Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Penggunaan Bonggol Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Linnaeus)

Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Bandeng (Chanos Chanos)

The Effect Of Using Kepok Banana Weevil (Musa Paradisiaca Linnaeus)


Fermentation On The Growth And Survival Of Milkfish (Chanos Chanos).

Maria Oktafiana Sedo1, Agnette Tjendanawangi2, Felix Rebhung3


1
Mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana,
2,3
Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana.
Jln. Adisucipto Penfui, Kupang 85001, Kotak Pos 1212, Tlp (0380) 881589.
E-mail: mariasedo27@gmail.com

Abstrak -Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan (22 Juli sampai 22 September 2020)
bertempat di BBIP Tablolong, Kupang Barat. Percobaan ini untuk mengetahui efek bonggol
pisang fermentasi pada pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bandeng (Chanos chanos), dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali
pengulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: P0 (tepung bonggol pisang tanpa fermentasi),
P1 (tepung bonggol pisang fermentasi 10%), P2 (tepung bonggol pisang fermentasi 20%), P3
(tepung bonggol pisang fermentasi 30%). Variabel yang diukur adalah laju pertumbuhan mutlak,
laju pertumbuhan spesifik, dan kelulushidupan ikan bandeng. Hasil Anova menunjukan bahwa
perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, pertumbuhan spesifik, dan
kelulushidupan ikan bandeng. Nilai tertinggi Pertumbuhan mutlak didapatkan pada P3 (10,78 g)
dan terendah pada P0 (8,42 g), laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada P3 (0,93 g%/hari) dan
terendah pada P0 (0,80 g%/hari), serta tingkat kelulushidupan ikan 100%. Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah pemberian fermentasi tepung bonggol pisang kepok dengan dosis 30%
mampu meningkatkan pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelulushidupan ikan
bandeng (Chanos chanos).
Kata kunci: Ikan Bandeng, Fermentasi Tepung Bonggol pisang kepok, Pertumbuhan,
Kelulushidupan.

Abstract -This research was conducted for 2 months (22 July to 22 September 2020), at BBIP
Tablolong, Kupang Barat. This experiment was to determine the effect of fermented banana
weevil on the growth and survival of milkfish (Chanos chanos), with the following treatments:
P0 (unfermented banana weevil flour), P1 (10% fermented banana weevil flour), P2 (20%
fermented banana weevil flour), P3 (flour fermented banana weevil 30%). The variables
measured were absolute growth rate, specific growth rate, and survival rate for milkfish. Anova
results showed that the treatment had a significant effect (P<0,05) on absolute growth, specific
growth, and survival of milkfish. The highest absolute growth value was obtained at P3 (10.78 g)
and the lowest at P0 (8.42 g), the highest specific growth rate was at P3 (0.93 g%/day) and the
lowest was at P0 (0.80 g%/days), as well as 100% fish survival rate. The conclusion of this
research is that the fermentation of kepok banana hump flour at a dose of 30% can increase the
absolute growth, specific growth rate and survival of milkfish (Chanos chanos).
Key words: Milkfish, Fermented Banana Weevil Flour, Growth, Survival.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan perlu
dilakukan guna meningkatkan produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan,
serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya. Salah satu limbah yang berpotensi
digunakan untuk pakan ikan adalah bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca Linnaeus). Pisang
kepok merupakan salah satu jenis pisang yang banyak di tanam dikalangan masyarakat karena
memiliki banyak manfaat bagi para pembudidaya ikan. Bonggol pisang merupakan bagian umbi
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pembuatan pakan dalam bentuk tepung
sehingga dapat dicampur dengan tepung lainya dalam pembuatan pakan ikan.
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996), kandungan nutrisi yang ada
pada bonggol pisang kering dalam 100 gr yaitu; kalori 254 kkal, protein 3,4 gr, karbohidrat 66,2
gr, Ca 60 mg, P 150 mg, Fe 2 mg, vitamin B 0,04 mg, vitamin C 4 mg, Air 20 %. Hasil analilis
kandungan protein tepung bonggol pisang kepok yang dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Babu, 2018), yaitu: bonggol pisang kepok 7,89%.
Setelah difermentasi dan dilakukan uji proksimat pada bulan Februari 2020 di Laboratorium
Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana didapat hasil, protein kasar ; 8,69%,
dan serat kasar ; 5.03%.
Kendala utama dalam pemanfaatan bonggol pisang ini yaitu tingginya kandungan serat
kasar 19,33% (Sabarta, 2017), sehingga salah satu cara untuk menurunkan kandungan serat kasar
adalah dengan cara fermentasi (Muis dkk., 2008). Fermentasi berfungsi sebagai salah satu cara
pengolahan dalam rangka pengawetan bahan dan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan
zat racun yang dikandung suatu bahan serta adanya berbagai jenis mikroorganisme yang
mempunyai kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi protein dengan penambahan
nitrogen anorganik melalui fermentasi (Hermawan, 2012). Enzim yang dihasilkan dalam proses
fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi, pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat
kasar (Winarno, 1997). Salah satu jenis mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses
fermentasi ini adalah EM4 (effective microorganism-4). EM4 merupakan suatu kultur campuran
berbagai mikroorganisme antara lain bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat (lactobacillus sp),
actinomycetes, dan ragi yang dapat digunakan sebagai inoculum (Has dkk., 2017).
Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh bonggol pisang kepok
(musa paradisiaca linnaeus) fermentasi terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bandeng
(chanos chanos)”.

2
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah di lakasanakan selama 2 bulan yang terhitung mulai dari tanggal 22 Juli
sampai 22 September 2020, bertempat di BBIP Tablolong, Kupang Barat.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Tepung Bonggol Pisang Kepok
Bonggol pisang kepok diambil setelah pemanenan pisang. Bonggol pisang kepok terlebih
dahulu dipisahkan dari batangnya dan diambil bonggolnya, lalu dibersihkan bagian-bagian tanah
yang masih tertempel, kemudian dicuci dengan air hingga bersih. Setelah itu bonggol pisang
tersebut dicincang kecil-kecil kemudian dijemur sampai bonggol pisang benar-benar kering.
Bonggol pisang kepok yang sudah kering kemudian digiling menjadi tepung. Tepung kemudian
diayak untuk mendapatkan tepung yang lebih halus, setelah itu dicampur dengan EM4 kemudian
difermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan cara tepung bonggol pisang kepok yang sudah
dicampur dengan EM4 tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu disimpan
dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 10 hari. Setelah proses fermentasi 10 hari, tepung
bonggol pisang kepok tersebut dikeluarkan kemudian dicampur dengan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat pellet.
Wadah yang digunakan selama penelitian berupa bak beton yang sudah tersedia di
Tablolong. Kemudian bak tersebut disikat dan dibilas dengan air hingga bersih, lalu di dalam bak
pemeliharaan tersebut dipasang waring dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bak
1
yaitu p x l (5m x 2m), dan tinggi waring 1 2 m. Waring tersebut dibuat petak sebanyak 12 petak.
Kedalam setiap petak ditebari ikan dengan kepadatan masing-masing 10 ekor ikan bandeng
dengan berat rata-rata 9-18 g/ekor.
Ikan bandeng yang digunakan sebanyak 120 ekor diambil dari BBIP Tablolong dengan
berat 9-18 g/ekor dan panjang 7-12 cm. Sebelum digunakan ikan bandeng diaklimatisasi selama
3 hari. Selama proses aklimatisasi ikan diberikan pakan uji agar ikan bisa menyesuaikan diri
dengan pakan yang diberikan.
Formulasi Pakan
Tabel 1. Formulasi pakan dengan kadar protein 26%.
Jumlah Bahan
Bahan Kandungan Protein Tiap Perlakuan (%)
P0 P1 P2 P3
Tepung ikan 62 25 25 25 25
Tepung kedelai 30,15 20 20 20 20
Tepung jagung 11,09 8 8 8 8
Tepung dedak 10,33 40 30 20 10
Fermentasi tepung bonggol pisang kepok 8,69 0 10 20 30
Minyak sawit - 5 5 5 5
Vitamin mix - 2 2 2 2
Total 100 100 100 100
Pembuatan Pakan Campuran
Sebelum dilakukan penimbangan, bahan baku pakan buatan yang masih kasar terlebih
dahulu dihaluskan, kemudian disaring menggunakan ayakan. Setelah itu, semua bahan baku
pakan ditimbang sesuai dengan hasil perhitungan komposisi formulasi pakan. Lalu dicampur
dengan bonggol pisang kepok yang sudah difermentasi. Semua bahan yang sudah ditimbang

3
dicampur hingga merata. Campuran diseduh dengan air hangat sedikit demi sedikit dan diaduk
hingga seluruh bahan tercampur secara merata. Setelah itu adonan didinginkan dan kemudian
ditambahkan vitamin mix lalu diadoni hingga adonan tersebut tidak lengket ditangan.
Selanjutnya adonan tersebut dicetak menjadi pelet menggunakan penggiling daging. Hasil
cetakan tersebut dipotong sesuai ukuran mulut ikan bandeng, kemudian hasilnya dikeringkan di
bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
Pelaksanaan Penelitian
Selama pengamatan, ikan uji di beri pakan buatan secara ad libitum (sampai kenyang)
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pukul 08:00 dan 16:00
selama 2 bulan. Proses pergantian air dilakukan setiap pagi setelah ikan di beri pakan.
Penimbangan bobot dan pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir
penelitian. Selain itu dilakukan juga pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, pH, salinitas,
serta mencatat jumlah ikan yang mati.
Parameter yang Diukur
Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997) yaitu:
W = Wt – Wo
Keterangan :
W = Berat Tubuh Ikan (g)
Wt = Berat ikan pada akhir penelitian (g)
Wo = Berat ikan pada awal penelitian (g)
Pertumbuhan Spesifik Harian
Laju pertumbuhan harian ikan bandeng dihitung dengan menggunakan rumus laju
pertumbuhan ikan menurut Changbo dkk., (2004) :
SGR= (InWt-InWo)/t x 100
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harian(gram%/ hari )
Wt = Rata-rata bobot individu pada akhir penelitian (g)
W = Rata-rata bobot individu pada awal penelitian (g)
T = Lama waktu pemeliharaan(hari)
Tingkat Kelulushidupan
Tingkat kelangsungan hidup ikan Bandengdihitung dengan menggunakan rumus tingkat
kelangsungan hidup menurut Effendie (1997):
𝑁𝑡
SR = N0 X 100%
Keterangan :
SR = Kelangsungan hidup(%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
Kualitas Air
Parameter yang diukur untuk pengamatan kualitas air meliputi suhu, pH, dan salinitas yang
dilakukan seminggu sekali selama penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air
bagi pertumbuhan ikan bandeng selama penelitian.
Rancangan Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan dimana

4
1 perlakuan terdapat 3 ulangan maka jumlah sampel penelitian adalah 12 wadah. Perlakuan yang
diberikan adalah perbedaan proporsi fermentasi tepung bonggol pisang dalam pakan, yaitu :
P0 : tanpa fermentasi tepung bonggol pisang kepok (sebagai control)
P1 : pemberian fermentasi tepung bonggol pisang kepok sebanyak 10%
P2 : pemberian fermentasi tepung bonggol pisang kepok sebanyak 20%
P3 : pemberian fermentasi tepung bonggol pisang kepok sebanyak 30%
Analilis Data Statistik
Data pertumbuhan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan analisa ragam (Anova) dan
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil ( BNT) sesuai dengan petunjuk Steel dan Torrie
(1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertumbuhan Mutlak Ikan Bandeng (Chanos-chnos)
Data pertumbuhan ikan bandeng dapat dilihat pada gambar dibawa ini :

12
10
PERTUMBUHAN

8
MUTLAK (g )

6
9.93 10.52 10.78
4 8.42
2
0
P0 (Control) P1 (10%) P2 (20%) P3 (30%)
Perlakuan

Gambar 1. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Hasil penelitian pada gambar 1 menunjukan bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan
bandeng (Chanos chanos) setiap perlakuan tidak berbeda jauh. Semakin tinggi persentase
bonggol pisang yang difermentasi, semakin tinggi pula pertumbuhan mutlak ikan bandeng.
Pertambahan mutlak tertinggi dihasilkan pada P3 sebesar 10,78 g, diikuti dengan P2 sebesar
10,52 g, P1 sebesar 9,93 g, dan P0 (control) sebesar 8,42 g tanpa pemberian bahan fermentasi
bonggol pisang kepok. Hasil analisis ragam anova menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan mutlak ikan bandeng (Chanos chanos). Uji
lanjut BNT pada taraf 5% menunjukan pertumbuhan mutlak pada perlakuan 3 (30%) berbeda
nyata dengan perlakuan 2 (20%), perlakuan 1 (10%), dan P0 sebagai kontrol. Hal ini
mengindikasikan bahwa komposisi fermentasi tepung bonggol pisang kepok dengan dosis
pemberian 30% lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan mutlak ikan bandeng. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini lebih tinggi yaitu 10,78 g dibandingkan dengan penelitian Babu
(2018) yang menggunakan tepung bonggol pisang kepok dalam pakan tanpa difermentasi yang
memperoleh nilai pertumbuhan ikan bandeng sebesar 9,7 g.
Besarnya nilai pertumbuhan bobot mutlak ikan bandeng diduga karena pengaruh
penambahan bahan fermentasi (EM4) pada tepung bonggol pisang kepok sehingga dapat
menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan daya cerna ikan bandeng. Menurut

5
Winarno, (1997) Enzim yang dihasilkan dalam proses fermentasi dapat memperbaiki nilai
nutrisi, pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat kasar. Proses fermentasi 10 hari dapat
menunjukan adanya aktifitas bakteri yang tinggi sehingga meningkatkan dekomposisi substrat
organik kompleks menjadi sederhana (Putu et al. 2019). Tingginya kandungan protein dari pakan
suplemen yaitu pada tepung ikan (62%) dan tepung kedelai (30,15%) juga memberikan pengaruh
baik terhadap pertumbuhan mutlak ikan bandeng. Pada perlakuan P3 proporsi bonggol pisang
fermentasi 30% dan dedak 10%, P2 (bonggol pisang fermentasi 20% dan dedak 20%), P1
(bonggol pisang fermentasi 10% dan dedak 30%), menunjukan semakin tinggi proporsi dedak
maka pertumbuhan semakin rendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kecernaan dedak
atau serat yang tinggi di dalam dedak sehingga sukar dicerna olah ikan bandeng. Ikan bandeng
membutuhkan pakan untuk bertumbuh dengan baik apabila pakan yang tersedia mengandung
kadar protein yang sesuai dengan kebutuhan ikan.Sebaliknya apabila kekurangan protein, akan
berpengaruh negatif terhadap konsumsi pakan sebagai konsekuensi terjadi pertumbuhan yang
lambat. Tingkat kandungan protein pada pakan meningkatkan daya konsumsi pakan.

Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Bandeng (Chanos-chanos)


Pada gambar 2 terlihat bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng tertinggi pada P3
(fermentasi bonggol pisang kepok 30%) sebesar 0,93 g%/hari, diikuti P2 (20%) sebesar 0,92
g%/hari, P1 (10%) sebesar 0,89 g%/hari, dan terendah pada P0 sebagai kontrol sebesar 0,80
g%/hari. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pengaruh laju pertumbuhan spesifik
ikan bandeng disebabkan karena pemberian dosis fermentasi 30% mampu meningkatkan daya
cerna ikan bandeng.

0.95
PERTUMBUHAN SPESIFIK

0.9

0.85
(g %/hari)

0.92 0.93
0.8 0.89
0.75 0,80

0.7
P0 (Control) P1 (10%) P2 (20%) P3 (30%)
Perlakuan

Gambar 2. Laju Pertumbuhan spesifik harian Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Hasil analisis ragam anova menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata
(P<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng (Chanos chanos). Uji lanjut BNT
pada taraf nyata 5% menunjukan perbedaan pertumbuhan spesifik yang nyata antara P3
(fermentasi tepung bonggol pisang kapok 30%), diikuti P2 (20%), P1(10%), dan P0 (sebagai
kontrol). Oleh karena itu, komposisi pakan fermentasi tepung bonggol pisang kepok dengan
dosis pemberian 30% lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan spesifik ikan bandeng.
Nilai pertumbuhan spesifik ikan bandeng yang didapatkan pada penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Babu (2018) yang menggunakan tepung bonggol pisang untuk
pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos). Pada penelitian Babu (2018) pertumbuhan spesifik

6
ikan bandeng tertinggi pada perlakuan tepung bonggol pisang kapok sebesar 3,42g%/hari.
Sedangkan pada penelitian ini mendapatkan hasil tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 0,93g%/hari.
Tinggi atau rendahnya nilai SGR yang diperoleh diduga karena adanya perbedaan ukuran dan
stadia ikan uji yang digunakan. Kebutuhan nutrisi tiap spesies berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu spesies ikan dan ukuran ikan (NCR, 1993). Pada penelitian Babu (2018)
ikan bandeng yang digunakan dengan ukuran panjang 3-5 cm dan berat 1-2 g/ekor, serta metode
budidaya yang digunakan berupa jaring tancap, sedangkan pada penelitian ini, ikan bandeng
yang digunakan dengan ukuran panjang 7-12 cm, dan berat 9-18 g/ekor serta wadah budidaya
yang digunakan berupa bak beton.

Kelulushidupan Ikan Bandeng (Chanos-chanos)


Persentase kelulushidupan adalah perbandingan jumlah ikan uji yang hidup pada akhir
penelitian dengan ikan awal penelitian pada satu periode dalam satu populasi selama penelitian
(Mulyadi dkk., 2014). Data kelulushidupan ikan bandeng dapat dilihat pada gambar 5.

120
100 100 100 100 100 100 100 100
KELULUSHIDUPAN (%)

100
80
60
40
20
0
P0 (Control) P1 (10%) P2 (20%) P3 (30%)

Awal Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan


Perlakuan

Gambar 3. Grafik kelangsungan hidup ikan bandeng (Chanos-chanos)


Kandungan protein tepung bonggol pisang fermentasi pada penelitian ini sebesar 8,69%,
dan serat kasar ; 5.03%. Kondisi pakan yang demikian akan berpengaruh pada kelulushidupan
ikan dan bahkan ikan tidak mengalami kematian. Menurut Hidayat dkk, (2013) bahwa
kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan dalam
memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi
perairan. Kandungan protein pada pakan utama dan pakan suplemen juga memberikan pengaruh
terhadap kelulushidpan ikan bandeng.
Berdasarkan hasil analisis ragam anova diperoleh data F hitung > F tabel maka perlakuan
tidak berbeda nyata sehingga tidak dilakukan uji beda nyata terkecil. Fatimah (1992) dalam
Murjani (2011) bahwa kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan
terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang
cukup mendukung pertumbuhan. Tingkat kelangsungan hidup ikan mencapai 100%. Tingginya
nilai kelangsungan hidup diduga karena pakan yang diberikan cukup untuk kelangsungan hidup
ikan serta media pemeliharaan ikan masih dalam kisaran optimal. Menurut Boer dalam
Handayani, dkk. (2014) bahwa kelangsungan hidup merupakan presentase populasi organisme

7
yang hidup tiap periode waktu pemeliharaan tertentu. Kelangsungan hidup dikatakan baik
apabila mencapai nilai > 80%. Tingkat kelangsungan hidup ikan terutama dipengaruhi oleh sifat
fisika kimia air, media dan kualitas pakan. Ketersediaan makanan dalam penelitian ini sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan bandeng dalam mendukung kelangsungan hidupnya.
Parameter Kualitas Air
Dalam proses pemeliharaan bandeng (Chanos chanos) air memiliki pengaruh besar
terhadap pertumbuhan bandeng.
Tabel 2. Parameter yang diukur selama penelitian.

Parameter Satuan Nilai Kisaran Kualitas Air


Suhu ºC 25 – 30
Salinitas ppt 30– 35
pH - 7,9 – 8,0

Tabel di atas, menjelaskan bahwa kisaran kualitas air yang diukur selama penelitian, yaitu
untuk suhu berkisar antara 25 – 30°C, salinitas berkisar antara 30– 35 ppt, dan Derajat keasaman
(pH) berkisar antara 7,9 – 8,0.
Nilai-nilai kisaran parameter kualitas ini jika dikaitkan dengan kisaran nilai kualitas air yang
ideal untuk biota budidaya termasuk ikan bandeng, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Suhu
perairan di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengukuran mempunyai kisaran tertinggi sebesar
30 ºC, sedangkan kisaran terendah 25 ºC. Kisaran suhu yang optimal untuk pemeliharaan ikan
bandeng adalah 25 –30°C (Effendi, 2003; Mas’ud, 2014). Salinitas perairan di lokasi penelitian
berdasarkan hasil pengukuran mempunyai kisaran terendah yaitu 30 ppt, dan kisaran tertinggi 35
ppt. Kisaran salinitas yang optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng adalah 15–35°C (Effendi,
2003; Syahid, 2006). Pengukuran terhadap kisaran pH pada penelitian memperlihatkan bahwa
kisaran nilai pH tertinggi sebesar 8,0 dan kisaran terendah sebesar 7,9. Menurut Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2007), bahwa ikan bandeng dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran
pH 7-9.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian tepung bonggol pisang fermentasi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
mutlak dan spesifik ikan bandeng (Chanos chanos). Pertumbuhan mutlak tertinggi pada
perlakuan P3 sebesar 10,78 g dan pertumbuhan spesifik tertinggi pada perlakuan P3 sebesar
0,93 g%/hari, serta mampu mempertahankan kelulushidupan ikan bandeng (Chanos chanos)
dengan nilai kelulushidupan 100%.
2. Penggunaan tepung bonggol pisang fermentasi dengan dosis 30% mampu memberikan
pertumbuhan ikan bandeng yang paling tinggi.

SARAN
1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan proporsi tepung bonggol pisang fermentasi
yang lebih tinggi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Changbo, Z., D, S.W. Fang, and H. Guoqiang. 2004. Effect of Na/k Ratio in Seawater On
Growth and Energy Budget of Juvenile Litopaneus Vannamei. Aquaculture 234: 489-
496.
Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta.
Erwin, S., Babu. 2018. Pengaruh Tepung Bonggol Pisang dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
dan Kelulushidupan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Skripsi. Fakultas Kelautan Dan
Perikan, Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Fatimah, 1992. Pengaruh Pemberian Makanan dengan Persentase Berbeda terhadap
Pertumbuhan Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) yang Dipelihara dalam Keramba
di Rawa Desa Sungai Lakum Kecamatan Kertak Hanyar Kalimantan Selatan. Skripsi.
Sarjana Perikanan UNLAM (tidak dipublikasikan). Departemen Pendidikan &
Kebudayaan, Fakultas Perikanan. Banjarbaru. 61 halaman.
Handayani, I., E. Nofyan, M. Wijayanti. 2014. Optimasi Tingkat Pemberian Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan dan Kelansungan Hidup Ikan Patin Jambal (Pangasius
Djambal). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2): 175-187.
Has, H., Indi, A., dan Pagala, A. (2017). Karakteristik Nutrien Kulit Pisang Sebagai Pakan Ayam
Kampung dengan Perlakuan Pengolahan Pakan yang Berbeda. Kendari: Seminar
Nasional Riset Kuantitatif Terapan.
Hardjowigeno, S., Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna
Lahan. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr.
Hermawan, D. 2012. Karakteristik Fisikokimia Tepung Bonggol Pisang Kepok dan Mas dengan
cara fermentasi spontan. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Jember : Fakultas Teknologi
Hasil Pertanian.
Hidayat, Deny, Sasanti, A., D, dan Yulisman. 2013. Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan Dan
Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa Striata) Yang Diberi Pakan Berbahan Baku
Tepung Keong Mas (Pomacea Sp). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2): 161–72.
Mas’ud, F. 2014. Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) di
Kolam Beton dan Terpal. Grouper Faperik.
Muis, A., Khairani, C., Sukarjo dan Y. P. Rahardja. 2008. Petunjuk Teknis Teknologi
Pendukung Pengembangan Agribisnis Di Desa PAMI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi tengah. hal.
2-3.
Mulyadi, Tang, U., Dan Yani, E. S. 2014. Sitem Resirkulasi Dengan Menggunakan Filter Yang
Berdeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis Nilaticus). Jurnal
Akuakultur Rawa Iandonesia. 2(2) :117-124.
Murjani, A. 2011. Budidaya beberapa varietas ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall)
dengan pemberian pakan komersial. Jurnal Fish Scientiae.1(2): 214–233.
NCR. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academy of Science. National Press. USA.
39-53 p.

9
Putu Primantari, V.S., I wayan B.S., Sri Wahjuni. 2019. Pemanfaatan Mikroorganisme Local
Bonggol Pisang dalam Proses Fermentasi Limba Makanan Menjadi Pakan. Journal Of
Applied Chemistry. 7(2): 102-111.
Syahid, M., Subhan, A., dan Armando, R. 2006. Budidaya Udang Organik Secara Polikultur.
Penebar Swadaya (PS), Jakarta. 75 hlm.
Sembiring, Sabarta (2017). Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Kepok Hasil Fermentasi dengan
Scchharomyces Cerevisiae Dan Aspergillus Niger Sebagai Pakan dan Implikasinya
Terhadap Kecernaan Nutrien dan Performan Ternak Babi Fase Grower. Doctor thesis,
Universitas Brawijaya.
Steel dan Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu pendekatan biometrik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai