PAKAN TERNAK
Nim : 161710101108
Kelompok/Kelas : 10 / THP-C
Asisten :
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia,
yang termasuk salah satu komoditi andalan Indonesia dalam pasar internasional
dan merupakan salah satu komoditi penting. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.)
termasuk jenis tanaman palma yang memiliki multi fungsi karena hampir semua
bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan (Puri, 2011). Usaha budidaya
tanaman kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi
minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa
ampas kelapa. Semakin banyak produksi minyak, maka limbah ampas kelapa juga
semakin banyak.
Kendala pengolahan di Indonesia adalah kurangnya pengolahan ampas kelapa
yang merupakan limbah industi atau limbah rumah tangga. Salah satu alternatif
dari ampas kelapa adalah pemanfaatan dalam pembuatan pakan ternak.
Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Konsumsi pakan
ternak naik mencapai 8,13 juta ton. Adapun kebutuhan pakan ternak meningkat
rata-rata 7% per tahun sejalan dengan peningkatan usaha sektor terkait. Pakan
merupakan hal utama dalam tata laksana pemeliharaan, apabila kebutuhan pakan
tidak terpenuhi maka akan berdampak pada status gizi ternak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Harga bahan pakan yang cenderung meningkat
dan tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk peternakan dapat menurunkan
kinerja industri peternakan. Dalam industri peternakan, pakan merupakan 60-70%
dari total biaya produksi (Murtidjo, 1987), maka perlu dicari komponen pakan
alternatif yang lebih efisien secara ekonomi dan memperbaiki performa ternak.
Ampas kelapa masih memiliki kandungan yang baik untuk pakan ternak.
Menurut Miskiyah et al. (2006), kandungan ampas kelapa segar terdiri dari kadar
air 11,31%; protein kasar 11,35%; lemak kasar 23,36%; kadar abu 3,04%; serat
makanan 5,72%; dan serat kasar 14,97 %. Dapat diketahui bahwa, ampas kelapa
memiliki protein, serat, dan lemak yang dapat menjadi nutrisi untuk ternak. Selain
itu, mahalnya pakan ternak dipasaran dapat membuat pakan ternak dari ampas
kelapa menjadi suatu solusi bagi peternak-peternak di Indonesia.
Pembuatan pakan ternak dari ampas kelapa ini cukup mudah bisa dengan
menggunakan proses fermentasi. Proses fermentasi ini akan memecah senyawa
kompleks pada ampas kelapa yang sulit dicerna di dalam pencernaan ternak. Oleh
karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan pakan
ternak dan pengaruh konsentrasi ragi tempe yang digunakan terhadap pakan
ternak yang dihasilkan
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum derivat kelapa pakan ternak yaitu:
1. mengetahui cara pembuatan pakan ternak
2. Pengaruh penambahan ragi terhadap pakan ternak yang dihasilkan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Ampas kelapa
Pengukusan 15 menit
Pendinginan
Pelubangan
Pengecilan ukuran
Pengecilan ukuran
Pakan ternak
Pada pembuatan pakan ternak dari ampas kelapa, dilakukan fermentasi dengan
menggunakan ragi tempe dengan konsentrasi yang berbeda. Fermentasi yang
dilakukan ini menyebabkan perubahan fisik terhadap produk yang didapatkan.
Perubahan tersebut terjadi pada warna dan aroma yang diakibatkan pertumbuhan
miselium dan spora dari proses fermentasi. Perubahan ini dapat dilihat dari data
yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 dibawah.
Tabel 2. Pakan ternak sebelum penjemuran
Parameter Perkuan
pengamatan Ragi 3 Ragi 5 Ragi 7 gram Ragi 9 gram
gram gram
Warna Krem agak Putih Putih ke- Krem pucat
keputihan keabuan krem-an
Aroma Agak Tidak Sangat Tengik
menyengat menyengat menyengat
Miselium +++ +++++ ++++ ++
Spora +++ +++++ ++++ ++
Keterangan: semakin banyak nilai + maka semakin banyak jumlah miselium dan
spora
Tabel 3. Pakan ternak setelah penjemuran
Parameter Perkuan
pengamatan Ragi 3 Ragi 5 Ragi 7 gram Ragi 9 gram
gram gram
Warna Krem Krem Krem Putih pucat
kecoklatan kehitaman
Aroma Tengik agak Tengik tidak Tengik Tengik
menyengat menyengat sangat menyengat
menyengat
Miselium +++ ++++ ++ +++++
Spora ++++ ++ +++++ +++
Keterangan: semakin banyak nilai + maka semakin banyak jumlah miselium dan
spora
4.1.Warna
Data yang diperoleh pada pengamatan warna ampas kelapa, warna ampas
kelapa mengalami perubahan setelah dilakukan fermentasi. Ampas kelapa yang
diberi ragi tempe sebanyak 3 gram berwarna krem keputihan, ampas kelapa
dengan ragi tempe 5 gram berwarna putih keabuan, ampas kelapa dengan ragi
tempe 7 gram berwarna putih kekreman, dan ampas kelapa dengan ragi tempe 9
gram memiliki warna krem pucat. Perlakuan pengukusan dan fermentasi
menyebabkan perubahan warna pada ampas kelapa. Perubahan warna setelah
fermentasi ini disebabkan pertumbuhan miselium mikroorganisme yang
digunakan (Kurniawan et al, 2016).
Setelah dilakukan pengeringan dengan sinar matahari, pakan ternak
mengalami perubahan warna kembali. Perubahan warna untuk ampas kelapa
dengan 3 gram ragi tempe menjadi krem kecoklatan dari warna krem agak
keputihan, ampas kelapa dengan 5 gram ragi tempe berubah warna menjadi krem
dari warna putih keabuan, ampas kelapa dengan 7 gram ragi tempe berubah
menjadi krem kehitaman dari putih keabuan, dan ampas kelapa dengan ragi tempe
sebanyak 9 gram berubah menjadi putih pucat dari warna krem pucat. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa pengeringan dapat mengubah warna dari pakan
ternak yang didapatkan. Menurut Hidayati (2009) pengeringan dengan sinar
matahari dapat merubah warna bahan menjadi sedikit lebih gelap dan menurunkan
kadar air bahan tersebut.
4.2. Aroma
Pakan ternak dari ampas kelapa memiliki aroma khas kelapa sebelum
dilakukan fermentasi. Kemudian setelah dilakukan fermentasi, aroma pakan
ternak berubah. Pada pakan ternak dengan ragi 3 gram aroma berubahn menjadi
agak menyengan, pakan ternak dengan ragi 5 gram memiliki aroma tidak
menyengat, pakan dengan 7 gram ragi memiliki aroma yang sangat menyengat,
sedangkan untuk pakan dengan ragi tempe sebanyak 9 gram beraroma tengik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan et al (2016), fermentasi pakan
ternak menyebabkan perubahan aroma dan warna. Perubahan bau disebabkan
karena perombakan senyawa komplek dari karbohidrat menjadi senyawa
sederhana yang mudah larut. Perombakan tersebut terjadi karena adanya enzim
lignase, xilanase, dan selulase yang merombak selulosa menjadi gula-gula
sederhana (Hidayati, 2011). Selain itu, ragi tempe juga menghasilkan enzim
lipoksigenase yang dapat mengubah aroma dari media tumubuh (Kasmidjo, 1990)
Pakan ternak setelah dilakukan pengeringan matahari mengalami perubahan
aroma. Pakan ternak dengan 3 gram ragi tempe berubah menjadi beraroma tengik
agak menyengat, pakan dengan 5 gram ragi memiliki aroma tengik tidak
menyengat, untuk pakan dengan 7 gram ragi memiliki aroma tengik sangat
menyengat, dan untuk pakan dengan 9 gram ragi memiliki aroma yang tengik
menyengat. Perubahan aroma ini terjadi karena adanya kadar air yang menguap
dari pakan sehingga aroma semakin menguar dari pakan (Hidayati, 2009).
4.3.Miselium
Pertumbuhan khamir ditandai dengan adanya miselium pada media tumbuh.
Hal ini juga menjadi salah satu tanda apabila suatu media terfermentasi oleh
khamir (Hidayati, 2011). Pada pembuatan pakan ternak dengan ferentasi ragi
tempe dan pengeringan didapatkan bahwa miselium yang paling banyak ada pada
ampas kelapa dengan konsentrasi ragi tempe sebanyak 9 gram, kemudian disusul
dengan ampas dengan ragi 5 gram, 3 gram, dan yang paling sedikit ada pada
ampas kelapa dengan ragi 7 gram. Pertumbuhan miselium yang terjadi
dipengaruhi oleh kadar ragi yang digunakan. Penelitian Sukardi dan Isti (2008),
konsentrasi ragi yang digunakan pada fermentasi akan mempengaruhi jumlah
miselium dan spora dari bahan tersebut, yang dalam penelitian Sukardi berupa
tempe. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pakan ternak dengan 7 gram ragi
mengalami penyimpangan, hal ini dapat terjadi karena pengeringan yang tidak
maksimal atau pencampuran ragi pada bahan yang tidak rata.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pembuatan pakan ternak yaitu:
1. Pembuatan pakan ternak menggunakan prinsip fermentasi dengan ragi tempe.
Pembuatan pakan ternak diawali dengan pengukusan ampas kelapa, kemudian
penginokulasian ragi temped an dibiarkan memfermentasi ampas kelapa
sehingga dapat menghasilkan pakan ternak.
2. Konsentrasi ragi tempe yang digunakan dapat mempengaruhi kenampakan
pakan ternak yang dihasilkan seperti tekstur pakan ternak dan warna pakan.
5.2 Saran
Hal yang perlu diperhatikan pada praktikum ini adalah pengeringan dan
penginokulasian ragi tempe pada ampas kelapa, sehingga hal tersebut hendaknya
diperhatikan pemasukan ragi tempe, pencampuran ragi tempe, dan pengeringan
yang dilakukan dibawah sinar matahari
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya
Hidayati, Sari Gando. 2011. Pengolahan Ampas Kelapa dengan Mikroba Lokal
Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas Alternatif di Sumatera Barat. Jurnal
Embrio. 4(1): 26-36
—. 2009. Pembuatan Mikroba Starter dari Bahan Lokal untuk Pengolahan Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas Alternatif di Sumatera Barat.
Plumstead, P.W. And J. Brake. 2003. Sampling For Confidence And Profit. Feed
Management. February 2003:21-23
Sukardi, Wignyanto dan Isti Purwaningsih. 2008. Uji Coba Penggunaan Inokulum
Tempe dari Kapang Rhizopus oryzae dengna Substrat Tepung Beras dan Ubi
kayu pada Unit Produksi Tempe Sanan Kodya Malang. Jurnal Teknologi
Pertanian. 9(3): 207-215
Unadi, Asta, Reni Yuliani Gultom, dan Ermi Sukasih. 2007. rekayasa Teknologi
Mesin Pengepres Pakan Blok. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol 5 (1) : 35 –
44.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DOKUMENTASI
Pengamatan sebelum
4
pengeringan
Pengamatan sesudah
5
pengeringan