Latar Belakang
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan
yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan
yang terkandung di dalamnya. Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat
diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti
dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang
menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang
telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash (Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2013).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara
fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kombinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan, penggiling,
penghancuran serta pembuatan pellet. Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan
cara menanbahkan bahan kimia seperti amoniasi. Perlakuan secara biologis dapat
dilakukan dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses
fermentasi ini bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan
kecernaan dan meningkatkan kadar protein bahan pakan. Dan perlakuan secara
kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi
dan atau biologi-kimia (Sukaryana, 2011).
Dedak padi (rice bran) merupakan sisa dari penggilingan padi, yang
imanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat
kasar berkisar 6-27 %. Fermentasi merupakan salah satu teknologi bahan makanan
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Dedak Padi
Dedak padi (rice bran) merupakan sisa dari penggilingan padi yang
dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat
kasar berkisar 6-27 %, ketersediaannya di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik bahwa produksi padi nasional tahun 2009 mencapai 63 juta ton
berpotensi menghasilkan dedak padi sebanyak 5 juta ton. Masalah utama dalam
pemberian pakan dari hasil samping penggilingan padi yaitu dedak padi sebagai
pakan ternak adalah rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan
serat kasar. Cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan dedak padi serta
aman penggunaannya adalah dengan cara biologis yaitu dengan teknik fermentasi.
Peningkatan yang terjadi pada dedak padi fermentasi adalah meningkatnya
kandungan protein dedak padi (Ali, 2005).
Produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4
juta ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, proses
penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah
hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul
sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat
kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak (Scott et al.,1982). Kelemahan utama dedak padi adalah
kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa
fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan
oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang
berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam
penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar
antara 1640 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan
asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral
(Rasyaf, 2004).
Kandungan nutrisi pada dedak padi menurut SNI dengan Nomor SNI 013178-1996 sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan nutrisi dedak padi.
N
Komposisi
Mutu I
Mutu II
Mutu III
12
12
11
11
15
5
12
10
14
13
20
8
12
8
16
15
20
8
0,04-0,3
0,6-1,6
50
2
0,04-0,3
0,6-1,6
50
3
0,04-0,3
0,6-1,6
50
4
o
.
1
2
3
4
5
6
terhadap lemak)
7
8
9
10
maks
Ca (%)
P (%)
Aflatoksin (ppb) maks
Silica (%) maks
Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika
disimpan melebihi waktu tertentu (Rasyaf, 2004).
Gambaran Umum Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang mengacu pada mikroorganisme untuk
memecah bahan organik untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk tetap
hidup, dan membuat senyawa organik seperti alkohol dan asam organik, serta
senyawa anorganik seperti karbon dioksida dan hidrogen. Tergantung pada zat
yang terbentuk, proses ini disebut fermentasi alkohol, fermentasi asam laktat,
fermentasi asam amino, dll (Andra, 2016).
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah
serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk
menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu makanan.
Mendefinisikan fermentasi dengan suatau proses dimana komponen-komponen
kimiawi dikasilkan maupun metabolisne mikroba. Pengertian ini mencakup aerob
dan anaerib. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat defermentasi oleh beberapa jenis
bakteri (Satiawihardja, 1992).
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2 model utama yaitu fermentasi
media cair (liquid state fermentation, LSH) dan fermentasi media padat (solid
state fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
(satiawiharja,1992) atau substrat baik sumber korban maupun mineral terlarut atau
tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi media padat
merupakan prosesfermentasi yang berlangsungdalam substrat tidak terlarut,
namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas (Dharma,
1995).
Lama fermentasi dipengaruhi oleh faktor faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proses fermentasi. Menurut
Kunaepah (2008), ada banyak faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain
substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba yang digunakan. Substrat merupakan
bahan baku fermentasi yang mengandung nutrient - nutrien yang dibutuhkan oleh
mikroba untuk tumbuh maupun menghasilkan produk fermentasi. Nutrient yang
paling dibutuhkan oleh mikroba baik untuk tumbuh maupun untuk menghasilkan
produk fermentasi adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber karbon
yang berfungsi sebagai penghasil energi bagi mikroba, sedangkan nutrient lain
seperti protein dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit daripada karbohidrat
(Azizah 2012).
Gambaran Umum Fermentasi Dedak Padi Dengan Ragi Tape
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan
dedak padi dalam ransum, yaitu memanfaatkan teknologi fermentasi. Proses
bioteknologi
dengan
menggunakan
teknologi
fermentasi
substrat
padat
dapat
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Sauropus
Spesies
jikapun ada masih sangat sedikit kajian yang dilakukan untuk menguji pengaruh
pemberiannya terhadap peningkatan kemampuan reproduksi pada ternak
ruminansia kecil (Subekti 2007; Wiradimadja 2007, Putranto 2011).
Penilaian suatu bahan pakan pada mulanya ditentukan oleh penampakannya.
Secara visual warna menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk bahan
pakan selain bentuknya. Pengaruh warna pakan dapat berpengaruh pada tingkat
palatabilitas sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan. Penggunaan daun
katuk sebagai bahan pakan sudah banyak dimanfaatkan untuk ternak sapi perah,
sedangkan pemanfaatan dalam campuran ransum ayam masih terbatas (Yuliani et
al, 1997).
Menurut Wiradimadja (2016) komposisi nutrisi pada daun katuk sebagai
berikut :
Tabel 2. Komposisi Nutrisi Pada Daun Katuk
Komposisi nutrien
Kadar air (%)
9,13
Fosfor (%)
0,08
Kalsium (%)
0,11
Ferum (%)
0,04
Vitamin A (mg)
15,62
Vitamin B6 (mg)
0,05
Vitamin C (mg)
0,13
6,67
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape dilaksanakan pada hari Senin, 10 Oktober 2016, pukul 14.00
WITA selesai, bertempat dilaboratorium Ilmu Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape adalah baskom, panci, dandangan, kompor gas, ember, dan
pengaduk.
Alat yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape adalah 5 kg dedak padi, 2 biji ragi, air, daun pisang, dan daun
katuk.
Metode Kerja
Menyiapkan dedak padi sebanyak 5 kg, ragi 2 biji, dan daun katuk
(sarroupus androgynus) 50 g pada percobaan ini menggunakan dua perlakuan
dimana perlakuan pertama (T1) di beri percikkan daun katuk (sarroupus
androgynus), dan perlakuan kedua (T2) tidak di beri percikkan daun katuk.
tape, berwarna abu abu gelap dan ditumbuhi jamur. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesterilan alat dan kurangnya bakteri (ragi tape) yang digunakan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Azizah,dkk (2012) yang menyatakan bahwa Lama
fermentasi dipengaruhi Oleh faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap proses fermentasi. Menurut Kunaepah (2008)
dalam Azizah,dkk (2012) yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi fermentasi antara lain substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba
yang digunakan. Substrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung
nutrient - nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh maupun
menghasilkan produk fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, 2005. Enzim sebagai Alternatif baru dalam Peningkatan Kualitas Pakan untuk
Ternak. Program pascasarjana IPB. Bogor.
Andra. 2016. Pengertian, Manfaat Fermentasi. https://ardra.biz/sain-teknologi/bioteknologi/pengertian-manfaat-proses-fermentasi/. Diakses pada tanggal
12 oktober 2016.
Azizah, N. A. N. Al-Baarri, S. Mulyani. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar alkohol, ph, dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari
whey dengan substitusi kulit nanas. Vol. 1 No. 2, 2012.
Bidura, I G.N.G., Warmadewi, D.A., Candrawati, D.P.M.A., Aryani, I G.A.I.,
Putri Utami, I. A., Partama, I.B.G. and Astuti, D.A.. 2009. The effect of
ragi tape fermentation products in diets on nutrients digestibility and
growth performance of Bali drake. Proceeding. The 1st International
Seminar on Animal Industry 2009. Sustainable Animal Production for
Food Security and Safety. 23- 24 November 2009. Faculty of Animal
Science, Bogor Agricultural University. Pp:180-187
Dharma, J., Purwadaria, T. Haryati, T. Setiadi, A. P Sinurat dan T. Pasaribu. 1995.
Optimalisasi Fermentasi Teknologi Bioproses Bungkil Kelapa. Kumpulan
Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Balai Penelitian
Ternak Ciawi Bogor.
Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Dasar
Dasar Pakan ternak. Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan
Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia.
Kompiang, I.P., A. P. Sinurat, S. Kompiang, S. Purwadaria and J. Dharma. 1994.
Nutritional Value Of Protein Enriched Cassava-Casapro. Ilmu Peternakan
7: 22-25.
Kunaepah, U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir
Susu Kacang Merah. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Nahashon , S, N., H. S. Nakaue, And L.W. Mirosh. 1994. Production Variables
And Nutrient Retention In Single Comb White Leghorn Laying Pullets
Fed Diets Suplemented With Direct-Fed Microbials. Poultry Science 73:
1699-1711.
Putranto HD. 2011. Pengaruh suplementasi daun katuk terhadap ukuran ovarium
dan oviduk serta tampilan produksi telur ayam Burgo. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia 6:103-114.
Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Cetakan ke-8, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Satiawihardja. 1992. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan: Fermentasi.
Laboratorium makanan ternak. Universitas jambi.
Scott, M. L, M. C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd
Edition, Published M, L Scott and Associates: Ithaca, New York.
Subekti S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrak daun katuk (Sauropus
androgynus L. Merr) dan hubungannya dengan sistem reproduksi puyuh.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suryana, A. 2006. Strategi, kebijakan dan program penelitian jagung. Makalah
dipresentasikan pada Seminar Nasional Inovasi Teknologi Jagung. Balit
Serealia, Maros.
Suryaningsih, L. 2008. Pengaruh pemberian tepung daun katuk (sauropus
androgynus (l.) Merr.) Dalam ransum terhadap kualitas telur itik lokal.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tirtayasa. 2016. Manfaat Dedak Padi Yang Difermentasi Oleh Khamir
Saccharomyces Cerevisiae Dalam Ransum Itik Bali Jantan. Jurnal
Penelitian.
Wiradimadja R, Piliang WG, Suhartono MT, Manalu W. 2007. Umur dewasa
kelamin puyuh Jepang betina yang diberi tepung daun katuk (Sauropus
androgynus L. Merr.). Anim Prod. 9:67-72.
Wiradimadja, R. 2016. Potensi tanaman katuk (sauropus androgynus l. Merr)
Untuk meningkatkan kualitas intensitas Warna kuning telur. Jurnal
penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Yulianti S, Dan T. Marwati . 1997 . Tinjauan katuk sebagai bahan makanan
tambahan yang bergizi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 3 : (3) : 54.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN
NAMA
: IMELDA ARSYAD
NIM
: I111 14 011
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN
: NIRWANA
LABORATORIUM
INDUSTRI DANTEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016