Anda di halaman 1dari 13

Agriprima

Journal of Applied Agricultural Sciences September, 2022


Online version: https://agriprima.polije.ac.id Vol. 6, No. 2, Hal. 98 -110
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v6i1.477

Transformasi Gen SoSPS1 dengan Menggunakan enhancer OsADH


dan Eksplan Kalus Somatik Embriogenis pada Tanaman Tebu
Transformation of SoSPS1Gene by using enhancer OsADH and Somatic Embryogenic
Callus of Sugarcane

Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia(1); Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya(1);


Tri Handoyo(1); Bambang Sugiharto (1)*
(1)
Universitas Jember
*Corresponding author: sugiharto.fmipa@unej.ac.id

Submitted: 30 Jun 2022 Accepted: 28 Aug 2022 Published: 30 Sep 2022

ABSTRAK
Transformasi genetik adalah metode alternatif untuk mendapatkan bibit unggul Kata Kunci:
tanaman tebu dengan kandungan sukrosa tinggi. Kandungan sukrosa dalam tanaman
tebu dipengaruhi oleh keberadaan enzim SPS yang dikode oleh gen SoSPS1. Enzim enhancer
SPS berperan penting dalam proses pembentukan dan akumulasi sukrosa pada 5’OsADH;
tanaman. Transformasi genetik SoSPS1 diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi SoSPS1;
dan aktivitas enzim SPS pada tanaman. Konstruk plasmid untuk gen SoSPS1
Tanaman tebu;
ditambahkan enhancer OsADH yang berperan saat proses translasi protein. Adanya
OsADH membantu proses penerjemahan asam amino ketika proses translasi Transformasi.
sehingga kemampuan tanaman mengekspresikan gen tidak terganggu oleh cekaman
abiotik. Konstrak gen target disispkan ke dalam T-plasmid Agrobacterium
tumefaciens strain GV 3103 kemudian diinfeksikan pada kalus somatik embriogenik
(SE) tanaman tebu varietas Buluh Lawang. Setelah proses transformasi, kalus
diseleksi secara invitro menggunakan kanamisin 50 ppm. Media dasar setiap tahap
menggunakan formulasi Murashige and Skoog. Calon tunas yang lolos hingga seleksi
kelima kemudian diaklimatisasi dan dilakukan analisis PCR untuk mendeteksi
adanya gen target. Hasil penelitian menunjukkan dengan eksplan kalus SE mampu
menghasilkan tanaman transgenik dengan tingkat efisiensi transformasi sebesar 2,4%
dan memiliki kemampuan regenerasi menjadi tanaman dengan organel lengkap.

ABSTRACT
Keywords: Genetic transformation is an alternative method to get high-sucrose sugarcane.
Sucrose accumulation was influenced by SPS (Sucrose Phosphate Synthase) enzyme
enhancer which is encoded by SoSPS1 gene. SPS enzyme plays an important role in the
5’OsADH; formation and accumulation of sucrose in plants. SoSPS1 genetic transformation
SoSPS1; will increase the concentration and activity of the SPS enzyme. The plasmid
construct of SoSPS1 was added with enhancer OsADH which acts on protein
Sugarcane; synthesis. OsADH helps at the part of amino acids translation so genetic expression
Transformation. is not disturbed by abiotic stress. The gene construct was inserted into the T-plasmid
of Agrobacterium tumefaciens strain GV 3101 and then infected to Somatic
Embryogenic (SE) callus. Explants callus from meristematic spindle leaf of Buluh
Lawang sugarcane. After transformation, they were selected in-vitro and used 50
ppm kanamycin. The basic medium for all stages used is the Murashige and Skoog
(MS) formulation. Prospective shoots that passed through the fifth selection were
acclimatized and PCR analyzed to detect the presence of the target gene. The results
showed that SE callus explants can use to produce transgenic plants with a
transformation efficiency of 2,4% and could regenerate into plants.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 98


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

PENDAHULUAN tebu melalui proses transformasi


Berdasarkan data statistik, konsumsi membuktikan bahwa overekspresi gen
gula nasional terus meningkat pada tahun dapat dilakukan dan dapat menghasilkan
2019-2021 sebesar 0,1 juta ton setiap tanaman dengan konsentrasi sukrosa yang
tahun. Pada tahun 2019, konsumsi gula tinggi. Enzim SPS mengkatalis fructose-6-
mencapai 5,1 juta ton dan berturut-turut phosphate (F6P) dan uridine diphosphate
naik menjadi 5,2 dan 5,3 juta ton pada glucose (UDP-G) menjadi sucrose-6-
tahun 2020 dan 2021 (Badan Pusat phosphate (Suc-6-P). Suc-6-P akan
Statistik, 2021). Namun, produksi dalam dihidrolisis oleh enzim Sucrose Phosphate
negeri hanya dapat mencukupi setengah Phosphatase (SPP) menjadi sukrosa.
dari kebutuhan gula nasional dikarenakan Semakin besar aktivitas enzim SPS, maka
keterbatasan produktivitas tanaman tebu semakin besar substrat Suc-6-P yang
sebagai komoditas utama penghasil gula di dihasilkan, sehingga meningkatkan
Indonesia. Tanaman tebu melakukan aktivitas enzim SPP dan dihasilkan sukrosa
proses fotosintesis menghasilkan sukrosa dalam jumlah besar (Miswar et al., 2007;
yang dapat digunakan sebagai sumber Sawitri and Sugiharto, 2018).
energi dalam proses metabolismenya. Pada tanaman overekspresi SoSPS1,
Sukrosa berperan dalam pengaturan gen target terekspresi dalam pembentukan
ekspresi gen fotosintetik, gen-gen yang protein dan menunjukkan kandungan
terlibat dalam pembelahan serta sukrosa yang tinggi ketika berada dalam
deferensiasi sel, dan sebagai substrat enzim kondisi lingkungan yang stabil. Setiap
tanaman. Sukrosa yang tersisa dari proses perubahan kondisi lingkungan yang terjadi
metabolisme tanaman akan disimpan di akan menjadi inhibitor bagi tanaman dalam
dalam sel-sel batang sebagai cadangan proses sintesis protein. Pada kondisi yang
makanan, dan cadangan makanan tersebut terprediksi tidak, ekspresi gen target akan
akan menjadi sumber gula untuk manusia. terganggu sehingga tanaman overekpresi
Tanaman tebu dengan kandungan sukrosa tidak berhasil mensintesis protein. Apabila
yang tinggi menjadi harapan utama dalam protein tidak terbentuk, maka tanaman
usaha pemenuhan kebutuhan gula nasional overekspresi tidak dapat mensintesis
dan overekspresi gen dapat menjadi solusi sukrosa dalam jumlah besar. Hal ini telah
untuk menghasilkan tanaman tebu tinggi dibuktikan dalam penelitian sebelumnya,
sukrosa. menurut Yamasaki et al. (2018) tekanan
Overekspresi merupakan teknik abiotik di sekitar tanaman dapat
peningkatan ekspresi gen tertentu yang mengganggu proses ekspresi gen target
telah diketahui fungsinya ke dalam suatu untuk membentuk protein. Untuk itu,
organisme seperti tanaman tebu. Tujuan dalam penelitian ini ditambahkan OsADH
overekspresi untuk meningkatkan ekspresi pada sekuens gen yang akan
gen target dalam tanaman dan mengetahui ditransformasikan. OsADH merupakan
pengaruhnya apabila terjadi ekspresi gen sekuens gen yang berasal dari tanaman
secara berlebihan. Pada tanaman tebu, padi. Gen ini dapat membantu
sintesis sukrosa melibatkan beragam jenis penerjemahan susunan genetik pada tahap
enzim antara lain SPS (Sucrose Phosphate translasi, dan dapat berfungsi di semua
Synthase) yang dikode oleh gen SoSPS1 jenis tanaman baik dikotil maupun
dan SoSPS2. SoSPS1 mengkode SPS pada monokotil (Matsui et al., 2015). Menurut
jaringan fotosintetik sedangkan SoSPS2 Sugio et al. (2008), OsADH 5’UTR
mengkode SPS yang terekspresi secara memiliki efisiensi translasi mRNA pada
konstitutif. Menurut Annur et al., 2020 tanaman dikotil dan monokotil. Adanya
penambahan gen SoSPS1 pada tanaman penambahan gen OsADH (5’UTR) akan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 99


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

membantu penerjemahan gen target pada menjadi tanaman tebu dengan organ yang
tahap translasi sehingga kemungkinan lengkap dan sifat yang hampir seragam.
terekspresinya gen target menjadi protein Penggunaan enhancer OsADH dan kalus
akan lebih besar meskipun dalam kondisi embriogenik diharapkan dapat menjadi
lingkungan yang kurang stabil. Nukleotida salah satu strategi untuk mendapatkan
5’UTR memulai dari susunan AUG (-3 tanaman tebu transforman dengan
sampai -1). Penelitian sebelumnya kandungan sukrosa tinggi dan menghindari
membuktikan bahwa 5’UTR membantu pengaruh lingkungan terhadap proses
inisiasi penerjemahan dalam proses translasi ketika ekspresi gen dalam
translasi untuk β-glukuronidase (GUS) dan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan protein GUS sebanyak 4 kali mengetahui keberhasilan transformasi gen
lipat (Matsui et al., 2012). Penggunaan SoSPS1 dengan penambahan enhancer
5’UTR dikombinasikan dengan promoter OsADH pada kalus embriogenik tanaman
yang kuat mendukung keberhasilan tebu.
ekspresi gen asing dalam sel tanaman
(Sugio et al., 2008). METODOLOGI
Pada penelitian ini, juga digunakan Bahan dan Metode
kalus somatik embriogenik sebagai Penelitian dilaksanakan di
eksplannya. Kalus somatik embriogenik laboratorium Biomolekuler dan
merupakan kalus yang memiliki sel aktif Bioteknologi, UPT Laboratorium Terpadu,
yang mampu membentuk embrio dari Universitas Jember. Eksplan induksi kalus
bagian somatik yang tidak termasuk dalam menggunakan pucuk daun meristematik
sel zigotik (proses somatik embriogenesis). (meristematic spindle leaf) tanaman tebu
Menurut Debnath et al. (2012) potensi Buluh Lawang yang didapat dari kebun
regenerasi sel secara in-vitro didapatkan bibit PG. Jatiroto, PT. Perkenunan
dari dua jalan morfogenesis yaitu Nusantara XI. Beberapa bahan dan
organogenesis dan somatik embriogenesis. peralatan yang dibutuhkan antara lain
Penggunaan kalus somatik embriogenik pucuk tanaman tebu, kompeten sel
diharapkan dapat menghasilkan sel-sel Agrobacterium tumefaciens strain GV
transforman yang mampu beregenerasi 3101, dan plasmid pRI 101-ON SoSPS1.

Transformasi Plasmid ke Agrobacterium tumefaciens


Peta plasmid biner konstruk pRI 101-ON SoSPS1 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Peta plasmid pRI 101-ON SoSPS1. LB: left border, NOS-t: Nopaline Synthase
terminator, NPT II: Neomisin fosfotransferase, NOS-p: nopaline synthase
promotor, OsADH: 5’-UTR of Rice ADH, 35S: 35S promoter dari CaMV RB: right
border.
Figure 1. Map of pRI 101-ON SoSPS1 plasmid. LB: left border, NOS-t: Nopaline Synthase
terminator, NPT II: Neomisin fosfotransferase, NOS-p: nopaline synthase
promotor, OsADH: 5’-UTR of Rice ADH, 35S: 35S promoter dari CaMV RB: right
border.

Plasmid ditransformasikan ke dalam Sebanyak 50 µL volume kompeten sel


sel kompeten A.tumefaciens dengan ditambahkan 5 µL plasmid (konsentrasi
metode elektroporasi (kejut listrik). plasmid 20-200 ng) dan dimasukkan dalam

Publisher : Politeknik Negeri Jember 101


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

kuvet elektroporasi. Sesudah dilakukan cefotaxime) selama 14 hari dalam kondisi


kejut listrik sebesar 2000 volt, kemudian terang. Seleksi secara invitro sebanyak 5
kompeten sel ditumbuhkan pada media kali subkultur pada media MS
Yeast Extract Peptone (YEP) padat mengandung 1 ppm NAA dan 50 ppm
mengandung 50 ppm kanamisin, 12,5 ppm kanamisin dengan penyinaran 1000-2000
gentamisin, dan 100 ppm rifampisin, lux. Tanaman yang berhasil bertahan
inkubasi 2-3 hari, suhu 28oC. Koloni hingga seleksi terakhir disebut tanaman
A.tumefaciens dianalisis PCR mengikuti putatif transforman.
metode Chakraborty et al. (2016).
Analisis PCR (Polymerase Chain
Transformasi Gen SoSPS1 pada Reaction)
Eksplan Planlet putatif transforman dengan
Eksplan untuk induksi kalus adalah organel lengkap dan lolos hingga seleksi
pucuk daun meristematik (meristematic kelima, diambil sampel daun untuk analisis
spindle leaf) tanaman tebu menggunakan PCR (Polymerasi Chain Reaction). PCR
MS mengandung 3 ppm 2,4-D, 500 ppm menggunakan primer penanda NPTII dan
Casein Hidrolisat (CH). Setelah CaMV-SPS. Urutan nukleotida NPTII
disubkultur 2x, dipilih kalus somatik sebagai berikut forward (F): 5’-
embriogenik (SE) sebagai eksplan kalus GTCATCTCACCTTGCTCCTGCC-3’
transformasi. A. tumefaciens transforman dan reverse (R): 5’-
diinokulasikan dalam 50 mL media YEP GTCGCTTGGTCGGTCATTTCC-3’.
cair mengandung selectable marker, Urutan nukleotide CaMV-SPSI sebagai
ditumbuhkan dengan penggojok (shaker) berikut forward (F): 5’-
pada kecepatan 150 rpm, suhu 28oC hingga GAAGACGTTCCAACCACG-3’ dan
kerapatan sel sesuai (OD600=0,3-0,5). reverse (R): 5-ACACGGTAT
Kemudian disentrifugasi 12.000 rpm, 10 GCGCACAATGTA-3’. Sebanyak 0,5
menit, suhu 4oC. Pellet A.tumifaciens gram daun tanaman tebu putatif
diresuspensi dalam 50 mL media MS transforman diekstraksi DNA genom
dengan penambahan 100 ppm menggunakan metode yang dilakukan oleh
acetosyringone untuk induksi virulensi A. Apriasti et al. (2018). Hasil ekstraksi
tumifaciens, kemudian ditambahkan kemudian dilakukan analisa PCR
eksplan kalus embriogenik yang telah menggunakan kit master mix (Roche,
dilukai dan diinkubasi pada shaker 50 rpm Jerman) dan primer sesuai susunan gen
selama 30 menit dengan suhu 28oC. yang diharapkan. Reaksi PCR dilakukan
Kemudian eksplan kalus ditumbuhkan dalam termal cycle T100 (Bio-Rad, USA)
pada media kokultivasi selama 2-3 hari, dengan suhu pre-denaturasi 95oC, 3 menit;
suhu 28oC. Media kokultivasi kemudian 34 siklus denaturasi pada suhu
menggunakan Media induksi dengan 95oC, 30 detik, suhu anealing 56oC, 30
penambahan 100 ppm acetocyringon. detik, suhu ekstensi 72 oC, 1 menit, dan
Tahap eliminasi, A.tumefaciens ekstensi terakhir pada suhu 72oC, 5 menit.
dieliminasi menggunakan cefotaxime 500 Hasil dari PCR divisualisasi dengan gel
ppm untuk mencegah infeksi berlebih. agarose 1 % mengandung ethidium
Eksplan dimasukkan dalam 50 mL larutan bromide pada GelDoc (Apriasti et al.,
cefatoxime, dikocok pelan selama 10 2018). Tanaman positif transforman
menit. Eksplan disaring dan disiram diaklimatisasi. Planlet dibersihkan dari sisa
aquades, kemudian ditiriskan, agar media dan direndam dengan larutan
ditumbuhkan pada media eliminasi (media fungisida (Dithane 0,1%), 30 menit.
induksi dengan penambahan 500 ppm kemudian ditanam pada pasir steril.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 101


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

Tanaman disiram larutan AB mix di sekitar seperti pada gambar 2a. Beberapa koloni
perakaran, volume penyiraman bakteri diambil dan ditumbuhkan dalam
menyesuaikan kondisi tanah agar tidak YEP cair. Biakan bakteri digunakan
kering ataupun tergenang. sebagai sampel ekstraksi plasmid untuk
analisis PCR dan juga streak pada media
HASIL DAN PEMBAHASAN YEP padat seperti pada gambar 2b.
Transformasi plasmid pRI 101-ON Analisis PCR bertujuan untuk konfirmasi
SoSPS1 pada sel kompeten A.tumefaciens memiliki gen target yang
A.tumefaciens akan ditransformasikan ke dalam sel
Plasmid pRI 101-ON SoSPS1 tanaman. Hasil PCR ditunjukkan pada
ditransformasikan ke dalam sel kompeten gambar 2c dan 2d dengan primer yang
A.tumefaciens dan ditumbuhkan pada berbeda. Gambar 2c menggunakan primer
media YEP dengan penembahan selectable NPTII sebagai gen penanda ketahanan
marker. A.tumefaciens diinkubasi pada terhadap kanamisin, sedangkan hasil pada
suhu 28oC selama 3-4 hari dan kemudian gambar 2d menggunakan primer camv-sps
tumbuh koloni-koloni tunggal bakteri sebagai penanda gen SoSPS1.

Gambar 2. A.tumefaciens pada Media YEP Padat dengan Penambahan Selectable Marker.
a) Kultur Kloning A.tumefaciens SoSPS1 setelah Transformasi pada Sel
Kompeten, b) Subkultur A.tumefaciens SoSPS1 setelah Konfirmasi PCR, c) Hasil
analisis PCR Koloni dengan Primer NPTII, d) Hasil analisis PCR koloni dengan
crimer CaMV-SPS, dan lin 1, 2, 3, 4, 5 adalah nomor koloni yang diambil untuk
analisis.
Figure 2. A.tumefaciens on YEP medium with addition of Selectable Marker. a)Clone
Culture of A.tumefaciens SoSPS1 after Transformation to Competent Cell, b)
Clone Subculture A.tumefaciens after PCR Confirmation, c)Clone PCR Analysis
Results with NPTII Primer, d)Clone PCR Analysis Results with CaMV-SPS
Primer and 1, 2, 3, 4, 5 lines representing number of colony for analysis.

Gambar 2c dan 2d menunjukkan target SoSPS1 dan gen untuk ketahanan


bahwa A.tumefaciens yang mengandung terhadap canamycin (NPTII). Primer
konstruk pRI 101-ON yang memiliki gen NPTII memiliki ukuran sekitar 750 bp,

Publisher : Politeknik Negeri Jember 102


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

sedangkan primer camv-sps memiliki Induksi Kalus Somatik Embriogenik


ukuran 1.000 bp. Perbedaan ukuran primer (SE) dan Transformasi SoSPS1 pada
ditentukan oleh jumlah basa yang ada di Eksplan Kalus Somatik Embriogenik
dalam primer tersebut. Prinsip dasar PCR (SE) menggunakan A.tumefaciens
adalah penggunaan DNA polimerase yang Transformasi SoSPS1 dilakukan
berasal dari replikasi in-vitro suatu DNA dengan menggunakan A.tumefaciens
spesifik untuk menghasilkan salinan sebagai vektor dan kalus somatik
fragmen DNA tertentu yang diharapkan embriogenik (SE) sebagai eksplan. Induksi
ada dalam sampel (Kadri, 2020) dengan kalus dilakukan dengan menggunakan
jumlah amplifikasi yang besar. Primer jaringan meristematic spindle leaf yang
bertindak sebagai penentu urutan basa dipotong melintang seperti pada gambar
yang akan disalin dari sampel. Jadi, 3a. Eksplan akan berubah warna menjadi
berdasarkan gambar 2c dan 2d maka dapat semakin terang setelah beberapa hari dan
disimpulkan pRI 101-ON-SoSPS1 berhasil pada minggu ke 3 dan 4 gulungan daun
ditransformasikan ke dalam sel kompeten muda menjadi berwarna putih kekuningan.
A.tumefaciens dengan adanya gen NPTII Eksplan mulai terbuka diikuti
dan SoSPS1. pembentukan jaringan-jaringan muda di
Infeksi A.tumefaciens sebagai vektor tepi potongan daun seperti ditunjukkan
akan meningkatkan keberhasilan insersi gambar 3b. Jaringan kalus akan terus
DNA traget pada sel sehingga replikasi berkembang dan bertambah jumlahnya
DNA dapat terjadi hampir di semua sel selama masa inkubasi. Setelah subkultur
penyusun jaringan. Hal ini dikarenakan kedua, jaringan kalus akan terus bertambah
A.tumefaciens mentransfer DNA dalam T- hingga meristematic spindle leaf tidak
DNA ke dalam nukleus tanaman terlihat seperti pada gambar 3c. Media
(Keshavareddy et al., 2018). Menurut induksi merupakan faktor utama untuk
Rivera et al. (2012), ada beberapa mendapatkan kalus SE. Media MS dengan
keuntungan menggunakan A.tumefaciens penambahan 2,4-D dan kasein hidrolisat
sebagai vektor transformasi antara lain: merupakan media optimum untuk induksi
a) Integrasi gen bersifat presisi, insersi kalus tebu. Menurut Alcantara et al.
gen sederhana dengan defined ends (2014), persentase kalus embriogenik
dan jumlah kopi yang rendah, integrasi tanaman tebu kultivar RB855156 dan
dan pewarisan sifat yang stabil serta RB72454 terbesar didapatkan dengan
ekspresi gen bersifat konsisten di penggunaan 2,4-D tanpa penambahan jenis
generasi seterusnya. auksin atau sitokinin yang lain dalam
b) Jenis sel yang berbeda dapat media MS. Hormon 2,4-D juga dapat
digunakan dalam transformasi gen, digunakan dalam media induksi kalus
atau dalam arti lain gen yang hampir di setiap kultivar tanaman tebu.
ditransformasikan dapat berasal dari Persentase jumlah kalus dapat ditingkatkan
spesies tanaman yang berbeda atau dengan penambahan kasein hidrolisat.
makhluk hidup lain bukan tanaman. Penambahan kasein hidrolisat ke dalam
c) Protokol pelaksanaannya efisien dan media induksi yang mengandung auksin
mudah dilaksanakan untuk dapat meningkatkan pembentukan kalus
mengembangkan banyak tanaman karena kasein hidrolisat berperan sebagai
dikotil dan beberapa jenis tanaman prekursor pembentukan asam nukleat dan
monokotil. proses eluler lainnya (Purnamaningsih et
d) Efisiensinya keberhasilannya tinggi. al., 2021).
Kalus embriogenik memiliki
beberapa ciri antara lain kalus kompak,

Publisher : Politeknik Negeri Jember 103


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

keras, berwarna kekuningan denga kondisi sel yang berbeda dan spesifik
permukaan yang halus dan struktur dalam merespon kondisi in-vitro. Sel-sel
globular (Di Pauli et al., 2021). Ciri kalus tanaman terutama bagian daun merupakan
embriogenik juga ditemukan pada gambar sel-sel tunggal yang dapat terdeferensiasi
3c dan dibuktikan secara mikroskopik pada penuh, terspesialisasi jaringan da merespon
gambar 3d. Beberapa hal yang tidak dapat beragam kondisi kultur in-vitro. Gen-gen
dipastikan dalam persiapan eksplan yang terlibat dalam deferensiasi sel erat
transformasi antara lain waktu inkubasi kaitannya dengan respon cekaman,
dalam pembentukan kalus oleh sel-sel metabolisme primer, pembelahan sel, dan
meristematik spindle leaf. Hal ini juga sintesis dinding sel (Fehér et al.,
disebabkan setiap eksplan memiliki 2003).

Gambar 3. Persiapan Eksplan Kalus Somatik Embriogenik (SE). a) Pemotongan Melintang


Meristematic Spindle Leaf pada Media Induksi, b) Awal Pembentukan Jaringan
Kalus, c) Kalus SE, d) Kalus SE berdasarkan Pengamatan Mikroskop.
Figure 3. Preparation of Somatic Embryogenic (SE) Callus for Explant. a) Transverse
Cutting of Meristematic Spindle Leaf for Induction, b) Early Callus Tissue
Formation, c) SE Callus, d) SE Callus based on Microscope Observation.

Infeksi oleh A.tumefaciens respon terhadap luka, hal tersebut adalah


transforman ke dalam sel kalus somatik penanda bagi A.tumefaciens di alam liar
embriogenik dilakukan dengan inkubasi untuk menginfeksi tanaman dikotil
keduanya bersama-sama dalam satu media (Sawant et al., 2018). Asetosiringon yang
MS ditambahkan asetosiringon (proses ditambahkan secara eksogen akan masuk
kokultivasi). Asetosiringon berperan ke dalam kalus dan menginisiasi
sebagai penginduksi potensi gen virulen A.tumefaciens untuk menginfeksi. Inkubasi
yang tidak dimiliki oleh tanaman bersama akan memberikan kesempatan
monokotil. Pada tanaman dikotil, bakteri agar lebih optimal dalam proses
penginduksi gen virulen muncul sebagai infeksi eksplan.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 104


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

Agrobacterium tumifaciens permukaan kalus sepenuhnya, cukup di


merupakan vektor untuk memasukkan gen sekitar kalus seperti ditunjukkan gambar
target ke dalam sel tanaman. Transformasi 4a. Hal ini bertujuan untuk mencegah
gen menggunakan A.tumefaciens stress berlebihan yang dapat
memungkinkan produksi tanaman mengakibatkan kematian sel-sel dalam
transgenik dengan target keberhasilan eksplan. Setelah tahap kokultivasi,
tingkat jaringan tanaman sehingga gen dan dilakukan tahap eliminasi. Eliminasi
diekspresikan di hampir semua sel, dan dilakuan untuk menghentikan
meminimalisir kemungkinan ekspresi gen pertumbuhan bakteri agar infeksi tidak
target lokal di beberapa bagian tanaman terjadi terus menerus dan membunuh sel di
saja. A.tumefaciens menginfeksi eksplan dalam kalus. Pertumbuhan bakteri
kalus SE. Ketika introduksi DNA dihentikan menggunakan cafotaxime
dimasukkan ke dalam sel yang mampu dalam media eliminasi. Cefotaxime
beregenerasi, maka tingkat keberhasilan merupakan antibiotik dengan spektrum
transformasi menjadi lebih tinggi luas. Cefotaxime memiliki kemampuan
(Keshavareddy et al., 2018). Ketika penetrasi dinding sel dan menunjukkan
ditumbuhkan pada media YEP padat produksi β-laktam yang stabil dan
dengan penambahan selectable marker, memiliki afinitas tinggi terhadap enzim
hanya A.tumefaciens transforman yang penting dalam bakteri (Schrinner et al.,
dapat tumbuh karena karena gen ketahanan 1980). Menurut Padda & Nagalli (2022),
terhadap kanamisin yang hanya dimiliki cefotaxime mengikat protein pengikat
oleh A.tumefaciens transforman. Selain itu, penisilin (PBPs) melalui cincin β-laktam
PCR koloni bakteri juga dilakukan untuk kemudian menghambat aktivitas definitif
membuktikan bahwa bakteri yang tumbuh transpeptidasi ketika proses pembentukan
pada media adalah A.tumefaciens dinding sel peptidoglikan pada bakteri. Hal
transforman yang memiliki konstrak gen ini menyebabkan sel bakteri tidak mempu
target. A.tumefaciens memiliki gen mambentuk dinding sel dan mengalami
ketahanan terhadap canamysin yang autolisis. Penggunaan cefotaxime juga
dikode oleh NPTII, oleh karena itu hasil dilanjutkan hingga tahap seleksi 3 untuk
PCR dengan primer NPTII menunjukkan mencegah kemungkinan adanya
hasil positif. pertumbuhan Agrobacterium sewaktu-
waktu, karena bakteri berkemungkinan
Seleksi Kalus dan Analisis PCR dapat bersembunyi di dalam gerombolan
(Polymerase Chain Reaction) kalus.
Eksplan kalus SE yang telah Perkembangan kalus dimulai pada
ditransformasi masuk dalam tahap tahap eliminasi, pada tahap ini cekaman
kokultuvasi kemudian diseleksi secara in- biotik dari bakteri akan berkurang seiring
vitro. Pada tahap kokultivasi bakteri waktu. Sel-sel di dalam kalus mulai
transforman akan tumbuh bersama, dan beregenerasi dan memproduksi sel baru
populasinya tidak berlebihan untuk memperbaiki kerusakan karena
(overgrowth). Gambar 4a menunjukkan infeksi A.tumefaciens. Pada tahap ini T-
tahap kokultivasi dimana eksplan kalus SE plasmid telah menyisipkan gen target pada
dan A.tumefaciens ditumbuhkan bersama. komosom tanaman. T-DNA yang telah
Kokultivasi bertujuan untuk dimasukkan ke dalam sel tanaman akan
memaksimalkan infeksi oleh ikut serta dalam proses pembelahan sel
A.tumefaciens. Meskipun ditumbuhkan yang terjadi. Salinan gen tunggal dari
bersama, pertumbuhan populasi transformasi bersegregasi mengikuti
A.tumefaciens tidak boleh menutupi hukum pola pewarisan Mendel

Publisher : Politeknik Negeri Jember 105


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

(Rahmawati, 2006). Pada gambar 4b menggunakan kanamisin sebagai


menunjukkan adanya perkembangan kalus selectable marker DNA. pRI 101-ON
baru sekaligus deferensiasi sel yang mulai SoSPS1 memiliki gen NPTII sebagai gen
membentuk calon daun. Kalus penanda ketahanan terhadap kanamisin,
menunjukkan titik-titik hijau sebagai dan gen tersebut tidak dimiliki secara alami
respon adanya cahaya, sel kalus dalam sel tanaman. Oleh karena itu, hanya
berkembang mengikuti tahapan fase tanaman positif transforman yang dapat
globular, skutelar, torpedo, hingga heart hidup pada media seleksi. Kalus yang tidak
dan terbentuk calon daun. Ketika berhasil terinfeksi akan mati ditandai
memasuki tahap seleksi 1 terlihat tunas dengan perubahan warna kalus menjadi
kecil yang masih bergerombol dan belum coklat hingga kehitaman, sedangkan kalus
terpisah. Pada tahap ini, kalus-kalus yang yang lolos seleksi akan terus berkembang
telah melalui tahap eliminasi akan diseleksi dan beregenerasi menjadi calon tunas.

Gambar 4. Perkembangan Eksplan Kalus SE pada Tahapan Transformasi hingga


Aklimatisasi Planlet Putatif Transforman. a) Kalus SE pada Tahap Kokultivasi,
b) Deferensiasi Sel membentuk Calon Daun, c) Perkembangan Calon Daun, d)
Pembentukan Calon Tunas Bergerombol, e) Pembentukan Perakaran, f) Planlet
Putatif Transforman In-vitro, g) Aklimatisasi Tanaman.
Figure 4. Development of Callus Explants on Transformation Stage to Putative Plant
Acclimatization. a) SE Callus on Co-Cultivation, b)Cell Deferentiation to be Leaf,
d) Leaf Development, e) root formation, f) Transformasn Putative Planlet in-vitro,
g) Plant Acclimatization.

Gambar 4b merupakan awal tahap eliminasi. Sel-sel kemudian


munculnya calon tunas. Kemunculan tunas berdeferensiasi membentuk calon-calon
diawali dengan munculnya titik hijau daun, dan setiap gerombol kalus memiliki
sebagai respon sel karena adanya cahaya. beberapa calon daun. Calon daun semakin
Titik hijau mulai muncul ketika eksplan di membesar dan berwarna hijau muda

Publisher : Politeknik Negeri Jember 106


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

hingga gambar 4d menunjukkan terlihat pembentukan perakaran. Sistem


pembentukan daun yang sempurna. Daun perakaran semain banyak dan panjang.
berwarna hijau tua dan terlihat seperti Pada gambar 4f tanaman dapat dipisahkan
golongan rerumputan (Graminae). menjadi single plant. Ketika bisa
Pertumbuhan daun semakin besar dan dipisahkan, tanaman ditumbuhkan terpisah
semakin tinggi hingga terbentuk seperti untuk memaksimalkan pertumbuhan akar.
tunas muda, namun belum terbentuk akar Planlet putatif yang memiliki perakaran
dan single plant (tumbuh bergerombol). maksimal diaklimatisasi pada pasir steril
Gambar 4e menunjukkan pertumbuhan seperti pada gambar 4g. Beberapa kondisi
daun dengan tinggi 6-8 cm setiap calon yang menunjukkan planlet siap
tunas, dan mulai terlihat pembentukan akar diaklimatisasi antara lain memiliki
tanaman. Pada gambar 4d beberapa calon perakaran yang panjang, sehat, dan
tunas belum bisa dipisahkan atau bergerombol banyak. Kondisi aklimatisasi
membentuk single plant. Hingga harus dipantau terus menerus untuk
memasuki tahap seleksi berikutnya, calon mencegah munculnya jamur atau kondisi
daun semakin tinggi dan belum terpisah yang terlalu kering.
seperti pada gambar 4e, namun mulai

Tabel 1. Persentase Efisiensi Transformasi Setiap Tahap dan Jumlah Planlet Putatif
Table 1. Percentage of Transformation Effiency on Every Stage and Number of Putative
Planlets
Eliminasi

Seleksi 1

Seleksi 2

Seleksi 3

Seleksi 4

Seleksi 5
Transformasi

Planlet
Putatif
Eksplan

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 125 0 0 4 3,2 5 4 5 4 3 2,4 3 2,4 3
2 170 0 0 6 3,5 7 4,1 7 4,1 4 2,4 3 2,4 3

Tabel 1 menunjukkan persentase sehingga setelah diinfeksi sel-sel dalam


efisiensi transformasi. Efisiensi kalus dapat memperbaiki diri dengan cepat
transformasi merupakan persentase dan berdeferensiasi untuk membentuk
keberhasiln eksplan beregenerasi organ-organ tanaman menjadi tunas baru.
membentuk tunas baru setelah diinfeksi Tanaman putatif yang dihasilkan setelah
oleh Agrobacterium pada media seleksi. tahap seleksi 5 sebanyak 6 tanaman.
Proses transformasi SoSPS1 pertama dan Seluruh tanaman putatif kemudian
kedua menunjukkan efisiensi sebesar dianalisis PCR (Polymerase Chain
2,4%. Penggunaan kalus SE merupakan hal Reaction) untuk memastikan keberadaan
penting dalam proses transformasi karena gen SoSPS dalam tanaman putatif
kalus SE memiliki kemampuan transforman.
beregenerasi membentuk tunas baru,

Publisher : Politeknik Negeri Jember 107


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

Gambar 5. Hasil Analisis PCR menggunakan Genom Daun Tanaman Putatif Transforman
dengan Primer NPTII . M adalah marker DNA; K-, kontrol negative tanaman
wild type; K+, kontrol positif DNA plasmid, dan D, E, H2, L, X merupakan 5
sample genom daun tanaman putative transforman.
Figure 5. PCR Analysis Result of Transformant Putative Plant with NPTII Primer. M, DNA
marker; K, negative control of wild type plant; K+, positive control of plasid
DNA; and D; E; H2; L; X representing 5 samples of leaves genome of putative
transformant.

Tanaman putatif transforman


memiliki perakaran yang baik dan lolos KESIMPULAN
hingga seleksi kelima dilanjutkan pada Transformasi gen SoSPS1 pada
tahap aklimatisasi dan analisis PCR untuk eksplan kalus somatik embriogenik
membuktikan tanaman telah tersisipi gen tanaman tebu dapat dilakukan dengan
target. PCR (Polymeration Chain vektor A.tumefaciens. Tahapan
Reaction) merupakan metode untuk transformasi antara lain kokultivasi,
mereplikasi sekuen gen menggunakan eliminasi dan seleksi menggunakan media
primer tertentu dan divisulisasikan pada Murashige and Skoog dan perkembangan
gel agarose dengan elektroforesis. Gambar kalus ditunjukkan pada setiap tahap. Fase
5 adalah hasil PCR yang divisualisasikan perkembangan kalus mengikuti fase
pada GelDoc. Hasil dari PCR dimasukkan perkembangan seperti pada umunya yaitu
dalam gel agarose dan dielektroforesis globular, skutelar, torpedo, heart, dan
untuk menunjukkan ukuran gen dengan berdeferensiasi menjadi planlet. Planlet
visualisasi pendaran. Gen yang berpendar putatif transforman tumbuh dengan organ
pada gambar 5 menunjukkan adanya gen tanaman lengkap dan berwarna hijau tua.
berukuran 750 bp di dalam sampel tanaman
yang diuji sama dengan ukuran kontrol
positif (plasmid A.tumefaciens). Hal ini
menunjukkan bahwa 4 dari 6 sampel
tanaman yang dianalisis, memiliki gen
target yang ditransformasikan dan
dinyatakan sebagai tanaman positif
transforman.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 108


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

Efisiensi transformasi sebesar 2,4% dan spp.) cultivars. Journal of Genetic


menghasilkan 6 tanaman tebu in-vitro. Engineering and Biotechnology,
19(1), 171.
DAFTAR PUSTAKA
Alcantara, G. B. de, Dibax, R., Bespalhok Fehér, A., Pasternak, T. P., & Dudits, D.
Filho, J. C., & Daros, E. (2014). Plant (2003). Transition of somatic plant
regeneration and histological study of cells to an embryogenic state. Plant
the somatic embryogenesis of Cell, Tissue and Organ Culture,
sugarcane (Saccharum spp.) cultivars 74(1), 1065–1073.
RB855156 and RB72454 - doi:
Kadri, K. (2020). Polymerase Chain
10.4025/actasciagron.v36i1.16342.
Reaction (PCR): Principle and
Acta Scientiarum. Agronomy, 36(1),
Applications. In Synthetic Biology -
63.
New Interdisciplinary Science.
Apriasti, R., Widyaningrum, S., Hidayati, IntechOpen.
W. N., Sawitri, W. D., Darsono, N.,
Keshavareddy, G., Kumar, A. R. V., & S.
Hase, T., & Sugiharto, B. (2018). Full
Ramu, V. (2018). Methods of Plant
sequence of the coat protein gene is
Transformation- A Review.
required for the induction of
International Journal of Current
pathogen-derived resistance against
Microbiology and Applied Sciences,
sugarcane mosaic virus in transgenic
7(07), 2656–2668.
sugarcane. Molecular Biology
Reports, 45(6), 2749–2758. Matsui, T., Matsuura, H., Sawada, K.,
Takita, E., Kinjo, S., Takenami, S.,
Badan Pusat Statistik. (2021). Distribusi Ueda, K., Nishigaki, N., Yamasaki,
Perdagangan Komoditas Gula Pasir
S., Hata, K., Yamaguchi, M., Demura,
Indonesia. BPS RI. T., & Kato, K. (2012). High level
Chakraborty, M., Sairam Reddy, P., Laxmi expression of transgenes by use of 5’-
Narasu, M., Krishna, G., & Rana, D. untranslated region of the Arabidopsis
(2016). Agrobacterium-mediated thaliana arabinogalactan-protein 21
genetic transformation of gene in dicotyledons. Plant
commercially elite rice restorer line Biotechnology, 29(3), 319–322.
using nptII gene as a plant selection
Matsui, T., Sawada, K., Takita, E., & Kato,
marker. Physiology and Molecular
K. (2015). Compatibility of
Biology of Plants, 22(1), 51–60.
translational enhancers with various
Debnath, S. C., Vyas, P., Goyali, J. C., & plant species. Plant Biotechnology,
Igamberdiev, A. U. (2012). 32(4), 309–316.
Morphological and molecular
Miswar, M., Sugiharto, B., Soedarsono, J.,
analyses in micropropagated berry
& Moeljapawiro, S. (2007).
plants acclimatized under ex vitro
condition. Canadian Journal of Plant
Science, 92(6), 1065–1073.

Di Pauli, V., Fontana, P. D., Lewi, D. M.,


Felipe, A., & Erazzú, L. E. (2021).
Optimized somatic embryogenesis
and plant regeneration in elite
Argentinian sugarcane (Saccharum

Publisher : Politeknik Negeri Jember 109


Author(s): Zaiyin Rizky Ageng Maulidia; Ahdatu Uli Khikamil Maulidiya; Tri Handoyo; Bambang Sugiharto ________

TRANSFORMASI GEN SUCROSE L.) calli. International Journal of


PHOSPHATE SYNTHASE Chemical Studies, 6(3Pt.B), 1–7.
(SoSPS1) MENGGUNAKAN
Agrobacterium tumefaciens UNTUK Sawitri, W. D., & Sugiharto, B. (2018).
MENINGKATKAN SINTESIS Rekayasa Sucrose Phosphate
SUKROSA PADA TANAMAN Synthase untuk Meningkatkan
TEBU (Saccharum officinarum L.). Sukrosa sebagai Sumber Karbon dan
Berkala Penelitian Hayati, 12(2), Energi bagi Pertumbuhan Tanaman.
137–143. In Bunga Rampai Forum Peneliti
Muda Indonesia (pp. 173–180). ITB
Padda, I. S., & Nagalli, S. (2022). Press.
Cefotaxime.
Schrinner, E., Limbert, M., Penasse, L., &
Purnamaningsih, R., Sukmadjaja, D., Lutz, A. (1980). Antibacterial activity
Suhesti, S., & Rahayu, S. (2021). In of cefotaxime and other newer
vitro propagation of six selected cephalosporins (in vitro and in vivo).
sugarcane mutant clones through leaf Journal of Antimicrobial
explants. IOP Conference Series: Chemotherapy, 6(suppl A), 25–30.
Earth and Environmental Science,
883(1), 012075. Sugio, T., Satoh, J., Matsuura, H.,
Shinmyo, A., & Kato, K. (2008). The
Rahmawati, S. (2006). Status 5′-untranslated region of the Oryza
Perkembangan Perbaikan Sifat sativa alcohol dehydrogenase gene
Genetik Padi Menggunakan functions as a translational enhancer
Transformasi Agrobacterium. Jurnal in monocotyledonous plant cells.
AgroBiogen, 2(1), 36. Journal of Bioscience and
Bioengineering, 105(3), 300–302.
Rivera, A. L., Gómez-Lim, M., Fernández,
F., & Loske, A. M. (2012). Physical Yamasaki, S., Suzuki, A., Yamano, Y.,
methods for genetic plant Kawabe, H., Ueno, D., Demura, T., &
transformation. Physics of Life Kato, K. (2018). Identification of 5′-
Reviews, 9(3), 308–345. untranslated regions that function as
effective translational enhancers in
Sawant, G., Sawardekar, S., Bhave, S., & monocotyledonous plant cells using a
Kshirsagar, J. (2018). Effect of novel method of genome-wide
acetosyringone and age of callus on analysis. Plant Biotechnology, 35(4),
agrobacterium-mediated 365–373.
transformation of rice (oryza sativa

Publisher : Politeknik Negeri Jember 110

Anda mungkin juga menyukai