Anda di halaman 1dari 17

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dedak padi adalah hasil samping penggilingan padi dan telah banyak
digunakan sebagai pakan ternak. Dedak padi didapat dari hasil samping pemisahan
beras dengan sekam (kulit gabah) pada gabah yang telah dikeringkan melalui proses
pemisahan dengan ditumbuk atau Dedak dgiling yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan cara fermentasi dapat
memperlama masa simpan dan meningkatkan kandungan gizi dedak padi.

Pada teknologi dedak padi fermentasi dapat memperpanjang waktu simpan


dedak padi dan menurunkan kandungan asam fitat yang ada pada dedak padi
sehingga penggunaannya dapat maksimal dalam ransum ternak. Asam fitat ini mampu
berikatan dengan protein, mineral, dan pati membentuk garam atau senyawa
komplek, sehingga mineral, protein dan pati yang terkandung dalam ransum dapat
optimal digunakan oleh ternak.

Tujuan dari fermentasi adalah memecah kandungan serat, protein dan


karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, fermentasi dedak padi dapat
menggunakan ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya pada kondisi
anaerobik atau tertutup. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan
nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Fungsi lainnya untuk menurunkan
zat anti nutrisi dari bahan utama. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk
mengetahui bagaimana cara pembuatan dedak fermentasi yang memiliki nilai
ekonomis dan meningkatkan daya manfaat pakan. Maka berdasarkan akan hal
tersebut diadakanlah pratikum dalam mata kuliah teknologi pakan di Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran mengenai Pembuatan Dedak Aromatik
Menggunakan Probiotik Heryaki

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui cara pembuatan dedak aromatik.
2. Memperbaiki palabilitas dan meningkatkan daya manfaat serta
memperpanjang masa simpan pakan.

1.3 Waktu dan Tempat

Hari, Tanggal : Senin, 11 Oktober 2016

Pukul : 07.30-09.30 WIB

Tempat :Gedung Mini Feedmill Fakultas Peternakan Universitas


Padjadjaran.
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-
pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya
sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur
padi, derajat penggilingan serta penyosohannya. Menurut National Research Council
(1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar
12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta
kadar air 9 (Dewan Standarisasi Nasional, 2001).
Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras
yang mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula
dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf, 1990). Kandungan lemak yang
tinggi yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan
oksidatif. Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12 minggu
dapat dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang sangat mudah
tengik (Amrullah, 2002).
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya khas,
tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung
kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi
(Rasyaf, 2002). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa, dedak padi yang berkualitas
tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah.
2.2 Fermentasi Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi. Ketersediaannya


sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim
panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu dedak padi
tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini disebabkan karena ketidakstabilan dedak padi
selama penyimpanan. Ketidakstabilan ini disebabkan karena aktifitas enzim. Aktifitas
enzim ini dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif pada komponen
minyak yang ada dalam dedak padi. Suatu teknologi penyimpanan dedak padi dengan
cara fermentasi anaerob dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di
atas. Teknologi ini dapat memperpanjang waktu simpan dedak padi. Selain itu,
teknologi ini dapat menurunkan kandungan asam fitat dedak padi sehingga
penggunaannya dapat lebih maksimal dalam ransum. Asam fitat ini mampu berikatan
dengan mineral, protein dan pati membentuk garam atau senyawa komplek, seperti:
fitat-mineral, fitat-protein, fitat mineral protein dan fitat-mineral-protein-pati
sehingga mineral, protein dan pati yang terkandung dalam ransum tidak dapat optimal
digunakan oleh ternak. Irianingrum (2009) melaporkan bahwa perlakuan fermentasi
dan lama penyimpanan dapat menurunkan kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi
2,07% dan meningkatkan nilai Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dari 63,06%
menjadi 69,72%. Dedak yang telah difermentasi dapat disimpan dalam waktu 4 bulan
(Irianingrum, 2009).
Teknologi fermentasi anaerob yang digunakan pada pengawetan dedak padi
dapat memanfaatkan starter bakteri asam laktat (BAL). Penambahan bakteri asam
laktat ini akan mempercepat proses fermentasi. Bakteri asam laktat (BAL) adalah
bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup pada tanaman, saluran pencernaan hewan
maupun manusia. Bakteri asam laktat, baik yang bersifat homofermentatif maupun
heterofermentatif memanfaatkan substrat yang tersedia pada lingkungannya dengan
hasil akhir berupa energi dan asam-asam lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta
CO2. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai
salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat
tidak baik (Lunggani, 2007). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan
membinasakan bakteri saluran pencernaan yang patogen karena menghasilkan D, L
atau DL asam laktat yang terfermentasi (Lunggani, 2007).

Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai
zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman shingga dapat secara otomatis
berperan pada saat fermentasi,, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase
dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat
dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang
sempuma (Ridwan dkk., 2005).

2.3 Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bias juga dijadikan pakan
ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya
murah, kelebihan lain tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayanti dan
Widalestari, 1996).

Molases sebagai hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula sangat
palatabel bagi ternak. Penyertaan molases dalam campuran dengan bahan pakan
tambahan lain dapat meningkatkan konsumsi pakan tambahan secara keseluruhan
akibat aroma yang ditimbulkannya, maupun terbentuknya ikatan fisik diantara bahan
penyusun pakan tambahan sehingga mengurangi hilangnya pakan terutama bahan
pakan yang bersifat pendebuan. Pemberian molases sebagai bahan pakan tambahan
tunggal atau dalam bentuk campuran dengan bahan pakan lain meningkatkan laju
pertumbuhan barat badan harian pada ternak (Batubara dkk., 1993).

2.4 Starbio

Starbio merupakan serbuk berwarna coklat hasil pengembangan bioteknologi


modern terutama LHM Research Station. Berisi koloni bakteri yang diisolasi dari
alam, bersifat bersahabat dengan kehidupan (probiotik). Kandungan bakteri dalam
starbio anatara lain: Azobacter spp, Spirillum lipoferum, Trichoderma polysperum,
Cellulomonas acidula, Bacillus cellulose, Clavaria dendroidie, Streptomyces,
Pseudomonas, Fusarium, Bacillus cellulose Disolvens. Starbio bekerja secara
enzimatis (menghasilkan enzim) yang berfungsi memecah protein (proteolitik),
karbohidrat struktural (selulolitik, hemiselulolitik, lignolitik), dan lemak (lipolitik)
serta dilengkapi dengan bakteri nitrogen fiksasi non simbiose. Starbio dapat
digunakan untuk menguraikan limbah baik limbah rumah tangga, rumah potong
hewan, pabrik, tamabak yang sering menimbulkan masalah dalam pencernaan air
(LHM, 1995).

Pemeberian probiotik starbio pada pakan ternak akan meningkatkan


kecernaan ransum, kecernaan protein dan mineral (Piao et al., 1999). Hal ini terjadi
karena probiotik starbio merupakan mikroorganisme (mikroba probiolitik, selulolitik,
lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis) yang mampu
menguraikan bahan organik kompleks pada pakan menjadi bahan organic yang lebih
sederhana (LHM, 1995).

Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna


sehingga zat-zat pakan banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
produksi. Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan
karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan
dapat menghasilkan zat anti bakteri yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang merugikan. Penambahan probiotik starbio 0.25% pada pakan
yang mengandung serat kasar 6% nyata dapat meningkatkan pertumbuhan berat baan
ayam pedaging (Zainuddin, dkk., 1995).
III

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
1. Timbangan, berfungsi untuk menimbang dedak, molases dan probiotik.
2. Wadah, berfungsi untuk menyimpan dedak, molases dan probiotik.
3. Gayung, berfungsi untuk memindahkan molases dan probiotik kedalam
mixer.
4. Mixer, berfungsi untuk menggiling atau mencampur dedak, molases dan
probiotik.
5. Toples, berfungsi sebagai wadah dedak aromatik perkelompok.
6. Drum berkapasitas 80 kg, sebagai tempat fermentasi.

3.2 Bahan
1. Dedak padi, sebagai bahan yang akan difermentasi.
2. Molases, sebagai sumber energi bagi bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.
3. Probiotik Heryaki, sebagai stater atau bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyediakan dedak padi, molases, dan probiotik Heryaki.

2. Menimbang masing-masing bahan dengan komposisi sebagai berikut :

a. Dedak padi 70% dari 80Kg

b. Probiotik Heryaki 20% dari 80Kg

c. Molases 10% dari 80Kg

3. Mencampurkan molases dengan probiotik Heryaki dalam wadah sampai

homogen.
4. Memasukkan dedak padi ke dalam mesin mixer. Kemudian hidupkan mesin.

Setelah konstan tuangkan campuran molasses dan probiotik Heryaki ke

dalam mesin mixer berisi dedak padi. Tunggu hingga semua bahan

tercampur rata.

5. Mematikan mesin mixer. Kemudian masukkan campuran bahan ke dalam

drum.

6. Mengamati dan mencatat kondisi fisik (warna, rasa, tekstur dan aroma)

7. Setiap kelompok mengambil 1Kg ke dalam toples dan tutup rapat.

8. Simpan selama 4-5 hari, kemudian mengamati serta mencatat kondisi fisik

bahan (perubahan warna, rasa, tekstur dan aroma) dan identifikasi.


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Bahan Sebelum Difermentasi
Kami mengamati bahan-bahan pembuatan dedak aromatic sebelum
dicampurkan, yaitu dedak padi, molasses, dan probiotik. Setelah dicampurkan (proses
homogenisasi), kami mengamati kembali warna, bau, rasa, dan tekstur pada bahan
tersebut.
Tabel 1. Identifikasi warna, bau, rasa, dan tekstur sebelum bahan difermentasi.
Bahan Warna Bau Rasa Tekstur

Putih kecoklatan
Dedak Padi Apek Hambar Halus (serbuk)
(krem)
Molases Hitam Seperti kecap Manis Cair

Probiotik Coklat Seperti tanah - Cair

Campuran Coklat Seperti kecap Manis Halus

4.1.2 Bahan Setelah Difermentasi


Setelah 7 hari difermentasi, terdapat berubahan pada warna, bau, rasa, dan
tekstur pada bahan campuran (dedak aromatic). Perubahan tersebut kemudian
dibandingkan dengan kelompok 2 yang memiliki bau lebih wangi dan palatable.
Tabel 2. Identifikasi warna, bau, rasa, dan tekstur setelah bahan difermentasi selama
tujuh hari.
Bahan Warna Bau Rasa tekstur
Campuran Asam Halus (serbuk),
Coklat
(Dedak menyengat, Asam dibagian atas ada
kekuningan
Aromatik) apek gumpalan-gumpalan

4.2 Pembahasan

Pada praktikum pengolahan bahan pakan secara biologis, yaitu pembuatan


dedak aromatik menggunakan probiotik Heryaki didapat hasil dedak fermentasi yang
mempunyai aroma yang khas. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memperbaiki
palatabilitas dan meningkatkan daya manfaat pakan. Bahan yang digunakan adalah
dedak padi yang sudah tengik dan berkutu, molases, serta probiotik Heryaki
(probiotik buatan pak Hery Supratman) yang mengandung mikroba proteolitik,
amilolitik, dan selulolitik sehingga mikroba tersebut diharapkan dapat merombak
bahan menjadi produk lain yang memiliki karakteristik dan manfaat yang lebih baik.
Penggunaan dedak yang kualitasnya sudah tidak baik dimaksudkan untuk
memperbaiki manfaat dedak dengan cara difermentasi. Dedak biasanya tidak dapat
disimpan lama karena dedak akan menjadi tengik sehingga mengurangi palatabilitas
dan nilai gizi dedak. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianingrum (2009) yang
menyatakan bahwa kestidakstabilan dedak selama penyimpanan karena aktivitas
enzim. Aktivitas enzim ini dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif
pada komponen minyak yang terkandung dalam dedak. maka diperlukankan
teknologi fermentasi anaerob untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat
memperpanjang masa simpan dedak.
Proses yang terjadi selama fermentasi anaerob pada dedak adalah
pemanfaatan bakteri asam laktat yang berasal dari probiotik yang ditambahkan.
Penambahan bakteri asam laktat ini akan mempercepat proses fermentasi dan aman
bagi ternak. Bakteri asam laktat tersebut bekerja pada pH asam, sehingga pada saat
fermentasi terjadi penurunan pH. Bakteri tersebut mendapat energi dari molases yang
ditambahkan. Kegunaan dari penambahan molases adalah sebagai sumber energi bagi
mikroba-mikroba yang terkandung dalam probiotik tersebut. Fermentasi merupakan
proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang berasal dari probiotik Heryaki ini
mengandung mikroba proteolitik, amilolitik, dan selulitik dan merupakan bakteri
asam laktat, sehingga dapat memecah protein, amilum dan serat kasar yang
terkandung dalam dedak. Oleh karena itu dedak yang difermentasi meningkatkan
daya cerna bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianingrum (2009) bahwa
perlakuan fermentasi dapat meningkatkan nilai Koefisien Cerna Bahan Kering
(KCBK) dedak dari 63,06% menjadi 69,72%.
Dengan proses fermentasi, dapat menurukan kandungan asam fitat yang
terkandung dalam dedak sehingga penggunaannya dapat lebih maksimal dalam
ransum. Asam fitat merupakan zat anti nutrisi dalam dedak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lunggani (2007) bahwa asam fitat mampu berikatan dengan mineral,
protein, dan pati membentuk garam atau senyawa komplek sehingga mineral, protein
dan pati yang terkandung dalam ransum tidak dapat optimal digunakan oleh ternak.
Asam fitat dapat dirombak oleh enzim phitase yang dihasilkan dari proses
fermentasi, sehingga asam fitat menjadi lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Irianingrum (2009) bahwa perlakuan fermentasi dan lama penyimpanan
pada dedak dapat menurunkan kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi 2,07%.
Probiotik adalah koloni bakteri asam laktat yang bersifat heterofermentatif,
karena mengandung beberapa jenis bakteri asam laktat dan bakteri non pathogen lain
yang sangat berguna dalam membantu proses pencernaan dan peningkatan kualitas
dedak yang difermentasi. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dari
hasil fermentasi menjadi salah satu faktor pengahmbat bagi pertumbuhan
mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik. Oleh karena itu, kutu yang terdapat
pada dedak sebelum diolah menjadi mati, selain dari ketidaksediaan oksigen dalam
proses ini dan memperbaiki kualitas dedak. Asam laktat ini juga berperan sebagai zat
pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan
memperpanjang masa simpan dedak aromatik.
Dari hasil pengamatan sebelum difermentasi dan sesudah difermentasi, ada
beberapa perubahan yang terjadi pada dedak padi diantaranya adalah warna, bau, dan
rasa. Sebelum difermentasi dedak padi berwarna putih kecoklatan (krem), baunya
apek, rasanya hambar, dan teksturnya halus (serbuk). Molases berwarna hitam,
baunya seperti kecap, rasanya manis, dan teksturnya cair. Sedangkan probiotik
berwarna coklat, baunya seperti tanah, dan teksturnya cair. Setelah semua bahan
dicampur dan dihomogenkan serta difermentasi, ternyata warna dedak berubah
menjadi coklat kekuningan, baunya asam menyengat seperti tape dan ada bau
apeknya, rasanya asam, dan teksturnya halus (serbuk) namun dibagian atasnya ada
gumpalan-gumpalan.
Perubahan warna pada dedak disebabkan oleh warna probiotik dan molases
yang dicampurkan dengan dedak. Bau asam menyengat seperti tape terjadi akibat
adanya proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri dalam probiotik tersebut.
Biasanya bakteri yang dipakai dalam proses fermentasi adalah bakteri asam laktat
yang menghasilkan asam laktat sehingga bahan yang difermentasi memiliki bau asam
namun bau apek terbentuk dari dedak yang sudah disimpan terlalu lama. Begitu pula
rasa asam pada dedak yang difermentasi adalah akibat dari pembentukan asam laktat
oleh bakteri asam laktat. Lunggani (2007) mengatakan bahwa bakteri asam laktat
baik yang bersifat homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat
yang tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam
lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat sebagai
produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor penghambat bagi
pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik. Asam laktat yang
dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Tekstur pada dedak
padi setelah fermentasi tidak jauh berbeda dengan sebelum difermentasi, namun pada
dedak yang difermentasi terdapat gumpalan-gumpalan diatasnya hal tersebut terjadi
mungkin pada saat mencampur bahan ada dedak yang menempel pada molases dan
probiotik sehingga terbentuk gumpalan.
Dedak aromatik kelompok 2 terbilang cukup baik karena memiliki aroma yang
wangi sedangkan kelompok kami aromanya asam seperti wangi tape, padahal dengan
sampel yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena sampel yang diambil oleh
kelompok 2 telah terhomogenisasi secara rata dan juga mungkin penutupan wadahnya
cukup baik sehingga tidak ada udara yang masuk kedalam wadah ketika fermentasi.
V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan dedak aromatik dilakukan dengan cara mencampurkan dedak yang
sudah tengik dan berkutu, molases, serta probiotik, pencampuran ketiga bahan
tersebut menggunakan mixer kemudian dilakukan fermentasi secara anaerob.

2. Pengolahan dedak menggunakan probiotik heryaki ini memiliki tujuan untuk


memperbaiki palatabilitas dan meningkatkan daya manfaat pakan. Dedak
aromatik yang dihasilkan memiliki warna menjadi coklat kekuningan, baunya
asam menyengat seperti tape dan ada bau apeknya, rasanya asam, dan
teksturnya halus (serbuk) namun dibagian atasnya ada gumpalan-gumpalan.
Proses yang terjadi selama fermentasi anaerob pada dedak adalah
pemanfaatan bakteri asam laktat yang berasal dari probiotik yang
ditambahkan.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya agar peralatan yang akan digunakan


oleh praktikan lebih memadai dan proses berlangsungnya praktikum lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I.K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB.
Baranangsiang. Bogor.

Anggorodi, H.R., 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Batubara, L. P., Sianipar, J., Elieser, S., Karo-karo, S dan Barus, P. 1992.
Pemanfaatan Aroindustri by Product/Waste sebagai Pakan Ternak. Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Sumatera Utara

Irianingrum R. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang
Disimpan Dalam Keadaan Anaerob. Skripsi, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor.
Lembah Hijau Multifarm. 1995. Pakan Lebih Hemat dengan Starbio. CV Lembah
Hijau Indonesia, Solo.
Lunggani, A.T., 2007, Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat
Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergillus flavus. BIOMA (online),
9(II)45-51, (Diakses, Jumat 28 Oktober 2016 pukul 18.17 WIB)
Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.

Ridwan R., S. Ratnakomala, G. Kartina & Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh


Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan
Silase Rumput Gajah. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bogor.

Widayati, E. dan Widalestari, Y., 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus
Agrisorana, Surabaya.

Zainuddin, D.K., Dwiyanto dan Suharto, 1994. Penggunaan Probiotik Starbio Dalam
Ramsum. Poultry Indonesia No. 173 Juli.
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pembuatan dedak Gambar 2. Molases


aromatik

Gambar 3. Mixer Gambar 4. Probiotik

Anda mungkin juga menyukai