Anda di halaman 1dari 10

JNTTIP

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan


DOI : 10.24198/jnttip.v2i3.29889
jurnal.unpad.ac.id/jnttip; e-ISSN:2715-7636
2(3):156-166, September 2020

PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK FERMENTASI TERHADAP


KUALITAS FISIK DAN pH SILASE RUMPUT GAJAH
(Pennisetum purpureum)

The Effect of Fermented Bran on the Physical Quality and pH of the


Elephant Grass (Pennisetum purpureum) Silage

Hansa Aglazziyah1, Budi Ayuningsih2, and Lizah Khairani3

1
Program Sarjana Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, PSDKU Universitas Padjadjaran
2
Departemen Nutrisi Ternak dan Teknologi Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Padjadjaran. Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat 45363

ABSTRAK
Silase merupakan pengawetan hijauan pakan ternak melalui
KORESPONDENSI DAN fermentasi anaerob sehingga dapat disimpan dalam jangka
RIWAYAT ARTIKEL waktu yang relatif lama dan memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan dedak fermentasi terhadap kualitas fisik dan pH
Hansa Aglazziyah silase rumput gajah cv. Hawaii. Penelitian dilaksanakan pada
3 November 2019 – 15 Januari 2020 di kelompok ternak
Fakultas Peternakan, Mekar Jaya, Dusun Cikangkung RT 01 RW 03, Desa
Universitas Padjadjaran. Cikembulan, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran
Kampus Jatinangor, Jl. Raya serta Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Bandung-Sumedang Km. 20, Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Sumedang, Jawa Barat Padjadjaran. Penelitian menggunakan metode eksperimental
405363 dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dari 3 perlakuan dan
6 ulangan. Perlakuan terdiri atas P1 (penggunaan 1% dedak
fermentasi), P2 (penggunaan 3% dedak fermentasi), dan P3
email : (penggunaan 5% dedak fermentasi). Hasil penelitian
hansaeffendi@gmail.com menunjukkan bahwa penggunaan dedak fermentasi dengan
berbagai dosis mempengaruhi warna dan aroma silase, namun
Dikirim I : Juli 2020 tidak mempengaruhi tekstur dan pH silase rumput gajah
Diterima : September 2020 (Pennisetum purpureum). Penggunaan dedak fermentasi
dosis 5% menghasilkan silase dengan kategori terbaik yaitu
mempunyai warna hijau kekuningan dan aroma asam
fermentasi.

Kata kunci: fermentasi, silase, kualitas


ABSTRACT
Silage is feed preservation through anaerobic fermentation, it can be stored for a long time
period and the ruminant nutrition. The purpose of this study was to determine the effect of
fermented bran on the physical quality and pH the elephant grass cv. Hawaii silage. The
research was conducted on 3rd November 2019 – 15th January 2020 in the Mekar Jaya livestock
group, Cikangkung, RT 01 RW 03, Cikembulan, Sidamulih, Pangandaran and Laboratory of
Nutrition Ruminant and Feed Chemistry, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran
University. The research used an experimental method with a Completely Randomized Design,
consisted of 3 treatments and 6 replications. The treatments were T 1 (1% fermented bran), T2
(3% fermented bran), and T3 (5% fermented bran). The result of this research indicated that
increasing dose of fermented bran on the silage making gave significant effect (P < 0,05) on
the colour and odor, but there were not influenced to the texture and pH silage. The addition
of fermented bran on 5% dose gave good category silage, which is a yellowish green and
smelling fermentation.

Keyword: fermentation, silage, quality

PENDAHULUAN (Mannetje, 1999). Oleh karena itu,


penambahan aditif dengan kandungan WSC
Silase adalah pengawetan pakan yang tinggi yaitu lebih dari 5% (McDonald
hijauan melalui fermentasi anaerob dengan dkk., 1991) dalam silase rumput gajah dapat
menambahkan aditif tertentu sehingga menekan terjadinya perombakan protein.
menghasilkan kondisi asam. Kondisi anaerob Aditif yang dapat ditambahankan
akan mempercepat pertumbuhan bakteri sebagai stimulan fermentasi dengan
asam laktat dalam memecah karbohidrat kandungan WSC relatif tinggi adalah dedak.
menjadi asam laktat tanpa memerlukan Kandungan WSC dedak padi sebesar 5,42%
oksigen (Fardiaz, 2017). Pengawetan hijauan (Septian dkk., 2011) yang dapat digunakan
dengan silase bertujuan untuk menghasilkan sebagai sumber energi bagi berkembangnya
pakan yang dapat disimpan dalam jangka bakteri asam laktat dan menurunkan pH
waktu relatif lama dan memenuhi kebutuhan silase. Penambahan dedak fermentasi dapat
nutrisi ternak ruminansia. meningkatkan kualitas silase rumput gajah,
Salah satu pakan hijauan yang dapat karena mengandung inokulan bakteri asam
diawetkan dalam bentuk silase adalah rumput laktat yang dibiakkan pada media berupa
gajah. Tanaman ini dijadikan sebagai hijauan campuran dedak, SOC, dan molasses. Dedak
pakan ternak unggul karena mempunyai fermentasi merupakan hasil fermentasi dedak
produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang telah ditambahkan SOC isi rumen dan
rumput gajah varietas Hawaii berbulu molasses dengan perbandingan 10: 2: 1.
mencapai 277 ton per hektar per tahun berat SOC isi rumen yang ditambahkan pada
segar atau 36 ton per hektar per tahun berat dedak fermentasi merupakan fermentasi
kering (Sinaga, 2007). Rumput gajah cairan rumen yang telah ditambahkan tepung
mempunyai kandungan WSC yang rendah gaplek dan molasses sebagai sumber energi
dan buffering capacity tinggi, sehingga bakteri asam laktat. SOC ini digunakan
menyebabkan protein yang terdapat pada sebagai media substrat untuk
rumput mudah mengalami proteolisis
pertumbuhan bakteri asam laktat, karena
mengandung single cell protein dari asam amino essensial (Kuswardani dan
mikroba rumen yang telah mengalami fase Widjajaseputra, 1998) yang dapat
kematian. Single cell protein mengandung dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat

Volume 2 No.3 | 157


sebagai sumber nutrisi. Tipe fermentasi dibedakan menjadi empat kategori yaitu
bakteri asam laktat yang dijadikan inokulan sangat baik (pH 3,2 – 4,2), baik (pH 4,2 –
dalam SOC isi rumen adalah 4,5), sedang (pH 4,5 – 4,8) dan buruk (pH >
homofermentatif, dimana bakteri ini mampu 4,8) (Wilkins, 1988).
merombak karbohidrat mudah larut menjadi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
asam laktat. mengetahui pengaruh penggunaan dedak
Peningkatan produksi asam laktat fermentasi terhadap kualitas fisik dan pH
sejalan dengan bertambahnya jumlah silase rumput gajah. Kedua adalah untuk
populasi bakteri asam laktat. Bakteri ini mengetahui dosis dedak fermentasi yang
mendapatkan sumber energi berupa optimal dalam silase rumput gajah terhadap
karbohidrat mudah larut dari tepung gaplek kualitas fisik dan pH silase.
dan molasses. Penambahan tepung gaplek METODE PENELITIAN
dan molasses dalam proses fermentasi SOC Objek dan Metode
bertujuan untuk meningkatkan kandungan
asam laktat yang menyebabkan penurunan Penelitian dilakukan di kelompok
pH. Hal ini disebabkan oleh tingginya ternak Mekar Jaya, Dusun Cikangkung RT 01
kandungan karbohidrat sederhana yang dapat RW 03, Desa Cikembulan, Kecamatan
digunakan oleh bakteri asam laktat untuk Sidamulih, Kabupaten Pangandaran dan
menurunkan pH silase (Jones dkk., 2004). Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia
Kandungan karbohidrat terlarut yang terdapat dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas
pada tepung gaplek dan molasses mampu Peternakan, Universitas Padjadjaran pada 3
mendorong pertumbuhan bakteri asam laktat November 2019 – 15 Januari 2020. Penelitian
untuk mencapai kondisi asam dan menggunakan metode eksperimental dengan
meningkatkan kualitas fisik silase rumput rancangan percobaan Rancangan Acak
gajah. Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu:
Kualitas fisik silase dapat dilihat dari P1= Penggunaan 1% dedak fermentasi; P2=
warna, aroma, dan tekstur. Silase yang baik Penggunaan 3% dedak fermentasi; P3=
berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan Penggunaan 5% dedak fermentasi. Data hasil
dan memiliki aroma asam fermentasi penelitian diuji dengan analisis ragam dan
(Hidayat, 2014). Perubahan warna yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda
terjadi pada proses ensilase disebabkan oleh Duncan. Data penelitian diolah menggunakan
proses respirasi aerobik yang berlangsung program excel.
sebagai akibat dari adanya oksigen yang
terdapat pada media fermentasi. Silase Peubah yang Diamati
rumput gajah dikatakan baik jika aroma yang
dihasilkan asam dan wangi fermentasi. Hal Peubah yang diamati dalam penelitian
ini disebabkan oleh kandungan asam laktat ini adalah Kualitas Fisik (warna, aroma, rasa)
yang dihasilkan pada proses ensilase. Silase dan pH silase. Kualitas fisik diuji oleh panelis
yang baik dinilai dari segi kualitatif, seperti agak terlatih sebanyak 25 orang (Macfie,
pH, warna, aroma, tekstur, rasa, dan 1994) yang berasal dari mahasiswa Fakultas
kandungan asam laktat. Peternakan. Penilaian silase menggunakan
pH silase berkaitan erat dengan skala ordinal dengan 10 – 30 dari setiap
produksi asam laktat yang dihasilkan pada kategori penilaian, dimana nilai tertinggi
proses ensilase. pH silase rendah adalah 30 dan nilai terendah adalah 10 yang
menunjukkan bahwa tingginya produksi mengacu pada format penilaian standar
asam laktat, sedangkan pH silase tinggi kualitas silase Direktorat Pakan Ternak tahun
menunjukkan produksi asam laktat yang 2012. Pengukuran pH silase dilakukan
dihasilkan rendah. Hal ini disebabkan oleh menggunakan pH meter, dengan tipe data
jumlah populasi bakteri asam laktat pada interval, dimana kontrol lain yang
proses fermentasi anaerob. pH silase diperhatikan adalah suhu ruangan. Adapun

Volume 2 No.3 | 158


pH standar pH silase rumpu gajah adalah pH hasil fermentasi yang baik adalah 4,2 –
kualitas sangat baik (pH 3,2 – 4,2) baik (pH 4,5. Bakteri asam laktat dapat tumbuh dan
4,2 – 4,5), sedang (pH 4,5 – 4,8) dan buruk bertahan hidup jika mendapat energi berupa
(pH > 4,8) (Wilkins, 1988). karbohidrat mudah larut. Bakteri ini
Rumput yang digunakan adalah rumput merupakan kelompok bakteri yang
gajah varietas Hawaii yang diperoleh dari mempunyai kemampuan untuk mengubah
kebun kelompok ternak Mekar Jaya karbohidrat seperti laktosa dan glukosa
Pangandaran yang berada di Dusun menjadi asam laktat dalam jumlah yang
Cikangkung, Desa Cikembulan, Kecamatan banyak melalui proses fermentasi.
Sidamulih, Kabupaten Pangandaran yang Umumnya, bakteri asam laktat mempunyai
dipanen pada umur 40 hari sebanyak 200 kg. kemampuan untuk memfermentasi gula
menjadi asam laktat sehingga terjadi
Pembuatan Silase Rumput Gajah penurunan pH dan menghambat aktivitas
Rumput gajah dilayukan terlebih patogen lain (Fardiaz, 2017).
dahulu selama ± 24 jam untuk
menghilangkan kandungan air. Rumput gajah Warna Silase Rumput Gajah
dipotong secara manual dengan ukuran 4 cm
dan ditimbang sebanyak 6 kg untuk masing- Warna silase merupakan salah satu
masing silo. Tambahkan Dedak fermentasi indikator dari penilaian silase rumput gajah.
sesuai perlakuan. Campurkan rumput gajah Silase yang baik menghasilkan warna hijau
dan dedak fermentasi, kemudian padatkan seperti bahan aslinya atau hijau kekuningan.
dalam silo agar tidak ada ruang untuk Rataan nilai hasil penilaian warna silase
oksigen. Tutup hingga rapat dan simpan rumput gajah ditampilkan pada Tabel 1.
selama 7 hari (Wati, 2018). Kerapatan media Perlakuan penggunaan dedak fermentasi
penyimpanan harus diperhatikan agar kondisi pada warna silase rumput gajah
lingkungan anaerob dengan jarak simpan menghasilkan nilai rataan dari 26,73 sampai
antar silo 30 cm dan tidak memberikan 28,87.
kesempatan untuk bakteri pembusuk Hasil analisis Ragam menunjukkan
berkembang biak. bahwa penggunaan dedak fermentasi pada
berbagai dosis memberikan pengaruh yang
HASIL DAN PEMBAHASAN nyata (P<0,05) terhadap warna silase rumput
gajah. P1 berbeda nyata lebih rendah kualitas
Berdasarkan pengujian di Laboratoium warnanya dibandingkan P2 dan P3. P2 dan P3
Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia nyata mempunyai kualitas yang sama.
Makanan Ternak, kandungan asam laktat P2 dan P3 menghasilkan warna silase
yang dihasilkan pada dedak fermentasi berkualitas baik yaitu berwarna hijau
adalah 1,8%. Asam laktat yang dihasilkan kekuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat
mengindikasikan bahwa jumlah bakteri asam Macaulay (2004) yang menyebutkan bahwa
laktat relatif tinggi pada substrat dedak warna silase yang baik adalah hijau terang
fermentasi dan masuk pada kategori jumlah sampai kekuningan atau kuning kecoklatan
asam laktat yang baik. Hal ini sejalan dengan sesuai dengan jenis rumput yang digunakan
pendapat Aminah (2000) bahwa kisaran dalam pembuatan silase.
kadar asam laktat yang baik dalam proses Warna silase yang dihasilkan pada P1
fermentasi adalah 1,08 – 3,75%. adalah hijau kecoklatan. Warna hijau
Kandungan asam laktat yang tinggi kecoklatan disebabkan oleh terbentuknya
menyebabkan pH dedak fermentasi menjadi pigmen pheophytin yang merupakan devirat
rendah. pH dedak fermentasi yang dihasilkan klorofil tanpa ion magnesium. Hilangnya ion
pada penelitian ini adalah 4,4 dan masuk pada magnesium disebabkan oleh tidak stabilnya
kategori baik. Hal ini sejalan dengan atom pusat klorofil akibat kenaikan suhu
pendapat Wilkins, dkk. (1988) bahwa kisaran silase. Rata – rata suhu yang dihasilkan pada

Volume 2 No.3 | 159


Tabel 1. Signifikansi Pengaruh Penggunaan Dedak Fermentasi terhadap Kualitas Fisik dan pH
Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Parameter Nilai Signifikansi
P1 P2 P3 (0,05)
a a b s
Warna 26,73±1,30 28,07±0,69 28,87±0,84
a ab b s
Aroma 26,60±1,69 28,13±1,23 28,93±0,74
ns
Tekstur 22,80±1,87 24,00±0,69 23,44±0,57
ns
pH 4,37±0,18 4,28±0,12 4,12±0,22
a,b abjad yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Po : Tanpa dedak fermentasi; P1: penggunaan 1% dedak fermentasi ; P2: penggunaan 3%


dedak fermentasi; P3:penggunaan 5% dedak fermentasi

silase rumput gajah adalah P1 (27,58°C), P2 dkk. (1991) bahwa bakteri asam laktat
(27,38°C), dan P3 (27,32°C). Tingginya suhu tumbuh baik pada kondisi asam. Bakteri
silase pada P1 menyebabkan terjadinya aerob akan memanfaatkan oksigen yang
degradasi klorofil. Arrohmah (2007) dalam terdapat pada media fermentasi sehingga
penelitiannya menyebutkan bahwa klorofil proses respirasi aerob berlangsung lebih
mudah terdegradasi oleh cahaya, suhu, dan cepat. Hal ini menyebabkan warna silase
oksigen menjadi molekul turunannya. yang dihasilkann tidak gelap seperti
Degradasi klorofil akibat peningkatan suhu kecoklatan sampai hitam. Cepat lambatnya
akan mempercepat pembentukan pigmen proses respirasi oksigen dalam silo
pheophytin yang menyebabkan warna silase tergantung dosis dedak fermentasi yang
memudar menjadi hijau kecoklatan. ditambahkan. Dedak fermentasi merupakan
Perubahan warna silase disebabkan media substrat yang dimanfaatkan sebagai
oleh pengaruh suhu selama proses ensilase. sumber energi dan media pertumbuhan
Tinggi dan rendahnya suhu yang dihasilkan bakteri pembentuk asam laktat. Semakin
tergantung pada aktivitas bakteri anaerob tinggi penambahan dosis dedak fermentasi
pada proses fermentasi. Peningkatan suhu menunjukkan hasil yang semakin baik.
pada proses ensilase dapat menyebabkan
kandungan panas dalam silase meningkat. Aroma Silase Rumput Gajah
Ensminger dan Olentine (1978) menyebutkan
bahwa silase yang suhunya terlalu tinggi Aroma merupakan salah satu indikator
dapat menyebabkan kandungan panas dalam untuk menentukan kualitas fisik silase,
silase meningkat, sehingga warna yang karena dapat menunjukkan ada tidaknya
dihasilkan coklat tembakau atau coklat penyimpangan ketika proses fermentasi
kehitaman. Tingginya suhu silase dapat berlangsung. Mannetje (1999) menyebutkan
diatasi dengan pemadatan dan penambahan bahwa silase kategori baik menghasilkan
karbohidrat mudah larut agar proses aroma khas fermentasi yang menandakan
fermentasi anaerob dapat terkendali. bahwa proses fermentasi anaerob berjalan
Penambahan dedak fermentasi pada dengan baik. Rataan penilaian aroma silase
silase rumput gajah dapat meningkatkan rumput gajah dengan berbagai dosis
pertumbuhan bakteri asam laktat pada proses penggunaan dedak fermentasi ditampilkan
fermentasi anaerob. Hal ini karena dedak pada Tabel 1. Hasil analisis Ragam
fermentasi merupakan media substrat yang menunjukkan bahwa tingkat penggunaan
memberikan lingkungan optimal untuk dedak fermentasi berpengaruh nyata
pertumbuhan bakteri asam laktat. pH dedak (P<0,05) terhadap aroma yang dihasilkan
fermentasi yang dihasilkan pada penelitian oleh silase rumput gajah. P1 nyata
ini adalah 4,4, dimana menurut McDonald, menghasilkan kualitas aroma silase yang

Volume 2 No.3 | 160


lebih rendah dibandingkan P3. P2 cepat pada awal proses ensilase akan
menghasilkan kualitas aroma silase yang mencegah perombakan protein hijauan. Hal
sama dengan P1 dan P3. Nilai rataan aroma ini karena proses proteolisis terjadi selama
silase rumput gajah adalah 26,60 – 28,93. tingkat keasaaman silase belum tercapai.
Aroma silase yang dihasilkan sesuai dengan Jones, dkk. (2004) menyebutkan apabila
penelitian Saun dan Heinrichs (2008) bahwa oksigen telah habis dipakai dalam proses
silase yang baik akan menghasilkan aroma ensilase, maka respirasi hijauan akan
khas fermentasi segar karena mengandung berhenti dan suasana dalam media fermentasi
asam laktat, bukan bau yang menyengat menjadi anaerob, kondisi ini menyebabkan
karena tercampur dengan asam asetat. jamur tidak dapat tumbuh dan aktifnya
P2 dan P3 menghasilkan kualitas silase bakteri pembentuk asam.
aroma baik yaitu wangi asam fermentasi.
Wangi asam fermentasi disebabkan oleh Tekstur Silase Rumput Gajah
kandungan asam laktat yang terdapat pada
silase sebagai akibat dari aktivitas bakteri Tekstur silase merupakan indikator dari
pembentuk asam laktat yang mengubah penilaian kualitas silase rumput gajah, karena
karbohidrat mudah larut menjadi asam laktat. semakin padat tekstur yang dihasilkan
Hal ini sejalan dengan pendapat McDonald, menunjukkan bahwa silase berkualitas baik.
dkk. (1991) yang menyatakan bahwa silase Menurut Siregar (1996) silase yang baik
yang berkualitas baik menghasilkan aroma bertekstur utuh (tidak menggumpal, tidak
wangi fermentasi yang ditimbulkan oleh berlendir, dan tidak mudah mengelupas)
asam laktat. Sumarsih (2015) dalam seperti tekstur awal sebelum proses ensilase.
penelitiannya menyebutkan bahwa silase Rataan nilai tekstur silase rumput gajah
yang baik mempunyai tekstur halus, ditampilkan pada Tabel 1. Hasil analisis
berwarna hijau kekuningan dan wangi Ragam menunjukkan bahwa penambahan
fermentasi. Proses respirasi sel hijauan dedak fermentasi dengan berbagai dosis
perlahan akan berhenti ketika oksigen yang memberikan pengaruh yang tidak nyata
terdapat pada media fermentasi habis (P>0,05) terhadap tekstur silase. Nilai rataan
terpakai, sehingga kondisi lingkungan tekstur silase rumput gajah adalah 22,80
menjadi anaerob. Kondisi ini menyebabkan – 24,00. Tekstur yang dihasilkan sedikit
bakteri pembentuk asam laktat lembab serta kandungan air sedikit tapi tidak
(Lactobacillus) aktif mengubah glukosa terasa basah jika dipegang oleh tangan. Hal
menjadi asam laktat yang mengakibatkan ini disebabkan oleh lambatnya proses
penurunan pH silase dan menghambat respirasi sel hijauan sehingga kandungan air
pertumbuhan bakteri pembusuk. dalam silase mengalami peningkatan.
P1 menghasilkan sedikit aroma asam Tekstur sedikit lembab yang dihasilkan
menyengat dan bau amonia yang pada penelitian ini disebabkan oleh
mengindikasikan adanya aktivitas bakteri lambatnya penurunan pH silase akibat
Clostridia. Bakteri ini berkembang ketika respirasi sel hijauan yang berlangsung lama.
kondisi anaerob silase terganggu yang Kondisi ini menyebabkan kandungan air
menyebabkan terjadinya proteolisis (Saun silase pada media fermentasi mengalami
dan Heinrichs, 2008). Proteolisis terjadi peningkatan. Menurut Levital, dkk. (2009)
karena respirasi sel hijauan yang berlangsung bahwa sel – sel hijauan yang masih hidup
lama sehingga menyebabkan lambatnya melakukan respirasi secara terus menerus
penurunan pH silase. Bakteri Clostridia untuk menghasilkan CO2, H2O, dan panas
mengkonsumsi protein, karbohidrat dan asam selama oksigen dalam media fermentasi
laktat sebagai sumber energi untuk masih tersedia. Besarnya jumlah H2O yang
menghasilkan asam butirat. Laju kecepatan menyebabkan kondisi anaerob sulit tercapai.
proteolisis tergantung pada cepatnya
penurunan pH silase. Penurunan pH yang

Volume 2 No.3 | 161


pH Silase Rumput Gajah
KESIMPULAN
pH merupakan salah satu indikator
untuk menentukan kualitas dan daya simpan Penggunaan dedak fermentasi dengan
silase rumput gajah. Levital, dkk. (2009) berbagai dosis mempengaruhi warna dan
menyatakan bahwa faktor utama dalam aroma silase, namun tidak mempengaruhi
menentukan tingkat keberhasilan fermentasi tekstur dan pH silase rumput gajah
silase adalah pH. Rataan hasil penelitian (Pennisetum purpureum). Penggunaan dedak
pengaruh penggunaan dedak fermentasi fermentasi dosis 5% menghasilkan silase
dengan berbagai dosis penggunaan terhadap dengan kategori terbaik yaitu mempunyai
pH silase rumput gajah ditampilkan pada warna hijau kekuningan dan aroma asam
tabel 1. Nilai rataan pH silase yang dihasilkan fermentasi.
pada penelitian ini adalah 4,12 – 4,37. Hasil
analisis Ragam menunjukkan bahwa tingkat SARAN
penggunaan dedak fermentasi dengan
berbagai dosis memberikan pengaruh yang Penggunaan dedak fermentasi pada
tidak nyata (P>0,05) terhadap pH silase. Hal dosis 1% lebih efisien dari segi ekonomi.
ini disebabkan oleh penambahan dedak Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
fermentasi yang merupakan media substrat mengenai pengaruh lama waktu fermentasi
dan sumber karbohidrat mudah larut bagi (7 hari, 14 hari, 21 hari dan lebih dari 1 bulan)
bakteri pembentuk asam laktat. Kandungan dengan menggunakan aditif dedak
asam laktat dedak fermentasi adalah 1,8% fermentasi.
dengan pH 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa
dedak fermetasi mampu menyediakan DAFTAR PUSTAKA
lingkungan optimal bagi pertumbuhan
bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat Arrohmah, A. Supriyanto, dan Kusumandari.
tumbuh dan bertahan hidup pada suasana 2007. karakteristik klorofil daun
asam, yaitu 4,0 – 4,68. Bakteri ini sebagai material photodetector
mendapatkan energi berupa karbohidrat organik. Biofarmasi. 5:67-72.
mudah larut dari dedak fermentasi yang Direktorat Pakan Ternak. 2012. Silase.
menyebabkan penurunan pH silase rumput. Direktorat Jenderal Peternakan dan
pH silase yang dihasilkan pada P3 Kesehatan Hewan. Jakarta.
dengan nilai rataan 4,12 masuk pada kategori Hidayat, N. 2014. Karakteristik dan kualitas
sangat baik, dimana nilai yang dihasilkan silase rumput raja menggunakan
berada pada kisaran pH 3,2 – 4,2, sedangkan berbagai sumber dan tingkat
P1 dan P2 menghasilkan nilai rataan pH 4,37 penambahan karbohidrat fermentable.
dan 4,28 masuk pada kategori baik, yang J. Agripet. 14: 42-49.
berada pada kisaran pH 4,2 – 4,5. Rendahnya Kuswardani, L., dan Widjajaseputra. 1998.
pH silase disebabkan oleh aktivitas bakteri Phanerochaete chrysosporium single
asam laktat yang memecah substrat cell protein production in enriched
karbohidrat menjadi asam laktat. Tujuan tofu liquid waste media: harvest time
pembuatan silase adalah menghasilkan pH optimization study. Prosiding
rendah agar bakteri Clostridia tidak dapat Seminar Nasional Teknologi Pangan
tumbuh dan berkembang dalam media dan Gizi, 3:604-613.
fermentasi. Sifat bakteri asam laktat yang Heinritz, S. N., S.D. Martens, P. Avila dan S.
utama adalah kemampuan untuk Hoedtke. 2012. The effect of
memfermentasi gula menjadi asam laktat inoculant and sucrose addition on the
sehingga terjadi penurunan pH dan silage quality of tropical forage
menghambat aktivitas patogen lain legumes with varying ensilability.
(Fardiaz, 2017). Animal Feed Science. 174:201-210.

Volume 2 No.3 | 162


Jaelani, A., T. Rostini, dan Misransyah. performance. Animal Feed Science
2018. Pengaruh penambahan Technolgy. 152: 21-32.
suplemen organik cair (soc) dan lama Laboratorium Produksi Ternak Perah. 2011.
penyimpanan terhadap derajat Format Tabel Penilaian Kualitas Fisik
keasaman (ph) dan kualitas fisik pada Silase. Sumedang: Fakultas
silase batang pisang (Musa Peternakan Universitas Padjadjaran.
paradisiaca L.). Ziraa'ah. 43:312-320. Lado, L. 2007. Evaluasi Kualitas Silase
Jamarun, N., I. Ryanto, dan L. Sanda. 2014. Rumput Sudan (Sorghum) Pada
Pengaruh penggunaan berbagai bahan Penambahan Berbagai Macam Aditif
sumber karbohidrat terhadap kualitas Karbohidrat Mudah Larut.
silase pucuk tebu. J. Peternakan Lamid, M. 2013. Potensi Lactobacillus
Indonesia. 16: 114-118. plantarum terhadap Kandungan
Jasin, I., Sugiyon dan Sriwahyuni. 2012. Selulosa dan Bahan Ekstrak tanpa
Isolation and identfication of acid Nitrogen (BETN) Silase Pucuk Tebu
lactic bacteria from po cattle gastric (Saccharum offinicarum, Linn).
fluid as apotential candidate of Surabaya: Fakultas Kedokteran
biopreservative preeseding Hewan Universitas Airlangga.
international. Surabaya. Larangahen, A., B. Bagau, M. Imbar, dan H.
Jones, C. M., A.J. Heinrichs, G.W. Roth, dan Liwe. 2017. Pengaruh Penambahan
V. A.Ishler. 2004. From Harvest to Molases Terhadap Kualitas Fisik dan
Feed: Understanding Silage Kimia Silase Kulit Pisang Sepatu
Management. Pennyslavania: (Mussa paradisiaca formatypica). J.
Pennstate. Zootek. 31:156-166.
Kabirizi, J., F. Muyekho, M. Mulaa, R. Lendrawati, Nahrowi, dan M. Ridla. 2012.
Msangi, B. Pallangyo, and Kualitas fermentasi silase ransum
G.Lukwago. 2015. Napier grass komplit berbasis hasil samping.
feedresource: production, constraint J.Peternakan Indonesia, 14:53-61.
sand implications for small holder Macfie, H., dan D. Thomson. 1994.
farmers in Eastern and Central Africa. Measurement of Food Preferences.
The Eastern African Agricultural Blakie Academic and Profesional.
Productivity. 4:23-28. London.
Kung, L. J., R.D. Shaver, R. J. Grant, and R.J. Negawo, A. T., A.Teshome, A. Kumar, J.
Schimdt. 2017. Silage review: Hanson, and C.S. Jones. 2017.
interpretation of chemical, microbial, Opportunities for napier grass
and organoleptic components of (pennisetum purpureum)
silages. J. of Dairy Science. improvement using molecular
101:4020-4033. genetics. Agronomy, 7(28), 2-21.
Kuswardani, L., and Widjajaseputra. 1998. Nurhalimah, N., Widiyanto, and Sulistiyanto.
phanerochaete chrysosporium single 2015. Content of lacticd acid bacteria
cell protein production in enriched and cellulolytic bacteria on the
tofu liquid waste media: harvest time pollard fermentation. Animal
optimization study. Prosiding Agriculture J. 4:63-68.
Seminar Nasional Teknologi Pangan Pantaya, D., Nahrowi, dan L.S. Amalia. 2005.
dan Gizi. 3:604-613. Penambahan enzin cairan rumen pada
Levital, T., A. F. Mustafaa, P. Seguin, dan G. pakan berbasis wheat pollard dengan
Lefebvrec. 2009. Effects of a prosis pengolahan steam pelleting
propionic acid-based aditif on short- pada performans broilers. Media
term ensiling characteristics of whole Kedokteran Hewan. 21:23-29.
plant maize and on dairy cow Purbowati, E., E. Rianto, W.S.Dilaga, C.M.
Lestari, dan R. Adiwinarti. 2014.

Volume 2 No.3 | 163


Karakteristik cairan rumen, jenis, dan Organ Dalam Ayam Pedaging. J.
jumlah mikroba dalam rumen sapi Ternak Tropika. 15:65-71.
jawa dan sapi peranakan ongole. Saricicek, B. Z., & Kilic, U. (2011). Effect of
Buletin Peternakan. 38:21-26. Different Additive on The Nutrient
Reksohadiprodjo. 1988. Pakan Ternak Composition, In Vitro Gas Production
Gembala. Yogyakarta: BPFE. and Silage Quality of Alfalfa Silage.
Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi tanaman Asian J. of Animal and Veterinary
hijauan makanan ternak tropik. Advances. 6:618-626.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Septian, F., Kardaya, D., & WD, A. (2011).
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Evaluasi Kualitas Silase Limbah
Rengsirikul, K., Ishii, Y., Kangvansaichol, Sayuran Pasar yang Diperkaya
K., Sripichitt, P., Punsuvon, V., dengan Berbagai Aditif dan Bakteri
Vaithanomsat, P. 2013. Bio mass Asam Laktat. J. Pertanian, 2:117-124.
yield, chemical composition and Singh, B., Singh, H., & Obeng, E. 2013.
potential ethanol yield sofeight Elephant grass. In Biofuel Crops:
cultivar sof napiergrass (pennisetum Production, Physiology and Genetics.
purpureum schumach.) harvested 3- CAB International. 23:271–291.
monthly in central Thailand. J Sustain Sumarsih, S. (2015). Pengaruh Bakteri Asam
Bioenergy Sys. 3:107-112. Laktat Sebagai Starter Pada Proses
Ridwan, R., Ratnakomala, S., Kartina, G., & Ensilase. Jurnal Litbang Provinsi
Widyastuti, Y. (2005). Pengaruh Jawa Tengah, 13(2), 171-175.
penambahan dedak dan lactobacillus Superianto, S., Harahap, A. E., & ALi, A.
plantarum 1 bl-2 dalam pembuatan (2018). Nilai Nutrisi Silase Limbah
silase rumput gajah (Pennisetum Sayur Kol dengan Penambahan
purpureum). Bioteknologi LIPI. Dedak Padi dan Lama Fermentasi
28:117-123. yang Berbeda. J. Sains Peternakan
Sanderson, M.A., and R.A. Paul. 2008. Indonesia. 13:72-181.
Perrenial forages as second Susetyo, Kismono, & Soewardi, B. (1969).
generation bioenergy crops. Hijauan Makanan Ternak. Jakarta:
International J. of Molecular Science. Direktorat Peternakan Rakyat
9:768-788. Direktorat Jenderal Peternakan
Sandi, S., E. Laconi, A. Sudarman, K. Departemen Pertanian.
Wiryawan dan D. Mangundjadja. Syafi'i, & Rizqina. (2017). Kualitas Silase
2010. Kualitas Nutrisi Silase Rumput Gajah dengan Bahan
Berbahan Baku Singkong yang Diberi Pengawet Dedak Padi dan Tepung
Enzim Cairan Rumen Sapi dan Gaplek. Maduranch. 2:49-57.
Leuconostoc Mesenteroides. Media Titterton, M., & Bareeba, F. B. 1999. Grass
Peternakan. 4:25-30. and legume silage in the tropics. FAO
Sandiah, N., Y.B. Pasolon, dan L.O. electronic conference on tropical
Sabaruddin. 2011. Uji keseimbangan silage 1 September – 15 December.
hara dan variasi jarak tanam terhadap Utomo, R., M. Soejono, B.P. Widyobroto and
pertumbuhan dan produksi rumput Sudirman. 2011. Determination of in
gajah (Pennisetum purpureum). vitro digestibility of tropical feeds
Agriplus. 21:94-100. using cattle faeces as rumen fluid
Sari, D. K., Sjofjan, O., & Natsi, M. H. alternative. Media Peternakan. J.
(2014). Pengaruh Penggantian Dedak Animal Science and Technolgy.
Padi dengan Dedak Padi 34:207-211.
Terfermentasi Cairan Rumen Wati, W. S., Mashudi, & Irsyammawati, A.
terhadap Persentase Karkas dan 2018. Kualitas Silase Rumput Odot
(Pennisetum purpureum cv. Mott)

Volume 2 No.3 | 164


dengan Penambahan Lactobacillus
plantarum dan Molasses pada Waktu
Inkubasi yang Berbeda. J. Nutrisi
Ternak Tropis. 1:45-53.
Weinberg, Z., Y. Chen, and M. Gamburg.
2004. The passage of lactic acid
bacteria from:silage into rumen fluid,
in vitro studies. Dairy Science.
87:3386-3397.
Woodard, K. R., and G.M. Prine. 1993. Dry
Matter Accumulation of Elephantgrass,
Energycane and Elephantmillet in a
Subtropical Climate. Crop Science.
33:818-824

Volume 2 No.3 | 165

Anda mungkin juga menyukai