Gambar 1. Noda pada kertas kromatografi


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kol
o/Depkes RI. Diakses pada hari Selasa, tanggal 26 November 2013, pukul
08.30 WITA.

Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece., Michael L.C., 2002. Biologi Edisi 8, Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.

Devlin, R.M., 1975. Plant Phsiology, Third Edition, D. Van Nostrand. Company.
New York.

Dwijoseputro, D., 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Khopar, S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI. Press. Jakarta.

Kimball, J.W., 1988. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Salisbury and Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. ITB. Bandung.

Sasmitamiharjdo, D. Siregar., 1990. Dasar- dasar Fisiologi Tumbuhan. ITB.


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai