oleh
MUHAMAD RAJAB
LIA1 16 039
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN
tahan tubuh yang lebih besar dibandingkan ayam ras. Rendahnya produktivitas ayam
kampung disebabkan oleh genetik dan pemeliharaan yang masih bersifat tradisional,
yang diberikan belum mencukupi kebutuhan nutrisi tahap perkembangan ternak. Hal
sehingga peternak tidak memberikan pakan yang berkualitas baik. Selain itu harga
pakan yang tinggi menyebabkan peternak untuk mencari alternatif lain dalam
gizi/kualitas, kuantitas harga, dan kandungan zat anti nutrisi. Alternative yang dapat
digunakan dengan pemanfaatan pakan local adalah memanfatkan kulit buah naga
(dragon fruit) dimana kulit buah naga merupakan limbah pertanian yang belum
memiliki kandungan nutrien yang cukup baik yaitu protein 8,76%, serat kasar
25,09%, lemak 1,32%, energi 2887 Kkal/kg, kalsium 1,75% dan fosfor 0,30%. Selain
itu pada beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa kulit buah naga mengandung
dalam pemanfaatan kulit buah naga sebagai pakan ternak terutama ternak
unggas (ayam kampung). Upaya peningkatan nilai nutrien kulit buah naga dapat
pemanfaatan kulit buah naga fementasi terhadap peforman produksi ayam kampung.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui peforman produksi ayam
kampung yang diberi tepung kulit buah naga fementasi. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi masyarakat dalam memelihara ayam
kampung. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pakan yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi pada setiap perkembangan
ternak dan harga pakan yang cukup tinggi. Dengan demikian, peternak harus mencari
pakan yang memiliki harga murah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Salah satu bahan limbah yang dapat dimanfaatkan adalah kulit buah naga yang
badan, dan konversi pakan. Kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada
Gambar 1. berikut:
Ayam kampung
Pakan mahal
Konsumsi Pertambahan
Konversi
pakan bobot badan
pakan
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotetis dalam penelitian ini adalah diduga penggunaan tepung kulit buah
Ayam kampung yang merupakan salah satu jenis ternak yang telah
kampung telah banyak diternakan untuk diambil telurnya dan memiliki kandungan
Gambar.2
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus Spesies
Gallus domesticus
Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang kehidupannya sudah
lekat dengan masyarakat, juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras)
atau ayam sayur yang telah mengalami domestikasi (Dewi et al., 2017). Ayam
kampung sangat popular di seluruh dunia dan penting sebagai sarana budaya dan
upacara (Aho, 2004). Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat
kota maupun di desa. Ayam White Gold dengan Lancy adalah ayam kampung
keturunan dari ayam "betet” yang telah menyebar di Bali. Ayam jenis ini banyak
diminati oleh masyarakat penggemar ayam hias dan aduan, dimana secara
Pakan yang berkualitas tidak saja dilihat dari aspek protein namun juga sejauh
mana pakan bisa dikonsumsi oleh ternak (Nusantoro, dkk 2016). Zat- zat makanan
yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin, mineral dan
air. Kebutuhan tersebut harus proporsional pada pakan yang diberikan. Ayam
kampung atau buras fase starter umur 0-4 minggu membutuhkan protein sekitar 19-
fase layer yaitu untuk energi 2.400 kkal dan protein 14%. Akan tetapi, pada penelitian
ini akan diberikan imbangan level protein dan energi yang berbeda yaitu 14% - 2.400
kkal, 15% - 2.600 kkal, 16% - 2.700 kkal, dan 17% - 2.700 kkal.
Kebutuhan protein pada umur 0-12 minggu sebanyak 15-17%, turun menjadi
14% pada umur 12-22 minggu dan >22 minggu. Pola penurunan ini diikuti oleh
kebutuhan fosfor (P) untuk ayam kampung. Sebaliknya, kebutuhan energi, lisin,
metionin, dan kalsium (Ca) tinggi pada umur 0-12 minggu, turun pada umur 12-22
minggu dan naik lagi pada umur >22 minggu setelah ayam kampung mulai bertelur.
Kenaikan kebutuhan Ca pada ayam kampung pada umur >22 minggu tersebut, karena
Kebutuhan nutrisi ayam kampung fase starter, grower, dan layer dapat dilihat pada
Tabel 1.
Keterangan:
EM : Energi metabolis
Ca : Kalsium
P : Fosfor
SK : Serat kasar
Pakan merupakan factor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan
unggas, karena 60-70% biaya produksi adalah biaya pakan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pelatihan manajemen pakan dan formulasi pakan yang berkualitas dan
kebutuhan nutrisi ayam yaitu protein kasar (PK) sebesar 14-17%, energi metabolis
(EM) sebesar 2600-2700 Kkal/kg, Ca 0,9% P 0,45% dan dilengkapi dengan mineral
lain serta vitamin yang mencukupi kebutuhan. Selain kualitas nutrisinya, penting
diperhatikan jumlah pakan yang diberikan, yang disesuaikan dengan umur ayam.
Rata-rata jumlah pakan yang diberikan untuk ayam kampung super adalah seperti
Tabel 2.
Kulit buah naga merupakan limbah dari proses pembuatan sirup atau sari
buah, jus, selai atau bahan makanan lainnya dengan bahan baku utama buah naga.
Tetapi masih jarang atau bahkan belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan
seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Kulit buah naga memiliki kandungan
nutrien yang cukup baik yaitu protein 8,76%, serat kasar 25,09%, lemak 1,32%,
energi 2887 Kkal/kg, kalsium 1,75% dan fosfor 0,30%. Selain itu pada beberapa
penelitian telah dilaporkan bahwa kulit buah naga mengandung antioksidan yang
dengan metode fitokimia Fourier Transform Infrared (FTIR), kulit buah naga merah
ditemukan positif mengandung senyawa alkaloid, steroid, saponin, dan tanin serta
vitamin C. Alkaloid adalah senyawa basa bernitrogen yang dihasilkan tumbuhan atau
bahan tumbuhan yang mengandung nitrogen dan larut dalam air. Alkaloid sering kali
bersifat optis aktif, dan kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar. Alkanoid berfungsi untuk untuk memacu
sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi
mikrobia. Steroid merupakan penyusun antosianin yang berfungsi sebagai zat warna
alami. Sementara saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan pada
berkualitas rendah. Biasa bahan produk fermentasi relatif bisa bertahan lama.
protein, serat kasar dan bahan organik lain) baik dalam keadaan aerob maupun
anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba (Ali et al., 2019).
dalam pemanfaatan kulit buah naga sebagai pakan ternak terutama ternak
monogastrik yang kurang mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Dewi et. al.,
2012 dan 2015). Upaya peningkatan nilai nutrien kulit buah naga dapat
(bakteri fototropik), bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes dan jamur fermentasi.
secara maksimal dalam memecah sel-sel yang belum terpecah dan meningkatkan
kandungan protein kasar akibat terjadi aktivitas mikroorganisme pada padatan kering
proses fermentasi. EM-4 sangat berpengaruh terhadap penguraian zat yang akan
EM-4 merupakan langkah yang bertujuan untuk merombak sel-sel yang belum
terpecah pada fermentasi didalam unit gas bio sehingga dapat meningkatkan
sel-sel yang belum terurai pada saat fermentasi didalam unit gas bio (Fajarudin et al.,
2018).
apabila ransum tersebut diberikan secara ad-libitum selama 24 jam. Jumlah konsumsi
ransum merupakan faktor terpenting dalam menentukan jumlah nutrien yang didapat
oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999). Konsumsi
ransum yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan
ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan Pertambahan Bobot
Badan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi
yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi,
1995).
Menurut Piliang (2000), konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis
yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya
konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar
dengan bobot badan awal pada saat tertentu. Kurva pertumbuhan ternak sangat
tergantung dari pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi
maka ternak dapat mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih muda
bobot akhir (panen) dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Bobot awal
didapat dengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir (panen) didapat dari
konsumsi ransum ayam serta kandungan energi dan protein yang terdapat dalam
ransum, karena energi dan protein sangat penting dalam mempengaruhi kecepatan
badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe produksi, jenis kelamin, suhu
pertambahan bobot badan dalam satuan waktu tertentu (Anggarodi, 1985). Semakin
kecil nilai konversi pakan maka semakin efisien ternak tersebut dalam
selama masa rata-rata pemeliharaan 63 hari mulai dari DOC sampai dipanen yaitu
1846,68 gram per ekor per 63 hari. Nilai rata-rata konversi pakan yang diperoleh dari
perhitungan yaitu 2,30 sedangkan untuk nilai minimal dan maksimal adalah 1,79 dan
3,42. Husmaini (2000) menyatakan konversi pakan pada ayam kampung umur 8
minggu menggunakan pakan yang kandungan proteinnya 17% dan 20% yaitu sebesar
perjalanan pakan dalam saluran pencernaan, bentuk fisik pakan dan komposisi nutrisi
pakan.
pemberian pakan semakin efisien, namun jika konversi pakan tersebut membesar,
dipengarui beberapa faktor seperti umur ternak, bangsa, kandungan gizi pakan,
keadaan temperatur dan keadaan ternak, tatalaksana dan penggunaan bibit yang baik.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
mengandung tepung kulit buah naga tanpa dan dengan aspergillus niger terfermentasi
oleh Astuti. dkk (2016), bahwa penggunaan tepung kulit buah naga tanpa fermentasi
dan dengan terfermentasi dalam ransum memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap konsumsi pakan antar level, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan
level penambahan tepung kulit buah naga tanpa fermentasi dan dengan terfermentasi
yang diberikan pada ayam memberikan efek yang sama terhadap konsumsi ransum.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa
kandungan zat makanan dalam pakan yang relatif sama menyebabkan tidak adanya
perbedaan konsumsi pakan. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh besar dan bangsa
ayam, suhu lingkungan, kesehatan ternak, dan imbangan zat-zat pakan (Rasyaf,
2007). Jenis kelamin, aktivitas dan kualitas pakan dapat mempengaruhi konsumsi.
Ayam yang diberikan ransum dengan tambahan 4% tepung kulit buah naga tanpa
lainya. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh bahan yang terkandung di dalam
tepung kulit buah naga. Sesuai dengan pernyataan (Anggorodi, 1995) bahwa
komposisi zat makanan dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. Jaafar (2009)
dan Woo et al. (2011) menyatakan bahwa kulit buah naga mengandung berbagai
yang berfungsi sebagai antioksidan. Zin et al. (2003) menyatakan bahwa catechin
merupakan suatu flavonoid bersifat antioksidan dan antibakteri. Menurut Weiss and
Hogan (2007) bahwa pemberian bahan yang memiliki kandungan antioksidan pada
ternak dapat mengurangi efek radikal bebas yang dapat meningkatkan konsumsi
pakan. Mustika etal. (2014) menyatakan kulit buah naga merah memiliki kandungan
saponin yang dapat mempengaruhi jumlah konsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Susanti et al. (2012) yang melaporkan bahwa kulit buah naga
pahit sehingga akan menurunkan palatabilitas. Tetapi pada penelitian ini kulit buah
untuk mengukur pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata (P>0,50) terhadap pertambahan bobot badan ayam. Pertambahan bobot badan
pada penelitian P3 atau dengan pemberian 4% tepung kulit buah naga tanpa
dengan penambahan tepung kulit buah naga lainya. Hal ini dikarenakan pada
bahwa salah satu yang mempengaruhi besar kecilnya pertambahan bobot badan ayam
pedaging adalah konsumsi pakan dan terpenuhinya kebutuhan zat makanan ayam
pedaging, maka konsumsi pakan seharusnya memiliki korelasi positif dengan
ternak atau dapat dikatakan efisiensi pengubahan pakan menjadi produk akhir yakni
pembentukan daging. Secara numerik nilai konversi ransum pada penelitian ini
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05 terhadap konversi pakan.
Penurunan nilai konversi pakan pada pemberian ransum perlakuan dapat disebabkan
karena penyerapan zat makanan yang optimal di dalam saluran pencernaan. Pada
penelitian ini perlakuan (P6) pemberian 6% tepung kulit buah naga terfermentasi
memiiki nilai yang lebih rendah dari penambahan tepung kulit buah naga lainya. Hal
ini karena pengaruh catechin yang terkandung di dalam kulit buah naga. Menurut
Mustika e .al. (2014) menyatakan bahwa kandungan catechin dapat berfungsi sebagai
antibakteri sehingga penyerapan zat makanan dapat lebih optimal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Miguel, Neves and Antunes (2010) yang menyatakan bahwa
antimikroba. Sinurat et al. (2003) menyatakan bahwa mekanisme kerja bioaktif dalam
atau dapat juga dikatakan sebagai antibakteri. North (1992) menambahkan bahwa
angka konversi pakan yang kecil maka pakan semakin efisien karena konsumsi
pakannya digunakan secara optimal untuk pertumbuhan ayam. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi konversi pakan yaitu temperatur lingkungan, potensi genetik,
Materi yang digunakan adalah 16 ekor ayam kampong berumur ± 4 bulan, jagung
kuning, dedak halus, kosentrat BP-11, EM-4, kulit buah naga (Hylocereus Undatus),
Alat yang akan digunakan adalah timbangan digital, tempat pakan, tempat
lampu pijar 60 watt. Sebelum digunakan kandang terlebih dahulu dibersihkan dan
40 hari, kemudian diberi pakan komersial dan air minum secara ad libitum Ayam
kampung diberikan pakan tanpa perlakuan sebanyak 2 kali sehari dan pemberian air
minum dilakuan secara ad libitum selama 1 minggu sebagai tahap adaptasi terhadap
pakan.
3.3.3 Proses Pembuatan Tepung Kulit Buah Naga Fermentasi
dengan 20 gr gula. Setelah itu ditambahkan dengan air sebanyak 200 ml.
Proses fermentasi kulit buah naga mengacu pada metode yang digunakan
Astuti et al., (2016), yaitu kulit buah naga dicacah terlebih dahulu,
hari, kulit buah naga yang sudah terfermentasi dijemur dibawah sinar
3.3.4. Pemeliharaan
Ayam kampung dipelihara selama 4 minggu yang terdiri dari masa adaptasi
selama 1 minggu dan masa perlakuan pakan selama 4 minggu. Pakan diberikan dua
kali sehari sesuai dengan bobot badan ternak. Air minum diberikan secara ad libitum.
bobot badan ayam dilakukan sekali dalam seminggu yaitu pada pagi hari 4 minggu.
dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Konsumsi pakan
(g/ekor/hr)
berikut:
c. Konversi pakan
maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan.
Yij= μ+ αi + Ɛij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada ulangan 1-4, pengaruh perlakuan pakan limbah kulit
buah naga fermentasi
μ = Nilai rata-rata umum pengaruh perlakuan
αi = Pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2,3 dan 4)
Ɛij = Pengaruh galat perlakuan ke-i, pada ukangan ke-j (i=1,2,3 dan 4) dan (j=1,2,3
dan 4).
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Balai Pembibitan Ternak Unggul
Sapi Dwiguna dan Yam Sembawa. Sumatra Selatan .
Bakhtra, D.D.A Rusdi, dan A. Mardiah. 2016. Penetapan Kadar Protein dalam Telur
Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode Kjeldahl. Jurnal
Farmasi Hiea.
Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Ali, A. 2005. Degradasi Zat Makanan dalam Rumen dari Bahan Makanan Berkadar
Serat Kasar Tinggi yang Diamoniasi Urea. Jurnal Peternakan Vol. 2 Nomor 1.
Fakultas Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kampus II Raja Ali Haji.
Pekanbaru.
Astuti, I, I. M. Mastika dan G.A.M.K. Dewi. 2016. Performan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Kulit Buah Naga Tanpa dan dengan
Aspergillus Niger Terfermentasi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana Denpasar
.
Asanda, B. E. 2018. Perbandingan Karakteristik Sifat Fisik Telur Ayam Kampung.
Skripsi. Fakultas Pertanian Lampung. Bandar Lampung.
Awan. 2004. Terapkan EM4, Kematian Ayam Turun. Forum Indonesia. Jakarta.
Djunu, S.S. 2015. Laporan Penelitian Kolaboratif Dosen dan Mahasiswa Fakultas
Pertanian Dana PNBP Tahun Anggaran 2015. Universitas Negeri Gorontalo.
Gorontalo.
Hanafiah, K.A. 2008. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Edisi Ke Tiga. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hilmi, M, Prastujati, A.U, dan Khusnah, A. 2018. Penambahan Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus Undatus) dan Kunyit (Curcuma Domestica Rhizomes)
Sebagai Pigment Feed Additive Terhadap Kualitas Telur Puyuh (Cortunix
Cortunix Japonica). Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Ternak
Politeknik Negeri Banyuwangi.
Husmaini. 2000. Pengaruh peningkatan level protein dan energi ransum saat
Refeeding terhadap performans ayam buras. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan. Vol.6(01).
Jaafar, R.A., A. Ridhwan, dan N.Z. Mahmod. 2009. Proximate analysis of dragon
Fruit (Hylecereus polyhizus). American Journal of Applied Sciences 6(7),
1341-1346. URL:http://www.academia.edu/3754947/Edia89.[ Diakses 25
Maret 2015].
Kestaria, H. Nur, dan B. Malik. 2016. Pengaruh Subtitusi Pakan Komersil Dengan
Tepung Ampas Kelapa Terhadap Performa Ayam Kampung. Jurnal
Peternakan Nusantara. Vol.2 (1):43-48.
Kompiang, I. P. 2002. Pengaruh Ragi Saccharomyces Cereviae dan Ragi Laut
Sebagai Pakan Imbuhan Probiotik Terhadap Kinerja Unggas. JITV 7(1) : 18-
21.
Lacy, M. dan Vest, L.R. 2000. Improving feed conversion in broiler : a guide for
growers.http://www.ces.uga.edu/pubed/c:793-W.html. [6 Januari 2007].
Lunar, A. M. 2012. Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang
(Ficus Iyrata) oleh Aspergillus Niger Terhadap Bahan Kering, Serat Kasar,
dan Energi Bruto. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Bandung.
Miguel, M.G., M. A. Neves, and M. D. Antunes. 2010. Pomegranate (Punica
granatum L.): A medicinal plant with myriad biological properties - A Short
Review. Journal of Medicinal Plants Research. 4:2836-2847.
Muhammad Irfan Ansari, dkk. 2016. Pengaruh Penambahan EM-4 dalam Pembuatan
Pupuk Organic Berbahan Kotoran Ayam Terhadap Peryumbuhan Tanaman
Seledri. Politeknik Negeri Tanah Laut.Vol.05,No 2.
Mustika, A.I.C., O. Sjofjan., E. Widodo. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhyzus) dalam Pakan terhadap
Penampilan Produksi Burung Puyuh (Coturnix Japonica). Skripsi. Universitas
Brawijaya Malang.
Nangoy, M.M, Martina, E. R. Montong, W Utiah, Mursre. N, Regar. Pemanfaatan
Tepung Manure Hasil Degradasi Larva Lalat Hitam (Hermetia Illucens I )
Terhadap Performa Ayam Kampung Fase Layer. Jurnal Zootek. Vol. 370-377.
Noor, S.M dan Masniari, P. 2017. Pemakaian Probiotika Pada Ternak dan
Dampaknya Pada Kesehatan Manusia. Lokakarya Nasional Keamanan Pangan
Produk Peternakan. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Saili, T., F. A.1 Auza, R. Aka dan A. M. Sari. 2018. Aplikasi Probiotik Herbal dan
Ekstrak Kerang Bakau (Polimesoda Erosa) dalam Pakan Berbasis Limbah
Pertanian dan Perikanan untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ayam
Buras Di Sulawesi Tenggara. Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo.
(Unpublish).
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. Togatorop, dan T. Pasaribu. 2003. Pemanfaatan
Bioaktif Tanaman sebagai Feed Additive pada Ternak Unggas: Pengaruh
Pemberian Gel Lidah Buaya atau Ekstrak dalam Ransum Terhadap
Penampilan Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 8(3): 139-
145.
Suprijatna, Umiyati dan Ruhyat. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.
Cetakan Kedua, Jakarta.
Susanti, Elfi V. H., B.U. Suryadi, S. Yandi, dan R. Tri. 2012. Phytochemical
screening and analysis polyphenolic antioxidant activity of methanolic extract
of white dragon fruit (Hylocereus undatus). Indonesian Journal of
Pharmacology.
Taufik, D. 2014. Teori Praktis Fermentasi Pakan dan Bokashi. Http://Organichcs.Co
m/2014/03/10/Teori-Praktis-Fermentasi-Pakan-Dan Bokashi/.(Diakses Pada
Tanggal 5 April 2018).
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ke-5. Gadjah Mada University. Press.
Yogyakarta.
Weiss, W. P., and J. S. Hogan. 2007. Effects of dietary vitamin c on neutrophil
function and responses to intramammary infusion of lipopolysaccharide in
periparturient dairy cows. Journal of Dairy Science. 90(2): 731-739.
Woo, K., F.F. Wong, dan H.C. Chua. 2011. Stability of the spray dried pigmentof red
dragon fruit [Hylocereus Polyrhizus (Weber) Britton and Rose] as a function
of organic acid additives and storage conditions. Philipp Agric Scientist Vol.
94 No. 3, 264-269.
Yusdja. Y., R. Sejati., I.S. Anugrah., I Sadikin dan B Winarso. 2005. Pengembangan
Model Kelembagaan Agribisnis Ternak Unggas Tradisional (Ayam Buras,
Itik, dan Puyuh). Laporan Akhir Pusat Penelitian dan Pengembangan Social
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Zin, Z. M., A. Abdul-Hamid, and A. Osman. 2003. Antioxidative activity of extracts
from mengkudu (Morinda citrifolia L.) Root, Fruit and Leaf. Food Chemistry.
78: 227-23.