Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

‘TRANSLOKASI“
Dosen Pengampu : Erda Muhartati, S.Si, M.Si

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7:
1. NESYA ELVIRA YULIANI (160384205045)
2. NOVITA
3. DENISA

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Ucapan Puji dan syukur kepada ALLAH SWT. yang telah melimpahkan
karunia, rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat
beliau. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TRANSLOKASI”. Makalah ini di susun sebagai tugas mata kuliah Fisiologi
Tumbuhan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak akan berhasil dan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati
yang tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya dengan tangan terbuka dan hati lapang, penulis bersedia menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dalam rangka
memperluas wawasan dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi
para pembaca lainnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tanjungpinang, 21 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI………...……………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Pengertian Translokasi........................................................................................3

2.2 Jenis-jenis Translokasi........................................................................................4

2.3 Mekanisme Translokasi Melalui Xylem.............................................................9

2.4 Mekanisme Translokasi Melalui Floem...........................................................14

2.5 Mekanisme Pengangkutan Hasil Fotosintesis Pada Tumbuhan.......................18

BAB III PENUTUP........................................................................................................21

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................21

3.2 Saran.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan membutuhkan air sepanjang hidupnya. Setelah diserap akar, air

digunakan dalam semua reaksi kimia, mengangkut zat hara, membangun turgor,

dan akhirnya keluar dari daun sebagai uap atau air. Agar air tetap tersedia,

tumbuhan memiliki sistem transportasi air dan garam mineral yang terdapat di

dalam tubuh tumbuhan. Sistem transportasi pada makhluk hidup berperan penting

dalam mendistribusikan nutrisi yang telah diambil dari lingkungan menuju

seluiruh bagian tubuh makhluk hidup. Dengan terpenuhinya nutrisi di setiap

bagian tubuh makhluk hidup maka fungsi dari setiap bagian tubuh tersebut dapat

berjalan secara optimal.

Dalam proses transpotasi terjadi pembagian air, mineral dan hasil

fotosintesis kepada jaringan-jaringan yang membutuhkan. Peristiwa pembagian

ini dinamakan translokasi. Transport air dan hara terutama berlangsung via xilem,

dari akar ke daun (tajuk), sedangkan transport fotosintat terjadi dalam pembuluh

floem, buktinya :

1. Pergeratan kulit batang tidak berpengaruh langsung terhadap transport air,

namun gula akan terakumulasi di atas sayatan dan jaringan membengkak,

sedangkan jaringan di bawah sayatan akan mati.

2. Aplikasi 14C02 atau 14C-sukrosa, kemudian visualisasi radioktif menunjukkan

bahwa fotosintat bergerak melalui pembuluh floem.

Dalam tumbuhan tingkat tinggi, sistem pembuluh mempunyai peranan

utama dalam transport zat-zat dari satu jaringan atau organ ke jaringan lain..
Adanya pembagian tugas (missal fotosintesis) dan akar untuk absorbs air dan

mineral, bergantung pada sistem pembuluh sebagai penghubung yang

menghantarkan hasil-hasil fotosintesis ke akar, dan air serta hara mineral ke daun

(Heriyanto, dkk., 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang


diajukan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan translokasi zat ?


b. Apa jenis-jenis translokasi zat pada tumbuhan ?
c. Bagaimanakah mekanisme translokasi melalui xylem ?
d. Bagaimanakah mekanisme translokasi melalui floem ?
e. Bagaimanakah mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis pada tumbuhan ?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengertian translokasi zat pada tumbuhan.


b. Mengetahui jenis-jenis translokasi.
c. Memahami mekanisme translokasi melalui xylem.
d. Memahami mekanisme translokasi melalui floem.
e. Memahami mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis pada tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Translokasi

Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengangkutan zat-

zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misalnya

ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan

melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misalnya

spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan oleh pembuluh pengangkut yang

terdiri dari pembuluh kayu (xylem) dan pembuluh tapis (floem) (Lakitan, 2010).

Berdasarkan jalur yang ditempuh air dan garam mineral yang masuk ke

akar, pengangkutan air dan garam mineral dibedakan menjadi simplas dan

apoplas. Simplas adalah bergeraknya air dan mineral lewat jalur dalam sel, yaitu

sitoplasma sel dengan jalan menembus membran plasma. Sedangkan apoplas

adalah bergeraknya air lewat jalur luar sel atau lewat dinding-dinding sel (Lakitan,

2010).

Senyawa karbon hasil fotosintesis di daun didistribusikan ke seluruh bagian

tanaman melalui jaringan pembuluh khusus yang disebut FLOEM. Proses ini

disebut translokasi fotosintat. Jika pergerakan air dan hara via pembuluh xilem

dipicu oleh tekanan negatif (tegangan) sepanjang lintasan, translokasi via floem

dipicu oleh tekanan hidrostatik positif. Senyawa organik seperti gula, asam amino,

beberapa hormon, dan bahkan mRNA ditransport dalam floem melalui tabung

tapis. Senyawa utama yang ditranslokasikan dalam floem adalah sukrosa.


Tabel 1. Adapun perbedaan transport via floem dengan transport via xilem:
NO FLOEM XILEM
1 Berlangsung melalui sel-sel Berlangsung melalui sel-sel mati
hidup
2 Untuk transport senyawa Untuk transport air dan hara
organik (anorganik).
3 Pergerakan dua arah Pergerakannya searah
4 Lambat/ laju aliran maksimum Cepat/laju aliran maksimum 15
1 m/jam m/jam

Fungsi floem adalah sebagai jaringan translokasi bahan organik yang

terutama berisi karbohidrat. Crafts dan Lorenz (1994) mendapatkan persentase

nitrogen (dalam bentuk protein) sebesar 45%. Sebenarnya gula yang menjadi

linarut terbesar yang ditranslokasikan dalam cairan floem. Diantara gula ini,

sukrosa yang paling banyak jumlahnya. Gula lain seperti gula rafinosa : glukosa,

rafinosa, stakiosa, dan fruktosa juga ada pada gula alcohol: manitol, sorbitol,

galaktitol, serta mio-inositol.

2.2 Jenis-jenis Translokasi

Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua macam cara pengangkutan air

dan garam mineral yang diperoleh dari tanah yaitu secara ekstravaskuler dan

intravaskuler.

a. Transportasi Ekstravaskuler

Dalam proses pengangkutan, tumbuhan dapat menyerap air dari tanah ke

dalam tubuh melewati satu sel ke sel lain secara horizontal. Proses demikian

dinamakan pengangkutan ekstravaskuler. Maksudnya, pengangkut an air di mulai

dengan penyerapan oleh bulu akar, kemudian masuk menuju sel-sel epidermis.

Dari sel epidermis, air menuju korteks, dan diteruskan ke sel-sel endodermis.


Akhirnya, air masuk ke stele. Dari korteks, air didistribusikan menuju sel-sel

untuk proses metabolisme tubuh. Untuk melakukan transportasi ekstravaskuler,

tumbuhan dapat menempuhnya melalui dua cara, yakni secara simplas dan

aploplas.

1) Transportasi/lintasan aploplas adalah menyusupnya air tanah secara bebas

atau transpor pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan seperti

dinding sel dan ruang antar sel. Air melalui jalur ini tidak dapat sampai ke

xylem karena terhalang oleh bagian endodermis yang memiliki penebalan

dinding sel yang disebut pita kaspari. Untuk menembus halangan ini, air

harus dipompa agar dapat melalui sel-sel endodermis. Pergerakan air

tersebut akhirnya menjadi jalur simplas karena melalui sel-sel peresap (sel-

sel penerus).

2) transportasi/ lintasan simplas adalah bergeraknya air dan garam mineral

menembus bagian hidup dari sel tumbuhan seperti sitoplasma dan vakoula

melalui plasmodesma. Plasmodesma adalah saluran yang

menghubungkan protoplasma suatu sel dengan protoplasma sel lainnya.

Pada jalur simplas, air dapat mencapai xylem bahkan silinder pusat.

Air dan zat terlarut diserap bulu akar menuju sel-sel parenkim korteks yang

berlapis-lapis. Lalu, air dan zat terlarut tersebut bergerak menuju sel-sel

endodermis dan dilanjutkan ke sel-sel periskel. Akhirnya, air dan zat terlarut

menuju berkas pembuluh xilem. Secara intravaskuler, air dan zat terlarut tersebut

diangkut oleh xilem. Sebenarnya ada perbedaan antara pengangkutan zat

terlarut dengan pengangkutan air. Tumbuhan menyerap zat terlarut


melawan gradien konsentrasi. Maksudnya, zat terlarut tersebut dibawa

tumbuhan bergerak dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi

melalui transpor aktif (Mawarni, 2010).

b. Transportasi Intravaskuler

Pengangkutan intravaskuler berbeda dengan pengangkutan ekstravaskuler.

Istilah intravaskuler berasal dari kata intra yang berarti ‘‘dalam’’, dan vaskuler

yang berarti ‘‘pembuluh’’. Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan air

dan zat terlarut yang terjadi dalam berkas pembuluh xilem dan floem secara

vertikal. Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air dan zat terlarut oleh xilem

dari menuju daun oleh xilem. Sebaliknya, pengangkutan zat makanan diangkut

dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan dilakukan oleh floem.

Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan diawali dengan

penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut mengalir menuju

epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir menuju korteks dan

diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan zat terlarut masuk ke berkas

pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan zat terlarut diteruskan menuju xilem

batang hingga xilem daun. Di dalam xilem daun, zat-zat yang berguna masuk ke

parenkim mesofil daun sebagai bahan proses fotosintesis (Mawarni, 2010).

Proses fotosintesis menghasilkan glukosa dan oksigen. Glukosa diangkut

pembuluh floem menuju seluruh jaringan tubuh. Oksigen dikeluarkan tumbuhan

lewat stomata daun. Sementara air sisa metabolisme dikeluarkan lewat proses

transpirasi. Kecepatan pengangkutan zat pada tumbuhan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yakni kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air


tanah.  Semakin tinggi kelembaban udara di sekitar tumbuhan, maka difusi yang

terjadi di dalam tumbuhan berlangsung lambat. Sebaliknya, semakin rendah

kelembaban udara lingkungan, difusi di dalam tumbuhan akan semakin cepat

(Salisbury, dkk., 1995)

Semakin tinggi suhu lingkungan di sekitar tumbuhan dan intensitas cahaya yang

meningkat serta angin yang semakin kencang, maka laju transpirasi tumbuhan

akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, suhu lingkungan, intensitas cahaya,

dan angin yang semakin besar mengakibatkan proses pengangkutan zat

berlangsung lambat. Semakin banyak kandungan air di dalam tanah, maka

potensial air semakin tinggi. Akibatnya, proses transportasi zat pada xilem dan

laju transpirasi semakin meningkat (Salisbury, dkk., 1995).

2.3 Mekanisme Translokasi Melalui Xylem

Selain berfungsi utama dalam pengangkutan air, xylem juga berperan

dalam pengokohan serta kadang-kadang dalam penyimpanan cadangan makanan.

Sebab itu xylem terdiri dari beberapa sel yang bentuknya berbeda menurut

fungsinya, namun tetap mmeiliki asal yang sama. unsur trakeal merupakan sel

xylem yang paling tinggi spesialisasinya, dan bertugas dalam pengangkutan air

beserta zat yang terlarut didalamnya. Selnya memanjang dan pada waktu bertugas

tidak memiliki protoplasma, jadi merupakan sel mati. Dinding berlignin dan

terdapat penebalan sekunder dengan macam-macam noktah.

Unsur trakeal terdiri dari dua mcam sel trakeal, yakni trakeid dan

komponenen trakea. Trakeid adalah sel panjang dengan ujung yang runcing.

Trakea juga disebut pembuluh kayu dan terdiri dari deretan sel yang tersusun
memanjang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya. Perbedaan utama

antara kedua macam sel itu adalah bahwa trakeid merupakan sel yang ujungnya

runcing tanpa lubang, sedangkan sel komponen trakes memiliki lubang, biasanya

pada kedua dinding ujungnya. Lubang itu kadang-kadang terdapat pula pada

dinding lateralnya.

Berbagai teori telah dikemukakan untuk menerangkan mekanisme yang

terlibat dalam gerakan air keatas. Beberapa peneliti menganggap bahwa sel-sel

hidup secara aktif nebaikan air keatas semnetara peneiti yang lain menerangkan

bahwa mekanisme itu semata-mata proses fisika dan terlepas dari aktivitas

kehidupan. Ada beberapa teori yang menerangkan transport air dan mineral dari

bawah dan keatas dalam tumbuhan oleh xylem: teori kapilaritas, teori tekanan

akar, dan teori dixon-joly (Hadi, tpth).

a. Teori Kapilaritas

Sebuah tabung dengan ukuran garis tengah yang kecil ditempatkan ditempat

air, maka air akan naik dengan sendirinya kedalam tabung. Semakin sempit

ukuran tabung, maka akan semakin tingi kenaikannya. Hal ini yang disebut

dengan kapilaritas. Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xilem), terjadi

karena pembuluh kayu (xilem) tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler.

Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xilem mengikuti prinsip kapilaritas.

Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara molekul air dengan air

dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xilem. Baik kohesi

maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari akal sampai ke

daun secara bersambungan (Salisbury, dkk., 1995)


Gambar 1. demonstrasi kapilaritas

b. Teori Tekanan Akar

Teori ini mengatakan bahwa tekanan akar terjadi karena tekanan

hidrostatistik yang timbul danlam sistem perakaran. Tekanan hidrostatistik timbul

didalam akar karena akumulasi air yang diserap. Asal mula dari tekanan akar,

terletak pada perbedaan konsentrasi air tanah dan cairan di dalam xylem. Cairan

dalam xylem bersifat hipertonik terhadap air tanah, karena adanya sedikit gula

yang terlarut didalamnya.

Secara teoritis, air ber-osmosis masuk dari bulu akar menuju xylem. Bila air

masuk kedalam setiap sel,korteks, akan menjadikan sel tersebut hipertonik

terhadap isi sel berikutnya. Jadi, air akan bergerak menuju xylem dengan jalan

osmose dari sel ke sel. Masuknya air kedalam xylem yang terisi cairan akan

mengakibatkan suatu tekanan, yang kemudian dapat mengalirkan cairan ke atas

(Mawarni, 2010).
Gambar 2. Demonstrasi tekanan akar

c. Teori Daxon-Joly

Teori Dixon-Joly menyatakan bahwa naiknya air ke atas disebabkan tarikan

dari atas, yaitu daun yang melakukan transpirasi (penguapan). Transpirasi di daun

mengakibatkan konsentrasi molekul air di daun berkurang. Kekurangan ini akan

segera diisi oleh molekul air dibawahnya. Dengan demikian terjadi gerakan

molekul air dan akar ke daun. Meskipun ada beberapa teori tentang pengangkutan

air dan garam mineral di dalam tumbuhan, pada intinya proses yang berperan

penting dalam pengangkutan air adalah osmosis, difusi, dan transport aktif. Secara

garis besar, pengangkutan air dan garam mineral dari dalam tanah sampai ke

tubuh tumbuhan melalui lintasan berikut. Rambut akar - Epidermis - Korteks -

Endodermis - Xilem Akar - Xilem Batang - Xilem Daun - Parenkima Mesofil

Daun (Mawarni, 2010).


Gambar 3. Demonstrasi teori Dixon-Joly

2.4 Mekanisme Translokasi Melalui Floem

Floem mengangkut zat- zat makanan yang disintesis di daun menuju seluruh

bagian tumbuhan. Ada saatnya, zat- zat dalam floem dan xylem yang

bersebelahan mengalir kearah yang berlawanan, meskipun tidak selamanya

demikian. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari batang

pohon (trunk) atau batang tumbuhan, aliran floem pada umumnya mengarang ke

batang dan akar. Berbagai zat bergerak sepanjang protoplasma floem, tetapi yang

paling banyak biasanya adalah sukrosa. Tidak seperti xylem, sel- sel floem tetap

hidup saat melaksanakan fungsi transpornya. Model pengangkutan floem yang

dipakai sekarang berdasarkan model yang di kemukakan oleh E. Munch di Jerman

tahun 1926, yang di kenal dengan Hipotesis Aliran Tekanan Munch (Munch’s

pressure flow hypothesis).

Pengangkutan melalui floem dianalogikan dengan model Munch dengan

menggunakan 2 osmometer. Osmometer pertama diasosiasikan dengan daun

(sebagai sumber) dan osmometer kedua diasosiasikan denngan organ-organ

penerima (sebagai limbung, misalnya buah, jaringan meristem dan

akar).  Perbedaan antara model osmometer dan pengangkutan floem terletak pada

sumber dan limbungnya. Pada daun, bahan terlarut yang telah terangkut segera
ditambahkan kembali dari hasil fotosintesis, dan bahan terlarut yang telah sampai

ke limbunng akan dikeluarkan dari pembuluh floem dimanfaatkan untuk

pertumbuhan atau ditimbun di organ penampung, misalnya dalam bentuk pati atau

lemak.  Larutan pada model osmometer setara dengan bagian apoplas tanaman,

yakni dinding sel dan pembuluh xilem.

Pada dasarnya, ada dua tipe sel floem, yaitu sel tapis (sieve cell) dan sel

tetangga atau sel penyerta (companion cell). Sebuah kolom panjang sel- sel tapis.

Terkadang disebut tabung tapis (sieve tube), dibentuk oleh sel- sel tapis yang

ujung- ujungnya saling terhubung. Dinding- dinding sel ujung berpori- pori,

sehingga ada hubungan protoplasmic dari satu sel tapis dengan sel tapis lain yang

terletak vertical di atas atau di bawahnya. Dinding yang berlubang- lubang itu

disebut lempeng tapis (sieve plate). Terdapat pula pori- pori di bagian samping

sel- sel tapis. Susunan sel- sel tapis menjadi tabung tapis yang panjang

menyebabkan adanya jaringan protoplasmic yang sambung- menyambung dalam

floem (Mawarni, 2010).

Tepat di sebelah sel- sel tapis adalah sel- sel parenkima yang berdinding

tipis dan sangat terspesialisasi, yang dinamakan sel penyerta. Sel- sel tapis

biasanya kehilangan nucleus dan banyak organelnya saat dewasa, tetapi

sitoplasma yang menghantarkan zat- zat tetap ada. Sel- sel penyerta tetap utuh

sepenuhnya sepanjang hidupnya, dan barangkali menyediakan control- control

nucleus bagi sel tapis. ATP yang diperlukan bagi fungsi- fungsi dalam sel tapis

juga mungkin berasal dari sel penyerta, yang dapat dianggap sebagai perawat

apparatus floem (Mawarni, 2010).


Terdapat sejumlah bukti bahwa saat ada cedera, pori- pori di lempeng tapis

tersegel sebagian. Terdapat suatu lendir yang berasal dari zat berprotein, protein

floem (P protein), dalam sel- sel tapis yang mungkin berperan dalam proses

penyegelan. Hal itu analog dengan penyegelan kompartemen pada lambung kapal

untuk mencegah masuknya air. Suatu polisakarida yang disebut kalosa mungkin

juga berfungsi dalam penyegelan lempeng tapis (Lakitan, 2010).

Sukrosa, fruktosa, dan asam amino, biasanya bergerak dari daun menuju

batang dan akar tumbuhan melalui tabung tapis floem dalam suatu proses yang

dikenal sebagai translokasi. Mekanisme- mekanisme yang terlibat dalam transport

itu belum sepenuhnya dipahami. Pada bagian tertentu dari tumbuhan, arah aliran

translokasi pun tak selalu sama (Lakitan, 2010).

Bagian- bagian tumbuhan yang mengandung nutrien organic berkadar tinggi

cenderung mengekspor zat- zat tersebut, dan dianggap sebagai sumber (source)

zat- zat itu. Organ- organ tumbuhan yang miskin akan nutrient organic cenderung

mengimpor zat- zat tersebut, dan dianggap sebagai wadah pembuangan (sink) bai

zat- zat tersebut. Salah satu interpretasi translokasi dengan perspektif source-to-

sink memusatkan perhatian pada teori aliran tekanan (pressure flow theory).

Menurut pandangan ini, konsentrasi yang tinggi dari gula atau zat terlarut lainnya

dalam suatu kompartemen sumber menyebabkan pergerakan air menuju

kompartemen tersebut melalui osmosis (Haruna, dkk., 2012).

Hal itu meninggikan tekanan kompartemen tersebut, dan mendorong zat cair

beserta zat- zat terlarut menuju kompartemen bersebelahan yang tidak

mengandung zat terlarut dalam konsentrasi tinggi. Saat zat terlarut memasuki
kompartemen kedua, zat terlarut pun akan menarik air dari daerah- daerah

disekitar sel. Karenanya, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik, yang akan

mendorong air dan zat terlarut menuju kompartemen ketiga. Dengan demikian, zat

terlarut terus menginduksi peningkatan tekanan yang akan mendorong zat cair dan

zat- zat terlarut dari sumber awal menuju waddah pembuangan. Terdapat suatu

graddien sukrosa di sepanjang floem, dan air menggerakkan zat- zat terlarut

sepanjang tabung tapis yang sambung menyambung. Keseluruhan proses itu

sebenarnya sangat kompleks, dan dalam beberapa kasus, mungkin transport aktif

melalui membrane sel- sel tapis juga berperan serta. Mekanisme transportasi

dalam floem, ada beberapa hipotesa yang diajukan oleh para ahli, antara lain:

a. Hipotesa aliran massa atau aliran tekanan

Teori aliran massa (tekanan) oleh Erns Munch, 1926 Translokasi terjadi

karena adanya perbedaan tekanan osmosis yang terjadi didalam pembuluh floem

antar organ yaitu daun, batang dan akar. Peningkatan kadar gula didalam floem

daun akan meningkatkan tekanan osmosis daun, sehingga larutan (hasil

fotosintesis) akan mengalir dari daun menuju ke akar.

b. Pengaliran Sitoplasma atau Siklosis

Translokasi dapat terjadi karena adanya aliran sitoplasma di dalam sel-sel

melalui plasmodesmata. Adanya plasmodesmata memungkinkan pengangkutan

hasil fotosintesis secara difusi dari satu sel ke sel lain.

2.5 Mekanisme Pengangkutan Hasil Fotosintesis Pada Tumbuhan

Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan

translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau


organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya.

Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh

bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis) (Haryati, dkk., 2012).

Jaringan floem mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organ-

organ tumbuhan yang berwarna hijau, terutama daun, ke bagian-bagian lain dalam

tumbuhan. Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sel tapis

(sieve tube sel), dan transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan

melalui difusi dan juga transport aktif dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu,

makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang

sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang (Heriyanto,

dkk., 2016).

Salah satu jaringan pengangkut pada tumbuhan adalah pembuluh tapis

(floem). Pada prinsipnya floem merupakan jaringan parenkim. Floem tersusun

atas beberapa tipe sel yang berbeda yaitu pembuluh tapis, sel pengiring, parenkim,

serabut, dan sklerenkim. Floem merupakan bagian dari kulit kayu. Unsur

penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate)

berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang

serupa dengan pipa. Dengan bentuk seperti ini, pembuluh tapis dapat menyalurkan

gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian

tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu terdapat serabut floem atau serat yang

mengandung lignin. Serabut-serabut ini dapat digunakan sebagai tali dan tekstil,

misalnya rami (Boehmeria nivea), linen (Linum usitatissimum), dan jute

(Corchorus capsularis). Dalam floem terjadi translokasi fotosintat. Translokasi


adalah perpindahan bahan terlarut yang dapat terjadi di seluruh bagian tumbuhan

(Haryati, dkk., 2012).

Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama

sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam

amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang

berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh floem dapat

berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil

fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya. Satu pembuluh tapis

dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah

sementara cairan di dalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir

dengan arah yang berlainan. Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah

transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan

makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut (Heriyanto, dkk., 2016).


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami susun, dalam proses transpotasi terjadi

pembagian air, mineral dan hasil fotosintesis kepada jaringan-jaringan yang

membutuhkan. Peristiwa pembagian ini dinamakan translokasi. Transport air dan

hara terutama berlangsung via xilem, dari akar ke daun (tajuk), sedangkan

transport fotosintat terjadi dalam pembuluh floem. Maka dapat disimpulkan

bahwa:

a. Translokasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat

keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah,

penyerapan air dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh

bagian tubuh.

b. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh

pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem. Proses pengangkutan air dan

garam mineral ada 2 yaitu pengangkutan ekstravaskular dan pengangkutan

intravaskular.

c. Mekanisme translokasi melalui xylem terdiri atas teori kapilaritas, teori

tekanan akar dan teori Daxon-Joly.

d. Mekanisme translokasi melalui floem terdiri atas aliran masa dan pengaliran

sitoplasma atau siklosis.


3.2 Saran
Demikian pembuatan makalah fisiologi tumbuhan tentang materi

Translokasi zat pada tumbuhan, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, S. tpth. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UMM Press

Haruna, E. T., Isa, I., & Suleman, N. 2012. Fitoremediasi Pada Media Tanah yang
Mengandung Cu dengan Tanaman Kangkung Darat. Sainstek, 6 (06)

Haryati, M., Purnomo, T., & Kuntjoro, S. 2012. Kemampuan tanaman genjer
(Limnocharis Flava (L.) Buch.) menyerap logam berat timbal (Pb) limbah
cair kertas pada biomassa dan waktu pemaparan yang berbeda. Lateral Bio,
1(3)

Heriyanto, N. M., & Subiandono, E. 2016. Penyerapan Polutan Logam Berat (Hg,
Pb dan Cu) oleh Jenis-Jenis Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, 8(2), 177-188.

Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Mawarni, L. 2010. Absorbsi dan Translokasi Unsur Hara Kuliah


Fisiologi Tumbuhan. Medan: Fakultas Pertanian USU

Salisbury, Frank B, dan Cleon, W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.


Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai