Anda di halaman 1dari 10

TOR (TERM OF REFERENCE)

KINERJA PERTUMBUHAN SAPI BALI JANTAN PENGGEMUKAN


POLA PETERNAK YANG DIBERIKAN PAKAN KONSENTRAT
MENGANDUNG TEPUNG BONGGOL PISANG FERMENTASI DENGAN
PENAMBAHAN ZN BIOKOMPLEKS

OLEH
Marinus Umbu Langu
NIM 1 3 0 5 0 3 2 0 8 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem penggemukan ternak sapi Bali penggemukan yang dilakukan
peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya pulau Timor masih
dilakukan tanpa input teknologi yang memadai terutama dalam aspek pemberian
pakan, dimana ternak hanya bergantung pada hijauan (rumput dan legum).
Menurut penelitian Sobang, (2005b) pada pola ini kualitas pakan yang diberikan
dari segi protein cukup tinggi namun kandungan energi pakan masih rendah
dengan P/E ratio 1: 4,2 padahal untuk mencapai produksi ternak sapi yang optimal
diperlukan P/E dan ratio 1: 5,1 (Sobang, 2005)
Hal tersebut menyebabkan rendahnya capaian pertambahan bobot badan
harian (daily gain) ternak, sehingga waktu yang diperlukan (periode
penggemukan) untuk mencapai standar bobot potong menjadi cukup panjang.
Akibatnya, usaha penggemukan tersebut cenderung kurang efisien dan
kenyataannya produksi daging sapi di dalam negeri dan pendapatan peternak
menjadi rendah. Pada pola rakyat pertambahan berat badan harian (PBBH) hanya
berkisar 0,25-0,30 kg/ekor/hari, PBBH yang dihasilkan tersebut masih jauh dari
potensi genetik sapi Bali yaitu sebesar 0.6-0.7 kg/hari (Sobang, 2005). Oleh sebab
itu perlu upaya untuk memacu peningkatan produktivitas sapi potong sehingga
dapat mempercepat waktu penggemukan pemberikan pakan berkualitas berupa
konsentrat berbasis pakan lokal sehingga memberi harapan bagi upaya perbaikan
produksi daging dan efisiensi penggemukan sapi rakyat, khususnya penggemukan
sapi Bali.
Salah satu jenis pakan lokal yang cukup tersedia dan mampu beradaptasi
dengan kondisi iklim di NTT adalah tanaman pisang (Musa paradisiaca), dimana
pada tanaman ini terdapat bonggol pisang atau umbi batang pisang yang belum
dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal sebagai komoditi yang memiliki
nilai lebih. Bonggol pisang memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, terutama
karbohidrat mudah larut (pati) sebesar 66,2%, dengan energi metabolisme 2450
kkal/kg, namun rendahnya protein 3,4% (Munadjim, 1980) juga mengandung
antinutrisi seperti tanin, sterol, glikosida, kuinon dan terpenoid (Krishna et al.,
2013), polifenol, alkaloid dan saponin (Jamuna et al. 2011). Komponen
karbohidrat umumnya terdiri dari polisakarida seperti gums, oligosakarida,
polidekstrosa, maltodekstrin dan pati yang sulit dicerna (Englyst dan Englyst,
2007) sehingga menyebabkan pakan tersebut kurang optimal sebagai pakan
ternak.
Oleh karena itu diperlukan pengolahan untuk meningkatkan kualitas dari
limbah bonggol pisang melalui proses fermentasi. Menurut Laelasari dan
Purwadaria (2004) bahwa melalui proses fermentasi mengurangi zat anti nutris
yang dikandung suatu bahan serta adanya berbagai jenis mikroorganisme yang
mempunyai kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi protein dengan
penambahan nitrogen anorganik melalui fermentasi, sifat mikroba yang katabolik
atau memecah komponen-komponen yang komplek menjadi lebih sederhana
antara lain dapat mengubah bahan organik kompleks seperti protein, karbohidrat,
dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna,
mengubah rasa dan aroma yang tidak disukai menjadi disukai dan mensintesis
protein dan beberapa vitamin yang komplek.
Untuk mengoptimalkan potensi pakan konsentrat mengandung bonggol
pisang fermentasi maka perlu ditambahkan mineral (Zn) yang sangat penting
dalam mendukung produktivitas ternak. Elemen Zn merupakan unsur mikro
mineral esensial yang diperlukan oleh ternak ruminansia, berperan pada sejumlah
fungsi biokimia, antara lain regenerasi keratin dan integritas jaringan epitel;
metabolisme tulang; sintesis asam nukleat dan pembelahan sel; sintesis protein;
struktural dan regulator untuk enzim dan faktor-faktor transkripsi; berpartisipasi
dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kandungan Zn pada hijauan
pakan dilaporkan berkisar antara 20-30 mg/kg (Little et al. 1989). Sedangkan
kebutuhan Zn untuk ternak ruminansia adalah 33-50 mg/kg (McDowell 1992).
Apabila terjadi status Zn defisiensi, maka aktivitas mikroba rumen tidak
berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi lebih rendah
yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas ternak.
Berdasarkan hasil peneliti terdahulu pada ternak domba muda yang
disuplementasi Zn organik sebagai Zn proteinat (Kardaya et al. 2001), Zn
metionin (Supriyati & Haryanto 2007) dan Zn biokompleks (Supriyati 2008) pada
pakan basal rumput-konsentrat meningkatkan PBBH dan memperbaiki rasio
konversi pakan. Demikian pula suplementasi Zn biokompleks pada kambing PE
betina muda (Supriyati et al. 2012) meningkatkan PBBH dan menurunkan RKP.
Haryanto et al. (2005) juga melaporkan bahwa suplementasi 60 mg Zn/kg sebagai
Zn metionin pada pakan basal jerami padi terfermentasi konsentrat meningkatkan
aktivitas mikroba rumen. Sehingga diharapkan melalui penambahan pakan
konsentrat mengandung tepung bonggol pisang fermentasi dan Zn biokomplek
mampu megoptimalkan kinerja mikroba rumen sehingga mampu meningkatkan
produktivitas ternak yang dapat dilihat melalui tampilan eksterior seperti berat
badan dan ukuran linear tubuh.

Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan suatu penelitian dengan

judul:“Kinerja Pertumbuhan Sapi Bali Jantan Penggemukan Pola Peternak

Yang Diberikan Pakan Konsentrat Mengandung Tepung Bonggol Pisang

Fermentasi Dengan Penambahan Zn Biokompleks”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian pakan konsentrat mengandung tepung

bonggol pisang fermentasi yang ditambahkan Zn biokompleks terhadap


pertambahan berat badan harian dan ukuran linear tubuh ternak sapi Bali

pengemukan pola peternak


1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian pakan konsentrat yang mengandung tepung

bonggol pisang fermentasi dengan level yang berbeda dan ditambahkan Zn

bokompleks terhadap pertambahan berat badan harian dan ukuran linear

tubuh ternak sapi Bali pengemukan pola peternak.

2. Mengetahui level panambahan bonggol pisang terbaik dalam pakan

konsentrat dengan penambahan Zn bokompleks terhadap pertambahan berat

badan harian dan ukuran linear tubuh ternak sapi Bali pengemukan pola

peternak.

1.4. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Petani peternakpada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sebagai

informasi untuk memanfaatkan konsentrat yang mengandung tepung bonggol

pisang sebagai pakan yang berkualitas untuk mendukung produktivitas

ternaknya.

2. Pemerintah, sebagaiinformasi dalam merumuskan kebijakan pengembangan

peternakan di NTT khususnya ternak sapi Bali.


3. Pendidikan, sebagai informasi ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dibidang peternakan khususnya ternak sapi Bali.


METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 18 minggu. Waktu
ini terbagi dalam 4 periode dan masing - masing periode terdiri atas 1 minggu
masa penyesuaian, 4 minggu masa pengambilan data dan 1 minggu jeda,
penelitian ini dilaksanakan di Desa Oeletsala Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang, yang mana desa tersebut merupakan Desa Binaan Fapet Undana.

Materi Penelitian
Ternak
Ternak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 4 ekor sapi jantan
bakalan pada kisaran umur 1 – 1,5 tahun dengan kisaran berat badan 111-136 kg
dengan rataan 120,79 kg.
Bahan
Bahan pakan yang akan digunakan pada penelitian ini EM 4, gula cair dan
urea untuk fermentasi bonggol pisang dan adalah pakan pola peternak serta pakan
konsentrat. Komposisi bahan pakan penyusun pakan konsentrat dalam penelitian
pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Kandang
Kandang yang akan digunakan adalah kandang individu sebanyak 4 petak,
dengan setiap petak berukuran 1,5 m x 2 m dilengkapi tempat pakan dan minum.
Peralatan
Peralatan yang akan digunakan terdiri dari timbangan pakan merk moris
scale berkapasitas 100 kg dengan kepekaan 100gr dan timbangan untuk
menimbang pakan konsentrat merk camry scale berkapasitas 5kg dengan
kepekaan 1gr, silo untuk tempat fermentasi, tongkat ukur dan pita ukur merk
rondo untuk mengukur linear tubuh sehingga dapat menduga berat badan ternak.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode percobaan,
menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) dengan 4 perlakuan dan 4
periode sebagai ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah :
P0 = pakan pola peternak + 1kg pakan konsentrat tanpa tepung bonggol
pisang terfermentasi+65mg Zn biokompleks
P1 = pakan pola peternak + 1kg pakan konsentrat mengandung 10% tepung
bonggol pisang terfermentasi + 65mg Zn biokompleks
P2 = pakan pola peternak + 1kg pakan konsentrat mengandung 20% tepung
bonggol pisang terfermentasi + 65mg Zn biokompleks
P3 = pakan pola peternak + 1kg pakan konsentrat mengandung 30% tepung
bonggol pisang terfermentasi + 65mg Zn biokompleks
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan konsentrat
Bahan Pakan P0 P1 P2 P3
Dedak padi (%) 55 50 45 40
Jagung giling (%) 20 15 10 5
Tepung ikan (%) 5 5 5 5
Tepung daun gamal (%) 15 15 15 15
Tepung Bonggol pisang terfermentasi (%) - 10 20 30
Garam (%) 2,5 2,5 2,5 2,5
Urea (%) 2 2 2 2
Starbio (%) 0,5 0,5 0,5 0,5
Jumlah 100 100 100 100

Parameter yang diteliti:


Adapun variabel yang akan diukur dalam penelitian ini berdasarkan rumus
sesuai petunjuk Fattah (2016).
a. Pertambahan Bobot Badan harian
Pertambahan berat badan harian = W2-W1
t

Ket : W1 = Bobot badan awal (Kg)


2
W = Bobot badan akhir (Kg)
t = Lamawaktu penggemukan (hari)

b. Panjang Badan
Pertambahan panjang badan harian = P. BDak- P. BDaw
t

Ket : P. BDaw = Panjang badan awal (cm)


P. BDak = Panjang badan akhir (cm)
t = Lama waktu penggemukan (hari)
c. Lingkar Dada
Pertambahan lingkar dada harian = LDak- LDaw
t

Ket : LDaw = Lingkar dada awal (cm)


ak
LD = Lingkar dada akhir (cm)
t = Lama waktu penggemukan (hari)

d. Tinggi pundak
Pertambahan lingkar dada harian = TPak- TPaw
t

Ket : TPaw = Tinggi pundak awal (cm)


TPak = Tinggi pundak akhir (cm)
t = Lama waktu penggemukan (hari)

Prosedur Penelitian
1) Sebelum penelitian dilaksanakan, ternak ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat badan awal, kemudian ternak tersebut diberi nomor. Setelah
ternak diberi nomor, ternak tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing
kandang yang sudah disiapkan kemudiaan dilakukan pengacakan perlakuan
menggunakan lotre/undian.
2) Prosedur fermentasi sesuai hasil modifikasi Guntoro (2008)
Untuk 10 liter aquades ditambah gula cair, dan urea masing-masing
sebanyak 100ml dan 100g selanjutnya larutan tersebut diaduk dan ditambah
1000ml EM4 kemudian di diamkan, jumlah air ditentukan berdasarkan
asumsi bahwa proses fermentasi yang optimal pada kadar air 60% namun
kadar air yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50% dengan asumsi
masih terdapat 10% kadar air yang tersisa pada substrat. Siapkan tepung
bonggol pisang sebanyak 20kg ditaburkan pada wadah drum setebal 3–5cm
lalu semprotkan larutan EM4 menggunakan spayer secara merata. Tumpuk
kembali tepung bonggol pisang diatasnya dengan ketebalan yang sama, lalu
disemprotkan dengan larutan EM4, lakukan hal yang sama sampai habis,
selanjutnya tepung bonggol pisang tersebut ditutup rapat dengan plastik
untuk menjaga kelembaban, suhu tetap stabil dan mencegah penguapan
serta mengurangi masuknya mikroba pencemar dari udara. Setelah tepung
bonggol pisang diinkubasi selama 168 jam/7hari (hasil inkubasi terbaik)
dan hasil fermentasi siap dipanen dikeringkan padasuhu ruangan untuk
selanjutnya digunakan untuk analisis sampel di laboratorium dan bahan
campuran pakan konsentrat.
3) Proses pembuatan pakan konsentrat
Penyiapan bahan pakan berupa dedak padi, jagung giling, tepung bonggol
pisang fermentasi, tepung daun gamal, tepung ikan, starbio, urea dan garam.
Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan, bahan pakan dicampur secara
homogen dimulai dari bahan pakan yang paling sedikit sampai dengan jumlah
yang paling banyak, dengan tujuan agar pencampuran homogen dan
mempercepat proses pencampuran.
4) Pemberian pakan dan air minum
Pemberian pakan basal adlibitum pada pagi hari, 2 jam setelah pemberian
pakan konsentrat, sedangkan pemberian air secara adlibitum dan di
tambahkan apabila habis.
5) Prosedur Pengukuran Variabel
a. Ukuran Linear Tubuh
Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan melingkari dada dibelakang
sendi siku, tegak lurus vertikal bidang median tubuh menggunakan meteran
rondo yang kemudian dapat dilihat angka linear tubuh dengan satuan cm.
Pengukuran panjang tubuh diukur dari garis tegak Tuberositas lateralis dari
Os humerus (depan sendi bahu) sampai dengan Tuber ischii (tepi belakang
bungkul tulang duduk) menggunakan laser extech. Pengukuran tinggi tubuh
diukur dari titik tertinggi pundak sampai ke lantai pada kaki depan
menggunakan tongkat ukur.
b. Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan dilakukan dengan mendunga berdasarkan hasil
pengukuran linear tubuh menggunakan pita ukur rondo buatan jerman dimana
pada sisi kiri terdapat satuan cm meter untuk ukuran lingkat dada dan sisi
sebelah kanan dengan satuan kg untuk berat badan.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi dan dihitung kemudian dianalisis
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) sesuai Rancangan Bujur Sangkar
Latin (RBSL) untuk mengetahui pengaruh perlakuan danapabila terdapat
pengaruh yang nyata makan akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk
mengetahui perbedaan diantara perlakuan (Steel and Torrie, 1993).
DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. 2012. Bahan Pakan Konsentrat Untuk Sapi. PT. Citra Aji Parama,
Yogyakarta.
Arora S. P. 1983. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gajah Mada University
Press.
Cahyono. Bambang. 1995. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta:Kanisius.
Church, D.C. and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3nd
Ed. John Wiley and Son, New York.
Coles, E. H. 1974. Veterian Clinical Pathologi 2nd Edition W. B. Sounders Co.
Philadelphia.
Dinas Pertanian dan Perkebunan. 2013. Jumlah Tanaman, Rata-rata Produksi dan
Produksi Buah-Buahan. Nusa Tenggara Timur.
Sobang, Y. U. L. 2005a. Karakteristik sistem penggemukan sapi pola gaduhan
menurut zona agroklimat dan dampaknya terhadap pendapatan petani
di Kabupaten Kupang NTT. Bulletin Nutrisi Fapet Undana. ISSN:
1410-1691. Edisi Maret Vol. 8 Vol 2.
Sobang, Y. U. L. 2005b. “Keragaan dan Strategi Pengembangan Ternak
Ruminansia di NTT”. Prosiding: Seminar Nasional Peternakan.
Kupang, 30 Sep-02 Okt 2005. Editor : Dr. Kartiaso. ISBN: 979:97017-
5-9. Hal: 96-109.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai