Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

RANSUM PUYUH PETELUR DAN PEDAGING

Disusun oleh
1. Galih Pramesthi Suci (062111133093)
2. Ghina Khalisa Salsabila (062111133140)
3. Audi Sasmita (062111133141)
4. Kanasa Aura Tabita (062111133143)
5. Sherdhiya Rifa Haninda (062111133146)
6. Mohammad Yudha Adji Darmawan (062111133149)
7. Kansa Putri Kintania (062111133153)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puyuh merupakan salah satu unggas yang telah mengalami domestikasi. Puyuh sendiri
terdiri dari beberapa jenis yang diantaranya adalah puyuh (Coturnix coturnic japonica).
Puyuh merupakan salah satu unggas yang memiliki ukuran tubuh yang kecil dan
memiliki keunikan tersendiri, yaitu pertumbuhan yang cepat, dewasa kelamin lebih awal,
produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi dalam waktu singkat, dan periode
inkubasi yang relatif cepat. Burung puyuh juga dimanfaatkan sebagai hewan percobaan di
berbagai penelitian karena burung puyuh tahan terhadap stres, tahan terhadap beberapa
penyakit dan memiliki kesembuhan yang relatif tinggi (Susilorini, 2007). Burung puyuh
merupakan salah satu ternak yang mudah dibudidayakan dan memiliki keunggulan yaitu
produksi telur dan daging yang tinggi dan masa pemeliharaan yang singkat dan mudah
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011).
Pada awalnya puyuh kurang mendapatkan atensi dari peternak karena tubuh puyuh
dan telur yang kecil, dan cara hidup dari puyuh yang memberikan kesan bahwa akan sulit
untuk diternakkan. Akibatnya banyak kalangan yang beranggapan bahwa beternak puyuh
tidak akan membawa keuntungan sama sekali. Namun, setelah banyaknya penelitian
tentang puyuh menunjukkan bahwa puyuh sangat mirip dengan ayam dan kalkun, barulah
unggas kecil ini dilirik (Elly, 2009).
Ternak puyuh digemari masyarakat karena memiliki beberapa kelebihan seperti
mencapai dewasa kelamin pada umur relatif muda (Gheisari et al., 2011), memiliki
produksi telur yang cukup tinggi (Mosaad dan Iben, 2009), daging dan telur puyuh
memiliki nilai nutrisi tinggi (Genchev et al., 2008; Genchev, 2012). Ternak unggas hewan
homeothermic (berdarah panas) dengan ciri spesifik yaitu tidak memiliki kelenjar
keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup oleh bulu. Ewing et al., (1999),
menyatakan bahwa kondisi biologis yang seperti ini akan menyebabkan ternak unggas
pada kondisi panas akan mengalami kesulitan dalam membuang panas dari tubuhnya
yang tentu akan mengakibatkan ternak unggas yang dipelihara di daerah tropis rentan
terhadap bahaya stres panas. Ciri ternak unggas yang menderita stres akan menunjukkan
ciri gelisah, banyak minum, nafsu makan menurun dan mengepak-ngepak sayap di lantai
kandang (Tamzil et al., 2013). Puyuh merupakan salah satu ternak yang mudah
mengalami stres, stres ini dapat berupa karena cekaman panas, perubahan pola makan
yang signifikan, suara keras secara tiba-tiba dan tidak terus-menerus. Stres tersebut tentu
tidak mudah untuk dihindari yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi dari
puyuh. Salah satu permasalahan yang dialami oleh peternak puyuh adalah terbatasnya
ketersediaan pakan komersil bagi ternak puyuh di pasaran. Selain itu, standar kebutuhan
nutrisi burung puyuh juga sangat berbeda sehingga menyebabkan peternak mengalami
kesulitan dalam menyediakan pakan yang berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan
pakan puyuhnya. Maka dari itu, untuk kelangsungan hidup ternak tersebut dapat
diberikan ransum dengan gizi yang seimbang.
Ransum adalah hal terpenting dalam usaha ternak karena biaya ransum memiliki
kontribusi sebesar sekitar 60-70% dari total biaya produksi (Destiana, 2010). Ransum
puyuh terdiri dari beberapa bentuk yaitu pellet, remah-remah (crumb), dan tepung.
Ransum yang diberikan tentu harus memiliki kandungan protein, lemak karbohidrat,
vitamin, dan mineral (Widodo et al., 2013). Upaya dalam meningkatkan kecernaan pakan
biasanya bisa dilakukan dengan memberikan tambahan feed additive di dalam pakan
ataupun di dalam air minum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebutuhan nutrisi lemak pada ransum burung puyuh?
2. Apa saja penyakit yang terkait dengan nutrisi dari ransum?
3. Apa saja macam bahan pakan ternak dan kandungan nutrisinya?
4. Apa saja contoh dari formula ransum ternak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi lemak pada ransum burung puyuh.
2. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang terkait dengan nutrisi dari ransum.
3. Untuk mengetahui macam bahan pakan ternak beserta kandungan nutrisinya.
4. Untuk mengetahui apa saja contoh formula dari ransum ternak
BAB II
KEBUTUHAN NUTRISI TERNAK

2.1 Nutrisi Ternak


Nutrisi dari puyuh petelur dan pedaging hampir sama. Keduanya dibedakan dari
jumlah persentase proteinnya. Protein untuk puyuh petelur lebih besar dibandingkan
protein untuk puyuh pedaging. Puyuh yang masih bertumbuh (umur 0-6 minggu)
dianjurkan mendapatkan protein sebesar 24-25%. Sedangkan anak puyuh pedaging,
tingkat protein yang baik adalah 20%. Puyuh pedaging biasanya menggunakan puyuh
jantan yang sudah afkir. Namun, saat ini puyuh pedaging sudah diternakkan walau tidak
sebanyak puyuh petelur. Daging puyuh yang diperdagangkan ialah puyuh jantan, berumur
sekitar 45 hari,dan puyuh betina petelur afkir yang berumur sekitar 18 bulan. Puyuh
betina afkir ini mempunyai ukuran dan bentuk karkas yang sangat mirip dengan burung
dara goreng (Bakri dkk., 2012).
Pemeliharaan puyuh terbagi dalam tiga periode yaitu periode starter (periode indukan
0-21 hari), periode grower (periode pertumbuhan 21-45 hari), periode layer (periode
produksi telur lebih dari 45 hari). Menurut Tiwari dan Panda (1978) dikutip dari S.
Basharia, dkk (2017) konsumsi pakan puyuh yaitu 17.5 g/ekor/hari pada umur 31-35 hari
kemudian meningkat menjadi 22.1 g/ekor/hari pada umur 51-100 hari dan tidak
meningkat lagi setelah umur 100 hari, sedangkan menurut Abidin (2002) kebutuhan
pakan puyuh petelur umur 41 hari hingga afkir yaitu 17-20 g/ekor/hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi pakan puyuh sudah terpenuhi dan sesuai dengan literatur.
2.1.1 Protein Kasar
Protein merupakan komponen senyawa organik yang kompleks mengandung
unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan fosfor
(P), serta ada yang mengandung besi dan tembaga, protein juga tersusun atas 20–22
macam asam amino. Burung puyuh fase starter dan fase grower membutuhkan
protein dalam ransum minimal 20% (SNI, 2016a,b), sedangkan fase finisher
minimal 20–22% (SNI, 2016c). Protein kasar adalah semua zat yang mengandung
nitrogen.
2.1.2 Lemak Kasar
Lemak kasar dalam pakan adalah total lemak yang terdapat dalam sampel
pakan (Perry, 1984).
2.1.3 Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari polisakarida yang tidak larut (selulosa dan hemiselulosa)
serta lignin.
2.1.4 BETN
BETN adalah Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. BETN terdiri dari karbohidrat,
gula, dan pati. Pada penyusunan ransum, besarnya BETN disesuaikan dengan
besarnya protein, lemak, dan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan
puyuh. Kebutuhan ini juga didasarkan pada usia puyuh sesuai dengan periodenya.
2.1.5 Energi
Energi bukanlah merupakan zat makanan, tetapi merupakan hasil dari oksidasi
zat-zat makanan (karbohidrat, lemak dan protein) selama proses metabolisme
(Rizal, 2006). Kandungan lemak, protein dan BETN sebagai komponen yang
mempunyai kontribusi besar terhadap nilai energi suatu bahan pakan. McDonald et
al. (1994) dan Saputra et al. (2001) menyatakan bahwa, faktor yang mempengaruhi
energi metabolis adalah gross energi ransum dan banyaknya energi yang digunakan
oleh ternak.
2.1.6 Vitamin
Vitamin merupakan komponen dari bahan makanan tetapi bukan karbohidrat,
lemak, protein dan air, dan terdapat dalam jumlah sedikit, diperlukan untuk
reaksi-reaksi spesifik dalam sel tubuh hewan. Zat ini penting untuk fungsi jaringan
tubuh secara normal, untuk kesehatan, pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan
(Arumsari dkk., 2015)
2.2 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Petelur
2.2.1 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Petelur Periode Starter

Kebutuhan nutrisi puyuh petelur Periode Starter

Protein Kasar maks (%) 20,0

Lemak Kasar (%) 7,0

Serat Kasar maks (%) 6,5

BETN (%) Tidak dihitung

Energi (kkal/kg) 2.900


Vitamin
Vitamin Larut Lemak
  A (IU) 1.650
  D3 (ICU) 750
  E (IU) 12
  K (mg) 1
Vitamin Larut Air
  B12 (mg) 0.003
  Biotin (mg) 0,3
  Choline (mg) 2.000
  Folacin (mg) 1
  Niacin (mg) 40
  Pantothenic acid (mg) 10
  Pyridone (mg) 3
  Riboflavin (mg) 4
  Thiamin (mg) 2

Sumber : Lokapirnasari, Widya paramita. 2017. Nutrisi dan Manajemen Pakan


Burung Puyuh. Surabaya: Airlangga University Press.
2.2.2 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Petelur Periode Grower

Kebutuhan nutrisi puyuh petelur Periode grower

Protein Kasar maks (%) 18

Lemak Kasar (%) 7

Serat Kasar maks (%) 7,0

BETN (%) Tidak dihitung

Energi (kkal/kg) 2.900

Vitamin
Vitamin Larut Lemak
A (IU) 1650
D3 (ICU) 750
E (IU) 12
K (mg) 1
Vitamin Larut Air
B12 (mg) 0.003
Biotin (mg) 0.3
Choline (mg) 2.000
Folacin (mg) 1
Niacin (mg) 40
Pantothenic acid(mg) 10
Pyridone (mg) 3
Riboflavin (mg) 4
Thiamin (mg) 2

Sumber : Y. Pratama, A.E. Harahap* & A. Ali. Peforma Burung Puyuh (Coturnix
coturnix japonica) Periode Grower yang Diberi Pakan Berbahan Tepung Daun Ubi
Kayu. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 2020. Program Studi Peternakan, Fakultas
Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau:
Riau. Vol. 9, No.1, 2020, pp. 16-25

2.2.3 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Petelur Periode Layer

Kebutuhan nutrisi puyuh petelur Periode Layer

Protein Kasar maks (%) 22

Lemak Kasar (%) 7,0

Serat Kasar maks (%) 7,0

BETN (%) Tidak dihitung

Energi (kkal/kg) 2.800 - 2.900

Vitamin
Vitamin Larut Lemak
A (IU) 3.300
D3 (ICU) 900
E (IU) 25
K (mg) 1
Vitamin Larut Air
B12 9 (mg) 0.003
Biotin (mg) 0.15
Choline (mg) 1.500
Folacin (mg) 1
Niacin (mg) 20
Pantothenic acid(mg) 15
Pyridone (mg) 3
Riboflavin (mg) 4
Thiamin (mg) 2

Sumber : Lokapirnasari, Widya paramita. 2017. Nutrisi dan Manajemen Pakan


Burung Puyuh. Surabaya: Airlangga University Press.
2.2 Kebutuhan Nutrisi Puyuh Pedaging
2.2.1 Tabel Kebutuhan Nutrisi Puyuh Pedaging Usia 6-10 Minggu

Kebutuhan nutrisi puyuh pedaging 6-10 Minggu

Protein Kasar maks (%) 20-22

Lemak Kasar (%) 5,09-5,42

Serat Kasar maks (%) 5,01-6,30

BETN (%) Tidak dihitung

Energi (kkal/kg) 2.593,16-2.690,0 7

Vitamin
Vitamin Larut Lemak
A (IU) 1,636
Vitamin Larut Air
Riboflavin (g) 0,27
Niasin (g) 5,20
Angka-angka pada tabel di atas didapatkan dari berbagai referensi dan jurnal.
Sang (2012) dari Siska (2014) menyatakan bahwa, kandungan nutrisi daging puyuh
meliputi Air 70,50 g, Lemak 7,70 g, Protein 21,10 g, Abu 1 g, Kalsium 129 g,
Fosfor 189 g, Besi 1,50 g, Thiamin 0,05 g, Riboflavin 0,27 g, Niasin 5,20 g,
Vitamin A 1,636 IU
BAB III
PENYAKIT YANG TERKAIT DENGAN NUTRISI

3.1 Defisiensi Nutrisi


Defisiensi atau kekurangan nutrisi pada puyuh karena penyakit akibat kekurangan /
defisiensi zat-zat makanan dan atau penyakit akibat mikroba (bakteri atau virus).
3.1.1 Defisiensi Protein
Tanda-tanda defisiensi protein atau asam amino esensial yaitu defisiensi ringan
dapat menyebabkan pertumbuhan menurun sesuai dengan derajat defisiensinya.
Defisiensi protein dalam jumlah banyak atau defisiensi asam amino esensial
menyebabkan segera berhentinya pertumbuhan dan kehilangan pertumbuhan.
(Tyas et al, 2018)
3.1.2 Defisiensi Vitamin A
Puyuh yang defisiensi vitamin A akan mengalami gangguan pada sel epitel
dari saluran pernafasan, saluran reproduksi, dan saluran penglihatan dan saluran
pencernaan. Apabila kekurangan vitamin A akan terjadi penandukan sel epitel
dalam saluran pencernaan, sehingga akan menyulitkan puyuh mencerna makanan
apalagi untuk proses penyerapan zat-zat makanan ikut terganggu. (Ade, 2022)
3.1.3 Defisiensi Vitamin D
Defisiensi vitamin D akan menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor
terhambat sehingga akan banyak ditemukan telur dengan kerabang tipis dan
lembek serta dapat menurunkan produksi telur. Menyebabkan paruh dan cakar
yang lembek, sehingga puyuh kesulitan untuk bergerak karena kakinya lemah
sehingga terjadilah kelumpuhan/rickettsia. (Tyas et al, 2018)

.
Gambar kerabang telur tipis dan lembek
3.1.4 Defisiensi Vitamin E
Defisiensi vitamin E akan menyebabkan menurunnya fertilitas dan daya tetas,
encephalomalacia, serta kelainan pada koordinasi otot. (Tyas et al, 2018)
3.1.5 Defisiensi Vitamin K
Defisiensi vitamin K akan menyebabkan perdarahan pada jaringan/organ
tertentu (hemoragi) akibat darah yang sukar membeku saat terjadi luka pada
bagian tubuh yang terbuka. Defisiensi vitamin K juga dapat. (Tyas et al, 2018)
3.1.6 Defisiensi Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 berfungsi untuk membantu proses metabolisme karbohidrat dan
energi dalam tubuh. Sehingga apabila defisiensi vitamin B1 terjadi akan
menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan terhambat serta terjadi
pembengkakan pada sistem saraf. (Tyas et al, 2018)
3.1.7 Defisiensi Vitamin B2 (Riboflavin)
Defisiensi vitamin B2 menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, lemas dan
mengalami kesulitan berjalan. Gejala yang paling dikenal adalah kelumpuhan
pada kaki (leg paralysis) atau kelumpuhan pada jari kaki (curled toe paralysis).
Beberapa gejala tersebut akhirnya akan berakibat pada menurunnya produksi telur
dan daya tetas. (Tyas et al, 2018)
3.1.8 Defisiensi Vitamin B3 (Nicotinamide)
Kekurangan vitamin B3 menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan
lambat, turunnya produksi dan daya tetas telur, membran mukosa berwarna merah
gelap, gangguan pertumbuhan tulang paha serta kadang terjadi diare yang disertai
darah. (Tyas et al, 2018)
3.1.9 Defisiensi Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Defisiensi vitamin B5 atau asam pantotenat menyebabkan hilangnya nafsu
makan, pertumbuhan terhambat, pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
seperti paruh, kelopak mata dan jari kaki, warna bulu menjadi kasar dan buram,
serta menyebabkan turunnya produksi dan daya tetas telur. (Tyas et al, 2018)
3.1.10 Defisiensi Vitamin B6 (Piridoxin)
Defisiensi vitamin B6 menyebabkan nafsu makan berkurang dan pertumbuhan
terhambat, bulu tumbuh jarang (tidak merata) dan kasar, produksi telur serta daya
tetas telur menurun. (Tyas et al, 2018)
3.1.11 Defisiensi Vitamin B9 (asam folat)
Defisiensi vitamin B9 atau asam folat akan menyebabkan pertumbuhan lambat,
anemia, menurunnya daya tetas serta bulu yang kasar dan jarang. (Tyas et al,
2018)
3.1.12 Defisiensi Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Defisiensi vitamin B12 akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, ukuran telur
kecil-kecil dan daya tetas menurun. Fungsi Vitamin B12 berhubungan dengan
penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein, oleh karena itu sangat penting dalam
penggunaan pakan. (Tyas et al, 2018)
2.1.13 Defisiensi Biotin
Defisiensi biotin menyebabkan kulit mengeras pada daerah paruh dan mata,
kelainan pada tulang rawan dan menurunnya daya tetas. (Tyas et al, 2018)
2.2 Kelebihan Nutrisi
2.2.1 Kelebihan Protein
Tanda-tanda kelebihan protein atau asam amino esensial yaitu: meskipun
semua asam amino esensial seimbang, kelebihan protein dapat mengakibatkan
penurunan pertumbuhan yang ringan, penurunan penimbunan lemak tubuh,
kenaikan tingkat asam urat dalam darah, litter menjadi basah karena banyak
konsumsi air minum, kelenjar adrenal membesar dan meningkatnya
adrenocorticosteroid. (Tyas et al, 2018)
BAB IV
MACAM BAHAN PAKAN TERNAK DAN KANDUNGAN NUTRISINYA

Faktor lain yang dapat berperan penting dalam proses pemeliharaan atau budi daya
burung puyuh adalah pakan. Kita harus memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan yang
akan diberikan agar ternak dapat memperoleh nutrisi yang sesuai.
Berikut adalah beberapa contoh pakan yang bisa digunakan :
4.1 Jagung (Zea mays)
Jagung merupakan sumber energi bagi ternak, dimana hal tersebut didukung oleh
kandungan pati dalam jagung berkisar >60% dengan kandungan serat kasarnya yang
termasuk rendah yaitu sebesar 2% dengan energi termetabolisme cukup tinggi (3370 -
3394 kkal/kg). Pigmen xanthophyll pada jagung juga memberikan manfaat bagi warna
kuning telur. Jagung merupakan pakan yang mudah didapat dan cenderung disukai oleh
ternak.
4.2 Kacang Kedelai (Glycine max)
Kacang kedelai yang biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak sudah berbentuk bungkil.
Bungkil terbentuk dari hasil industri yaitu pengolahan minyak kedelai. Kandungan
protein pada bungkil berkisar 42-50% dengan energi termetabolisme berkisar 2825-2890
kkal/kg. Selain itu bungkil juga mengandung kalsium yang baik untuk pertumbuhan
ternak.
4.3 Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa merupakan limbah industri dari pembuatan minyak kelapa. Kandungan
protein kasar pada bungkil kelapa termasuk tinggi dengan kisaran 20-26%. Hal tersebut
yang menjadi faktor pembatasan penggunaan bungkil kelapa sebagai pakan ternak.
4.4 Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering digunakan
sebagai pakan ternak. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan asam amino yang lengkap
dan seimbang. Selain itu, kadar protein kasar berkisar 55-74% bergantung pada kualitas
yang digunakan. Kandungan lemak yang termasuk rendah yaitu 3-6% dan kandungan
garam sekitar 4% menjadi faktor lainnya.
BAB V
CONTOH FORMULA RANSUM TERNAK

Ransum burung puyuh dengan kandungan protein kasar 20% sebanyak 100 kg. Maka
diperoleh formula pakan sebagai berikut.
5.1 Formula Pakan Fase Starter

Bahan Pakan Jumlah (Kg)

Jagung giling 54,26

Tepung Ikan 16,14

Bungkil Kedelai 15

Bekatul 10

Lisin 1,1

Minyak Kelapa 0,5

Mineral 2

Premix 1

Total 100

5.2 Formula Pakan Fase Grower

Bahan Pakan Jumlah (Kg)

Pollard 18,41

BKK 17,09

Jagung 50

Tepung Ikan 10

Lisin 1
Minyak Kelapa 0,5

Mineral 2

Premix 1

Total 100

5.3 Formula Pakan Fase Layer

Bahan Pakan Jumlah (Kg)

Jagung giling 58,07

Tepung Ikan 12,08

BKK 15

Bekatul 10

Lisin 1,1

Minyak Kelapa 0,75

Mineral 2

Premix 1

Total 100
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Burung puyuh adalah salah satu unggas darat yang terkecil namun tubuhnya gemuk.
Burung ini tidak bisa terbang, pada umumnya burung ini berukuran 19 cm, ekornya
pendek, berbadan bulat, dan memakan biji-bijian.
Burung ini sering kali dijadikan hewan coba karena siklus hidupnya cepat, tahan
terhadap stress, penyakit, dan memiliki daya tahan, dan regenerasi yang tinggi. Namun,
burung ini juga dapat dikonsumsi manusia baik daging maupun telurnya. Puyuh pedaging
jantan biasanya dipelihara selama 6-7 minggu baru bisa dipanen dan dikonsumsi, betina
baru bisa di afkir setelah usia 18 bulan. Lalu burung puyuh petelur, masa produktifnya
adalah saat usia 7-9 bulan, dengan persentase produksi sebesar 80%. Satu burung puyuh
dapat memproduksi telur sebanyak 250-300 butir telur selama satu tahun.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal maka diperlukan pemberian nutrisi
dan pemenuhan kebutuhan gizi yang baik, serta memperhatikan kesehatan dan
pencegahan dari penyakit-penyakit.
Kebutuhan dari puyuh petelur dan puyuh pedaging kurang lebih sama, tetapi
kebutuhan protein puyuh petelur lebih besar dari puyuh pedaging. Ransum pakan puyuh
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan produktivitas dari burung puyuh itu sendiri.
6.2 Saran
Selain memperhatikan dari kebutuhan nutrisi pakan yang meliputi protein, vitamin,
lemak, serat kasar, dan lainnya. Perlu juga untuk memperhatikan kondisi kandang,
kebersihan, sirkulasi udara, kebutuhan air, vaksin, dan aspek lainnya demi kesehatan dan
produktivitas burung puyuh yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Lokapirnasari., W. P. (2017). Nutrisi Dan Manajemen Pakan Burung Puyuh. Airlangga


University Press. Available at: https://repository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C
01 Nutrisi dan Manajemen Pakan ....-dikompresi.pdf.
Harahap, A. E. (2020). Peforma Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Periode grower
Yang Diberi Pakan Berbahan Tepung Daun ubi Kayu. Jurnal Peternakan Sriwijaya,
9(1), 16-25. https://doi.org/10.33230/jps.9.1.2020.11510
Djulardi, A 2022, Nutrisi Puyuh Konsep dan Aplikasinya, Padang, Minangkabau Press.
Available at:http://repo.unand.ac.id/47778/1/Buku%20Teks%20Ade%20Djulardi.pdf
Saraswati, rini tyas (2018), Pakan organik dan metabolisme pada puyuh. 2nd edn. Semarang:
Undip. Available at: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/1067/1/Buku 2.pdf.

Anda mungkin juga menyukai