Anda di halaman 1dari 11

Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp…………………………….....

Sarito Simanullang

BOBOT POTONG, EDIBLE DAN NON EDIBLE ITIK PEKING MOJOSARI


PUTIH (PMp) PADA PEMBERIAN PAKAN SISA RUMAH MAKAN DAN
KOMERSIAL

SLAUGHTER WEIGHT, EDIBLE AND NON DIBLE WHITE MOJOSARI


PEKING DUCK (PMp) ON UTILIZATION FEED FROM RESTAURANT
RESIDUAL FOOD AND COMMERCIAL FEED

Sarito Simanullang*, Iwan Setiawan dan Nena Hilmia


Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
e-mail :manullang.sarito@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bobot potong, edible dan non edible itik
Peking Mojosari putih (PMp) yang diberi pakan sisa rumah makan dan komersial, telah
dilaksanakan di Kandang Percobaan Kebun Muncang, Universitas Padjadjaran,
Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif terhadap
40 ekor itik Peking Mojosari putih umur 7-10 minggu yang diberi pakan sisa rumah
makan dan komersial. Parameter yang diamati adalah bobot potong, bobot edible (karkas,
giblet, leher) dan bobot non edible (jeroan tanpa giblet, kepala, kaki, bulu, lemak
abdominal dan darah). Hasil penelitian menunjukkan bobot potong itik PMp yang diberi
pakan sisa rumah makan adalah sebesar 1.649,5±123,61 gram, dan bobot potong itik
PMp yang diberi pakan komersial yaitu sebesar 1.917,65±173,11 gram. Persentase
karkas itik PMp yang diberi pakan sisa rumah makan dan komersial adalah 63,88 ± 2,43%
dan 62,17±1,51%. Bagian edible dan non edible itik PMp yang diberi pakan sisa rumah
makan adalah sebesar 76,8±4,01% dan 23,19±3,17%, sedangkan persentae edible dan non
edible itik PMp yang diberi pakan komersial adalah sebesar 76,71±3,51% dan
23,29±4,04%.
Kata Kunci :Pakan Sisa Rumah Makan, Komersial, Edible, Non Edible, Itik
Peking Mojosari Putih (PMp).
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

ABSTRACT
This research was conducted to find out Slaughter weight, Edible and Non Edible
White Mojosari Peking Duck (PMp) fed Residual food from Restaurant and Commercial,
was held at Kandang Percobaan Kebun Muncang, Universitas Padjadjaran, Sumedang,
West Java. This research using analysis descriptive on 40 White Mojosari Peking Duck
7-10 week fed Restaurant Residual Food and Commercial. Parameter observed was
slaughter weight, edible weight (carcass, giblet, neck) and non edible weight
(gastrointestinal without giblet, head, feet, feather, abdominal fat and blood). The result
of the research showed that PMp Duck Slaughter weight fed restaurant residual food was
1.649,5±123,61 gr and slaughter weight of PMp duck fed commercial feed was
1.917,65±173,11 gr. Carcass percentage of PMp duck fed restaurant residual food and
commercial was 63,88±2,43 % and 62,17±1,51 %. Edible part and non edible percentage
of PMp duck fed restaurant residual food was 76,8±4,01 % and 23,19±3,17 %, while
Edible part and non edible percentage of PMp duck fed commercial feed was
76,71±3,51% and 23,29±4,04 %.
Keyword : Feed from restaurant residual food, Commercial Feed, Edible, Non
Edible, White Mojosari Peking Duck (PMp).

Pendahuluan Faktor lingkungan dapat terbagi menjadi


Kontribusi itik dalam penyediaan dua kategori yaitu faktor fisiologis dan
daging nasional masih rendah, yakni nutrisi. Lingkungan sekitar, pemeliharaan
sebesar 0,94 %. Produksi daging itik dan manajemen perkandangan dapat
mengalami peningkatan setiap tahunnya, mempengaruhi persentase karkas (Scott
sehingga diharapkan kontribusi daging dan Dean, 1991). Menurut Brake et al.
unggas ini terhadap penyediaan protein (1993), persentase karkas berhubungan
hewani semakin meningkat. (Statistik dengan jenis kelamin, umur dan bobot
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dirjen badan. Bobot karkas akan meningkat
Peternakan, 2013). seiring dengan bertambahnya umur dan
Produksi daging unggas lokal secara meningkatnya bobot badan itik yang
langsung dapat dilihat melalui bobot, dipengaruhi asupan nutrisi selama
persentase karkas dan banyaknya proporsi pemeliharaan.Persentase karkas pada
bagian karkas yang bernilai tinggi, unggas merupakan bagian tubuh yang
(Damayanti, 2003). Menurut Srigandono tersisa setelah dilakukan penyembelihan,
(1997), kandungan gizi yang terdapat pembuluan dan pembuangan jeroan,
pada daging itik cukup tinggi, antara lain selanjutnya dilakukan pemotongan kaki,
kandungan protein 21,4 %, lemak 8.2 %, kepala, dan leher (Saifudin, 2000).
abu 1.2 % dan nilai energi (per 100 gr Terbukanya pasar itik menyebabkan
kkal) 159 kkal/kg. Faktor genetik dan pihak pemerintah maupun peternak
lingkungan mempengaruhi laju sendiri mulai mengembangkan itik
pertumbuhan dan komposisi tubuh. pedaging. Salah satu jenis yang
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

dikembangkan adalah itik Peking adalah pemanfaatan limbah sisa dari


Mojosari Putih (PMp) yang merupakan rumah makan atau restoran.
persilangan peking jantan dan betina Bahan dan Metode Penelitian
Mojosari putih. Itik PMp ini merupakan Objek Penelitian
itik tipe pedaging baru yang Objek penelitian yang digunakan
dikembangkan oleh Balitnak, Ciawi- adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)
Bogor, untuk memenuhi permintaan itik jantan, umur 7 minggu, diamati sampai
pedaging yang semakin meningkat. umur 10 minggu kemudian dipotong,
Keunggulan itik PMp diantaranya, yaitu sebanyak 20 ekor yang terdiri atas 10
dapat mencapai berat badan 2-2,5 kg pada ekor diberi pakan sisa rumah makan dan
umur 10 miggu, merupakan itik dwiguna, 10 ekor diberi pakan komersial.
umur pertama bertelur 5,5-6 bulan.
(Balitbang Pertanian, 2013).Bila Metode Penelitian
dibandingkan dengan unggas lainnya, itik Penelitian ini menggunakan analisis
cukup potensial untuk dikembangkan deskriptif terhadap bobot potong, edible
mengingat pemeliharaannya yang lebih dan non edible itik Peking Mojosari Putih
mudah, lebih tahan terhadap penyakit, (PMp). Pakan komersial yang digunakan
serta kemampuannya dalam adalah pakan hasil formulasisesuai
memanfaatkan pakan yang kualitasnya dengan standar kebutuhan itik
rendah, (Dedi, 2007). Salah satu menggunakan bahan pakan konvensional.
alternatif untuk mengurangi biaya pakan Kandungan nutrisi bahan pakan yang
digunakan sebagai bahan penyusun pakan
komersial, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Nutrisi Bahan Pakan.


Bahan Pakan Kandungan Nutrisi
PK LK SK Ca P Lys Met EM
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/K
g)
Tep. Jagung 9 3.9 2.05 0.22 0.17 0.26 0.18 3370
Bk. Kedelai 47 0.9 6 0.32 0.29 2.69 0.62 2400
Tep. Ikan 50 10 1 5.11 2.88 4.51 1.63 3080
Dedak 12 13 12 0.12 1.5 0 0 2200
Tep. Tulang 0 0 0 29 14 0 0 0
Premiks 0 0 0 0 0 0.3 0.3 0
Keterangan : PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar;
Ca = Calcium; P = Phosfor; Lys = Lysin; Met = Methionin;
EM = Energi Metabolis.
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

sebagai pakan utama, pakan sisa rumah


Pakan komersial diberikan secara makan terlebih dahulu diadaptasikan
teratur dua kali dalam sehari yaitu pada terhadap itik PMp selama satu minggu.
pagi hari pukul 07.30 WIB dan sore hari Pakan sisa rumah makan tersebut
pukul 16.30 WIB, sebanyak 200 selanjutnya diberikan secara adlibitum,
gr/ekor/hari. Pakan sisa rumah makan sisa yang ada pada tempat pakan
adalah limbah dari Warung Nasi yang ditimbang, untuk mengetahui konsumsi
berada di sekitar daerah Jatinangor, itik PMp. Hasil analisis laboratorium
Kabupaten Sumedang. Pakan sisa kandungan nutrisi pakan sisa rumah
rumah makan sebelum diberikan kepada makan dapat dilihat pada tabel 2 di
itik dibilas dengan air mengalir untuk bawah ini.
mengurangi minyak. Sebelum dijadikan

Tabel 2. Analisis Laboratorium Kandungan Nutrisi Pakan Sisa Rumah Makan.


Zat Nutrisi Kandungan
Air 80,54%
Abu 4,12%
Protein 20,78%
SeratKasar 8,56%
Lemak Kasar 10,88%
BETN 55,66%
TDN 90,84%
EnergiBruto 4788 Kkal/kg
Kalsium (Ca) 0,37%
Phosfor (P) 0,11%
Sumber : Lab. Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015.
Parameter yang Diamati c. Bagian Non Edible (Biyatmoko,2001)
a. Bobot Potong 1. Berat jeroan tanpa giblet
Bobot potong adalah berat hidup itik 2. Berat kepala
sebelum dipotong yang sebelumnya 3. Berat kaki
sudah dipuasakan selama 8-12 jam. 4. Berat bulu yaitu setelah
b. Bagian Edible (Biyatmoko, 2001) dipisahkan dari tubuh itik
1. Bobot karkas yaitu tubuh tanpa 5. Berat darah yaitu berat potong
darah, bulu, leher, kaki, kepala dikurangi berat badan
dan seluruh isi rongga perut 6. Berat lemak abdominal.
kecuali giblet,
2. Berat giblet meliputi berat Analisis Data
jantung, hati dan ampela Data diperoleh dari masing-masing
3. Berat leher 10 ekor itik dari setiap kelompok
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

pemberian pakan sebagai sampel, Keterangan :


sehingga jumlah sampel yang digunakan x = Rata-rata
adalah sebanyak 20 ekor. Data yang i = Data ke-i
diperoleh dianalisis secara deskriptif ∑ = Jumlah
baik pada pemberian pakan komersial n = Banyaknya Data
maupun pada pakan sisa restoran yang S = Standar Deviasi
meliputi : KV = Koevisien Variasi
a. Rata-rata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong
Bobot potong merupakan hasil
b. Standar Deviasi identifikasi terhadap produksi yang
paling mudah atau sederhana untuk
mengukur pertumbuhan yakni dengan
cara menimbang itik secara individual.
Hasil penelitian terhadap bobot potong
c. Koefisien Variasi itik PMp yang diberi pakan sisa rumah
makan dan komersial disajikan pada
Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Bobot Potong Itik PMp pada Pemberian Pakan Sisa Rumah
Makan dan Komersial.
Komponen Pakan
Sisa Rumah Makan (n=10) Komersial (n=10)
(gr) SD KV (%) (gr) SD KV (%)
Bobot 1649,5 123,61 7,49 1917,65 173,11 9,03
Potong
Keterangan : x : Rata-rata
SD : Standar Deviasi
KV : Koevisien Variasi
Bobot potong merupakan parameter dipelihara dengan menggunakan pakan
ekonomis dalam budidaya ternak dan sisa rumah makan adalah 1649,5±123,61
merupakan hasil akumulasi pertumbuhan gr dengan koefisien variasi sebesar
selama pemeliharaan yang sangat 7,49%. Sedangkan bobot potong yang
dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Bobot dihasilkan itik PMp yang diberikan
potong yang diperoleh dari hasil pakan komersial adalah 1917,65±173,11
pengamatan terhadap itik PMp yang gr dengan koevisien variasi 9,03%.
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

Berdasarkan nilai koefisien variasi tinggi. Selanjutnya nutrisi yang lebih


diatas, data bobot potong dari kedua sedikit terserap mengakibatkan
kelompok pemberian pakan pertumbuhan bagian-bagian tubuh itik
menunjukkan keragaman data yang ikut terhambat sehingga pertambahan
rendah, karena di bawah 15%. Bobot bobot badan yang diperoleh menjadi
potong itik PMp umur 10 minggu yang tidak optimal. Perbedaan kandungan
diberipakan sisa rumah makan relatif energi dan protein dalam ransum turut
lebih rendah dibandingkan dengan hasil berpengaruh terhadap konversi ransum
penelitian Balitnak yang menunjukkan yang diperoleh. Iskandar dkk. (2001)
bobot potong itik PMp umur 10 minggu melaporkan bahwa semakin tinggi
yang diberi pakan komersial yaitu tingkat energi dan protein ransum,
sebesar 2-2,5 kg (Balitnak, 2013), konversi ransum yang diperoleh akan
sedangkan pada itik yang diberipakan semakin rendah. Hal tersebut
komersial menghasilkan bobot potong menunjukkan bahwa pemakaian energi
yang mendekati hasil penelitian Balitnak. dan protein yang semakin tinggi akan
Pertumbuhan pada unggas diartikan memberikan nilai yang lebih ekonomis
sebagai pertambahan bobot badan karena dari segi pemberian ransum, karena
meliputi seluruh bagian tubuhnya secara konsumsi ransum yang lebih rendah
serentak dan merata (North, 1978). memberikan tingkat produktivitas yang
Pertumbuhan jaringan otot, tulang serta lebih tinggi.
organ lain yang dicerminkan oleh Kandungan nutrisi pada pakan sisa
pertambahan berat badan sebagai rumah makan yang fluktuatif atau
totalitas pertumbuhan dalam kurun berubah-berubah setiap harinya, hal ini
waktu tertentu tidak sama, ada yang dapat diketahui dengan melihat langsung
cepat dan ada yang lambat. Kecepatan sisa-sisa makanan yang terdapat dalam
pertumbuhan mempunyai variasi yang pakan tersebut, diduga nutrisi yang
cukup besar, salah satunya bergantung terkandung di dalamnya tidak lengkap
kepada kualitas ransum yang digunakan. dan tidak cukup untuk memenuhi
Bintang dkk. (1997) dalam penelitiannya kebutuhan nutrisi itik tersebut sehingga
melaporkan bahwa semakin tinggi menyebabkan kurang maksimalnya
tingkat kepadatan gizi dalam ransum pertumbuhan itik PMp yang diberi pakan
akan mengakibatkan tingginya bobot sisa rumah makan.
badan yang dihasilkan. Hal ini Bobot Edible
disebabkan karena ransum yang Rataan bobot bagian edible dari itik
mengandung kepadatan gizi tinggi PMp yang diberikan pakan sisa rumah
umumnya lebih palatabel, selain makan dan komersial dapat dilihat pada
mengandung serat kasar yang lebih Tabel 4.
rendah dan kadar energi metabolis yang

Tabel 4. Rataan Bobot Edible Itik PMp pada Pemberian Pakan Sisa Rumah
Makan dan Komersial.
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

Komponen Pakan
Sisa Rumah Makan (n=10) Komersial (n=10)
(gr) SD KV (%) (gr) SD KV (%)
Edible :
Karkas 1053,55 86,52 8,21 1191,05 98,53 8,27
Giblet 106,50 12,50 11,74 121 13,89 11,48
Leher 106,45 16,21 15,23 158,50 30,29 19,11
Persentase 63,88% 2,43% 3,79 62,17% 1,51% 2,43
Karkas
Persentase 76,8% 4,01% 9,43 76,71% 3,51% 8,04
Edible
Keterangan : x : Rata-rata
SD : Standar Deviasi
KV : Koevisien Variasi.
Bagian edible adalah merupakan dipergunakan sebagai objek penelitian
hasil dari pemotongan ternak yang dapat ini, sesuai dengan yang dikemukakan
dimakan atau bagian yang dapat oleh Soeparno (2005), bahwa nutrisi
dikonsumsi. Bagian tubuh itik yang merupakan faktor lingkungan terpenting
termasuk dalam edible adalah karkas, yang mempengaruhi komponen karkas.
giblet (gizzard, jantung dan hati) dan Hasil karkas yang diperoleh
leher. Pada tabel 4 di atas dapat dipengaruhi oleh salah satunya adalah
diketahui, bahwa bagian edible itik PMp besarnya komponen yang terbuang
yang diberipakan sisa rumah makan selama proses untuk mendapatkan
memiliki nilai persentasi sebesar karkas.Itik dan Entog mempunyai
76,8±4,01%, sedangkan itik PMp yang persentasi karkas yang lebih rendah
diberi pakan komersial memiliki nilai dibandingkan dengan ayam pedaging,
persentase ediblenya sebesar kalkun dan angsa, tetapi lebih tinggi dari
76,71±3,51%. Hal ini menunjukkan ayam petelur (Lukman, 1995).
bahwa proporsi bagian edible Berat karkas itik PMp yang diberi
tidak/sedikit dipengaruhi oleh bobot pakan sisa rumah makan adalah
potong. Penelitian yang dilakukan oleh 1053,55±86,52 gr dan koefisien variasi
Sunari (2001), tentang persentase bagian 8,21% dengan persentasi karkas sebesar
edible itik Mandalung pada berbagai 63,88±2,43%, sedangkan berat karkas
umur potong adalah berkisar antara itik PMp yang diberi pakan komersial
73,3% - 77,9%. Sama halnya dengan adalah 1191,05±98,53 gr dengan
bobot potong, faktor nutrisi merupakan koefisien variasi 8,27% dan persentasi
hal utama yang mempengaruhi karkas sebesar 62,17±1,51%.
komponen bagian edible, terutama Hasil penelitian yang diperoleh
bagian karkas itik PMp yang relative sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Matitaputty dkk.
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

(2011), terhadap persentase karkas itik Rataan bobot leher pada itik PMp
Alabio, Cihateup dan silangannya adalah yang diberi pakan sisa rumah makan
berkisar antara 61,36%-63,74%. adalah 106,45±16,21 gr dengan
Giblet tergolong dalam kategori koefisien variasi 15,23% dan pada itik
edible karena pada umumnya di PMp yang diberi pakan komersial adalah
Indonesia dikonsumsi oleh masyarakat. 158,50±30,29 gr dengan koefisien
Rataan bobot giblet itik yang diberi variasi 19,11%. Dari hasil diatas
pakan sisa rumah makan adalah menunjukkan bahwa bobot leher yang
106,50±12,50 gr sedangkan pada itik didapatkan tidak seragam, baik pada itik
PMp yang diberi pakan komersial adalah PMp yang diberi pakan sisa rumah
121±13,89 gr. makan dan komersial, karena nilai
Pertumbuhan giblet secara umum koefisisen variasinya di atas 15%.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara Bobot Non Edible
lain adalah asupan nutrisi yang tersedia
di dalam pakan, serta seiring juga Hasil pengamatan terhadap bobot
dengan pertumbuhan tubuh secara non edible itik PMp yang diberi pakan
keseluruhan akan diimbangi oleh sisa rumah makan dan komersial dapat
pertumbuhan bagian giblet ternak dilihat pada Tabel 5.
tersebut.
Tabel 5. Rataan Bobot Non Edible Itik PMp pada Pemberian Pakan Sisa
Rumah Makan dan Komersial.
Komponen Pakan
Sisa Rumah Makan (n=10) Komersial (n=10)
(gr) SD KV (%) (gr) SD KV (%)
Non Edible :
Jeroan 90,95 11,88 13,06 99,25 16,67 16,80
Kepala 105,85 13,06 12,34 115,85 11,68 10,08
Kaki 41,25 3,02 7,34 49,20 6,54 13,31
Bulu 33,95 22,43 66,16 58,15 24,04 41,34
L. Abdominal 6,40 2,43 38,06 13,90 3,72 26,80
Darah 104,60 11,50 11,00 110,75 22,41 21,23

Persentase Non 23,19% 3,17% 22,82 23,29% 4,04% 19,67


Edible
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

Keterangan : akan tetapi larut dalam pelarut


x : Rata-rata organik (Jull, 1979).
SD : Standar Deviasi Berdasarkan tabel 5 di atas,
KV : Koevisien Variasi bagian non edible itik Peking
Mojosari putih yang diberi pakan
Bagian non edible atau inedible sisa rumah makan menunjukkan
adalah bagian dari tubuh ternak itik hasil yang seragam antara lain adalah
PMp yang tidak dikonsumsi atau bagian jeroan, kepala, kaki, dan
dapat dikategorikan sebagai hasil darah. Sedangkan pada itik PMp
sampingan atau hasil ikutan yang yang diberi pakan komersial pada
dapat dimanfaatkan. Bagian yang bagian kepala, dan kaki, karena
termasuk dalam non edible terdiri memiliki nilai koefisien variasi di
atas jeroan, kepala, kaki, bulu, lemak bawah 15%. Bagian bulu dan lemak
abdominal dan darah. Menurut abdominal pada itik PMp yang diberi
Forest, et al., (1975), bahwa pakan sisa rumah makan serta bagian
persentase bagian non karkas akan jeroan, bulu, lemak abdominal dan
semakin menurun dengan semakin darah pada itik PMp yang diberi
meningkatnya bobot hidup. pakan komersial menunjukkan hasil
Rataan bobot jeroan itik PMp yang tidak seragam, karena memiliki
yang diberi pakan sisa rumah makan nilai koefisien variasi di atas 15%.
dan komersial masing-masing adalah Hasil rataan bobot darah pada itik
90,95±11,88 gr dan 99,25±16,67 gr. PMp yang diberi pakan sisa rumah
Rataan bobot kepala itik PMp yang makan adalah sebesar 104,60±11,50
diberi pakan sisa rumah makan dan gr dan pada itik PMp yang diberi
pakan komersial adalah pakan komersial adalah
105,65±13,06 gr dan 115,85±11,68 110,75±22,41 gr. Rataan bobot
gr. Rataan bobot kaki itik PMp dari darah yang dihasilkan pada itik PMp
tabel 10 dapat dilihat bahwa itik yang diberi pakan sisa rumah makan
PMp yang diberi pakan sisa rumah dinyatakan seragam, hal ini diketahui
makan adalah sebesar 41,25±3,02 gr dengan melihat koefisien variasinya
dan pada itik PMp yang diberi pakan yang relative rendah, yaitu11%,
komersial adalah 49,20±6,54 gr. sedangkan koefisien variasi pada itik
Rataan bobot bulu itik PMp yang PMp yang diberi pakan komersial
diberi pakan sisa rumah makan tergolong tinggi, yaitu 21,23 %
adalah sebesar 33,95±22,43 gr dan sehingga bobot darah yang
pada itik PMp yang diberi pakan dihasilkan tersebut dinyatakan tidak
komersial adalah 58,15±24,04 gr. seragam.
Hasil pengamatan terhadap Perhitungan selanjutnya adalah
lemak abdominal pada itik PMp yang pada persentase bagian non edible
diberi pakan sisa rumah makan dan atau bagian yang tidak dikonsumsi,
pakan komersial adalah sebesar pada itik PMp yang diberi pakan sisa
4,60±2,43 gr dan 13,90±3,72 gr. rumah makan adalah sebesar
Lemak abdominal merupakan hasil 23,19±3,17%, sedangkan persentase
pembentukan asam lemak dan bagian non edible itik PMp yang
gliserol yang tidak larut dalam air, diberi pakan komersial yaitu
23,29±4,04%. Sebagaimana pada
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

bagian edible, proporsi bagian non Pemeliharaan itik Peking


edible juga tidak/sedikit dipengaruhi Mojosari putih (PMp) dengan
oleh bobot potong. Sementaraitu, memanfaatkan sisa rumah makan
hasil yang diperoleh ini sesuai secara keseluruhan menunjukkan
dengan hasil penelitian yang hasil yang baik, sehingga sisa rumah
dilakukan oleh Ika, dkk., (2013) makan tersebut dapat dijadikan
yang menyatakan bahwa persentase pakan alternatif untuk budidaya itik.
non edible itik Peking pada umur 8 Selain itu, penggunaan pakan sisa
minggu adalah berkisar antara rumah makan dapat mengurangi
22,20%-26,77%. Hal yang sama biaya produksi karena harganya yang
diungkapkan oleh Sunari (2001), lebih murah.
bahwa persentase non edible pada
itik mandalung umur 6-12 minggu Ucapan Terimakasih
adalah berkisar antara 20,4%-27,8%. Terimakasih kepada Dr. Ir. R.
Triana Susanti, M.Si., (Balitnak
KESIMPULAN DAN SARAN Ciawi-Bogor) yang telah
Kesimpulan mengizinkan penggunaan Itik PMp
a. Itik Peking Mojosari putih sebagai materi dalam penelitian ini.
(PMp) yang diberi pakan sisa
rumah makan memiliki bobot DAFTAR PUSTAKA
potong 1.649,5±123,61 gram, Badan Litbang Pertanian. 2013. Itik
sedangkan yang diberi pakan PMp, Alternatif Penyedia Daging
komersial 1.917,65±173,11 danTelurUnggas.Diunduh pada
gram. tanggal 14 September 2014,
b. Itik Peking Mojosari putih Pukul 19.25 WIB.
(PMp) yang diberi pakan sisa Bintang, I. A.K., M. Silalahi,T.
rumah makan memiliki Antawidjaja, danY.C. Raharjo.
persentase karkas 63,88 ± 2,43% 1997. Pengaruh Berbagai
sedangkan yang diberi pakan Tingkat Kepadatan Gizi Ransum
komersial memiliki persentase Terhadap Kinerja Pertumbuhan
karkas 62,17±1,51% Itik Jantan Lokal dan
c. Persentase bagian edible Itik Silangannya. Jurnal Ilmu Ternak
PMp yang diberi pakan sisa dan Veteriner Vol. 2 No. 4 Thn.
rumah makan dan komersial 1997.
relatif sama yaitu 76,8±4,01%
dan 76,71±3,51%. Biyatmoko, D. 2001.
d. Itik Peking Mojosari putih Pertumbumbuhan Alometri
(PMp) yang diberi pakan sisa Irisan Karkas, Non Karkas dan
rumah makan dan pakan Organ Vital Itik Tegal. Al Ulum
komersial memiliki persentase Vol. 8 No. 2. Fakultas Pertanian.
bagian non edible yang relatif UniversitasIslam. Kalimantan.
sama, yaitu 23,19±3,17%, dan Brake, J. dan G. B. Havestein, S.E.
23,29±4,04%. Scheideler, P.R. Ferket and D. V.
Rives. 1993. Relationship of sex,
age and body weight to bloiler
Saran
Bobot Potong, Edible dan Non Edible Itik PMp……………………………..... Sarito Simanullang

carcass yield and ofal production. Proceeding Waterfowl Workshop.


Poultry Science 72: 1137-1145. Agribusiness Development of
Damayanti, V. 2003. Studi Waterfowl For New Business
Perbandingan Persentase Karkas, Opportunities. Doctoral Program
Bagian-Bagian Karkas Dan Non of Bogor Agri. Inst. and Agri.
Karkas Pada Berbagai Unggas Livestock Res. Center, 118-127.
Lokal. Skripsi.Fakultas Jull, M. A. 1979. Poultry Nutrition
Peternakan. Universitas Jenderal 5th Edition. Tata McGraw-
Soedirman. Purwokerto. Publishing. Co. Inc, New Delhi.
Dedi R. 2007. Model Kurva North, M. O. 1978. Water Intake:
Pertumbuhan Itik Tegal Jantan Production and Elimination
Sampai Umur Delapan Minggu Poultry Digest.
(Growth Curve Model of Tegal P. R. Mutitaputty, R. R. Noor, P. S.
Duck Until Eight Weeks Ages). Hardjosworo dan C. H. Wijaya.
Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2007, 2011. Performa, Persentase
Vol. 7. No.1, 12–15. Karkas dan Nilai Heterosis Itik
Dirjennak dan Kesehatan Hewan Alabio, Cihateup dan Hasil
Kementerian Pertanian, 2013. Persilangannya pada Umur
Statistik Peternakan dan Delapan Minggu. Jurnal Ilmu
Kesehatan Hewan. Diunduh Ternak Veteriner. Vol. 16 No. 2
pada tanggal 22 September 2014. Th. 2011: 90-98. Balai
Pukul 20.35 WIB. Pengkajian Teknologi Pertanian.
Forest, J. C., Aberle, E. D., Hendrick, Maluku, Ambon.
H. B., Judge, M. D. dan Merkel, Soeparno.2005. Ilmu dan Teknologi
R. A. 1975. Principles of Meat Daging.Cetakan ke-5. Gadjah
Science. W. H. Freeman and Co. Mada University Press.
San Fransisco. Yogyakarta.
Ika Rostika, Ismoyowati, dan Ibnu Srigandono, B. 1997. Produksi
Hari Sulistyawan. 2013. Unggas Air. Cetakan ke-3, revisi
Pengaruh Penggunaan Azolla Gadjah Mada University Press.
microphylla Dengan Lemna Yogyakarta.
polyrrhiza Dalam Pakan Itik
Sunari, Rukmiasih dan Peni, S.
Peking Pada Level Protein yang Wardjosworo. 2001.Persentasi
Berbeda Terhadap Bobot dan Bagian Pangan dan Nonpangan
Persentase Bagian Non Karkas. Itik Mandalung pada Berbagai
Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): Umur. Lokakarya Unggas Air.
32-41. Fakultas Peternakan. Balai Peternakan Ciawi, Bogor.
Universitas Jenderal Soedirman. Hal 19-20.
Purwokerto.
Iskandar, S., V. S. Nugraha, D. M.
Suci and A. R. Setioko. 2001.
Biological Adaptation Local
Young Males Ducks Against
High Levels of Bran in Feed. In:

Anda mungkin juga menyukai