Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

(Proses Penyerapan Air Pada Tumbuhan Dan Proses Transpirasi)

Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan


Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih, M.Si

Disusun oleh :

Luh Putu Sathya Dewi ( 2013041006 )

Ni Luh Arik Setiawati ( 2013041009 )

Pande Putu Tresna Upadesi ( 2013041015 )

3A Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah beserta dibarengi dengan usaha dari
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah fisiologi tumbuhan ini tepat pada
waktunya.

Ada pun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah fisiologi tumbuhan
ini adalah untuk mengkaji dan megetahui proses penyerapan air pada tumbuhan dan
proses transpirasi.

Dalam kesempatan ini, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Harapan yang kami inginkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan maupun
kekurangan, kami berharap kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.

Singaraja, 3 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1
1.3 TUJUAN .................................................................................................. 1
1.4 MANFAAT .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 PERGERAKAN AIR DALAM TUMBUHAN ......................................... 2
2.2 PROSES MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA SEBAGAI
PENGATURAN AIR ........................................................................................ 6
2.3 PENGERTIAN TRANSPIRASI DAN FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI
TRANSPIRASI ................................................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP............................................................................................................. 15
3.2 SARAN ....................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tumbuhan dalam proses pertumbuhannya akan menyerap air dan unsur hara.
Air diperlukan dalam jumlah besar karena air merupakan bagian terbesar dalam
tubuh tumbuhan yang sedang aktif melakukan metabolisme. Air diperlukan sebagai
alat transpor dalam pemindahan unsur hara. Selain itu, air juga digunakan untuk
mendinginkan permukaan daun pada suhu yang relatif panas dengan cara difusi dari
rongga antarsel parenkim bunga karang ke atmosfer melalui stomata. Peristiwa ini
lazim dikenal dengan transpirasi. Transpirasi terkait dengan pembukaan stoma,
letak stoma, ukuran stoma, dan kerapatan stoma per satuan luas daun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.1.1 Bagaimanakah pergerakan air dalam tumbuhan?
1.1.2 Bagimanakah proses membuka dan menutupnya stomata sebagai
pengaturan air?
1.1.3 Apakah pengertian dari transpirasi?
1.1.4 Sebutkanlah faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
transpirasi?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pergerakan air dalam tumbuhan
1.3.2 Untuk mengetahui proses membuka dan menutupnya stomata sebagai
pengaturan air
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian dari transpirasi
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
transpirasi
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari pembelajaran ini yaitu memberikan informasi mengenai
proses penyerapan air pada tumbuhan dan proses transpirasi. Mulai dari pergerakan
air dalam tumbuhan, proses membuka dan menutupnya stomata sebagai pengaturan
air, serta pengertian trasnpirasi dan faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi transpirasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERGERAKAN AIR DALAM TUMBUHAN


Pergerakan air di dalam tumbuhan murni terjadi karena karakteristik fisik dari
jaringan tumbuhan.

(1) Pergerakan Air Masuk ke Dalam Akar Tumbuhan


Air bergerak di dalam jaringan karena adanya perbedaan (gradien) tekanan, baik
gradien potensial air, gradien tekanan hidrostatik, maupun karena gradien tekanan
uap. Di dalam sel-sel akar, air harus masuk mulai dari sel-sel epidermis akar,
melewati korteks akar hingga ke jaringan pembuluh (xilem akar).

Gambar 1. Jalur masuknya air ke dalam jaringan akar tumbuhan

Pergerakan air dari tanah ke dalam akar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu :
 Lintasan apoplas : air masuk melalui ruang-ruang antarsel
 Lintasan simplas : air masuk ke dalam sel epidermis akar, kemudian bergerak
dari sel ke sel di dalam jaringan korteks melalui benangbenang plasmodesmata.
Kedua mekanisme ini bisa sama-sama terjadi selama masih dalam jaringan
korteks akar. Namun, ketika sampai pada jaringan endodermis, air dan garam
mineral tidak lagi dapat melewati ruang-ruang antarsel (lintasan apoplas) karena
pada jaringan endodermis terdapat jalur kaspari Setelah melewati endodermis, air
dan mineral akan sampai di jaringan pembuluh xilem akar. Melalui jaringan xilem
inilah air akan diangkut ke bagian atas tumbuhan, yaitu ke batang dan daun.

2
Saat ini diketahui ada protein saluran (channel protein) yang berfungsi khusus
untuk melalukan air ke dalam sel akar. Protein saluran ini dikenal dengan istilah
aquaporin. Protein ini ada pada membran akar dengan membentuk semacam
pori/saluran yang khusus untuk lewatnya air. Dengan adanya aquaporin ini
memungkinkan air bergerak lebih cepat jika dibandingkan dengan hanya melalui
proses osmosis biasa.

( Gambar 2. Aquaporin )

(2) Pergerakan Air dari Akar ke Puncak Pohon yang Tinggi


Ada beberapa teori yang dikemukakan untuk menjelaskan proses pergerakan
air ke puncak pohon, yang meliputi:
a) Teori kapilaritas
Kapilaritas merupakan salah satu fenomena yang terjadi di mana air dapat
merambat ke atas manakala berada di dalam suatu kolom kapiler dengan diameter
kecil (kurang dari 1 mm). Kapilaritas terjadi karena adanya gaya adhesi antara air
dengan molekul penyusun pipa kapiler.
Peningkatan air karena kapilaritas sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa gaya
yang bekerja bersama, yaitu adhesi antara air dan dinding pipa kapiler, tegangan
permukaan akibat kohesi dari molekul-molekul air, dan gaya gravitasi yang bekerja
di dalam kolom kapiler. Nilai peningkatan air di dalam pipa kapiler dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

Kenaikan air di dalam pipa kapiler berbanding terbalik dengan diameter dari
pipa kapiler. Semakin kecil pipa kapiler akan semakin tinggi kenaikan air di dalam

3
kolom, sebaliknya semakin besar pipa kapiler maka kemampuan air untuk
meningkat di kolom kapiler akan semakin rendah.

( Gambar 3 (a) bagian-bagian dari xylem yang berupa trakeid dan tabung
xilem, (b) gambar pengamatan xilem dengan mikroskop electron )

b) Teori tekanan akar


Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam sel-sel akar terdapat zat-
zat terlarut (garam-garam mineral) yang mengakibatkan penurunan potensial air
akar. Akibat rendahnya potensial air dari akar maka air tanah akan diserap masuk
ke dalam akar dan menimbulkan tekanan hidrostatis pada akar sehingga dapat
menekan pergerakan air ke batang sampai ke daun.
Ada beberapa percobaan yang membuktikann eori tekanan akar. Percobaan
pertama adalah terjadinya gejala gutasi, yaitu keluarnya butiran air dari pinggiran
daun beberapa jenis tumbuhan pada malam atau pagi hari ketika tumbuhan
mendapat cukup air. Gutasi terjadi karena pada malam hari tidak terjadi transpirasi
sehingga dalam keadaan air yang cukup, tumbuhan akan memiliki tekanan turgor
yang tinggi. Akibatnya, air akan keluar melalui suatu celah yang disebut hidatoda.
Hidatoda merupakan suatu celah pada daun, berupa struktur modifikasi dari
stomata yang kehilangan fungsinya sehingga tidak bisa menutup.
Percobaan pengukuran tekanan akar dapat dilakukan dengan manometer.
Tumbuhan yang diairi dengan cukup dihubungkan dengan selang kaca yang
tersambung dengan cairan merkuri. Cairan batang akan keluar dari luka bekas

4
potongan dan menekan selang pipa yang berisi merkuri tersebut. Besarnya tekanan
akar bisa ditetapkan berdasarkan tinggi merkuri akibat tekanan cairan tersebut.

( Gambar 4. (a) Gutasi, dan (b) percobaan pembuktian adanya tekanan akar
dengan manometer )

c) Teori tegangan-kohesi ( tarikan transpirasi )


Teori ini didasari atas sifat fisika dan kimia air yang mampu berikatan
sesamanya (kohesi) sehingga ketika diregang (ditarik) dengan kekuatan yang tinggi
sekalipun maka kolom air tetap tidak terputus.
Jadi yang menyebabkan terjadinya pergerakan air dari akar ke daun adalah
karena adanya tarikan transpirasi (penguapan air) melalui stomata daun tumbuhan.
Akibat adanya transpirasi maka molekul-molekul air di bagian dalam sel-sel
mesofil yang berbatasan dengan rongga dalam stomata akan ditarik ke rongga
dalam stomata sehingga menimbulkan tegangan. Oleh sifat kohesi air, tegangan
akan dilanjutkan ke batang sampai ke akar tumbuhan sehingga air bergerak dalam
bentuk kolom-kolom yang tidak terputus yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen
antarmolekul air (sifat kohesi air).

5
( Gambar 5. Kohesi )
2.2 PROSES MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA SEBAGAI
PENGATURAN AIR
1. Stomata sebagai Gerbang Keluarnya Air dan Pertukaran Gas

Air berdifusi keluar stomata pada saat stomata membuka karena perbedaan
tekanan uap air antara atmosfir (Gambar 1.21). Keluarnya air dari stomata
(transpirasi) ditentukan oleh dua hambatan (resistensi), yaitu hambatan stomata (rs)
atau hambatan dalam yang besarnya ditentukan oleh membuka dan menutupnya
stomata dan hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di luar daun (boundary
layer) atau yang dikenal dengan hambatan luar (disingkat rb) (Gambar 6).
Hambatan stomata ditentukan oleh tingkat pembukaan stomata daun. Hambatan
luar ditentukan oleh adanya lapisan uap air yang ada di seputar daun. Hambatan
luar ini biasanya akan kecil atau hilang apabila ada udara yang bergerak (angin)
yang mempercepat difusi uap air dari permukaan daun ke udara sekitar. Semakin
banyak angin maka akan semakin cepat terjadinya pergantian lapisan uap air
sehingga dapat memacu atau mempercepat laju difusi uap air sehingga berimplikasi
terhadap peningkatan laju transpirasi.

6
Sumber: Taiz dan Zeiger, (2010)

Gambar 6. Skema penampang melintang daun dengan memperlihatkan


stomata

Saat tumbuhan membuka stomata mengakibatkan terjadinya transpirasi, maka


pada saat yang bersamaan tumbuhan juga melakukan pengikatan CO2 dari udara
untuk kebutuhan fotosintesis sehingga lepasnya air dan masuknya gas CO2 adalah
pertukaran yang tidak bisa ditawar-tawar (trade off) yang terjadi untuk memenuhi
proses tumbuh dan berkembang. Apabila tumbuhan menutup stomatanya, misalnya
saat kekeringan maka akan menutup masuknya gas CO2 ke dalam daun sehingga
menurunkan laju fotosintesis yang menyebabkan defisit air (kekeringan) pada
tumbuhan berefek pada penurunan laju pertumbuhan. Pengaturan membuka dan
menutupnya stomata sangat penting agar tumbuhan tetap dapat tumbuh dan
berkembang. Untuk menghindari kekurangan air yang berlebihan, tumbuhan
biasanya membuka stomatanya lebar-lebar pada pagi dan sore hari dan menutup
stomatanya sebagian pada tengah hari yang panas.

Walaupun transpirasi berperan penting bagi tumbuhan, kehilangan air yang


berlebihan akan mengganggu proses-proses fisiologi lainnya, terlebih saat
ketersediaan air cukup terbatas. Apabila besarnya transpirasi melebihi kapasitas
penyerapan air oleh akar tumbuhan maka tumbuhan akan mengalami defisit air atau
cekaman kekeringan (water stress). Hal itu mungkin terjadi pada tanah-tanah yang
kering akibat curah hujan rendah atau tanah yang mengandung kadar garam tinggi
(tanah salin).

7
Dalam menghadapi hal tersebut tumbuhan memiliki mekanisme untuk mengatur
keluarnya air (transpirasi) dengan menutup stomata sebagian. Ketika tumbuhan
layu, biasanya stomata akan menutup. Dalam keadaan air yang kurang tumbuhan
biasanya layu di siang (tengah) hari, kemudian segar kembali pada sore dan pagi
hari, saat itu disebut layu sementara. Namun, jika kekurangan air terus berlanjut,
daun tumbuhan mungkin layu hingga sore, bahkan tidak dapat kembali segar
walaupun pagi hari, disebut tumbuhan mengalami layu permanen. Kadar air tanah
yang menyebabkan tumbuhan mengalami layu permanen disebut titik layu
permanen.

Sebaliknya, tanah yang memiliki kandungan air terbesar disebut air tanah dalam
keadaan kapasitas lapang. Hal ini bisa dibuat dengan menyediakan tanah dalam pot,
kemudian disiram air secara berlebih. Setelah permukaan atas pot ditutup dengan
plastic, selanjutnya pot disimpan di tempat teduh selama 1-2 hari untuk meyakinkan
bahwa air gravitasi telah semua keluar. Kemudian jika kita ukur kadar air tanah
tersebut maka itu adalah kadar air tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

2. Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata

Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun, berupa sepasang sel
penjaga yang bisa menimbulkan celah (lubang) sehingga uap air dan gas dapat
bertukar. Sel penjaga memiliki bentuk lebih kecil dan agak memanjang (Gambar 7
dan 8). Umumnya sel penjaga rumput-rumputan memiliki bentuk seperti halter
disertai dengan sepasang sel subsider (Gambar 7a dan 8b) dengan sitosol berada di
kedua ujungnya yang terhubungkan oleh bagian dengan dinding sel yang tebal.
Bentuk lainnya adalah seperti sepasang ginjal (Gambar 7c dan 8a). Kedua jenis sel
penjaga tersebut biasanya memiliki penebalan dinding sel yang berbeda antara di
bagian ujung dan tengahnya karena adanya benang mikrofibril dari selulosa.

8
Sumber: Taiz dan Zeiger, (2010)
Gambar 7. Gambar beberapa jenis stomata (a) stomata pada rumput, (b)
stomata dari Carex dan (c) stomata pada bawang Bombay

Sumber: Taiz dan Zeiger, (2010)


Gambar 8. Stomata meliputi sel penjaga

Pembukaan dan penutupan stomata digerakkan oleh keluar-masuknya air


(redistribusi air) antara sel penjaga, sel subsider, dan sel-sel mesofil lainnya. Karena
sel penjaga memiliki dinding dengan penebalan yang berbeda maka pembesaran sel
penjaga menyebabkan terbentuknya celah (lubang) sehingga stomata membuka.
Sebaliknya, jika air keluar dari sel penjaga menuju ke sel-sel epidermis yang ada di
sekitarnya maka stomata akan menutup.

Ion K+ berperan besar dalam proses membuka dan menutupnya stomata karena
dengan masuknya ion K+ ke sel penjaga maka sel penjaga mengalami penurunan
potensial osmotik (s). Karena potensial osmotik (s) sel penjaga lebih rendah
dari potensial osmotik (s) sel-sel epidermis di sekelilingnya maka air akan masuk
ke dalam sel penjaga. Sebaliknya, jika ion K+ dipompa keluar dari sel penjaga maka

9
s sel penjaga akan meningkat sehingga air akan keluar dari sel penjaga menuju
selsel epidermis yang ada di sekelilingnya sehingga stomata menutup.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata


yaitu:

a) Cahaya
Cahaya menyebabkan pembukaan stomata, sedangkan ketidakadaan cahaya
(gelap) akan menyebabkan penutupan stomata. Terjadinya fotosintesis sel
penjaga yang disebabkan adanya cahaya menyebabkan terjadinya
pemompaan aktif ion K+ dan asam malat ke dalam sel penjaga sehingga s
sel penjaga menurun dan air masuk ke dalam sel penjaga. Akumulasi ion K+
bisa mencapai 400 mM bahkan 800 mM pada saat stomata membuka,
sementara saat menutup konsentrasinya hanya 100 mM. Selain K+ ion malat
juga diakumulasi dalam sel penjaga saat stomata membuka melalui
metabolism hidrolisis pati.
b) Hormon Asam Absisat (ABA)
Hormon Asam Absisat (ABA) yang tinggi pada sel penjaga menyebabkan
penutupan stomata. Adanya ABA menyebabkan pengaktifan protein chanel
dari ion Ca+. Tingginya ion Ca+ dapat menghambat masuknya ion K+ ke
dalam sel penjaga. Selain itu, Ca+ yang tinggi juga dapat meningkatkan pH
sel penjaga sehingga menyebabkan pemompaan keluar ion K+ yang
menyebabkan potensial air sel penjaga meningkat, akibatnya air keluar
sehingga stomata menutup.
c) Konsentrasi CO2
Konsentrasi CO2 yang tinggi, khususnya di dalam rongga stomata
menyebabkan stomata menutup, namun belum diketahui secara jelas.
Dugaan sementara adalah karena ada hubungannya dengan fotosintesis.
Kadar CO2 yang tinggi memacu reduksi CO2 dalam fotosintesis menjadi
tinggi sehingga penggunaan energi dari reaksi terang. Akibatnya, terjadi
kekurangan energi yang digunakan dalam pemompaan dan menjaga ion K+
di dalam sel penjaga.
d) Stres (cekaman) lingkungan khususnya kekeringan

10
Penutupan stomata akibat cekaman kekeringan biasanya berhubungan
dengan peningkatan kadar ABA daun, selain berkaitan dengan kemampuan
adaptasi tumbuhan untuk mengurangi laju kehilangan air. Ketika tumbuhan
mengalami kekeringan, akar tumbuhan akan mengirim sinyal dengan
memproduksi ABA dalam jumlah tinggi dan dikirim ke daun melalui aliran
transpirasi. Tingginya ABA daun, khususnya pada stomata akan
menyebabkan penutupan stomata.
e) Suhu dan Kelembaban (RH) Udara
Suhu udara yang tinggi menyebabkan stomata daun menutup. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan laju evaporasi akibat suhu yang tinggi
sehingga stomata menutup. Sebaliknya, RH yang rendah menyebabkan
penutupan stomata karena RH yang rendah menjadi penggerak transpirasi
yang tinggi.

2.3 PENGERTIAN TRANSPIRASI DAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL


DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI TRANSPIRASI
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tumbuhan melalui permukaan daun
atau bagian lain dari tumbuhan. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui daun.
Walaupun proses transpirasi juga bisa terjadi melalui sel epidermis yang umumnya
dilapisi oleh lapisan kutikula sehingga jika ini terjadi disebut sebagai transpirasi
kutikular. Transpirasi kutikular mungkin terjadi saat tumbuhan menutup
stomatanya, sementara cahaya matahari dan suhu udara di sekitar tumbuhan cukup
tinggi. Transpirasi merupakan cara yang efektif bagi tumbuhan untuk
menghilangkan energi (panas laten) sehingga tumbuhan suhunya tetap terjaga pada
suhu fisiologis.

Di alam, air yang hilang melalui transpirasi dari daun bisa mencapai lebih dari
95% dari total air yang diserap oleh tumbuhan tersebut. Artinya, sebagian besar air
yang diserap tumbuhan dibuang melalui proses transpirasi. Walaupun demikian,
jika dilihat dari produksi bahan kering yang dihasilkan, ada tumbuhan yang relatif
efisien dalam penggunaan air dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya.
Semakin besar air yang diuapkan untuk memproduksi satu satuan bahan kering oleh

11
tumbuhan maka semakin tidak efisien. Rasio besarnya air yang diuapkan per bahan
kering yang dihasilkan tumbuhan disebut sebagai rasio transpirasi.

Selain berperan penting dalam menjaga stabilitas suhu tumbuhan, transpirasi


juga sangat penting dalam penyerapan unsur hara tanaman. Ion-ion mineral yang
ada di dalam larutan tanah akan ikut bergerak bersama-sama dengan kolom-kolom
air sehingga hara tersebut secara aliran masa akan mendekati akar tumbuhan dan
mudah diserap oleh tumbuhan. Selain itu, larutan hara yang telah berada di dalam
jaringan xilem akar juga dapat bergerak ke batang dan daun mengikuti aliran air
yang ditarik oleh transpirasi. Hal ini menjadikan transpirasi berperan penting dalam
transpor hara di dalam tubuh tumbuhan.

Penggerak transpirasi adalah perbedaan konsentrasi uap air di ruang dalam


stomata dengan konsentrasi uap air di udara bebas. Semakin tinggi perbedaan
konsentrasi uap air antara kedua ruang tersebut akan semakin besar laju transpirasi.
Besarnya laju transpirasi dari suatu jenis tumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor
yang secara garis besar terdiri dari:

a. Faktor internal
1. Jumlah stomata. Tumbuhan dengan jumlah stomata yang banyak akan
memiliki laju transpirasi per satuan luas yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan tumbuhan yang stomatanya sedikit.
2. Ukuran stomata. Stomata dengan ukuran yang besar memiliki laju
transpirasi relatif lebih besar.
3. Pembukaan stomata. Pembukaan stomata biasanya berkaitan dengan
fisiologis tumbuhan. Stomata membuka dengan adanya cahaya. Stomata
cenderung menutup saat tumbuhan mengalami stres (cekaman), misalnya
kekurangan air, suhu yang tinggi, dan sebagainya. Ketika stomata menutup
maka laju transpirasi akan menurun.
4. Luas dan jumalah daun. Luas dan jumlah daun menentukan besarnya laju
transpirasi pada skala individu tumbuhan. Total luas daun adalah jumlah
daun dikalikan dengan luas daun atau merupakan penjumlahan luas dari
semua daun tumbuhan tersebut. Tumbuhan dengan total luas daun yang
besar akan memiliki laju transpirasi yang besar pula. Selain itu, daun yang

12
lebar akan mendapatkan panas laten yang lebih besar sehingga transpirasi
juga lebih besar dibandingkan dengan daun yang sempit.
b. Faktor eksternal
1. Suhu udara. Suhu udara yang tinggi akan mempercepat laju transpirasi
karena suhu tinggi akan menurunkan tekanan uap udara yang ada di seputar
tumbuhan. Perbedaan tekanan uap air antara udara luar dengan bagian dalam
stomata semakin besar akibatnya akan memacu transpirasi.
2. Kelembaban (RH). Semakin rendah RH udara akan semakin mempercepat
laju transpirasi karena uap air akan bergerak dari yang memiliki tekanan
tinggi (daun) ke tekanan rendah (udara).
3. Angin. Adanya angin berkaitan dengan fungsinya sebagai penghapus
hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di sekitar daun (stomata) atau
yang dikenal dengan hambatan boundary layer (rb).
4. Intensitas cahaya. Adapun pengaruh intensitas cahaya terhadap laju
transpirasi adalah terkait dengan pembukaan stomata daun. Intensitas cahaya
yang tinggi akan menyebabkan stomata membuka secara maksimum. Karena
stomata adalah jalan terbesar bagi transpirasi maka cahaya yang tinggi akan
meningkatkan laju transpirasi daun.

Pengukuran laju transpirasi biasa dilakukan dengan menggunakan beberapa


metodologi, antara lain metode gravimetri atau lisimeter, metode porometer,
metode cobalt clorida, dan metode fotometer.

1. Metode gravimatri adalah metode pengukuran transpirasi sederhana, yaitu


dengan metode penimbangan biasa. Tumbuhan yang akan diukur laju
transpirasinya ditumbuhkan dalam pot. Setelah disiram dengan cukup air
dan ditimbang, tumbuhan ditempatkan pada ruangan atau tempat yang
dikehendaki. Setelah berselang beberapa hari atau jam, pot ditimbang
kembali untuk mengetahui jumlah air yang telah berkurang selama periode
tersebut. Untuk menghindari kehilangan air akibat evaporasi biasa maka
bagian atas tanah dalam pot ditutup dengan plastik. Dengan mengkonversi
total luasan daun dan waktu yang digunakan maka dapat dihitung laju
transpirasi per satuan luas per detik atau menit.

13
2. Metode porometer adalah pengukuran laju transpirasi berdasarkan
perbedaan kelembaban antara udara di seputar daun dan kelembaban
standar yang telah ditetapkan. Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan
melalukan udara di atas daun, kemudian perbedaan kelembaban antara
sebelum dan setelah dilalukan angin ditentukan untuk mengetahui besarnya
laju penguapan daun.
3. Metode cobalt clorida. Disebut demikian karena pengukurannya
menggunakan lapisan kertas yang mengandung cobalt clorida. Metode ini
bersifat sederhana, yaitu daun bagian atas atau bawah dilapisi dengan kertas
mengandung cobalt clorida yang bagian luarnya dilapisi dengan plastik. Jika
dalam keadaan kering, kertas tersebut berwarna biru muda, sedangkan
ketika mendapat uap air (kelembaban) maka akan berubah menjadi
berwarna pink (merah muda). Kecepatan perubahan dari biru ke pink,
menunjukkan kecepatan laju transpirasi.
4. Metode fotometer. Metode ini sering digunakan untuk percobaan
sederhana, yaitu dengan menempatkan batang tumbuhan berdaun di dalam
suatu bejana kapiler yang berisi air. Dengan mengetahui penyerapan air oleh
batang berdaun di dalam pipa kapiler, maka dapat diketahui besarnya air
yang diuapkan oleh daun tumbuhan tersebut.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Pergerakan air di dalam tubuh tumbuhan melibatkan proses yang berkaitan


dengan sifat fisika dan kimia air. Pergerakan ini terjadi karena adanya
perbedaan (gradien) tekanan hidrostatik antara dua bagian. Di dalam sel
yang memiliki membran pergerakan air terjadi melalui osmosis. Air masuk
ke dalam akar melalui jalur apoplas dan simplas hingga ke korteks,
kemudian memasuki endodermis secara simplas hingga ke xilem akar.
Selain melalui osmosis biasa, masuknya air ke dalam sel-sel akar difasilitasi
oleh protein saluran, aquaporin.
 Pergerakan air ke atas terjadi melalui xilem dengan tenaga penggerak utama
aliran transpirasi dan sifat kohesi air mempertahankan kolom air dari daun
hingga ke akar, dikenal sebagai teori kohesi atau aliran transpirasi.
Sementara itu, sifat kapilaritas dan tekanan akar dipandang hanya memiliki
kontribusi yang tidak terlalu besar.
 Stomata merupakan gerbang utama proses transpirasi tumbuhan sekaligus
pintu masuknya gas CO2 untuk fotosintesis. Pembukaan stomata
menguntungkan proses fotosintesis, namun menyebabkan tumbuhan
kehilangan banyak air sehingga tumbuhan mengatur hal tersebut dengan
membuka, menutup atau menutup sebagian. Pembukaan dan penutupan
stomata terjadi karena redistribusi air akibat masuk atau keluarnya ion K+
ke/dari sel penjaga. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor, seperti cahaya,
hormon ABA, cekaman kekeringan, kadar CO2, suhu, dan RH lingkungan.
 Transpirasi berperan besar, yaitu selain untuk menjaga stabilitas suhu
tumbuhan, transpirasi juga penting untuk penyerapan dan pengangkutan
hara dalam tubuh tumbuhan. Laju transpirasi ditentukan oleh faktor dalam,
seperti jumlah stomata, ukuran stomata, pembukaan stomata, luas dan
jumlah daun, maupun faktor luar tumbuhan seperti suhu, kelembaban (RH),
kecepatan angin, dan intensitas cahaya.

15
3.2 SARAN
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan belajar bagi teman-teman semua yang
ingin mengetahui megetahui proses penyerapan air pada tumbuhan dan proses
transpirasi. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan atau
kekeliruan, saya mohon kritikan dan masukan yang bersifatnya membangun.

16
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Materi. 2021. Gutasi. Dalam : https://materi.co.id/gutasi/. Diakses pada :
2 September 2021.
Hamim,Ir. Tanpa tahun. Modul Fisiologi tumbuhan. Dalam :
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEBI431302-
M1.pdf. Diakses pada : 2 September 2021.
Khairuna.2019. Fisiologi tumbuhan. Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
Nunung, dkk. 2018. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Dalam
:https://biologi.ub.ac.id/fkm/wp-content/uploads/sites/8/2018/02/Petunjuk-
Praktikum-Fisiologi-Tumbuhan-2018.pdf. Diakses pada : 2 September
2021.
Stillwell,W.(2013).Membrane Transport. An Introduction to Biological
Membranes, 305–337. https://doi.org/10.1016/b978-0-444-52153-8.00014-
3.
Yulianti, irfan. Tanpa Tahun. “Transportasi Pada Tumbuhan Monokotil dan
Dikotil” . Dalam : https://irfanyulianto.com/transportasi-pada-tumbuhan-
dikotil-dan-monokotil/. Diakses pada : 2 September 2021.

17

Anda mungkin juga menyukai