Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Maret 2023

Vol 6 No 1 pp 57-68

EVALUASI PENGGUNAAN KOMBINASI ADITIF BERBASIS


MOLASES DAN SIRUP KOMERSIAL AFKIR YANG DAPAT
MENSTIMULASI PERTUMBUHAN MIKROBA BAIK TERHADAP
PROFIL FERMENTASI SILASE TEBON JAGUNG

Evaluation of The Use of a Combination of Molasses-Based Additives and


Commercial Corn Syrup Which Can Stimulate Good Microbial Growth on Tebon
Corn Silase Fermentation Profile
Sadarman1*), Jully Handoko1), Dewi Febrina1), Rahmi Febriyanti1), Rovi Ardiansyah Purba2), Endo Surya
Ramadhan2), Novia Qomariah3), Gholib4), Rizki Amalia Nurfitriani5), Danung Nur Adli6), Fitrah Khairi7)
1)
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
2)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
3)
Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Bogor, Jawa Barat
4)
Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
5)
Program Studi Produksi Ternak, Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur, Indonesia
6)
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur
7)
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Email: sadarman@uin-suska.ac.id

Diterima Pasca Revisi: 27 Maret 2023


Layak Diterbitkan: 1 Maret 2023

ABSTRAK

Biomassa tanaman jagung masih mengandung nutrisi tinggi sehingga potensial


dijadikan sebagai bahan pakan, namun kadar air biomassa ini tinggi dan mudah rusak
sehingga perlu diawetkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil fermentasi silase
tebon jagung yang diensilase menggunakan kombinasi aditif molases dan sirup komersial
afkir (SKA). Metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap terdiri atas 5 perlakuan
dan 5 ulangan sebagai berikut: P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK (26,3 g), untuk P2, P3,
P4, dan P5 masing-masing ditambah dengan sirup komersial afkir sebanyak 25%, 50%, 75%,
dan 100% BK sebagai pengganti molases, selanjutnya diensilasekan selama 30 hari.
Parameter yang diukur adalah persentase pertumbuhan jamur, pH, kandungan amonia, total
VFA, dan nilai fleigh. Data dianalisis dengan analisis ragam. Perbedaan nilai antar perlakuan
diuji lanjut dengan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan sirup
komersial afkir sebagai pengganti molases memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap pH, persentase pertumbuhan jamur, kandungan amonia, produksi toal VFA, dan nilai
fleigh silase tebon jagung. Penggunaan SKA 100% BK (26,3 g) menghasilkan silase tebon
jagung dengan persentase pertumbuhan jamur sekitar 0,53%, kandungan amonia sekitar 2,30
mM dengan nilai fleigh sekitar 113. Silase tebon jagung dengan nilai pH terbaik pada
penggantian molases dengan SKA sebanyak 75% atau sekitar 19,7 g, sedangkan produksi
total VFA silase tebon jagung tertinggi sekitar 58,1 mM yang menggunakan SKA sebanyak
50% (13,1 g) sebagai pengganti molases. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SKA dapat
dijadikan sebagai aditif silase pengganti molases.

Kata Kunci: Molases; nilai fleigh; silase; SKA; tebon jagung

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 57
Sadarman., dkk 2023

ABSTRACT

Corn plant biomass still contains high nutrients, so it has the potential to be used as
feed ingredients, but the moisture content of this biomass is high, and it is easily damaged, so
it needs to be preserved. This study aims to determine the fermented profile of corn silage
which is ensiled using a combination of molasses additives and culled commercial syrup. The
experimental method with a completely randomized design consisting of five treatments and
five replications was used in this study. The treatment is P1: Corn plant + Molasses 100%
DM (26.3 g), for P2, P3, P4, and P5 added with expired commercial syrup 25%, 50%, 75%,
and 100% DM respectively as a substitute for molasses, then ensiled for 30 days. The
parameters measured were pH, the percentage of fungal growth and the ammonia content,
total VFA, and fleigh point of silage. Data were analyzed by analysis of variance. Differences
in values between treatments were tested further with a DMRT level of 5%. This study's
results indicated that expired commercial syrup as a substitute for molasses had a significant
(P<0.05) effect on pH, percentage of fungal growth, ammonia content, total VFA production,
and fleigh point corn silage. Using expired commercial syrup, 100% DM (26.3 g) produced
corn silage with a fungal growth percentage of around 0.53%, an ammonia content of around
2.30 mM, with a fleigh point of around 113. The corn silage with the best pH value replaced
molasses with SKA as much as 75% or around 19.7 g, while the highest total VFA corn silage
production was around 58.1 mM using SKA 50% DM (13.1 g) as a substitute for molasses.
This study concludes that SKA can be used as a silage additive to replace molasses.

Keywords: Corn stalks; expired commercial syrup; fleigh point; molasses; silage

How to Cite: *Corresponding author:


Sadarman., Handoko, J., Febrina, D., Febriyanti, R., Sadarman
Purba, R. A., Ramadhan, E. S., Qomariah, N., Email: sadarman@uin-suska.ac.id
Gholib., Nurfitriani, R. A., Adli, D. N., & Khairi, F. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
(2023). Evaluasi Penggunaan Kombinasi Aditif Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Berbasis Molases dan Sirup Komersial Afkir yang
Dapat Menstimulasi Pertumbuhan Mikroba Baik
Terhadap Profil Fermentasi Silase Tebon Jagung.
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis 6 (1) 57-68

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 58
Sadarman., dkk 2023

PENDAHULUAN waktu yang lama terutama pada saat musim


kemarau (Wati et al., 2018; Sadarman et al.,
Tebon jagung merupakan bagian dari 2020).
jagung yang terdiri atas batang, daun, dan Proses pembuatan silase atau ensilase
bagian lainnya dengan kandungan air yang akan berjalan optimal apabila pada saat
tinggi (Ahmad et al., 2020). Produk proses ensilase menggunakan aditif baik
samping dari tanaman ini dapat yang bersifat stimulan aupun inhibitor
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. (McDonald et al., 2022) dengan tujuan
Kandungan nutrisi tebon jagung tergantung untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri
pada umur panen (Sengkey et al., 2020). asam laktat atau menghambat pertumbuhan
Jagung manis yang dipanen lebih muda bakteri tidak baik, sehingga proses ensilase
mengandung nutrisi yang lebih baik dapat dipercepat, dengan demikian
dibandingkan dengan tanaman jagung penggunaan aditif silase tersebut dapat
untuk produksi jagung pipilan yang mempertahankan kualitas silase. Salah satu
umumnya dipanen lebih tua (Umam et al., aditif silase yang sering digunakan adalah
2014). Athori (2023) melaporkan bahwa molases, namun di daerah tertentu,
tebon jagung mengandung protein kasar ketersediaan molases sangat sulit
9,84%, serat kasar 25,2%, dan lemak kasar didapatkan, alternatifnya adalah
3,86% dengan Bahan Ekstrak Tanpa menggunakan sirup komersial Afkir (SKA)
Nitrogen sekitar 59,9%. Albadri (2022) sebagai pengganti molases.
menyatakan tebon jagung mengandung Indikasi keberhasilan silase selain
protein kasar 11,6%, serat kasar 21,6%, dapat dilihat dari kualitas fisik, meliputi
lemak kasar 4,44%, dan BETN 60,7%. bau asam, warna hijau kecoklatan, tekstur
Kedua sumber tersebut juga melaporkan masih seperti semula, dan tidak
kandungan bahan kering dan bahan organik menggumpal (Herlinae, 2015; Herlinae e t
tebon jagung secara berurutan a l . , 2016; Sadarman et al., 2022), dengan
masing-masing sekitar 27,2% dan 98,7% kandungan nutrisi yang tidak lebih rendah
serta 29,1% dan 98,3%. dari bahan awal sebelum diensilasekan,
Permasalahan utama yang dihadapi juga dapat dilakukan melalui uji profil
peternak pada musim kemarau adalah fermentasi atau kualitas silase segar (Hynd,
minimnya produksi hijauan pakan. Hal ini 2019). Profil fermentasi anaerob
berdampak pada tidak tercapainya bobot merupakan gambaran kualitas silase yang
badan sapi pada saat panen. Upaya yang diperoleh melalui serangkaian uji secara
dapat dilakukan peternak adalah laboratorium (McDonald et al., 2022).
memanfaatkan kelimpahan produksi Peubah yang dapat diamati untuk
hijauan pakan pada saat musim hujan, yaitu menentukan profil fermentasi anaerob
melalui teknologi pengawetan dengan tersebut adalah pH, kandungan karbohidrat
metode silase. Silase merupakan teknologi larut air, amonia, asam lemak terbang atau
pengawetan hijauan segar dengan metode Volatile Fatty Acid (VFA), pertumbuhan
fermentasi dalam kondisi anaerob (Kondo jamur, dan nilai fleigh. Hasil penelitian
et al., 2016; Zhou et al., 2019). Tujuan Purba (2022) menyebutkan penggunaan
pembuatan silase adalah untuk SKA sebagai pengganti molases dapat
memperpanjang masa simpan hijauan menghasilkan silase tebon jagung dengan
pakan sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehilangan BK 2,43-5,01%, pH 3,57-3,76,

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 59
Sadarman., dkk 2023

dan WSC 3,40-5,95%, silase yang dengan rincian perlakuan sebagai berikut
diproduksi berkualitas baik. Menurut P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK
Purwaningsih (2016), silase dikatakan baik (26,3 g), P2: Tebon Jagung + Molases 75%
BK (19,7 g) + Sirup Komersial Afkir 25%
jika mempunyai pH 3,50-4,20. Silase yang
BK (6,56 g), P3: Tebon Jagung + Molases
baik dapat bertahan lebih dari satu tahun 50% BK (13,1 g) + Sirup Komersial Afkir
bila disimpan dalam kondisi anaerob tanpa 50% BK (13,1 g), P4: Tebon Jagung +
secara nyata menurunkan nilai nutrisinya. Molases 25% BK (6,56 g) + Sirup
Menurut Sadarman et al. (2022), sirup Komersial Afkir 75% BK (19,7 g), dan P5:
komersial afkir 10% BK dapat Tebon Jagung + Sirup Komersial Afkir
mempertahankan kualitas fisik silase 100% BK (26,3 g).
berbahan rumput gajah dan ampas tahu Prosedur Penelitian (Kondo et al., 2016)
Tebon jagung dicincang
segar. Pada penelitian ini, penulis telah
menggunakan chopper. Selanjutnya,
melakukan riset terkait dengan profil masing-masing silo per unit perlakuan diisi
fermentasi anaerob silase tebon jagung tebon jagung sebanyak 1500 g yang
menggunakan sirup komersial afkir sebagai dicampur sampai rata dengan kombinasi
substitusi molases. molases dan sirup komersial afkir
berdasarkan bahan kering tebon jagung. Isi
MATERI DAN METODE silo dipadatkan dan ditutup rapat hingga
kondisi di dalam silo anaerob. Silo
Lokasi Penelitian disimpan pada ruangan yang tidak dipapari
Pembuatan dan pemanenan silase langsung oleh sinar matahari selama 30
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi hari. Silase tebon jagung dipanen pada hari
dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian ke-30. Pertumbuhan jamur diamati melalui
dan Peternakan Universitas Islam Negeri pengambilan jamur yang tumbuh pada
Sultan Syarif Kasim Riau. Uji amonia dan bagian permukaan silo lalu ditimbang
total VFA telah dilakukan di Laboratorium untuk menentukan persentase pertumbuhan
Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB jamur. Persentase pertumbuhan jamur
University, Bogor. dihitung dengan cara membandingkan
Materi Penelitian antara jamur yang tumbuh di bagian atas
Peralatan yang digunakan dalam silo dengan berat bahan yang telah
penelitian ini adalah silo skala laboratorium diensilasekan dikali 100%. Selanjutnya
kapasitas isi 1,50 Kg, pH digital, sampel silase diambil sebanyak 1 g, lalu
thermometer digital, baskom plastik, alat ditambah aquades sebanyak 9 mL dan
pengujian amonia dan total VFA. Bahan dicampurkan ke dalam blender lalu
yang digunakan adalah tebon jagung, dihaluskan dan disaring hingga didapatkan
molases, SKA, dan bahan lainnya baik jus silase yang digunakan untuk
untuk pembuatan silase maupun bahan mendapatkan nilai pH, amonia, dan total
untuk pengujian amonia dan total VFA. VFA. pH silase diukur dengan cara
Rancangan Penelitian mencelupkan sensor pH digital ke dalam
Penelitian eksperimental ini jus silase selama 5 menit dan diulang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap sebanyak tiga kali, nilai pH adalah nilai
(RAL) terdiri 5 perlakuan dan 5 ulangan. total pencelupan sensor dibagi dengan 3
Perlakuan dimaksud adalah pembuatan kali pencelupan (Bernardes et al., 2019).
silase tebon jagung menggunakan sirup Pengukuran konsentrasi amonia pada silase
komersial afkir sebagai pengganti molases, ditentukan dengan rumus :

Amonia (mM) = Vol. H2 SO2 Akh + Vol. H2 SO2 Awl 𝑥 0,0059 𝑥 1000.

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 60
Sadarman., dkk 2023

Sedangkan untuk pengukuran konsentrasi VFA pada silase ditentukan dengan rumus

VFA (mM) = 4,90 − (Vol. HCl Akh − Vol. HCl Awl) 𝑥 0,4608 𝑥 1000 ∶ 5.

Nilai Fleigh (NF) silase tebon jagung HASIL DAN PEMBAHASAN


dihitung menurut Kiliç (1984) dengan
persamaan sebagai berikut NF = 220 + [(2 Pertumbuhan Jamur pada Silase
x %BK) - 15] – (40 x pH), di mana BK Pertumbuhan jamur dapat dijadikan
adalah bahan kering silase. Kualitas silases sebagai ciri-ciri dari kegagalan dalam
sangat baik diberi nilai > 80, baik dengan memfermentasikan bahan pakan atau
nilai 60-80, dan kualitas buruk dengan nilai pakan. Pertumbuhan jamur secara umum
< 60. diinisiasi melalui kondisi silo yang
Parameter yang Diukur anaerob. Data terkait dengan pertumbuhan
Parameter penelitian ini adalah jamur pada silase tebon jagung dapat dilihat
persentase pertumbuhan jamur, pH, pada Tabel 1. Penggunaan kombinasi
kandungan amonia, total VFA, dan nilai molases dengan SKA memberikan
Fleigh silase tebon jagung. pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap
Analisis Data penurunan pertumbuhan jamur pada silase.
Data hasil percobaan yang diperoleh Hasil uji Duncan 5% menunjukkan
diolah menggunakan aplikasi Statistical bahwa pertumbuhan jamur pada P1 lebih
Package for The Sosial Science (SPSS) tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
versi 23.0. Bila hasil analisis ragam Selanjutnya, pada P2, P3, P4, dan P5
menunjukkan pengaruh yang nyata maka pertumbuhan jamur cenderung menurun
dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s seiring dengan peningkatan penggunaan
Multiple Range Test (DMRT) 5%. SKA sebagai pengganti molases.

Tabel 1. Pertumbuhan jamur pada silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif
molases dan sirup komersial afkir
Perlakuan Pertumbuhan Jamur (%)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 1,08a±0,06
P2: P1 + SKA 25% BK 0,90b±0,08
P3: P1 + SKA 50% BK 0,78c±0,04
P4: P1 + SKA 75% BK 0,73c±0,06
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 0,53d±0,04
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan

Pertumbuhan jamur yang tinggi ada berlangsung. Disamping itu, ketersediaan


hubungannya dengan kondisi silo yang sumber energi bagi mikroba juga dapat
anaerob, bahan yang diensilasekan terlalu memengaruhi pertumbuhan jamur. Bahan
tinggi kadar airnya, atau suhu yang terlalu pakan atau pakan yang diensilasekan
tinggi di dalam silo selama ensilase dengan sumber energi yang cukup bagi

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 61
Sadarman., dkk 2023

mikroba, mikroba dapat mempercepat laju dilakukan untuk meminimalkan


fermentasi hingga proses ensilase dapat pertumbuhan jamur pada silase adalah
berjalan dengan cepat. Hal ini secara memadatkan bahan pakan atau pakan yang
langsung dapat menurunkan berbagai diensilasekan sebelum proses penutupan
macam risiko kegagalan dalam ensilase silo dilakukan (McDonald et al., 2022).
salah satunya adalah dapat meminimalkan Disamping itu, penyediaan sumber
pertumbuhan jamur. Persentase energi bagi mikroba diperlukan, dapat
pertumbuhan jamur pada penelitian ini dilakukan melalui penambahan
sekitar 0,53-1,08% masih dalam batas bahan-bahan yang kaya dengan kandungan
pertumbuhan jamur yang disarankan. karbohidrat dan sejenisnya seperti gula dan
Pertumbuhan jamur pada silase masih pati (Lozano, 2015; Dryden, 2021), hal ini
dimaklumi hingga <5% dari total berat secara langsung dapat mempercepat laju
silase yang diproduksi (McDonald et al., fermentasi di dalam silo (Hynd, 2019),
2022).Pertumbuhan jamur pada silase perlu sehingga silase yang dihasilkan berkualitas
diminimalkan. Hal ini karena jamur yang baik.
tumbuh massif dapat menyebabkan silase pH Silase
yang diproduksi berkualitas jelek (Lozano, Nilai pH dapat dijadikan sebagai
2015). Pertumbuhan jamur dapat faktor penentu keberhasilan dalam
menyebabkan risiko kehilangan bahan pembuatan silase. Silase ber-pH rendah
kering yang tinggi (Minson, 2012; atau mengarah ke asam menunjukkan
Sadarman et al., 2022), akibatnya adalah proses ensilase material dalam silo berjalan
silase yang dihasilkan kurang bagus baik. Data terkait dengan nilai pH silase
diberikan pada ternak. Upaya yang dapat tebon jagung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. pH silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases dan sirup
komersial afkir
Perlakuan pH Silase
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 3,73a±0,09
P2: P1 + SKA 25% BK 3,76a±0,04
P3: P1 + SKA 50% BK 3,66b±0,04
P4: P1 + SKA 75% BK 3,57c±0,02
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 3,60b±0,01
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan

Kombinasi molases dengan SKA berbeda tetapi berbeda dengan nilai pH


untuk mengensilasekan tebon jagung pada P4. Nilai pH yang berbeda antar
memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) perlakuan mengindikasikan laju fermentasi
terhadap nilai pH silase. Hasil uji Duncan yang juga berbeda, sehingga penurunan pH
5% menunjukkan nilai pH pada P1 dan P2 ke arah asam juga berbeda. Nilai pH silase
tidak berbeda namun berbeda dengan nilai tebon jagung berkisar 3,57-3,73 dengan
pH pada P3, P4, dan P5. Hal yang sama tingkat keasaman terbaik pada P4 yang
untuk nilai pH pada P3 dan P5 juga tidak mengensilasekan tebon jagung dengan

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 62
Sadarman., dkk 2023

kombinasi molases vs SKA masing-masing silase yang diproduksi lebih baik


sekitar 25% : 75%. dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut
pH silase merupakan salah satu faktor Sadarman, dkk. (2022) nilai pH
utama yang memengaruhi tingkat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
fermentasi anaerob di dalam silo. kandungan karbohidrat mudah larut dalam
Penurunan pH silase ke arah asam dapat bahan pakan yang diensilasekan, dan
dipercepat melalui penyediaan substrat kandungan protein yang memengaruhi
yang digunakan oleh mikroba baik sebagai kapasitas buffer silase. Namun, secara
sumber energinya (McDonald et al., 2022). keseluruhan, nilai pH hasil riset ini masih
Mekanisme penurunan pH dilakukan berada dalam rentang normal yaitu masih di
melalui peningkatan laju fermentasi yang bawah 4,50 sehingga silase yang diproduksi
diinisiasi oleh mikroba baik melalui dengan mengombinasikan penggunaan
penyediaan sumber energi yang cukup molases dan SKA berkualitas baik.
(Dryden, 2021). Produksi Amonia
Nilai derajat keasaman yang baik Amonia merupakan produk akhir dari
pada penelitian ini dicapai melalui proses proteolisis di dalam silo. Kandungan
ketersediaan sumber energi baik dari tebon amonia bahan pakan atau pakan ternak
jagung itu sendiri maupun dari penggunaan yang diensilasekan sedapat mungkin
kombinasi aditif molases dan SKA. Nilai diminimalkan. Hal ini dapat dilakukan
pH terbaik didapatkan dari perlakuan melalui upaya meminimalkan kerusakan
penggunaan molases dan SKA protein akibat meningkatnya populasi
masing-masing 25% dan 75%, secara mikrobia tidak baik termasuk jamur yang
langsung mengindikasikan kombinasi aditif tumbuh pada bagian atas silo. Data terkait
ini dapat menyediakan sumber energi yang dengan kandungan amonia silase tebon
cukup baik bagi mikrobia sehingga pH jagung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan amonia silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif
molases dan sirup komersial afkir
Perlakuan Amonia (mM)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 3,01a±0,32
P2: P1 + SKA 25% BK 2,60b±0,25
P3: P1 + SKA 50% BK 3,19a±0,25
P4: P1 + SKA 75% BK 2,72b±0,32
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 2,30c±0,25
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan amonia berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan

Penggunaan kombinasi molases demikian juga halnya pada P2 dan P4 juga


dengan SKA memberikan pengaruh yang menghasilkan silase dengan kandungan
nyata (P<0,05) terhadap penurunan amonia yang sama. Silase tebon jagung
kandungan amonia silase. Hasil uji Duncan yang hanya menggunakan SKA sebagai
5% menunjukkan bahwa kandungan aditif dapat menghasilkan silase dengan
amonia silase pada P1 dan P3 sama, kandungan amonia lebih rendah dari yang

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 63
Sadarman., dkk 2023

lainnya. Kandungan amonia silase tebon berdampak pada meningkatnya


jagung pada penelitian ini rata-rata sekitar pertumbuhan bakteri tidak baik (Hundal et
2,30-3,01 mM masih dalam batas normal al., 2016), serta kurangnya asupan sumber
yaitu < 10 mM (McDonald et al., 2022). energi bagi mikroba baik sehingga laju
Kandungan amonia silase merupakan fermentasi lambat (Lozano, 2015).
cerminan dari keberhasilan dalam Keterlambatan proses ensilase memberikan
pembuatan silase (Hundal et al., 2016). dampak buruk terhadap bahan yang
Karakteristik kimia silase dapat diketahui diensilasekan (McDonald et al., 2022),
dari seberapa banyak protein yang dirusak diantaranya substrat yang dikandung bahan
oleh mikroorganisme selama ensilase pakan menurun akibat tingginya kebutuhan
berlangsung (McDonald et al., 2022). energi mikroba untuk memfermentasikan
Kerusakan protein yang masif dapat bahan pakan selama ensilase berlangsung
menghasilkan silase dengan kualitas (Hynd, 2019; Dryden, 2021).
rendah. Hal ini disebabkan oleh Produksi Total VFA Silase
menurunnya kandungan protein bahan Volatile Fatty Acids atau asam lemak
pakan atau pakan yang diensilasekan terbang merupakan produk akhir dari
(Lozano, 2015; McDonald et al., 2022). proses fermentasi karbohidrat, baik yang
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadi di dalam silo maupun di dalam
tingginya kandungan amonia silase adalah rumen. Kandungan VFA silase tebon
bahan yang diensilasekan mengandung jagung yang diensilase menggunakan
tinggi protein seperti kacang-kacangan kombinasi molases dan SKA dapat dilihat
(Dryden, 2021), kebocoran silo yang pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan VFA silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases
dan sirup komersial afkir
Perlakuan VFA (mM)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 52,5a ±2,52
P2: P1 + SKA 25% BK 54,4a±3,85
P3: P1 + SKA 50% BK 58,1b±4,11
P4: P1 + SKA 75% BK 52,5a±2,52
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 54,4a±3,85
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan total VFA berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan

Penggunaan kombinasi molases kandungan total VFA yang sama dengan


dengan SKA memberikan pengaruh yang penggunaan SKA sebanyak 25, 75, dan
nyata (P<0,05) terhadap kandungan total 100% sebagai pengganti molases.
VFA silase tebon jagung. Hasil uji Duncan Kandungan total VFA tertinggi pada
5% menunjukkan kandungan VFA pada P1 penelitian ini adalah silase yang dibuat
sekitar 52,5 mM hasilnya sama dengan P2, dengan kombinasi aditif 50% molases +
P4, dan P5. Hal ini menunjukkan 50% SKA yaitu sekitar 58,1 mM. Menurut
penggunaan 100% molases dapat McDonald et al. (2022) asam lemak
menghasilkan silase tebon jagung dengan terbang secara parsial terdiri dari asetat,

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 64
Sadarman., dkk 2023

butirat, dan propionat. Ketiga bagian VFA tertinggi sekitar 58,1%, dengan demikian
ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk kombinasi molases dan SKA dapat
menentukan baik atau tidak baiknya silase digunakan untuk membuat silase tebon
yang dihasilkan. Menurut Dryden (2021) jagung.
silase berkualitas baik proporsi asamnya Nilai Fleigh Silase
seperti asetat <25%, butirat <5%, laktat Nilai fleigh merupakan nilai indeks
>60%, dan propionat sekitar 35%. Saha and karakteristik silase berdasarkan nilai bahan
Pathak (2021) menjelaskan fungsi dari kering dan pH silase yang dihasilkan. Data
masing-masing asam lemak terbang terkait dengan nilai fleigh silase tebon
tersebut ketika berada dalam tubuh ternak jagung dapat dilihat pada Tabel 5.
ruminansia, diantaranya asetat untuk Penggunaan kombinasi molases
memprekursor produksi air susu, propionat dengan SKA memberikan pengaruh yang
untuk mendukung produksi daging, dua nyata (P<0,05) terhadap nilai fleigh silase.
asam lemak terbang lainnya seperti butirat Hasil uji Duncan 5% menunjukkan nilai
dapat menyebabkan turunnya kualitas fleigh pada P1 sama dengan P3 namun
silase, sedangkan produksi asam laktat berbeda dengan P2, P4, dan P5. Nilai fleigh
yang optimal dapat dengan cepat P2 lebih rendah dari semua perlakuan
menurunkan pH silase ke arah asam sedangkan nilai fleigh P5 lebih tinggi
sehingga silase yang diproduksi berkualitas dibandingkan perlakuan lainnya. Namun
baik (McDonald et al., 2022). Penggunaan secara keseluruhan nilai fleigh silase tebon
kombinasi molases dan SKA pada jagung yang menggunakan kombinasi aditif
penelitian ini dapat mengensilasekan tebon molases dan SKA sangat baik dengan skor
jagung dengan kandungan total VFA > 80 yaitu sekitar 109-113.

Tabel 5. Nilai fleigh silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases dan
sirup komersial afkir
Perlakuan Nilai Fleigh Silase
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 111b±0,44
P2: P1 + SKA 25% BK 109a±0,84
P3: P1 + SKA 50% BK 111b±0,45
P4: P1 + SKA 75% BK 112c±0,55
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 113d±0,45
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan

Hal ini menunjukkan pembuatan gula lalu didukung oleh tambahan substrat
silase berbahan tebon jagung dengan kaya energi dari molases dan SKA.
memanfaatkan aditif molases dan SKA Menurut McDonald et al. (2022)
dapat menghasilkan silase yang berkualitas kualitas silase dapat dilihat dari berbagai
sangat baik dilihat dari nilai fleigh sisi, mulai dari fisik hingga nilai fleigh atau
masing-masing perlakuan. Peningkatan fleigh point yang dihitung berdasarkan nilai
nilai fleigh silase tebon jagung ini dapat bahan kering dan pH silase yang
dikaitkan dengan tebon jagung yang kaya dihasilkan. Silase berkualitas sangat baik

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 65
Sadarman., dkk 2023

ditandai dengan nilai fleigh di atas 80 DAFTAR PUSTAKA


berdasarkan formulasi yang disusun oleh
Kiliç (1984). Menurut Saha and Pathak Ahmad, M., Tampoebolon, B. I. M., &
(2021) tinggi atau rendahnya fleigh point Subrata, A. (2020). Pengaruh
tergantung pada nilai bahan kring dan pH perbedaan aras Aspergillus niger dan
silase yang dihasilkan, nilai bahan kering lama peram terhadap kecernaan
yang semakin tinggi didukung oleh nilai pH protein kasar dan serat kasar
yang semakin rendah maka silase yang fermentasi kelobot jagung amoniasi
diproduksi berkualitas sangat baik karena secara in vitro. J. Sain Peternakan
nilai fleighnya tinggi. Silase tebon jagung Indonesia, 15(1), 1–6.
hasil riset ini rata-rata berkualitas sangat https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.1.
baik karena nilai fleighnya di atas 80, 1-6
dengan demikian penggunaan kombinasi Albadri. (2022). Kandungan nutrien dan
molases dan SKA dapat dijadikan sebagai kualitas fisik silase berbahan tebon
aditif stimulan untuk memproduksi silase jagung yang diberi sirup afkir
berkualitas sangat baik. sebagai sumber glukosa. Skripsi.
Universitas Mercu Buana, Program
KESIMPULAN Studi Peternakan Fakultas
Agroindustri.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Athori, M. S. A. T. (2023). Evaluasi
tebon jagung yang diensilase menggunakan kandungan nutrisi dan sifat fisik
SKA 100% BK (26,3 g) menghasilkan silase tebon jagung menggunakan
persentase pertumbuhan jamur terendah
sirup komersial afkir sebagai
dengan nilai 0,53%, produksi amonia
terendah dengan nilai sekitar 2,30 mM, dan substitusi molases. Skripsi.
nilai fleigh tertinggi sekitar 113. Universitas Islam Negeri Sultan
Penggunaan SKA 75% BK (19,7 g) dapat Syarif Kasim Riau, Program Studi
menghasilkan silase dengan pH terendah Peternakan Fakultas Pertanian dan
sekitar 3,57 namun produksi total VFA Peternakan.
tertinggi sekitar 58,1 mM dihasilkan pada Bernardes, T. F., Gervásio., J. R. S.,
penambahan SKA 50% BK, sehingga Morais, G. De., & Casagrande D. R.
disarankan untuk memproduksi silase tebon
(2019). Technical note: A comparison
jagung yang berkualitas baik dapat
menggunakan SKA 50%, 75%, dan 100% of methods to determine pH in
BK sebagai pengganti molases. silages., J. Dairy Sci., 102, 9039–
9042.
UCAPAN TERIMA KASIH https://doi.org/10.3168/jds.2019-1655
3
Ucapan terima kasih disampaikan Denek, N., Can, A., Avci, M., Aksu, T., &
kepada Lembaga Penelitian dan Durmaz, H. (2011). The effect of
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
molasses-based pre-fermented juice
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan
semua tim serta pihak lain yang terlibat on the fermentation quality of
dalam penelitian mandiri ini. first-cut lucerne silage. Grass Forage
Sci, 66(2), 243–250.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2494.2
011.00783.x

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 66
Sadarman., dkk 2023

Dryden, G.M. (2021). Lozano, R. R. (2015). Grassnutrition.


Fundamentalsofappliedanimalnutriti Nuevo Leon 66455, Mexico : Palibrio
on. England : CABI Press. Publisher,
Fernández, R., Dinsdale, R. M., Guwy, A. McDonald, P., Edwards, R. A.,
J., & Premier, G. C. (2016). Critical Greenhalgh, J. F. D., Morgan, C. A.,
analysis of methods for the 417 Sinclair, L. A., & Wilkinson, R. G.
measurement of volatile fatty acids. (2022). Animalnutrition. New York :
Crit. Rev. Environ. Sci. Technol., Pearson Education Limited.
46(3), 209–234. Minson, D. J. (2012).
https://doi.org/10.1080/10643389.201 Forageinruminantnutrition. London :
5.1073493 Academic Press Inc.
Herlinae. (2015). Karakteristik fisik silase Purba, R. A. (2022). Profil kehilangan BK,
campuran daun ubikayu (Manihot pH, dan WSC silase tebon jagung
esculenta) dan rumput kumpai menggunakan sirup komersial afkir
(Hymenachine ampleexicaulis). sebagai substitusi molases. Skripsi.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 4(2), Universitas Islam Negeri Sultan
80–83. Syarif Kasim Riau, Program Studi
https://unkripjournal.com/index.php/J Peternakan Fakultas Pertanian dan
IHT/article/view/76 Peternakan.
Herlinae, Yemima, & Harat, H. (2016). Purwaningsih, I. (2016). Pengaruh lama
Pengaruh penambahan EM4 dan gula fermentasi dan penambahan
merah terhadap kualitas gizi silase inokulum Lactobacillus plantarum
rumput gajah (Pennisetum dan Lactobacillus fermentum
purpureum). Jurnal Ilmu Hewani terhadap kualitas silase rumput
Tropikai, 5(1), 31–35. kolonjono (Brachiaria mutica
https://unkripjournal.com/index.php/J Forssk). Skripsi. Universitas Islam
IHT/article/view/84 Negeri Maulana Malik Ibrahim
Hundal, J. S., Chahal, U. S., & Singh, J. Malang, Fakultas Sains dan
(2016). Basicsofanimalnutrition. Teknologi.
India: Satish Serial Publishing House. Sadarman, Ridla, M., Nahrowi., Ridwan,
Hynd, P. I. (2019). R., & Jayanegara, A. (2020).
Animalnutritionfromtheorytopractice. Evaluation of ensiled soy sauce
London : CABI Publisher. by-product combined with several
Kiliç, A. (1984). Siloyemi(silagefeed). additives as an animal feed.
Turkey : Bilgehan Press. Izmir. Veterinary World, 13(5), 940–946.
Kondo, M., Shimizu, K., Jayanegara, A., DOI:
Mishima, T., Matsui, H., Karita, S., 10.14202/vetworld.2020.940-946
Goto, M., & Fujihara, T. (2016). Sadarman, Febrina, D., Wahyono, T., Adli,
Changes in nutrient composition and D. N., Qomariyah, N., Nurfitriani, R.
in vitro ruminal fermentation of total A., Mursid, S., Oktafyan, Y. A.,
mixed ration silage stored at different Zulkarnain, & Prasetyo, A. B. (2022).
temperatures and periods. J. Sci. Pengaruh penambahan aditif tanin
Food Agric., 96(4):1175–1180. chestnut terhadap kualitas silase
doi:10.1002/jsfa.7200 kelobot jagung (Zea mays L.). J.

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 67
Sadarman., dkk 2023

Nutrisi Ternak Tropis, 5(1): 37–44. Guo, X. S., Ding, L. M., Yang, G., &
DOI: 10.21776/ub.jnt.2021.005.01.4 Long, R. J. (2019). Effect of dietary
Sadarman, Febrina, D., Wahyono, T., energy on digestibilities, rumen
Mulianda, R., Qomariyah, N., fermentation, urinary purine
Nurfitriani, R. A., Khairi, F., derivatives and serum metabolites in
Desraini, S., Zulkarnain., Prastyo, A. Tibetan and small-tailed han sheep. J.
B., & Adli, D. N. (2022). Kualitas Anim. Physiol. Anim. Nutr., 103(8),
fisik silase rumput gajah dan ampas 977–987. DOI: 10.1111/jpn.13098
tahu segar dengan penambahan sirup
komersial afkir. J. Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, 20(2), 73–77.
https://doi.org/10.29244/jintp.20.2.73
-77
Saha, S. K., & Pathak, N. N. (2021).
Fundamentalsofanimalnutrition, 1st
Edn. Singapore : Springer Nature.
Sengkey, M., Tulung, Y. L. R., Tuturoong,
R., & Kowel, Y. H. S. (2020).
Pengaruh penggantian jagung dengan
molases terhadap performa ternak
kelinci. Zootek, 40(1): 299–307.
DOI: https://doi.org/10.35792/zot.40.
1.2020.27771
Umam, S., Nyimas, P. I., & Atun, B.
(2014). Pengaruh tingkat penggunaan
tepung jagung sebagai aditif pada
silase rumput gajah (Pennisetum
purpureum) terhadap asam laktat,
NH3, dan pH. Media Peternakan,
1(2), 6–9.
https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/arti
cle/view/6010
Wati, W. S., Mashudi, & Irsyammawati, A.
(2018). Kualitas silase rumput odot
(Pennisetum purpureum Cv. Mott)
dengan penambahan Lactobacillus
plantarum dan molasses pada waktu
inkubasi yang berbeda. J. Nutrisi
Ternak Tropis, 1(1), 45–53.
DOI: https://doi.org/10.21776/ub.jnt.
2018.001.01.6
Zhou, J. W., Wang, W. J., Jing, X. P.,
Degen, A. A., Guo, Y. M., Kang, J.
P., Shang, Z. H., Yu, Z. X., Qiu, Q.,

DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 68

Anda mungkin juga menyukai