Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-udangan namun
lainnya, ukuran rebon berukuran 1-3 cm (Soeparno, 2011). Menurut Akbar et al.,
(2013) udang rebon merupakan jenis udang berukuran kecil yang hidup di
perairan pantai yang dangkal dan berlumpur, memiliki ciri khusus, yaitu memiliki
memiliki sifat foto taksis positif. Foto taksis positif adalah tingkah laku udang
yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya. Udang rebon memiliki klasifikasi
famili: Mysidae, genus: Mysis dan spesies: Mysis relicta (Balcer et al., (1984)
Namun, dari jenis gizi udang rebon tidak kalah dari jenis udang lainnya. Seperti
6
hewan lainnya, udang rebon merupakan sumber protein hewani yang sangat baik.
Dalam 10 gram udang rebon segar mengandung mengandung protein sebesar 16,2
gram (Astawan, 2009). Kandungan gizi dari udang rebon secara lengkap disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat gizi udang rebon (Mysis relicta) per 100 gram
Zat gizi Udang rebon segar Udang rebon kering
Energi (kkal) 81 299
Protein (g) 16,2 59,4
Lemak (g) 1,2 3,6
Karbohidrat (g) 0,7 3,2
Kalsium (mg) 757 2.306
Fosfor (mg) 292 265
Zet Besi (mg) 2,2 21,4
Vitamin A (SI) 60 0
Vitamin B1 (mg) 0,04 0,06
Air (g) 79,0 21,6
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009) dalam Suparmi (2017).
Selain kaya akan sumber gizi protein, kalsium dan zat besi udang rebon
berbeda dengan jenis udang-udangan lain, ternyata terdapat satu manfaat unik dari
udang rebon yang bias sulit didapatkan dari jenis udang lainnya, yaitu dari
kulitnya. Seluruh bagian udang rebon dapat dimakan. Hal ini dikarenakan
kulit atau kepalanya seperti ketika akan memakan udang-udangan lain. Hai inilah
yang menjadi salah satu keunggulan udang rebon dibandingkan udang lainya
(Astawan, 2009).
protein menjadi peptide sederhana dan asam amino melalui proses hidrolisis oleh
enzim, asam atau basa. Hidrolisis protein menggunakan enzim merupakan cara
yang paling efisien karena dapat menghasilkan hidrolisat protein yang terhindar
7
(Kristinsson,2007).
sebagai suplemen makanan atau dapat dimakan langsung sebagai makanan untuk
peptida yang lebih kecil, yang biasanya mengandung 2-20 asam amino.
berbagai produk pangan, penambah cita rasa, sumber protein dan asam amino
pada bahan pangan. Hidrolisat protein dengan kualitas di bawah kualitas pangan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pada pakan, sumber nitrogen pada
merupakan proses yang cukup sederhana. Langkah awal yang dilakukan adalah
pencampuran bahan baku (raw material) dengan air, kemudian diikuti dengan
Enzim yang biasanya digunakan untuk hidrolisat protein yaitu enzim papain
(getah papaya), bromalin (sari/batang nenas), fisin (getah pohon ficus) dan enzim
protease lainnya. Salah satu keunggulan enzim papain adalah mempunyai daya
tahan panas lebih tinggi dari enzim lainnya. Keaktifan enzim papain hanya
menurun 20% pada pemanasan 70℃ selama 30 menit pada Ph 7,0 (Winarto,
2010).
8
Komposisi kimia hidrolisat protein udang rebon terdiri dari: kadar protein
84,81%, kadar lemak 2,39% dan kadar abu 3,41%. Hidrolisat protein udang rebon
mengandung 15 jenis asam amino yang terdiri atas 9 asam amino essensial dan 6
asam amino essensial. Kadar asam amino tertinggi adalah asam glutamate yaitu
yaitu sebesar 4,03% dan kadar asam amino terendah adalah histidin, yaitu sebesar
Hasil analisis komposisi asam amino hidrolisat protein udang rebon dapat
sumber karbohidrat utama, setelah padi,jagung, dan ubi kayu serta memiliki
peranan dalam penyediaan bahan pangan dan pakan ternak. Ubi jalar selain
pangan utama, sehingga bila diterapkan mempunyai peran penting dalam upaya
penganekaragaman pangan serta dapat diproses menjadi aneka ragam produk yang
Produktivitas ubi jalar di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 152,00 ku/ha
meningkat 5,61% pada tahun 2015 sebesar 160,53 ku/ha (Badan Pusat Statistik,
2015). Ubi jalar ungu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas dan
lembab dengan suhu optimal 27ºC serta lama penyinaran sekitar 11-12 jam per
hari. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian sampai 1.000 meter
dari permukaan laut. Bentuk ubi jalar ungu biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata hingga tidak rata. Kulit ubi jalar ungu berwarna ungu kemerahan,
mempunyai komposisi gizi yang baik juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi
tubuh. Ubi jalar ungu memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu
kehitaman (ungu pekat) dan ungu kemerahan yang disebabkan oleh pigmen
antosianin (Kumalaningsih, (2007) dalam Adhitya dkk, 2012). Ubi jalar ungu
memiliki kandungan serat pangan (dietary fiber), mineral, vitamin dan antioksidan
yang cukup tinggi. Serat pangan merupakan polisakarida yang tidak tercerna dan
diserap dalam usus halus sehingga akan terfermentasi dalam usus besar.
Karbohidrat merupakan komponen dominan pada ubi jalar, yaitu sebesar 16-35%
per basis basah atau 80-90% per basis kering. Kandungan dan komposisi
Tepung ubi jalar merupakan hancuran yang dihilangkan airnya. Tepung ubi
jalar tersebut dapat dibuat secara langsung dari ubi jalar yang dihancurkan dan
kemudian dikeringkan, tetapi dapat pula dibuat gaplek ubi jalar yang dihaluskan
2013). Pengolahan ubi jalar ungu menjadi tepung merupakan salah satu cara untuk
menyimpan dan mengawetkan ubi jalar ungu. Tepung ubi jalar merupakan
hancuran dari ubi jalar yang dihilangkan sebagian kadar airnya sekitar 7%
(Sarwono, 2005).
Tepung ubi jalar ungu memiliki bentuk seperti tepung biasa dan berwarna
ungu keputihan namun setelah terkena air warnanya menjadi ungu tua. Nurdjanah
dan Yuliana (2013) melaporkan bahwa kandungan antosianin pada tepung ubi
penelitian Ningsih (2015) diperoleh total antosianin tepung ubi jalar ungu sebesar
18,1-25,7 mg/100 g tergantung pada lama pemanasan. Gizi yang terkandung pada
tepung ubi jalar tergantung pada varietas ubi jalar serta lingkungannya.
Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 gram bahan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Gizi Tepung Ubi Jalar per 100 gram Bahan
Pembuatan tepung ubi jalar salah satu jenis pengolahan yang penting.
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar dapat mengurangi jumlah umbi
11
yang rusak atau tercecer sehingga dapat menambah persediaan pangan, khususnya
Tepung ubi jalar bersifat stabil, tahan lama disimpan, serta praktis dalam
penyajian bubur instan dapat diseduh air panas ataupun susu, sesuai selera. Pada
dasarnya tahapan utama dalam pembutan bubur instan adalah pemasakan dan
(Khairunisa, 2015).
Produk instan mencakup berbagai perlakuan, baik fisik maupun kimia yang
akan memperbaiki karakteristik hidrasi dari suatu produk pangan dalam bentuk
mengeringkan pasta pati yang dihasilkan, dan pati yang sudah tergelatinisasi
memiliki sifat instan (Hendy, 2007). Ada beberapa kriteria bahan pangan yang
harus dipenuhi dalam pembuatan produk pangan instan. Menurut Hartomo dan
Widiatmoko (1992), kriteria yang harus dimiliki bahan makanan agar dapat
dibentuk produk pangan instan antara lain memiliki sifat hidrofilik, yaitu sifat
mudah mengikat air, tidak memiliki lapisan gel yang tidak permeabel sebelum
digunakan yang dapat menghambat laju pembasahan, dan rehidrasi produk akhir
Untuk lebih jelas mengenai standar mutu dari bubur instan bisa dilihat dari
Tabel 4.
Bahan tanbahan adalah bahan yang digunakan untuk menambah cita rasa
makanan. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuata bubur instan ini yaitu
tepung gula, susu skim, air dan minyak ikan. Tepung gulaa yang ditambahkan
energy. Namun penggunaan tepung gula ini harus dibatasi karena kadar
kemanisan yang tinggi dapat menyebabkan cepat kenyang, sehingga konsumsi zat
gizi menjadi sedikit. Selainitu, gula juga dapat berfungsi untuk membentuk
susunan komposisi dan butiran produk menjadi lebih halus dan lembut (Winarno,
2008).
berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan kering dalam proses mixing dan berfungsi
membangkitkan kelembaban pada cake, dan dengan demikian cita rasa pada cake
mendapatkan warna kulit pada cake yang bagus (Saparinto dan Hidayati, 2006).
(Rukmana, 2015).
Susu skim merupakan produk susu rendah lemak yang kaya akan protein
dan memiliki kandungan laktosa yang cukup tinggi yaitu 59,20%. Laktosa adalah
bentuk karbohidrat utama dalam ASI dan susu formula. Fungsi laktosa dalam usia
Fahriyani, 2011).
terpenting sebagai alat yang dapat memejahkan masalah riset terutama citarasa
biasanya murah, mudah dikerjakan serta tidak memerlukan bahan kimia sehingga
juga merupakan metode yang paling aman dalam proses pengerjaan (Irawan,
2008).
14
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi,