Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER

PAKAN TERNAK

Nama : Ivanda Lutfi J M

Nim : 161710101108

Kelompok/Kelas : 10 / THP-C

Acara : Pembuatan Pakan Ternak

Hari/Tgl. Praktikum : Senin, 26 November 2018

Asisten :

1. Rina Kartika Wati (082340144468)


2. Lutfi Putri Yusviani (082346057858)
3. Dwi Cahya Putra (081217280695)
4. Seno Dwi Pratama P. (082233842560)
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia,
yang termasuk salah satu komoditi andalan Indonesia dalam pasar internasional
dan merupakan salah satu komoditi penting. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.)
termasuk jenis tanaman palma yang memiliki multi fungsi karena hampir semua
bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan (Puri, 2011). Usaha budidaya
tanaman kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi
minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa
ampas kelapa. Semakin banyak produksi minyak, maka limbah ampas kelapa juga
semakin banyak.
Kendala pengolahan di Indonesia adalah kurangnya pengolahan ampas kelapa
yang merupakan limbah industi atau limbah rumah tangga. Salah satu alternatif
dari ampas kelapa adalah pemanfaatan dalam pembuatan pakan ternak.
Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Konsumsi pakan
ternak naik mencapai 8,13 juta ton. Adapun kebutuhan pakan ternak meningkat
rata-rata 7% per tahun sejalan dengan peningkatan usaha sektor terkait. Pakan
merupakan hal utama dalam tata laksana pemeliharaan, apabila kebutuhan pakan
tidak terpenuhi maka akan berdampak pada status gizi ternak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Harga bahan pakan yang cenderung meningkat
dan tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk peternakan dapat menurunkan
kinerja industri peternakan. Dalam industri peternakan, pakan merupakan 60-70%
dari total biaya produksi (Murtidjo, 1987), maka perlu dicari komponen pakan
alternatif yang lebih efisien secara ekonomi dan memperbaiki performa ternak.
Ampas kelapa masih memiliki kandungan yang baik untuk pakan ternak.
Menurut Miskiyah et al. (2006), kandungan ampas kelapa segar terdiri dari kadar
air 11,31%; protein kasar 11,35%; lemak kasar 23,36%; kadar abu 3,04%; serat
makanan 5,72%; dan serat kasar 14,97 %. Dapat diketahui bahwa, ampas kelapa
memiliki protein, serat, dan lemak yang dapat menjadi nutrisi untuk ternak. Selain
itu, mahalnya pakan ternak dipasaran dapat membuat pakan ternak dari ampas
kelapa menjadi suatu solusi bagi peternak-peternak di Indonesia.
Pembuatan pakan ternak dari ampas kelapa ini cukup mudah bisa dengan
menggunakan proses fermentasi. Proses fermentasi ini akan memecah senyawa
kompleks pada ampas kelapa yang sulit dicerna di dalam pencernaan ternak. Oleh
karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan pakan
ternak dan pengaruh konsentrasi ragi tempe yang digunakan terhadap pakan
ternak yang dihasilkan

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum derivat kelapa pakan ternak yaitu:
1. mengetahui cara pembuatan pakan ternak
2. Pengaruh penambahan ragi terhadap pakan ternak yang dihasilkan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pakan Ternak


Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna
seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Lubis, 1992).
Pakan memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup ternak. Pakan ternak
merupakan bahan yang dapat dimakan oleh ternak yang digunakan untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Setiawan dan Arsa (2005), pakan ternak
merupakan bahan makanan ternak yang terdiri dari bahan kering dan air yang
harus diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksinya. Pakan yang diberikan untuk ternak harus berkualitas, yaitu
mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air,
karbohidrat, lemak, protein. Pakan ternak dibagi menjadi 2, yaitu pakan ternak
konvensional dan pakan ternak inkonvensional. Pakan ternak konvensional
merupakan bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum yang berasal
dari nabati maupun hewani. Pakan ternak inkonvensional merupakan bahan pakan
yang tidak digunakan untuk menyusun ransum yang berasal dari industri kimia
ataupun hasil fermentasi.
Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan
nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang
penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi (Unadi et al., 2007).
Pakan harus mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak,
namun tetap dalam jumlah yang seimbang, beberapa nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air serta mineral
(Plumstead dan Brake, 2003). Pakan berkualitas baik jika mampu memberikan
seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik, jenis jumlah serta imbangan nutrisi
bagi ternak sehingga proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh ternak akan
berlangsung secara sempurna.
2.2 SNI Pakan Ternak
Standard Nasional tentang pakan ternak unggas (ayam pedaging) telah
dicantumkan pada SNI 3148.5:2009. Standar nasional pakan ternak mengatur
kandungan logam pada pakan ternak (Tabel 1) yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Persyaratan Mutu Pakan Ayam Pedaging
No. Parameter Satuan Persyarat
1. Kadar air (maks.) % 14,0
2. Protein kasar(min.) % 36,0
3. Lemak kasar % 3,0-8,0
4. Serat kasar (maks.) % 8,0
5. Abu (maks.) % 15,0
6. Kalsium (Ca) % 2,0-3,5
7. Fosfor (P) total % 1,2-1,6
8. Fosfor (P) tersedia (min.) % 0,8
9 Aflatoksin (maks.) μg/kg 50,0
10. Energi metabolis (min.) Kkal/kg 2100
11 Asam amino:
- Lisin (min.) % 2,5
- Metionin (min.) % 1,0
- Metionin+sistin (min.) % 1,5
- Triptofan (min,) % 0,32
Sumber: BSN (2009)

2.3 Bahan yang Digunakan


Pembuatan pakan ternak dari ampas kelapa hal yang paling dibutuhkan yaitu
ampas kelapa dan ragi tempe.
2.3.3 Ampas Kelapa
Ampas kelapa merupakan hasil sampingan limbah industri atau limbah
rumah tangga yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan. Usaha
budidaya tanaman kelapa melalui perkebunan rakyat terutama dilakukan untuk
memproduksi minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil
samping berupa ampas kelapa (Miskiyah, 2006).
Ampas kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan santan. Oleh
karena itu, minyak kelapa menduduki tempat pertama dalam memenuhi
kebutuhan manusia akan minyak goreng, maka ampas kelapa sangat mudah
didapatkan. Ampas kelapa yang merupakan bahan pakan nabati cukup potensi
secara kuantitas karena jumlahnya cukup besar , mudah diperoleh dan tersedia
secara kontinyu. Ampas kelapa merupakan sumber protein yang baik. Sebagai
pakan ternak, ampas kelapa terbukti menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa
yang enak. Kandungan proteinnya, sekitar 23%, lebih besar dibandingkan dengan
gandum, tetapi tanpa jenis protein spesifik yang ada pada tepung gandum, yaitu
gluten. Menurut Puri (2011), menyatakan bahwa kandungan ampas kelapa terdiri
dari air 13,35 %, protein kasar 5,09 %, lemak kasar 19,44 %, abu 3,92 % dan serat
kasar 30,4 %.

2.3.4 Ragi tempe


Ragi atau yeast (dalam bahasa inggris) merupakan organisme bersel tunggal
berjenis eukariotik dan berkembang biak dengan cara membelah diri. ragi
memiliki ukuran sel lebih besar, memiliki organ-organ, memiliki membran inti sel,
dan DNA terlokalisasi di dalam kromosom dalam inti sel. Sehingga menyebabkan
ragi bisa melakukan fungsi-fungsi sel yang berbeda di setiap lokasi dalam selnya.
Singkatnya, sel ragi lebih mirip organisme tingkat tinggi seperti hewan. Ragi
merupakan organisme fakultatif yang mempunyai kemampuan menghasilkan
energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob maupun anaerob sehingga ragi
dapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang berbeda (Winarno, 2004). Jenis ragi
yang umum dikenal yaitu ragi tape dan ragi tempe.
Ragi tempe merupakan bibit yang dipergunakan untuk pembuatan tempe.
Oleh karena itu sering pula disebut sebagai starter tempe. Ragi tempe
mengandung jamur Rhizopus sp. yang dikenal pula sebagai jamur tempe. Jamur
Rhizopus merupakan jamur yang paling dominan pada ragi tempe, berwarna putih
dan memiliki miselia yang akan menghubungkan biji-biji kedelai menjadi tempe
(Hidayat dkk, 2006). Ragi tempe menghasilkan enzim-enzim perncernaan seperti
amilase, lipase, dan protease. Enzim-enzim pencernaan tersebut mempermudah
karbohidrat, lemak, dan protein untuk dicerna di dalam tubuh (Astawan 2009).
2.4 Reaksi yang Terjadi
Pembuatan pakan ternak menggunakan prinsip fermentasi pada pembuatannya,
sehingga reaksi yang terjadi pada pembuatan pakan ternak yaitu reaksi fermentasi
yang dilakuakan oleh ragi tempe. Proses pengukusan dan fermentasi ampas kelapa
akan menyebabkan perubahan bau dan tekstur pada ampas kelapa. Perubahan bau
disebabkan karena perombakan senyawa komplek dari karbohidrat menjadi
senyawa sederhana yang mudah larut. Tekstur dan warna ampas kelapa sebelum
dan sesudah dikukus mengalami perubahan karena pengkukusan menyebabkan
pelebaran pori-pori ampas kelapa sehingga kadar air meningkat dan tekstur
menjadi lembut.
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi
bahan pakan ternak yang dapat ditingkat nilai manfaatnya. Pada proses fermentasi
terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim dari mikroorganisme (Hidayati, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan antara lain fermentasi ampas kelapa dengan EM4,
Hidayati (2008) dapat meningkat kandungan protein kasar sebesar 13.1% dan
menurunkan kandungan serat kasar sebesar 34,5, dan dari uji biologis sampai
pemberian 20 % ampas kelapa fermentasi dalam campuran ransum ayam broiler
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan berat badan.
BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Timbangan analitik
2. Kompor
3. Pengukus
4. Pengaduk
5. Nampan
6. Baskom
3.1.2 Bahan
1. Ampas kelapa
2. Plastik
3. Air
4. Ragi tempe (3 g, 5 g, 7 g, 9 g)
5. Kertas label
3.2 Skema kerja dan Fungsi Perlakuan

Ampas kelapa

Pengukusan 15 menit

Pendinginan

Ragi tempe Penginokulasian

Pemasukan ke kantong plastik

Pelubangan

Inkubasi 3 hari pada suhu ruang

Pengeluaran dari plastik

Pengecilan ukuran

Sundrying 2-3 hari

Pengecilan ukuran

Pakan ternak

Pembuatan pakan ternak dilakukan dengan menggunakan ampas kelapa


sebanyak 250 g. Ampas kelapa tersebut kemudian dilakukan pengukusan selama
15 menit. Pengukusan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang ada di
ampas kelapa. Setelah dilakukan pengukusan, ampas kelapa kemudian dilakukan
pendinginan. Pendinginan ini dilakukan pada suhu ruang dan bertujuan agar ragi
tempe yang akan diinokulasi tidak rusak. Apabila ampas kelapa sudah dingin,
dilakukan penginokulasian ragi tempe dengan variasi 3g, 5g, 7g, dan 9g.
penambahan ragi tempe dilakukan untuk fermentasi ampas kelapa menjadi pakan
ternak. Kemudian dilakukan pemasukan ampas kelapa dengan inokulasi ragi temp
eke dalam kantong plastik, ragi tempe dibiarkan berkembang dan mengfermentasi
ampas kelapa. Kantong plastik yang digunakan kemudian dilubangi dengan jarum,
hal ini dimaksudkan agar ragi tempe dapat berkembang biak karena ragi tempe
memerlukan udara untuk tumbuh. Ampas kelapa tersebut difermentasi selama 3
hari pada suhu ruang. Ampas kelapa yang telah difermentasi kemudian dilakukan
pengeluaran dari kantong plastik dan dilakukan pengecilan ukuran sebelum
dilakukan pengeringan sinar matahari (sun drying) selama 2-3 hari. Pengeringan
dibawah sinar matahari dilakukan untuk menghilangan air akibat fermentasi ragi
tempe. Setelah didapatkan pakan ternak setelah dilakukannya pengeringn sinar
matahari kemudian dilakukan pengecilan ukuran kembali sebelum didapatkan
pakan ternak siap digunakan.
BAB 4 PEMBAHASAN

Pada pembuatan pakan ternak dari ampas kelapa, dilakukan fermentasi dengan
menggunakan ragi tempe dengan konsentrasi yang berbeda. Fermentasi yang
dilakukan ini menyebabkan perubahan fisik terhadap produk yang didapatkan.
Perubahan tersebut terjadi pada warna dan aroma yang diakibatkan pertumbuhan
miselium dan spora dari proses fermentasi. Perubahan ini dapat dilihat dari data
yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 dibawah.
Tabel 2. Pakan ternak sebelum penjemuran
Parameter Perkuan
pengamatan Ragi 3 Ragi 5 Ragi 7 gram Ragi 9 gram
gram gram
Warna Krem agak Putih Putih ke- Krem pucat
keputihan keabuan krem-an
Aroma Agak Tidak Sangat Tengik
menyengat menyengat menyengat
Miselium +++ +++++ ++++ ++
Spora +++ +++++ ++++ ++
Keterangan: semakin banyak nilai + maka semakin banyak jumlah miselium dan
spora
Tabel 3. Pakan ternak setelah penjemuran
Parameter Perkuan
pengamatan Ragi 3 Ragi 5 Ragi 7 gram Ragi 9 gram
gram gram
Warna Krem Krem Krem Putih pucat
kecoklatan kehitaman
Aroma Tengik agak Tengik tidak Tengik Tengik
menyengat menyengat sangat menyengat
menyengat
Miselium +++ ++++ ++ +++++
Spora ++++ ++ +++++ +++
Keterangan: semakin banyak nilai + maka semakin banyak jumlah miselium dan
spora
4.1.Warna
Data yang diperoleh pada pengamatan warna ampas kelapa, warna ampas
kelapa mengalami perubahan setelah dilakukan fermentasi. Ampas kelapa yang
diberi ragi tempe sebanyak 3 gram berwarna krem keputihan, ampas kelapa
dengan ragi tempe 5 gram berwarna putih keabuan, ampas kelapa dengan ragi
tempe 7 gram berwarna putih kekreman, dan ampas kelapa dengan ragi tempe 9
gram memiliki warna krem pucat. Perlakuan pengukusan dan fermentasi
menyebabkan perubahan warna pada ampas kelapa. Perubahan warna setelah
fermentasi ini disebabkan pertumbuhan miselium mikroorganisme yang
digunakan (Kurniawan et al, 2016).
Setelah dilakukan pengeringan dengan sinar matahari, pakan ternak
mengalami perubahan warna kembali. Perubahan warna untuk ampas kelapa
dengan 3 gram ragi tempe menjadi krem kecoklatan dari warna krem agak
keputihan, ampas kelapa dengan 5 gram ragi tempe berubah warna menjadi krem
dari warna putih keabuan, ampas kelapa dengan 7 gram ragi tempe berubah
menjadi krem kehitaman dari putih keabuan, dan ampas kelapa dengan ragi tempe
sebanyak 9 gram berubah menjadi putih pucat dari warna krem pucat. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa pengeringan dapat mengubah warna dari pakan
ternak yang didapatkan. Menurut Hidayati (2009) pengeringan dengan sinar
matahari dapat merubah warna bahan menjadi sedikit lebih gelap dan menurunkan
kadar air bahan tersebut.

4.2. Aroma
Pakan ternak dari ampas kelapa memiliki aroma khas kelapa sebelum
dilakukan fermentasi. Kemudian setelah dilakukan fermentasi, aroma pakan
ternak berubah. Pada pakan ternak dengan ragi 3 gram aroma berubahn menjadi
agak menyengan, pakan ternak dengan ragi 5 gram memiliki aroma tidak
menyengat, pakan dengan 7 gram ragi memiliki aroma yang sangat menyengat,
sedangkan untuk pakan dengan ragi tempe sebanyak 9 gram beraroma tengik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan et al (2016), fermentasi pakan
ternak menyebabkan perubahan aroma dan warna. Perubahan bau disebabkan
karena perombakan senyawa komplek dari karbohidrat menjadi senyawa
sederhana yang mudah larut. Perombakan tersebut terjadi karena adanya enzim
lignase, xilanase, dan selulase yang merombak selulosa menjadi gula-gula
sederhana (Hidayati, 2011). Selain itu, ragi tempe juga menghasilkan enzim
lipoksigenase yang dapat mengubah aroma dari media tumubuh (Kasmidjo, 1990)
Pakan ternak setelah dilakukan pengeringan matahari mengalami perubahan
aroma. Pakan ternak dengan 3 gram ragi tempe berubah menjadi beraroma tengik
agak menyengat, pakan dengan 5 gram ragi memiliki aroma tengik tidak
menyengat, untuk pakan dengan 7 gram ragi memiliki aroma tengik sangat
menyengat, dan untuk pakan dengan 9 gram ragi memiliki aroma yang tengik
menyengat. Perubahan aroma ini terjadi karena adanya kadar air yang menguap
dari pakan sehingga aroma semakin menguar dari pakan (Hidayati, 2009).

4.3.Miselium
Pertumbuhan khamir ditandai dengan adanya miselium pada media tumbuh.
Hal ini juga menjadi salah satu tanda apabila suatu media terfermentasi oleh
khamir (Hidayati, 2011). Pada pembuatan pakan ternak dengan ferentasi ragi
tempe dan pengeringan didapatkan bahwa miselium yang paling banyak ada pada
ampas kelapa dengan konsentrasi ragi tempe sebanyak 9 gram, kemudian disusul
dengan ampas dengan ragi 5 gram, 3 gram, dan yang paling sedikit ada pada
ampas kelapa dengan ragi 7 gram. Pertumbuhan miselium yang terjadi
dipengaruhi oleh kadar ragi yang digunakan. Penelitian Sukardi dan Isti (2008),
konsentrasi ragi yang digunakan pada fermentasi akan mempengaruhi jumlah
miselium dan spora dari bahan tersebut, yang dalam penelitian Sukardi berupa
tempe. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pakan ternak dengan 7 gram ragi
mengalami penyimpangan, hal ini dapat terjadi karena pengeringan yang tidak
maksimal atau pencampuran ragi pada bahan yang tidak rata.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pembuatan pakan ternak yaitu:
1. Pembuatan pakan ternak menggunakan prinsip fermentasi dengan ragi tempe.
Pembuatan pakan ternak diawali dengan pengukusan ampas kelapa, kemudian
penginokulasian ragi temped an dibiarkan memfermentasi ampas kelapa
sehingga dapat menghasilkan pakan ternak.
2. Konsentrasi ragi tempe yang digunakan dapat mempengaruhi kenampakan
pakan ternak yang dihasilkan seperti tekstur pakan ternak dan warna pakan.

5.2 Saran
Hal yang perlu diperhatikan pada praktikum ini adalah pengeringan dan
penginokulasian ragi tempe pada ampas kelapa, sehingga hal tersebut hendaknya
diperhatikan pemasukan ragi tempe, pencampuran ragi tempe, dan pengeringan
yang dilakukan dibawah sinar matahari
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya

Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 3148.5:2009. Pakan Konsentrat Bagian


5-ayam ras pedaging (Broiler concentrate). Jakarta: BSN

Hidayat, dkk. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Hidayati, Sari Gando. 2011. Pengolahan Ampas Kelapa dengan Mikroba Lokal
Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas Alternatif di Sumatera Barat. Jurnal
Embrio. 4(1): 26-36

—. 2008. Respons ayam buras terhadap pemberian ampas kelapa yang


difermentasi dengan EM4 ditinjau dari performa produksi. Jurnal Tambuo.
7(3).

—. 2009. Pembuatan Mikroba Starter dari Bahan Lokal untuk Pengolahan Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas Alternatif di Sumatera Barat.

Kasmidjo, R.B. 1990. TEMPE: Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta


Pengolahannya. Yogyakarta: PAU pangan dan gizi UGM

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta

Miskiyah, I. Mulyawati, dan W. Haliza. 2006. Pemanfaatan Ampas Kelapa


Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Seminar
Nasional Teknolgi Peternakan dan Veteriner.

Plumstead, P.W. And J. Brake. 2003. Sampling For Confidence And Profit. Feed
Management. February 2003:21-23

Puri, E. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi Aspergillus


oryzae Dalam Pakan KomersilTerhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Oriochromius niloticus) .Skripsi. Surakarta Jurusan Biologi. Fmipa
Universitas Sebelas Maret.

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukardi, Wignyanto dan Isti Purwaningsih. 2008. Uji Coba Penggunaan Inokulum
Tempe dari Kapang Rhizopus oryzae dengna Substrat Tepung Beras dan Ubi
kayu pada Unit Produksi Tempe Sanan Kodya Malang. Jurnal Teknologi
Pertanian. 9(3): 207-215
Unadi, Asta, Reni Yuliani Gultom, dan Ermi Sukasih. 2007. rekayasa Teknologi
Mesin Pengepres Pakan Blok. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol 5 (1) : 35 –
44.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DOKUMENTASI

NO. GAMBAR KETERANGAN

1 Pengukusan ampas kelapa

Pengulenan dengan ragi


2
tempe

Pemasukkan dalam kantong


3 plastik dan pelubangan
dengan jarum

Pengamatan sebelum
4
pengeringan

Pengamatan sesudah
5
pengeringan

Anda mungkin juga menyukai