Transformasi Tanaman Tebu ( cv. PSJT 94-41) dengan Gen Fitase Menggunakan Agrobacterium
tumefaciens GV 2260 (pBinPI-IIEC) *]
Transformation of phytase gene into sugarcane (cv. PSJT 94-41 ) via Agrobacterium tumefaciens
GV 2260 (pBinPI-IIEC) *]
ABSTRACT
Phosphorus is a critical nutrient for the growth and development of sugarcane in the marginal land in
Indonesia. P stored in plant as phytic acid (myo-inositolhexakisphosphate). The objective of the study was to increase
activity of phytases enzyme in sugarcanes (cv. PSJT 94-41) through phytase gene transformation. Detection of
chimeric gene by PCR showed that the phytase gene was integrated into the genome of sugarcanes. Transformation
caused some abnormality such as albino, discoloration, lack of chlorophyll in the particular spot of leaves. Putative
transgenic plantlets expressed a higher levels of phytase enzyme activity (38.1 %), whereas increase in P available in
plant (19.5 %) and content of chlorophyll (32.3 %).
*]
Merupakan bagian dari disertasi Sekolah Pascasarjana IPB
1
Mahasiswa S3 Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
3
Staf Pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor, Telp: 0251-422372; Fax: 0251-629358; E-mail:
dsantosa@indo.net.id ( * Penulis untuk korespondensi)
fitase melalui Agrobactrium tumefaciens GV2260 (2007) pada varietas PS 851 yang dapat dideteksi
dengan konstruksi gene cassete berbeda yaitu pBinPI- dengan PCR pita ukuran 900 bp. Konstruksi gene
IIEC juga telah dilakukan oleh Ananda (2004) pada cassette pBinPI-IIEC dapat dilihat pada Gambar 1.
varietas PSJT 94-33 dan BR 194; serta oleh Nurhasanah
Saat ini, ekspresi gen fitase pada tanaman tebu Analisis integrasi gen fitase hasil transformasi dengan
yang telah disisipi gen fitase belum banyak diketahui, teknik PCR
termasuk pertanyaan apakah peningkatan pengaruh
Sampel yang diambil untuk analisis integrasi gen
peningkatan aktivitas fitase juga akan berpengaruh
fitase hanya pada plantlet yang memiliki klorofil. DNA
terhadap P yang terdapat dalam jaringan dan kadar
total tanaman diisolasi dengan metoda Santosa et al.
klorofil dalam tanaman. Tujuan dari penelitian ini
(2004, 2005). Primer spesifik gen fitase yang digunakan
adalah untuk mengetahui keberhasilan transformasi gen
untuk PCR adalah EC1 dan EC3 (EC1: 5’ CGA TTA
fitase pada tanaman tebu (cv. PSJT 94-41) dan
GCG GAT AGA GCC TG3’; dan EC3: 5’GAT TAT
ekspresinya.
TGC CCC ACC GCG CC3’). Campuran reaksi
sebanyak 20 L yang terdiri atas10 L Master mix; 1
BAHAN DAN METODE L masing-masing primer spesifik untuk gen fitase
(1L EC1 dan 1L EC 3); 2 L DNA dari tanaman
Penelitian dilakukan pada bulan September 2004 transgenik dan kontrol dan 6 L ddH2O. Reaksi
sampai dengan Maret 2007 di Laboratorium dijalankan sebanyak 35 siklus pada mesin PCR merk
Bioteknologi-Kultur Jaringan-Departemen Agronomi Eppendorf. Reaksi PCR diatur sebagai berikut:
dan Hortikultura, IPB; Laboratorium Mikrobiologi dan denaturasi pada 940C selama 30 detik, annealing pada
Bioteknologi PPLH, IPB; Laboratorium Saraswanti 600C selama 1 menit, extension pada 720C selama 3
Indo-Genetech (SIG), Bogor; serta Laboratorium menit, final extension 720C selama 10 menit.
Indonesia Center for Biodiversity and Biotecnology Sebanyak 5 L DNA hasil amplifikasi
(ICBB), Situgede- Bogor. dielektroforesis pada gel agarose 2% selama 30 menit
menggunakan buffer 1X TAE pada tegangan listrik 100
Transformasi gen fitase volt. Hasil elektroforesis diamati dengan merendam gel
Bahan-bahan yang digunakan antara lain pucuk pada larutan ethidium bromida 10 g/ml selama 10
tebu (cv. PSJT 94-41) yang dikulturkan menjadi kalus menit dan diekspose di bawah sinar UV menggunakan
embriogenik pada media MS + 3 mg/l 2,4 D selama 6 UV transiluminator. Keberhasilan transformasi
minggu. Transformasi pada kalus tebu dilakukan ditunjukkan oleh adanya pita DNA hasil amplifikasi
berdasarkan metode modifikasi Santosa et al. (2004, dengan primer spesifik gen fitase.
2005). Kalus yang ditransformasi (sebanyak 6 petridish,
masing-masing petridish berisi 20 kalus) selanjutnya Ekspresi (aktivitas enzim fitase, kadar klorofil, P total
dikulturkan pada media MS + kanamisin 150 ppm jaringan)
selama 4 minggu dengan penyinaran 3000 lux. Kalus Aktivitas enzim fitase pada plantlet tebu dilakukan
yang lolos pada media seleksi kanamisin selanjutnya berdasarkan prosedur Greiner et al. (1997). Besarnya
dipindahkan pada media inisiasi tunas (MS + 0.1 mg/l aktivitas enzim fitase diketahui dengan mengkon-
kinetin + 1.0 mg/l BAP). Peubah yang diamati adalah versikan hasil spektrofotometri pada 355 nm dengan
persentase keberhasilan transformasi yang disajikan rumus:
dalam bentuk tabulasi data. U . = E x Volume total
ml . t Volume enzim
Berdasarkan pengamatan, sejalan dengan dibanding non transgenik. Klorofil a pada tanaman tebu
peningkatan aktivitas fitase pada tebu putatif transgenik, transgenik lebih tinggi daripada non transgenik,
juga terjadi peningkatan total klorofil dalam jaringan sedangkan untuk klorofil b terjadi hal yang sebaliknya
tebu (Gambar 3). Total klorofil pada plantlet tebu dimana klorofil b pada tanaman tebu putatif transgenik
putatif transgenik mengalami peningkatan 32.3 % lebih rendah daripada non transgenik (Gambar 4).
0.2
0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
Aktivitas fitase U ml -1
Gambar 3. Regresi antara aktivitas fitase dan total klorofil plantlet tebu
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Klorofil a
1 2 3 4 5 6 7
1000 bp
Keterangan:
1 = Plantlet cv. PSJT 94-41 non transgenik
2 = Kontrol negatif (air)
3 = Ladder 1 kb
4 = Kontrol +
(Agrobacterium tumefaciens GV 2260
yang telah disisipkan gen fitase)
5 = Plantlet cv. PSJT 94-41 putatif transgenik V21
6 = Tanaman cv. PSJT 94-41 putatif transgenik
transgenik yang telah di aklimatisasi V215
850 bp
1 2 3 4
Keterangan:
1 = Ladder 1 kb
2 = Kontrol + (Tebu cv. PS 851 trangenik)
3 = Kontrol – (Tebu cv. Triton non transgenik)
1000 4 = Plantlet tebu cv. PSJT 94-41 putatif transgenik V211
1 2 3 4
Keterangan:
1 = Ladder 1 kb
2 = Kontrol – (Tebu cv. PSJT 94-41 non transgenik)
1000 bp 3 = Kontrol + (Agrobacterium tumefaciens GV 2260
850 bp yang telah disisipkan gen fitase)
4 = Plantlet tebu cv. PSJT 94-41 putatif transgenik V25
Gambar 5. Hasil elektroforesis PCR tebu (cv. PSJT 944-41) dengan primer spesifik EC1 dan EC3
Ekspresi (aktivitas enzim fitase, P dalam jaringan, Gambaran tersebut sesuai dengan pendapat Santosa et
kadar klorofil) al. (2004) yang menyatakan bila gen fitase dapat
ditransformasikan dan terekspresi dalam tanaman tebu,
Hasil penelitian menunjukkan tanaman tebu secara maka gen ini akan menghasilkan enzim yang dapat
alami memiliki enzim fitase yaitu rata-rata 0.051 U ml- mengubah senyawa fitat yang akan dihidrolisis menjadi
1
. Sejalan dengan peningkatan aktivitas enzim fitase ester yang berfosfat rendah dan selanjutnya akan
pada tanaman tebu putatif transgenik juga terjadi melepaskan fosfat anorganik. Menurut Marschner
peningkatan P dalam jaringan tanaman sebesar 19.5%. (1995), kebutuhan P untuk pertumbuhan optimum
Hal ini terlihat pada data yang disajikan pada Gambar 6. selama fase vegetatif adalah 0.3-0.5% dari berat
keringnya. Plantlet tebu non transgenik yang dipicu oleh ketersediaan P dalam tanaman yang kurang,
dikulturkan pada media MS memiliki P total dalam sehingga tanaman akan mengaktifkan aktivitas enzim
jaringan sebesar 0.16-0.25%, sedangkan pada tebu fitase untuk melepaskan P yang terikat dalam media
putatif transgenik memiliki kadar P yang lebih lebar tumbuh atau dalam jaringan. Dugaan ini sesuai dengan
variasinya yaitu 0.12–0.39%. pendapat Konietzny dan Greiner (2002), bahwa Fitase
Data aktivitas fitase plantlet tebu yang didapat dari (Myo-inositol hexakisphophate phosphohydrolase)
penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan merupakan enzim yang berfungsi menghidrolisis asam
kalus tebu hasil penelitian Wulandari (2005) yang hanya fitat (myo-inositol hexakisphosphate/InsP6) menghasil-
0.01-0.02 U/ml. Ada dugaan bahwa plantlet tebu kan ortofosfat dan myo-inositol pentakisphosphate,
memiliki fitat yang tinggi bila dibandingkan dengan bahkan pada kondisi-kondisi tertentu menjadi fosfat dan
kalus. Semakin tinggi kadar fitat yang terdapat dalam myo-inositol bebas dan dapat menghilangkan sifat
jaringan tanaman atau media maka aktivitas fitase juga pengkhelat dari asam fitat.
akan makin meningkat. Aktivitas enzim fitase akan
0.3
y = 1.985x + 0.1107 R2 = 0.7205
0.2
0.1
0
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15 0.175 0.2
Aktivitas fitase U ml -1
Kalus tebu cv. PSJT 94-41dapat ditransformasi Alexander, A. 1972. Sugarcane Physiology: a
dengan gen fitase melalui Agrobacterium tumefaciens Comprehensive Study of the Source to Sink
GV 2260 (pBinPI-IIEC). Persentase kalus tebu System. Amsterdam, Elsevier Scientific
transforman yang bertahan hidup dalam media Published. 752 hal.
kanamisin mencapai 75%, namun efisiensi regene-
rasinya hanya 20%, sedangkan efisiensi transformasinya Ananda, Rr.W.U. 2004. Studi transformasi pada tebu
adalah 15%. Keberadaan gen yang disisipkan dapat dengan perantara Agrobacterium tumafaciens GV
dideteksi dengan PCR yang menunjukan adanya pita ± 2260 (pMA) serta regenerasi kalus transgenik.
900 bp. Plantlet tebu putatif transgenik memiliki (Tesis). Sekolah Pascasarjana. IPB.
aktivitas enzim fitase yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tebu non transgenik (peningkatan 38.1%), P Anas, I., D.A. Santosa, Y. Fakuara. 1992. Pupuk
dalam jaringan (peningkatan 19.5%), total klorofil Hayati. Ed.: S. Harran, dan N. Ansori. Biotek
(peningkatan 32.3%). Pertanian 2. PAU, IPB, Bogor. 419 hal.