Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan
yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan
yang terkandung di dalamnya. Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat
diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti
dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang
menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang
telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash (Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2013).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara
fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kombinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan, penggiling,
penghancuran serta pembuatan pellet. Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan
cara menanbahkan bahan kimia seperti amoniasi. Perlakuan secara biologis dapat
dilakukan dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses
fermentasi ini bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan
kecernaan dan meningkatkan kadar protein bahan pakan. Dan perlakuan secara
kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi
dan atau biologi-kimia (Sukaryana, 2011).
Dedak padi (rice bran) merupakan sisa dari penggilingan padi, yang
imanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat
kasar berkisar 6-27 %. Fermentasi merupakan salah satu teknologi bahan makanan

secara biologis yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna memperbaiki gizi


bahan berkualitas rendah. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas bahan pakan,
karena pada proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi senyawa-senyawa
organik (karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan organik lainnya) baik
dalam keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan
mikroba (Sukaryana, 2011). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
praktikun Teknologi Pengolahan Pakan mengenai pembuatan Fermentasi Dedak
Padi Dengan Ragi
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan
Fermentasi Dedak Padi yaitu untuk mengetahui bahan pakan yang digunakan
dalam pembuatan fermentasi dedak padi dingin, dan cara pembuatannya.
Kegunaan dari praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai
Pembuatan Fermentasi Dedak Padi yaitu diharapkan dapat membantu masyarakat
dalam menambahan nutrisi dan daya simpan pada pakan dengan cara fermentasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Dedak Padi
Dedak padi (rice bran) merupakan sisa dari penggilingan padi yang
dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat
kasar berkisar 6-27 %, ketersediaannya di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik bahwa produksi padi nasional tahun 2009 mencapai 63 juta ton
berpotensi menghasilkan dedak padi sebanyak 5 juta ton. Masalah utama dalam
pemberian pakan dari hasil samping penggilingan padi yaitu dedak padi sebagai
pakan ternak adalah rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan
serat kasar. Cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan dedak padi serta
aman penggunaannya adalah dengan cara biologis yaitu dengan teknik fermentasi.
Peningkatan yang terjadi pada dedak padi fermentasi adalah meningkatnya
kandungan protein dedak padi (Ali, 2005).
Produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4
juta ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, proses
penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah
hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul
sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat
kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak (Scott et al.,1982). Kelemahan utama dedak padi adalah
kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa

fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan
oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya
dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang
berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam
penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar
antara 1640 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan
asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral
(Rasyaf, 2004).
Kandungan nutrisi pada dedak padi menurut SNI dengan Nomor SNI 013178-1996 sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan nutrisi dedak padi.
N

Komposisi

Mutu I

Mutu II

Mutu III

Air (%) maks


Protein kasar (%) min
Serat kasar (%) maks
Abu (%) maks
Lemak (%) MAKS
Asam lemak bebas (%

12
12
11
11
15
5

12
10
14
13
20
8

12
8
16
15
20
8

0,04-0,3
0,6-1,6
50
2

0,04-0,3
0,6-1,6
50
3

0,04-0,3
0,6-1,6
50
4

o
.
1
2
3
4
5
6

terhadap lemak)
7
8
9
10

maks
Ca (%)
P (%)
Aflatoksin (ppb) maks
Silica (%) maks

Sebagai bahan pakan. Dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu


mempunyai struktur yang cukup kasar, Mempunyai bau khas wangi dedak,
Berwarna coklat dan tidak menggumpal, Dedak padi umumnya tidak tahan
disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan
lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim.

Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika
disimpan melebihi waktu tertentu (Rasyaf, 2004).
Gambaran Umum Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang mengacu pada mikroorganisme untuk
memecah bahan organik untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk tetap
hidup, dan membuat senyawa organik seperti alkohol dan asam organik, serta
senyawa anorganik seperti karbon dioksida dan hidrogen. Tergantung pada zat
yang terbentuk, proses ini disebut fermentasi alkohol, fermentasi asam laktat,
fermentasi asam amino, dll (Andra, 2016).
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah
serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk
menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu makanan.
Mendefinisikan fermentasi dengan suatau proses dimana komponen-komponen
kimiawi dikasilkan maupun metabolisne mikroba. Pengertian ini mencakup aerob
dan anaerib. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat defermentasi oleh beberapa jenis
bakteri (Satiawihardja, 1992).
Fermentasi secara umum dibagi menjadi 2 model utama yaitu fermentasi
media cair (liquid state fermentation, LSH) dan fermentasi media padat (solid
state fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
(satiawiharja,1992) atau substrat baik sumber korban maupun mineral terlarut atau
tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi media padat
merupakan prosesfermentasi yang berlangsungdalam substrat tidak terlarut,

namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas (Dharma,
1995).
Lama fermentasi dipengaruhi oleh faktor faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proses fermentasi. Menurut
Kunaepah (2008), ada banyak faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain
substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba yang digunakan. Substrat merupakan
bahan baku fermentasi yang mengandung nutrient - nutrien yang dibutuhkan oleh
mikroba untuk tumbuh maupun menghasilkan produk fermentasi. Nutrient yang
paling dibutuhkan oleh mikroba baik untuk tumbuh maupun untuk menghasilkan
produk fermentasi adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber karbon
yang berfungsi sebagai penghasil energi bagi mikroba, sedangkan nutrient lain
seperti protein dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit daripada karbohidrat
(Azizah 2012).
Gambaran Umum Fermentasi Dedak Padi Dengan Ragi Tape
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan
dedak padi dalam ransum, yaitu memanfaatkan teknologi fermentasi. Proses
bioteknologi

dengan

menggunakan

teknologi

fermentasi

substrat

padat

mempunyai prospek untuk meningkatkan gizi dari bahan-bahan yang bermutu


rendah. Teknologi fermentasi pada dasarnya adalah memanfaatkan aktvitas
metabolisme mikroba tertentu atau campuran dari berbagai jenis mikroba. Oleh
karena itu diharapkan dengan teknologi fermentasi kualitas komposisi nutrisi
dedak padi dapat diperbaiki dengan cara fermentasi dengan penambahan ragi
(Saccharomyces cerevevisiae) (Kompiang et al, 1994).

Saccharomyces cerevevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat


tinggi dapat berperan sebagai probiotik pada unggas, dan dapat mencegah
kejadian keracunan yang disebabkan oleh aflatoksin atau aflatoxicosis (Stanley et
al.,1993) dalam Tirtayasa (2016). Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan
oleh Bidura et al., (2009) menunjukkan bahwa penggunaan ragi tape sebagai
inokulan fermentasi pollard ternyata dapat meningkatkan kecernaan protein dan
serat kasar pollard pada itik. Apabila produk pollard terfermentasi tersebut
diberikan pada itik, secara nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan
dan efisiensi penggunaan ransumnya. Produk pakan fermentasi nyata dapat
meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum kolesterol dan meningkatkan
kualitas karkas itik.
Penambahan khamir (Saccharomyces cerevisiae) dalam ransum secara nyata
dapat meningkatkan bobot potong itik Bali jantan dibandingkan tanpa khamir
Saccharomyces cerevisiae pada setiap perlakuan, hal ini disebabkan karena
probiotik dalam ransum dapat

meningkatkan konsumsi ransum,

dapat

meningkatkan aktifitas enzim amilotik dalam saluran pencernaan sehingga dapat


meningkatkan kecernaan protein dan energy termetabolis. Berdasarkan hasil yang
diperoleh ternyata penambahan Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber
probiotik dalam ransum dapat meningkatkan bobot karkas dan persentase karkas,
hal ini disebabkan karena penambahan Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber
probiotik dalam ransum dapat meningkatkan retensi protein sehingga sintesis urat
daging dalam tubuh meningkatkan protein, khususnya asam amino merupakan
komponen utama untuk sintesis otot daging (Nahashon et al., 1994).

Gambaran Umum Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)

Gambar 1. Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)


Sumber : Suryaningsih (2008)
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Sauropus

Spesies

: Sauropus androgynus (L.) Merr.

Pemanfaatan daun katuk (Sauropus androgynus, L. Merr.) sebagai pemacu


kemampuan reproduksi ternak semakin berkembang. Beberapa penelitian yang
dilakukan telah menguji pengaruh pemberian daun katuk sebagai suplemen untuk
memperbaiki performans reproduksi pada ternak unggas. Sementara itu, saat ini

jikapun ada masih sangat sedikit kajian yang dilakukan untuk menguji pengaruh
pemberiannya terhadap peningkatan kemampuan reproduksi pada ternak
ruminansia kecil (Subekti 2007; Wiradimadja 2007, Putranto 2011).
Penilaian suatu bahan pakan pada mulanya ditentukan oleh penampakannya.
Secara visual warna menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk bahan
pakan selain bentuknya. Pengaruh warna pakan dapat berpengaruh pada tingkat
palatabilitas sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan. Penggunaan daun
katuk sebagai bahan pakan sudah banyak dimanfaatkan untuk ternak sapi perah,
sedangkan pemanfaatan dalam campuran ransum ayam masih terbatas (Yuliani et
al, 1997).
Menurut Wiradimadja (2016) komposisi nutrisi pada daun katuk sebagai
berikut :
Tabel 2. Komposisi Nutrisi Pada Daun Katuk
Komposisi nutrien
Kadar air (%)

Ekstrak Daun Katuk*


7,39

Protein total (%)

9,13

Fosfor (%)

0,08

Kalsium (%)

0,11

Ferum (%)

0,04

Vitamin A (mg)

15,62

Vitamin B6 (mg)

0,05

Vitamin C (mg)

0,13

Asam folat (mg)


Sunber : Wiradimadja, 2016.

6,67

Daun katuk berwarna hijau berarti mengandung banyak klorofil. Klorofil


terdapat dalam ikatan kompleks dengan protein yang diduga dapat menstabilkan
molekul klorofil. Pemanasan dapat mengakibatkan denaturasi protein sehingga
klorofil menjadi tidak terlindung lagi dan mudah diserang oleh ion hidrogen untuk

menggantikan ion magnesium di pusat molekul klorofil yang membentuk teofilin


yang berwarna hijau kecokelatan (Wiradimadia, 2016).

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape dilaksanakan pada hari Senin, 10 Oktober 2016, pukul 14.00
WITA selesai, bertempat dilaboratorium Ilmu Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape adalah baskom, panci, dandangan, kompor gas, ember, dan
pengaduk.
Alat yang digunakan dalam praktikum Pembuatan Fermentasi Dedak Padi
dengan Ragi Tape adalah 5 kg dedak padi, 2 biji ragi, air, daun pisang, dan daun
katuk.
Metode Kerja
Menyiapkan dedak padi sebanyak 5 kg, ragi 2 biji, dan daun katuk
(sarroupus androgynus) 50 g pada percobaan ini menggunakan dua perlakuan
dimana perlakuan pertama (T1) di beri percikkan daun katuk (sarroupus
androgynus), dan perlakuan kedua (T2) tidak di beri percikkan daun katuk.

Perlakuan pertama (T1) menimbang dedak padi sebanyak 2,5 kg lalu


menimbang air sebanyak 1,5 kg, kemudian memercikkannya ke dedak padi
sampai basah, lalu mengukus dedak padi selama 15 menit, kemudian dedak padi
di angkat dan di dinginkan kemudian di taburi 1 biji ragi, lalu menghaluskan daun
katuk kemudian memercikkannya ke dalam dedak padi yang telah di taburi ragi
lalu dedak padi di bentuk bulat kemudian di simpan dalam wadah yang di lapisi
daun pisang kemudian di simpan dalam kondisi an-aerob.
Perlakuan kedua (T2) menimbang dedak padi sebanyak 2,5 kg lalu
menimbang air sebanyak 1,5 kg, kemudian memercikkannya ke dedak padi
sampai basah, lalu mengukus dedak padi selama 15 menit, kemudian dedak padi
di angkat dan di dinginkan kemudian di taburi 1 biji ragi. Lalu di bentuk bulat
kemudian di simpan dalam wadah yang telah di lapisi dengan daun pisang
kemudian di simpan dalam keadaan an-aerob.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Teknologi Pengolahan Pakan mengenai
Fermentasi Dedak Padi dengan Ragi Tape yaitu fermentasi dedak padi yang dibuat
mengandung nutrisi khususnya protein dan dapat meningkatkan konsumsi ransum
dan pakan untuk ternak. Pada perlakuan I dengan penambahan estrak daun katuk
juga dapat meningkatkan palatabilitas pada ternak terhadap fermentasi dedak padi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nahashon et al (1994) Saccharomyces cerevisiae
sebagai sumber probiotik dalam ransum dapat meningkatkan bobot karkas dan
persentase karkas, hal ini disebabkan karena penambahan Saccharomyces
cerevisiae sebagai sumber probiotik dalam ransum dapat meningkatkan retensi
protein sehingga sintesis urat daging dalam tubuh meningkatkan protein,
khususnya asam amino merupakan komponen utama untuk sintesis otot daging.
Hal ini juga di dukung oleh pendapat Yuliani et al (1997) Pengaruh warna pakan
dapat berpengaruh pada tingkat palatabilitas sehingga dapat meningkatkan
konsumsi pakan. Penggunaan daun katuk sebagai bahan pakan sudah banyak
dimanfaatkan untuk ternak sapi perah.
Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Teknologi Pengolahan Pakan mengenai
Fermentasi Dedak padi dengan Ragi Tape yaitu fermentasi dedak pada perlakuan I
dan II yang dilaksanakan gagal tetapi fermentasi dedak tape tersebut berbau khas

tape, berwarna abu abu gelap dan ditumbuhi jamur. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesterilan alat dan kurangnya bakteri (ragi tape) yang digunakan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Azizah,dkk (2012) yang menyatakan bahwa Lama
fermentasi dipengaruhi Oleh faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap proses fermentasi. Menurut Kunaepah (2008)
dalam Azizah,dkk (2012) yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi fermentasi antara lain substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba
yang digunakan. Substrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung
nutrient - nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh maupun
menghasilkan produk fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, 2005. Enzim sebagai Alternatif baru dalam Peningkatan Kualitas Pakan untuk
Ternak. Program pascasarjana IPB. Bogor.
Andra. 2016. Pengertian, Manfaat Fermentasi. https://ardra.biz/sain-teknologi/bioteknologi/pengertian-manfaat-proses-fermentasi/. Diakses pada tanggal
12 oktober 2016.
Azizah, N. A. N. Al-Baarri, S. Mulyani. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar alkohol, ph, dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari
whey dengan substitusi kulit nanas. Vol. 1 No. 2, 2012.
Bidura, I G.N.G., Warmadewi, D.A., Candrawati, D.P.M.A., Aryani, I G.A.I.,
Putri Utami, I. A., Partama, I.B.G. and Astuti, D.A.. 2009. The effect of
ragi tape fermentation products in diets on nutrients digestibility and
growth performance of Bali drake. Proceeding. The 1st International
Seminar on Animal Industry 2009. Sustainable Animal Production for
Food Security and Safety. 23- 24 November 2009. Faculty of Animal
Science, Bogor Agricultural University. Pp:180-187
Dharma, J., Purwadaria, T. Haryati, T. Setiadi, A. P Sinurat dan T. Pasaribu. 1995.
Optimalisasi Fermentasi Teknologi Bioproses Bungkil Kelapa. Kumpulan
Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Balai Penelitian
Ternak Ciawi Bogor.
Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Dasar
Dasar Pakan ternak. Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan
Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia.
Kompiang, I.P., A. P. Sinurat, S. Kompiang, S. Purwadaria and J. Dharma. 1994.
Nutritional Value Of Protein Enriched Cassava-Casapro. Ilmu Peternakan
7: 22-25.
Kunaepah, U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir
Susu Kacang Merah. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Nahashon , S, N., H. S. Nakaue, And L.W. Mirosh. 1994. Production Variables
And Nutrient Retention In Single Comb White Leghorn Laying Pullets
Fed Diets Suplemented With Direct-Fed Microbials. Poultry Science 73:
1699-1711.
Putranto HD. 2011. Pengaruh suplementasi daun katuk terhadap ukuran ovarium
dan oviduk serta tampilan produksi telur ayam Burgo. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia 6:103-114.
Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Cetakan ke-8, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Satiawihardja. 1992. Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan: Fermentasi.
Laboratorium makanan ternak. Universitas jambi.
Scott, M. L, M. C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd
Edition, Published M, L Scott and Associates: Ithaca, New York.
Subekti S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrak daun katuk (Sauropus
androgynus L. Merr) dan hubungannya dengan sistem reproduksi puyuh.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suryana, A. 2006. Strategi, kebijakan dan program penelitian jagung. Makalah
dipresentasikan pada Seminar Nasional Inovasi Teknologi Jagung. Balit
Serealia, Maros.
Suryaningsih, L. 2008. Pengaruh pemberian tepung daun katuk (sauropus
androgynus (l.) Merr.) Dalam ransum terhadap kualitas telur itik lokal.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tirtayasa. 2016. Manfaat Dedak Padi Yang Difermentasi Oleh Khamir
Saccharomyces Cerevisiae Dalam Ransum Itik Bali Jantan. Jurnal
Penelitian.
Wiradimadja R, Piliang WG, Suhartono MT, Manalu W. 2007. Umur dewasa
kelamin puyuh Jepang betina yang diberi tepung daun katuk (Sauropus
androgynus L. Merr.). Anim Prod. 9:67-72.
Wiradimadja, R. 2016. Potensi tanaman katuk (sauropus androgynus l. Merr)
Untuk meningkatkan kualitas intensitas Warna kuning telur. Jurnal
penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Yulianti S, Dan T. Marwati . 1997 . Tinjauan katuk sebagai bahan makanan
tambahan yang bergizi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 3 : (3) : 54.

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

PEMBUATAN FERMENTASI DEDAK PADI DENGAN RAGI

NAMA
: IMELDA ARSYAD
NIM
: I111 14 011
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN
: NIRWANA

LABORATORIUM
INDUSTRI DANTEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai