Anda di halaman 1dari 7

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler


Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5 sampai 7
minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein
hewani asal ternak. Pengertian Ayam Broiler adalah istilah yang biasa dipakai
untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki
karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai
penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang
relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28 sampai 45 hari
dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg/ekor.
Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa
ayam cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari Ameirka
(Rasyaf, 2008). Menurut AAK (2000) Ayam broiler adalah ayam pedaging yang
dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5 kg
pada umur 6 minggu. Pemeliharaan ayam ras pedaging/broiler terkadang
terkendala oleh tidak stabilnya nafsu makan ayam yang bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, mulai dari stres, perubahan cuaca, dan lain-lain.

2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler


Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki
sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya
sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan
sempurna. Sesuai dengan pernyataan Murtidjo, (1987) Persiapan yang diperlukan
antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas
lantai kandang, tirai plastik dipasang keempat sisi boks, lampu pemanas digantung
15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau
diikat pada kandang. Untuk menciptakan suhu udara di dalam kandang stabil
maka digunakan pemanas kandang. Pada peternakan ayam broiler, biasanya
pemanas kandang digunakan saat broiler berumur 1-20 hari (fase awal dan fase
pertumbuhan) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan
selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran
kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat
kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi
tambahan gula jawa sebagai suplai energi. Pemberian air harus ad libitum dan
ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Menurut Murtidjo,
1987Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem
kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air
minum ditambah suplemen dan vitamin.
Program sanitasi harus terarah serta tergantung dari cara memilih
desinfektan yang sesuai dengan mikroorganisme yang dijadikan sasaran.
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat membasmi mikroorganisme,
khususnya mikroorganisme yang membahayakan peternakan ayam. Murunut
Murtidjo, 1992 Bahan dari desinfektan adalah dengan mencampurkan Kalium
Permanganat dengan formalin yang dosis 37-40% Formaldehid gas yang
dilarutkan dalam air atau dengan cara memanaskan Formaldehid tersebut.

2.3 Pertambahan bobot badan


Ambidin, (2002) menyatakan bahwa Pertumbuhan adalah suatu proses
pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah
perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan. Sesuai dengan pernyataan Rasyaf, (2008) Faktor
yang menentukan pertumbuhan antara lain umur, bangsa jenis kelamin, prcepatan
pertumbuhan, kesehatan ternak, serta kualitas dan kuantitas rasnsum.
Kartasudjana dan Suprijatna (2010) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan
dapat diukur dengan menimbang pertambahan bobot berat badannya secara
berulang setiap hari atau setiap minggu. Perhitungan pertambahan bobot badan
harian yaitu bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi jumlah hari
pemeliharaan. Dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :

BB Akhir BB awal
PBBH =
Jumlah hari pemeliharaan

2.4 Konversi Pakan


Konversi pakan adalah jumlah ransum yang dikonsumsi seekor ayam
dalam waktu tertentu untuk membentuk daging atau berat badan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat konversi pakan antara lain strain, kualitas pakan, keadaan
kandang dan jenis kelamin. Sesuai dengan pernyataan Kartasudjana dan
Suprijatna, 2010. Konversi pakan pada ayam pedaging adalah unit pakan yang
diperlukan untuk meningkatkan satu unit berat hidup, dan nilai konversi pakan
dapat dihitung dengan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi ayam
sampai umur pada saat dipanen atau dipotong dengan pertambahan berat
badannya. Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi
sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi,
1985). Blakely dan Blade (1998) menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ransum
akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan
bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan
yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Kebutuhan ransum ayam broiler
tergantung pada strain, aktivitas, umur, besar ayam dan temperatur. Menurut
Ichwan, (2003) Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur,
nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan
pertumbuhan.
Konversi pakan merupakan parameter yang penting sebagai tinjauan
ekonomis biaya pakan. Menurut Kartasudjana dan Suprijatna, 2010. Semakin
rendah nilai konversi pakan akan semakin menguntungkan, hal ini disebabkan
semakin sedikit ransum yang diberikan untuk menghasilkan berat badan tertentu.
Perhitungan koversi pakan yaitu perbandingan antara rataan konsumsi pakan
dengan rataan pertambahan bobot badan, dengan rumus sebagai berikut.
Rumus :

Rataan konsumsi pakan (g)


FCR =
Rataan bobot harian (g)

2.5 Konsumsi Pakan


Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) pakan merupakan 70% biaya
pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang
dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari tinggi. Pemberian pakan dengan sistem
selalu tersedia/tidak dibatasi.

Menurut Rasyaf (2008) konsumsi merupakan faktor yang sangat


berpengaruh pada pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi itu dipengaruhi oleh
suhu, sistem pemberian pakan, frekuensi pakan, kesehatan ayam, kualitas pakan
serta sifat genetik dari ayam broiler. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi
yang dicapai karena bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju
pertumbuhan dari ayam tersebut menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan
menjadi menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pada unggas
adalah kandungan serat kasar dalam pakan, tingkat kualitas pakan, dan
palatabilitas atau cita rasa pakan. Perhitungan konsumsi pakan yaitu jumlah pakan
yang dibrerikan dikurangi sisa pakan.

2.6 Mortalitas
Mortalitas adalah kematian pada ayam broiler yang senantiasa terjadi dan
sulit dihindari. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam
pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan,
kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol kesehatan ayam,
mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan
vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam
yang sehat, dan memberikan pakan dan minum pada waktunya Perhitungan
mortalitas yaitu jumlah ayam awal dikurangi ayam afkir di bagi jumlah awal ayam
dikali seratus persen. Dengan rumus sebagai berikut.

2.7 Vaksinasi
Menurut Murtidjo, (1992) Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan
kekebalan pada ayam, agar ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit.
Lebih lanjut dikatakan vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
injeksi, air minum, tetes mata atau hidung, semprot atau tusuk sayap. Program
vaksinasi untuk ayam broiler relatif paling sedikit dibandingkan dengan ayam
petelur maupun ayam pembibit sebab pemeliharaan ayam broiler hanya
membutuhkan waktu relatif lebih singkat yakni sekitar 6-8 minggu.
Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam antara lain cacar unggas,
ND, Ifectious Bronchitis, gumboro, dan lain-lain. jasa renik yan gmenyebabkan
hewan sakit dapat dikelompokan menjadi beberapa macam kelompok yaitu virus,
bakteri, cendawan, protozoa, dan parasit lain. Sesuai dengan pernyataan Akoso,
1993 semua jasad renik ini rentan terhadap obat dan antibiotika, kecuali virus,
maka pengendalian penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program
pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengasingan hewan yang sakit dan
vaksinasi.

2.8 Recording
Pakan pemula (starter) harus diberi setelah ayam memperoleh minum,
pada beberapa hari pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada katon
boks DOC atau tempat pakan untuk anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap
pagi dan jangan dibuang di litter karena akan membahayakan kesehatan ayam.
Pada 2 hari pertama gunakan air hangat bersuhu 16 sampai 20 0C. Untuk air
minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin (dalam 1 liter air minum untuk
12 jam pertama) Perlu juga memakai meter air agar dapat diketahui dengan pasti
berapa banyak air yang digunakan pada 2 minggu pertama tempat minum
dibersihkan 3 kali sehari setelah itu 2 kali sehari.
Pada ayam broiler fase starter kebutuhan energi adalah 3200 kcal/kg
dengan kebutuhan asam amino methionin 0,38%. Sedangkan pada finisher
kebutuhan energi sama tetapi kebutuhan protein berkurang dan kebutuhan asam
amino methionin juga berkurang menjadi 0,32%.
Menurut Rasyaf, 1994 Faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada
ayam broiler, diantaranya yaitu temperatur lingkungan, kesehatan ayam, tingkat
energi ransum yang diberikan sistem pemberian makanan pada ayam, jenis
kelamin ayam dan genetik ayam.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta : Penerbit Kanisius


Ambidin. 2002. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Jakarta
: AgroMedia Pustaka
Rasyaf, Muhammad. 2008. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta : Penebar Swadaya
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
PT. Gramedia. Jakarta.
Blakely and Bade. 1998. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM-Press,
Yogyakarta.
Ichwan. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cetakan I. PT Agromedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2010. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai