Vol 6 No 1 pp 57-68
ABSTRAK
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 57
Sadarman., dkk 2023
ABSTRACT
Corn plant biomass still contains high nutrients, so it has the potential to be used as
feed ingredients, but the moisture content of this biomass is high, and it is easily damaged, so
it needs to be preserved. This study aims to determine the fermented profile of corn silage
which is ensiled using a combination of molasses additives and culled commercial syrup. The
experimental method with a completely randomized design consisting of five treatments and
five replications was used in this study. The treatment is P1: Corn plant + Molasses 100%
DM (26.3 g), for P2, P3, P4, and P5 added with expired commercial syrup 25%, 50%, 75%,
and 100% DM respectively as a substitute for molasses, then ensiled for 30 days. The
parameters measured were pH, the percentage of fungal growth and the ammonia content,
total VFA, and fleigh point of silage. Data were analyzed by analysis of variance. Differences
in values between treatments were tested further with a DMRT level of 5%. This study's
results indicated that expired commercial syrup as a substitute for molasses had a significant
(P<0.05) effect on pH, percentage of fungal growth, ammonia content, total VFA production,
and fleigh point corn silage. Using expired commercial syrup, 100% DM (26.3 g) produced
corn silage with a fungal growth percentage of around 0.53%, an ammonia content of around
2.30 mM, with a fleigh point of around 113. The corn silage with the best pH value replaced
molasses with SKA as much as 75% or around 19.7 g, while the highest total VFA corn silage
production was around 58.1 mM using SKA 50% DM (13.1 g) as a substitute for molasses.
This study concludes that SKA can be used as a silage additive to replace molasses.
Keywords: Corn stalks; expired commercial syrup; fleigh point; molasses; silage
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 58
Sadarman., dkk 2023
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 59
Sadarman., dkk 2023
dan WSC 3,40-5,95%, silase yang dengan rincian perlakuan sebagai berikut
diproduksi berkualitas baik. Menurut P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK
Purwaningsih (2016), silase dikatakan baik (26,3 g), P2: Tebon Jagung + Molases 75%
BK (19,7 g) + Sirup Komersial Afkir 25%
jika mempunyai pH 3,50-4,20. Silase yang
BK (6,56 g), P3: Tebon Jagung + Molases
baik dapat bertahan lebih dari satu tahun 50% BK (13,1 g) + Sirup Komersial Afkir
bila disimpan dalam kondisi anaerob tanpa 50% BK (13,1 g), P4: Tebon Jagung +
secara nyata menurunkan nilai nutrisinya. Molases 25% BK (6,56 g) + Sirup
Menurut Sadarman et al. (2022), sirup Komersial Afkir 75% BK (19,7 g), dan P5:
komersial afkir 10% BK dapat Tebon Jagung + Sirup Komersial Afkir
mempertahankan kualitas fisik silase 100% BK (26,3 g).
berbahan rumput gajah dan ampas tahu Prosedur Penelitian (Kondo et al., 2016)
Tebon jagung dicincang
segar. Pada penelitian ini, penulis telah
menggunakan chopper. Selanjutnya,
melakukan riset terkait dengan profil masing-masing silo per unit perlakuan diisi
fermentasi anaerob silase tebon jagung tebon jagung sebanyak 1500 g yang
menggunakan sirup komersial afkir sebagai dicampur sampai rata dengan kombinasi
substitusi molases. molases dan sirup komersial afkir
berdasarkan bahan kering tebon jagung. Isi
MATERI DAN METODE silo dipadatkan dan ditutup rapat hingga
kondisi di dalam silo anaerob. Silo
Lokasi Penelitian disimpan pada ruangan yang tidak dipapari
Pembuatan dan pemanenan silase langsung oleh sinar matahari selama 30
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi hari. Silase tebon jagung dipanen pada hari
dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian ke-30. Pertumbuhan jamur diamati melalui
dan Peternakan Universitas Islam Negeri pengambilan jamur yang tumbuh pada
Sultan Syarif Kasim Riau. Uji amonia dan bagian permukaan silo lalu ditimbang
total VFA telah dilakukan di Laboratorium untuk menentukan persentase pertumbuhan
Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB jamur. Persentase pertumbuhan jamur
University, Bogor. dihitung dengan cara membandingkan
Materi Penelitian antara jamur yang tumbuh di bagian atas
Peralatan yang digunakan dalam silo dengan berat bahan yang telah
penelitian ini adalah silo skala laboratorium diensilasekan dikali 100%. Selanjutnya
kapasitas isi 1,50 Kg, pH digital, sampel silase diambil sebanyak 1 g, lalu
thermometer digital, baskom plastik, alat ditambah aquades sebanyak 9 mL dan
pengujian amonia dan total VFA. Bahan dicampurkan ke dalam blender lalu
yang digunakan adalah tebon jagung, dihaluskan dan disaring hingga didapatkan
molases, SKA, dan bahan lainnya baik jus silase yang digunakan untuk
untuk pembuatan silase maupun bahan mendapatkan nilai pH, amonia, dan total
untuk pengujian amonia dan total VFA. VFA. pH silase diukur dengan cara
Rancangan Penelitian mencelupkan sensor pH digital ke dalam
Penelitian eksperimental ini jus silase selama 5 menit dan diulang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap sebanyak tiga kali, nilai pH adalah nilai
(RAL) terdiri 5 perlakuan dan 5 ulangan. total pencelupan sensor dibagi dengan 3
Perlakuan dimaksud adalah pembuatan kali pencelupan (Bernardes et al., 2019).
silase tebon jagung menggunakan sirup Pengukuran konsentrasi amonia pada silase
komersial afkir sebagai pengganti molases, ditentukan dengan rumus :
Amonia (mM) = Vol. H2 SO2 Akh + Vol. H2 SO2 Awl 𝑥 0,0059 𝑥 1000.
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 60
Sadarman., dkk 2023
Sedangkan untuk pengukuran konsentrasi VFA pada silase ditentukan dengan rumus
VFA (mM) = 4,90 − (Vol. HCl Akh − Vol. HCl Awl) 𝑥 0,4608 𝑥 1000 ∶ 5.
Tabel 1. Pertumbuhan jamur pada silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif
molases dan sirup komersial afkir
Perlakuan Pertumbuhan Jamur (%)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 1,08a±0,06
P2: P1 + SKA 25% BK 0,90b±0,08
P3: P1 + SKA 50% BK 0,78c±0,04
P4: P1 + SKA 75% BK 0,73c±0,06
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 0,53d±0,04
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 61
Sadarman., dkk 2023
Tabel 2. pH silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases dan sirup
komersial afkir
Perlakuan pH Silase
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 3,73a±0,09
P2: P1 + SKA 25% BK 3,76a±0,04
P3: P1 + SKA 50% BK 3,66b±0,04
P4: P1 + SKA 75% BK 3,57c±0,02
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 3,60b±0,01
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 62
Sadarman., dkk 2023
Tabel 3. Kandungan amonia silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif
molases dan sirup komersial afkir
Perlakuan Amonia (mM)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 3,01a±0,32
P2: P1 + SKA 25% BK 2,60b±0,25
P3: P1 + SKA 50% BK 3,19a±0,25
P4: P1 + SKA 75% BK 2,72b±0,32
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 2,30c±0,25
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan amonia berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 63
Sadarman., dkk 2023
Tabel 4. Kandungan VFA silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases
dan sirup komersial afkir
Perlakuan VFA (mM)
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 52,5a ±2,52
P2: P1 + SKA 25% BK 54,4a±3,85
P3: P1 + SKA 50% BK 58,1b±4,11
P4: P1 + SKA 75% BK 52,5a±2,52
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 54,4a±3,85
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan total VFA berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 64
Sadarman., dkk 2023
butirat, dan propionat. Ketiga bagian VFA tertinggi sekitar 58,1%, dengan demikian
ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk kombinasi molases dan SKA dapat
menentukan baik atau tidak baiknya silase digunakan untuk membuat silase tebon
yang dihasilkan. Menurut Dryden (2021) jagung.
silase berkualitas baik proporsi asamnya Nilai Fleigh Silase
seperti asetat <25%, butirat <5%, laktat Nilai fleigh merupakan nilai indeks
>60%, dan propionat sekitar 35%. Saha and karakteristik silase berdasarkan nilai bahan
Pathak (2021) menjelaskan fungsi dari kering dan pH silase yang dihasilkan. Data
masing-masing asam lemak terbang terkait dengan nilai fleigh silase tebon
tersebut ketika berada dalam tubuh ternak jagung dapat dilihat pada Tabel 5.
ruminansia, diantaranya asetat untuk Penggunaan kombinasi molases
memprekursor produksi air susu, propionat dengan SKA memberikan pengaruh yang
untuk mendukung produksi daging, dua nyata (P<0,05) terhadap nilai fleigh silase.
asam lemak terbang lainnya seperti butirat Hasil uji Duncan 5% menunjukkan nilai
dapat menyebabkan turunnya kualitas fleigh pada P1 sama dengan P3 namun
silase, sedangkan produksi asam laktat berbeda dengan P2, P4, dan P5. Nilai fleigh
yang optimal dapat dengan cepat P2 lebih rendah dari semua perlakuan
menurunkan pH silase ke arah asam sedangkan nilai fleigh P5 lebih tinggi
sehingga silase yang diproduksi berkualitas dibandingkan perlakuan lainnya. Namun
baik (McDonald et al., 2022). Penggunaan secara keseluruhan nilai fleigh silase tebon
kombinasi molases dan SKA pada jagung yang menggunakan kombinasi aditif
penelitian ini dapat mengensilasekan tebon molases dan SKA sangat baik dengan skor
jagung dengan kandungan total VFA > 80 yaitu sekitar 109-113.
Tabel 5. Nilai fleigh silase tebon jagung yang menggunakan kombinasi aditif molases dan
sirup komersial afkir
Perlakuan Nilai Fleigh Silase
P1: Tebon Jagung + Molases 100% BK 111b±0,44
P2: P1 + SKA 25% BK 109a±0,84
P3: P1 + SKA 50% BK 111b±0,45
P4: P1 + SKA 75% BK 112c±0,55
P5: Tebon Jagung + SKA 100% BK 113d±0,45
Keterangan: BK: Bahan Kering. SKA: Sirup Komersial Afkir. Data yang ditampilkan adalah
nilai rataan ± standar deviasi. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pertumbuhan jamur berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan
Hal ini menunjukkan pembuatan gula lalu didukung oleh tambahan substrat
silase berbahan tebon jagung dengan kaya energi dari molases dan SKA.
memanfaatkan aditif molases dan SKA Menurut McDonald et al. (2022)
dapat menghasilkan silase yang berkualitas kualitas silase dapat dilihat dari berbagai
sangat baik dilihat dari nilai fleigh sisi, mulai dari fisik hingga nilai fleigh atau
masing-masing perlakuan. Peningkatan fleigh point yang dihitung berdasarkan nilai
nilai fleigh silase tebon jagung ini dapat bahan kering dan pH silase yang
dikaitkan dengan tebon jagung yang kaya dihasilkan. Silase berkualitas sangat baik
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 65
Sadarman., dkk 2023
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 66
Sadarman., dkk 2023
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 67
Sadarman., dkk 2023
Nutrisi Ternak Tropis, 5(1): 37–44. Guo, X. S., Ding, L. M., Yang, G., &
DOI: 10.21776/ub.jnt.2021.005.01.4 Long, R. J. (2019). Effect of dietary
Sadarman, Febrina, D., Wahyono, T., energy on digestibilities, rumen
Mulianda, R., Qomariyah, N., fermentation, urinary purine
Nurfitriani, R. A., Khairi, F., derivatives and serum metabolites in
Desraini, S., Zulkarnain., Prastyo, A. Tibetan and small-tailed han sheep. J.
B., & Adli, D. N. (2022). Kualitas Anim. Physiol. Anim. Nutr., 103(8),
fisik silase rumput gajah dan ampas 977–987. DOI: 10.1111/jpn.13098
tahu segar dengan penambahan sirup
komersial afkir. J. Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, 20(2), 73–77.
https://doi.org/10.29244/jintp.20.2.73
-77
Saha, S. K., & Pathak, N. N. (2021).
Fundamentalsofanimalnutrition, 1st
Edn. Singapore : Springer Nature.
Sengkey, M., Tulung, Y. L. R., Tuturoong,
R., & Kowel, Y. H. S. (2020).
Pengaruh penggantian jagung dengan
molases terhadap performa ternak
kelinci. Zootek, 40(1): 299–307.
DOI: https://doi.org/10.35792/zot.40.
1.2020.27771
Umam, S., Nyimas, P. I., & Atun, B.
(2014). Pengaruh tingkat penggunaan
tepung jagung sebagai aditif pada
silase rumput gajah (Pennisetum
purpureum) terhadap asam laktat,
NH3, dan pH. Media Peternakan,
1(2), 6–9.
https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/arti
cle/view/6010
Wati, W. S., Mashudi, & Irsyammawati, A.
(2018). Kualitas silase rumput odot
(Pennisetum purpureum Cv. Mott)
dengan penambahan Lactobacillus
plantarum dan molasses pada waktu
inkubasi yang berbeda. J. Nutrisi
Ternak Tropis, 1(1), 45–53.
DOI: https://doi.org/10.21776/ub.jnt.
2018.001.01.6
Zhou, J. W., Wang, W. J., Jing, X. P.,
Degen, A. A., Guo, Y. M., Kang, J.
P., Shang, Z. H., Yu, Z. X., Qiu, Q.,
DOI: 10.21776/ub.jnt.2023.006.01.7 68