PENDAHULUAN
Dedak padi adalah hasil samping penggilingan padi dan telah banyak
digunakan sebagai pakan ternak. Dedak padi didapat dari hasil samping pemisahan
beras dengan sekam (kulit gabah) pada gabah yang telah dikeringkan melalui proses
pemisahan dengan ditumbuk atau Dedak dgiling yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan cara fermentasi dapat
memperlama masa simpan dan meningkatkan kandungan gizi dedak padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-
pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya
sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur
padi, derajat penggilingan serta penyosohannya. Menurut National Research Council
(1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar
12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta
kadar air 9 (Dewan Standarisasi Nasional, 2001).
Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras
yang mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula
dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf, 1990). Kandungan lemak yang
tinggi yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan
oksidatif. Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12 minggu
dapat dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang sangat mudah
tengik (Amrullah, 2002).
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya khas,
tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung
kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi
(Rasyaf, 2002). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa, dedak padi yang berkualitas
tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah.
2.2 Fermentasi Dedak Padi
Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai
zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman shingga dapat secara otomatis
berperan pada saat fermentasi,, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase
dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat
dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang
sempuma (Ridwan dkk., 2005).
2.3 Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bias juga dijadikan pakan
ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya
murah, kelebihan lain tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayanti dan
Widalestari, 1996).
Molases sebagai hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula sangat
palatabel bagi ternak. Penyertaan molases dalam campuran dengan bahan pakan
tambahan lain dapat meningkatkan konsumsi pakan tambahan secara keseluruhan
akibat aroma yang ditimbulkannya, maupun terbentuknya ikatan fisik diantara bahan
penyusun pakan tambahan sehingga mengurangi hilangnya pakan terutama bahan
pakan yang bersifat pendebuan. Pemberian molases sebagai bahan pakan tambahan
tunggal atau dalam bentuk campuran dengan bahan pakan lain meningkatkan laju
pertumbuhan barat badan harian pada ternak (Batubara dkk., 1993).
2.4 Starbio
3.1 Alat
1. Timbangan, berfungsi untuk menimbang dedak, molases dan probiotik.
2. Wadah, berfungsi untuk menyimpan dedak, molases dan probiotik.
3. Gayung, berfungsi untuk memindahkan molases dan probiotik kedalam
mixer.
4. Mixer, berfungsi untuk menggiling atau mencampur dedak, molases dan
probiotik.
5. Toples, berfungsi sebagai wadah dedak aromatik perkelompok.
6. Drum berkapasitas 80 kg, sebagai tempat fermentasi.
3.2 Bahan
1. Dedak padi, sebagai bahan yang akan difermentasi.
2. Molases, sebagai sumber energi bagi bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.
3. Probiotik Heryaki, sebagai stater atau bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.
homogen.
4. Memasukkan dedak padi ke dalam mesin mixer. Kemudian hidupkan mesin.
dalam mesin mixer berisi dedak padi. Tunggu hingga semua bahan
tercampur rata.
drum.
6. Mengamati dan mencatat kondisi fisik (warna, rasa, tekstur dan aroma)
8. Simpan selama 4-5 hari, kemudian mengamati serta mencatat kondisi fisik
Putih kecoklatan
Dedak Padi Apek Hambar Halus (serbuk)
(krem)
Molases Hitam Seperti kecap Manis Cair
4.2 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan dedak aromatik dilakukan dengan cara mencampurkan dedak yang
sudah tengik dan berkutu, molases, serta probiotik, pencampuran ketiga bahan
tersebut menggunakan mixer kemudian dilakukan fermentasi secara anaerob.
5.2 Saran
Amrullah, I.K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB.
Baranangsiang. Bogor.
Anggorodi, H.R., 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Batubara, L. P., Sianipar, J., Elieser, S., Karo-karo, S dan Barus, P. 1992.
Pemanfaatan Aroindustri by Product/Waste sebagai Pakan Ternak. Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Sumatera Utara
Irianingrum R. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang
Disimpan Dalam Keadaan Anaerob. Skripsi, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor.
Lembah Hijau Multifarm. 1995. Pakan Lebih Hemat dengan Starbio. CV Lembah
Hijau Indonesia, Solo.
Lunggani, A.T., 2007, Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat
Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergillus flavus. BIOMA (online),
9(II)45-51, (Diakses, Jumat 28 Oktober 2016 pukul 18.17 WIB)
Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.
Widayati, E. dan Widalestari, Y., 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus
Agrisorana, Surabaya.
Zainuddin, D.K., Dwiyanto dan Suharto, 1994. Penggunaan Probiotik Starbio Dalam
Ramsum. Poultry Indonesia No. 173 Juli.
LAMPIRAN