Anda di halaman 1dari 10

Perbaikan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan .....

(Titin Kurniasih)

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN KINERJA PERTUMBUHAN IKAN


NILA DENGAN PENAMBAHAN ENZIM PROTEASE BAKTERI
PADA PAKAN FORMULASI

Titin Kurniasih *) , Nur Bambang Priyo Utomo**) , Zafril Imran Azwar ***),
Mulyasari *) , dan Irma Melati *)
*)
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar
Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154
E-mail: titink2008@yahoo.com
**)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
***)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

(Naskah diterima: 26 November 2012; Disetujui publikasi: 19 Februari 2013)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pemberian enzim protease bakteri pada
pakan formulasi terhadap kecernaan nutrien, efisiensi pakan, dan pertumbuhan ikan
nila. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
dan tiga ulangan, yaitu pakan formulasi kontrol tanpa penambahan enzim (FK 28),
pakan formulasi yang ditambah enzim protease yang diproduksi oleh bakteri Bacillus
cereus (FBc), pakan formulasi yang diberi enzim protease yang diproduksi oleh bakteri
Staphylococcus epidermidis (FSe), pakan komersial berkadar protein 28% (KK 28), dan
pakan komersial berkadar protein 31% (KK 31). Penelitian menggunakan ikan nila
berukuran awal 4,07±0,25 g, dilakukan pada 15 buah akuarium berukuran 60 cm x 50
cm x 50 cm yang dilengkapi sistem resirkulasi selama enam puluh hari pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim protease bakteri Bacillus cereus
secara signifikan mampu meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan nila
dibandingkan dengan pakan kontrol. Kecernaan protein dan total pakan meningkat
secara signifikan dengan adanya penambahan enzim protease bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus cereus. Penambahan enzim bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus cereus juga secara nyata meningkatkan retensi protein dan
palatabilitas pakan formulasi. Sintasan tidak berbeda nyata di antara kelima perlakuan.
Diperoleh kesimpulan bahwa enzim protease kedua bakteri tersebut efektif untuk
meningkatkan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila.

KATA KUNCI: enzim protease, kinerja pertumbuhan, kecernaan nutrien,


efisiensi pakan, ikan nila

ABSTRACT: The improvement of feed quality and growth performance of


nile tilapia using the addition of bacterial protease to
formulated feed. By: Titin Kurniasih, Nur Bambang Priyo
Utomo, Zafril Imran Azwar, Mulyasari, and Irma Melati

This research aimed to evaluate the effect of supplementation of bacterial protease


to formulated feed on nutrient digestibility, feed efficiency, and growth performance
of nile tilapia. A sixty days feeding study was conducted using 5 treatments with 3
replicate groups of nile tilapia (average weight of 4.07±0.25 g), reared on 15 aquarias

87
J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 1 Tahun 2013: 87-96

sized of 60 cm x 50 cm x 50 cm which is equipped with a resirculation system. The


treatments were a feeding trial using enzyme treated feeds as follows: formulated
feed containing protein level of 28% without any enzyme addition (FK 28), the same
formulated feed with an addition of Bacillus cereus protease (FBc), the same formulated
feed with an addition of Staphylococcus epidermidis protease (FSe), commercial feed
with protein content of 28% (KK 28) and commercial feed with protein content of 31%
(KK 31). Results showed that the addition of Bacillus cereus protease gave a significant
increase on feed efficiency and growth performance of nile tilapia. The addition of
Staphylococcus epidermidis and Bacillus cereus protease gave a significant increase
on apparent digestibility of dry matter and crude protein, protein retention, and
feed consumption of nile tilapia. Fish survival was not different among the seven
treatments. This result suggested that bacterial protease was effective in improving
feed quality and growth performance of nile tilapia.

KEYWORDS: protease, growth performance, nutrient digestibility, feed


efficiency, nile tilapia

PENDAHULUAN dan ikan gilthead seabream (Kolkovski et al.,


1993), salah satunya adalah enzim protease
Pakan adalah komponen biaya terbesar (Rosmawati, 2005). Enzim protease disekre-
yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional sikan oleh mikrob proteolitik yang mampu
budidaya perikanan. Meningkatnya harga menghidrolisis protein kompleks menjadi pro-
pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual tein sederhana sehingga lebih mudah diserap
ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang dan dimanfaatkan ikan.
dihadapi setiap pembudidaya ikan saat ini.
Tingginya harga pakan ikan terutama di- Bakteri yang terdapat di dalam saluran
pencernaan ikan diketahui dapat memberikan
sebabkan oleh tingginya harga bahan baku
manfaat untuk meningkatkan aktivitas pen-
sumber protein pakan yang sejauh ini masih
cernaan ikan, karena kemampuannya men-
didominasi oleh tepung ikan, dan tingginya
sekresikan berbagai jenis enzim. Penelitian
kandungan protein yang diperlukan dalam
bakteri pada saluran pencernaan ikan telah
formulasinya (Gatlin III et al., 2007). Oleh karena
banyak dilaporkan (Clarke & Bauchop, 1977;
itu, upaya pencarian bahan baku sumber pro-
Das & Tripathi, 1991; Nakayama et al., 1994;
tein alternatif yang dapat mengurangi tingkat
Cai et al., 1998; Aslamyah, 2006; Ghanbari et
inklusi tepung ikan harus giat dilakukan.
al., 2009. Nopitawati, 2010; Sabariah, 2010;
Berbagai jenis bahan baku sumber protein Putra, 2010). Walaupun demikian, informasi
alternatif sudah dikaji, misalnya tepung bungkil mengenai peranannya sebagai sumber enzim
kedelai (Saidy & Gaber, 2002) dan tepung pencernaan untuk pakan ikan dan aplikasi-
darah (Johnson & Summerfelt, 2000). Bahan nya untuk predigestion masih sangat terbatas,
baku alternatif ini diharapkan ketersediaan- khususnya di Indonesia. Berdasarkan infor-
nya cukup, kontinu, mudah didapat dan masi di atas, maka telah dilakukan suatu
harganya murah. Tepung darah misalnya, penelitian isolasi mikroba proteolitik dari
memiliki kandungan protein cukup tinggi saluran pencernaan ikan lele, dan diperoleh
hingga 92% (Johnson & Summerfelt, 2000), dua kandidat bakteri proteolitik (Kurniasih et
sedangkan tepung bungkil kedelai hingga 48% al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
(Li et al., 2000). Namun kecernaan total dan menguji pengaruh penambahan enzim pro-
kecernaan protein kedua bahan baku ini masih tease yang diproduksi oleh bakteri Staphylo-
perlu ditingkatkan. Koefisien kecernaan pro- coccus epidermidis dan Bacillus cereus hasil
tein tepung ikan, tepung darah, dan tepung isolasi terhadap kualitas pakan formulasi dan
bungkil kedelai untuk ikan kerapu bebek kinerja pertumbuhan ikan nila.
(Cromileptes altivelis) berturut-turut adalah
82,4%; 67,2%; dan 55,2% (Laining et al., 2003). BAHAN DAN METODE

Tingkat kecernaan suatu bahan dapat Pakan yang digunakan dalam penelitian ini
ditingkatkan dengan penambahan enzim pada adalah pakan buatan (formulasi). Komposisi
pakan benih ikan bandeng (Aslamyah, 2006), bahan pakan formulasi dan hasil analisis prok-
ikan gurami (Rosmawati, 2005; Hasan, 2000) simat pakan penelitian tersaji pada Tabel 1.

88
Perbaikan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ..... (Titin Kurniasih)

Tabel 1. Komposisi pakan penelitian dan proksimatnya


Table 1. Diet formulation and proximat composition of experimental feed

Persent ase Komposisi proksimat pakan formulasi


(% bobot Proximat e composit ion of t he formulat ed feed (%)
Bahan
kering)
Ingredient s
Percent age Nut rien Basah Kering
(% dry mat t er) Nut rient s Wet Dry

Tepung ikan (Fish meal ) 10.00 Protein (Crude protein ) 28.00 31.12
Tepung bungkil kedelai
20.77 Lemak (Crude lipid ) 7.29 8.10
Soy bean meal
Tepung darah
6.13 Serat kasar (Fibre ) 6.03 6.71
Blood meal
Dedak (Rice meal ) 19.78 Abu (Ash ) 9.15 10.17
Polar (Pollard ) 34.62 BETN (NFE ) 39.50 43.90
Minyak ikan (Oil fish ) 2.12 Air (Water ) 10.03 0.00
Kalori/Protein
Minyak jagung (Corn oil ) 2.12
CP rasio (kkal/g protein)
9.14
Calori/Protein
Premiks (Premix ) 2.97 Ratio CP (kcal/g protein)
CMC 1.49 DE (kkal/kg)
2,842.99
Digestible energy (kcal/kg)
Jumlah ( Tot al ) 100.00

Sumber (Source): NRC (1977)


Keterangan (Note):
Total energi tercerna (DE) dihitung berdasarkan: protein 3,5 kkal; lemak 8,1 kkal; BETN 2,5 kkal (Digest-
ible energy was calculated based on: protein 3.5 kcal; lipid 8.1 kcal; NFE (Nitrogen free extract) 2.5 kcal)

Enzim yang diberikan pada pakan per- disentrifus kembali pada kecepatan 12.000
cobaan adalah enzim produksi bakteri Sta- rpm pada suhu 4oC selama 20 menit. Endapan
phylococcus epidermidis dan Bacillus cereus, yang terbentuk diambil dan dilarutkan kembali
dengan dosis 1.000 mL/kg pakan (Fitriliyani, dalam 50 mL buffer fosfat 50 mM pH 7. Larutan
2010; Kurniasih et al., 2012). Kedua bakteri buffer berisi endapan inilah yang dimaksudkan
merupakan isolat milik Balai Penelitian dan sebagai cairan enzim sebanyak 1.000 mL,
Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. karena diproses dari kultur bakteri sebanyak
Produksi enzim kasar mengacu pada metode 1.000 mL.
yang dilakukan Wang et al. (2008), dengan
modifikasi pada suhu dan pengenceran me- Cairan enzim sebanyak 1.000 mL dituang-
dia yang digunakan. Kultur bakteri Staphylo- kan ke dalam 1 kg campuran bahan baku pakan
coccus epidermidis dan Bacillus cereus masing- yang sudah dihaluskan dan diaduk merata.
masing sebanyak 1.000 mL disiapkan dengan Inkubasi enzim terhadap pakan dilakukan pada
cara menumbuhkan 10 mL sumber inokulum suhu kamar selama 24 jam (Fitriliyani et al., 2010;
cair bakteri dalam 990 mL TSB baru dan Kurniasih et al., 2012).
diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37oC. Rancangan dalam penelitian ini adalah
Homogenisasi dengan vortex dilakukan rancangan acak lengkap (RAL) dengan per-
sesering mungkin selama inkubasi ini. Setelah lakuan sebagai berikut:
inkubasi, kultur bakteri ini selanjutnya di-
sentrifus dengan kecepatan 12.000 rpm pada A. Pakan formulasi kontrol dengan kadar pro-
suhu 4oC selama 20 menit. Supernatan diambil tein 28% (FK 28)
dan ditambah dengan ammonium sulfat (608 B. Pakan formulasi yang ditambah enzim dari
g/L), disimpan semalam pada suhu 4oC, dan bakteri Bacillus cereus (FBc)

89
J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 1 Tahun 2013: 87-96

C. Pakan formulasi yang ditambah enzim dari tersisa setiap hari sebagai pengurangnya.
bakteri Staphylococcus epidermidis (FSe) Jumlah keseluruhan pakan yang dikonsumsi
D. Pakan komersial kontrol berkadar protein pada setiap unit penelitian selama 60 hari
28% (KK 28) dicatat sebagai data jumlah konsumsi pakan.
E. Pakan komersial kontrol berkadar protein Retensi Protein
31% (KK 31)
Nilai retensi protein dihitung berdasarkan
Ikan nila dengan bobot rata-rata 4,07±0,25 persamaan Takeuchi (1988) sebagai berikut:
g ditebar dengan kepadatan 10 ekor/akua-
rium. Wadah yang digunakan adalah akuarium RP = [ (F – I) / P ] x 100%
berukuran 60 cm x 50 cm x 50 cm sebanyak
di mana:
15 buah, yang masing-masing diisi air ber-
volume 90 L dan dilengkapi sistem resirkulasi RP = Retensi protein (%)
dan menggunakan tandon air. Pengaturan dan F = Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pene-
litian (g)
penempatan wadah perlakuan dilakukan
I = Jumlah protein tubuh ikan pada awal pene-
secara acak dengan menggunakan bilangan
litian (g)
acak (Steel & Torrie, 1995).
P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari
sebanyak 5% dari bobot biomassa ikan nila/ Efisiensi Pakan
akuarium/hari. Pemantauan bobot biomassa
ikan uji dilakukan dengan sampling setiap 15 Perhitungan efisiensi pakan didasarkan
hari sekali. Jumlah pakan yang diberikan dicatat pada NRC (1977), yaitu besarnya rasio per-
untuk mendapatkan data konsumsi pakan, bandingan antara pertambahan bobot ikan
efisiensi pakan, dan retensi protein. Penelitian yang didapatkan dengan jumlah pakan yang
pertumbuhan ini dilakukan selama 60 hari. dikonsumsi ikan. Semakin besar nilai pertam-
bahan bobot maka efisiensi pakan semakin
Penggantian air di tandon filter dilakukan besar.
setiap 3 hari sekali, dan penyiponan kotoran
dilakukan setiap hari. Pengukuran kualitas air (Wt + D) – Wo
dilakukan pada awal, hari ke-30 dan akhir masa EP = x 100 %
JKP
pemeliharaan meliputi: suhu, pH, oksigen
terlarut, dan amonia. di mana:
EP = Efisiensi pakan (%)
Parameter kinerja pertumbuhan dan kese-
Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
hatan ikan yang diamati adalah:
Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) D = Bobot ikan yang mati selama penelitian (g)
JKP = Jumlah pakan yang diberikan selama pene-
Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihi- litian (g)
tung mengikuti rumus yang digunakan oleh
Mundheim et al. (2004) yaitu: Sintasan

ln Wt – ln Wo Sintasan menggambarkan kesehatan ikan


LPS = x 100 % dan dihitung berdasarkan persamaan yang
T
dikemukakan oleh Huisman (1987) yaitu:
di mana:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%) SR = Nt /No x 100 %
Wt = Rata-rata bobot individu pada akhir pene- di mana:
litian (g)
SR = Sintasan (%)
Wo = Rata-rata bobot individu pada awal pene-
litian (g) Nt = Jumlah pada akhir penelitian (ekor)
T = Lama waktu pemeliharaan (hari) No =Jumlah pada awal penelitian (ekor)

Jumlah Konsumsi Pakan Pengujian daya cerna pakan oleh ikan nila
dilakukan secara terpisah dari uji pertum-
Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan uji buhan. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan
dihitung dengan cara menimbang pakan yang pengumpulan feses tidak mengganggu per-
diberikan setiap hari, dan juga pakan yang tumbuhan ikan uji. Akuarium yang digunakan

90
Perbaikan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ..... (Titin Kurniasih)

untuk uji kecernaan berukuran lebih besar, KP = Kecernaan protein (%)


yaitu 100 cm x 60 cm x 50 cm sebanyak 15 a = Kadar nutrien (protein) dalam pakan (bobot
buah. kering)
a’ = Kadar nutrien (protein) dalam feses (bobot
Pembuatan pakan penelitian untuk uji kering)
kecernaan dilakukan sama seperti pakan untuk b = Kadar indikator Cr2O3 dalam pakan (% bobot
uji pertumbuhan, namun ditambahkan 0,6% kering)
Cr2O3 sebagai indikator kecernaan. Pakan di- b’ = Kadar indikator Cr2O3 dalam feses (% bobot
berikan pada ikan selama 3 minggu dan kering)
pengumpulan feses mulai dilakukan pada hari
ketujuh dengan cara menyedot feses di dasar Data hasil uji pertumbuhan (LPS), konsumsi
akuarium dengan selang kecil dan ditampung pakan (JKP), efisiensi pakan (EP), retensi pro-
di ember. Selanjutnya feses yang mengendap tein (RP) pakan, retensi lemak (RL) pakan, ke-
di dasar ember disaring dan dikumpulkan dalam cernaan pakan total (KT), kecernaan protein
botol film. Feses yang terkumpul dikeringkan pakan (KP), dan sintasan (SR) dianalisis secara
dalam oven bersuhu 110oC selama 4-6 jam, dan statistika dengan Anova dan uji Duncan
dianalisis kandungan Cr2O3dan kadar pro- dengan selang kepercayaan 95%.
teinnya.
HASIL DAN BAHASAN
Penghitungan nilai kecernaan berdasarkan
Takeuchi (1988): Hasil uji kecernaan total dan protein pakan
disajikan di Tabel 2. Pakan formulasi yang
KT = 100 x (1 – (b/b’) ditambah enzim bakteri Bacillus cereus (FBc)
KP = 100 x [ (1 – (a’/a x bb’) ] dan enzim bakteri Streptococcus epidermidis
(FSe) meningkat nilai kecernaan protein dan
di mana: totalnya secara signifikan dibandingkan
KT = Kecernaan total (%) kontrolnya (FK 28), dengan nilai kecernaan

Tabel 2. Kecernaan total pakan (KT), kecernaan protein pakan (KP), laju pertumbuhan spesifik
(LPS), jumlah konsumsi pakan (JKP), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), dan sintasan
(SR) ikan uji
Table 2. Apparent digestibility of dry matter (KT), apparent digestibility of protein feed (KP),
spesific growth rate (LPS), feed intake (JKP), feed efficiency (EP), protein retention (RP),
and survival rate of the test fish (SR)

Pakan formulasi Pakan komersial


Formulat ed feed (28% prot ein) Commercial feed

Paramet er Enzim 28% prot ein 31% prot ein


Kont rol Enzyme Prot ein 28% Prot ein 31%
Paramet ers
Cont rol
B. cereus S. epidermidis

FK 28 FBc FSe KK 28 KK 31
a d e b
KT (%) 48.41±1.62 71.97±1.83 75.95± 0.76 60.77±0.86 69.59±0.49c
KP (%) 74.85±1.01a 83.80±0.08d 90.20±0.31e 75.14±0.54a 82.20±1.42c
LPS (%) 2.33±0.18a 2.75±0.18bc 2.66±0.08abc 2.47±0.09ab 3.01±0.29c
a abc abc abc
JKP (g) 162.16 ±24.82 208.74±31.97 202.55±11.24 184±17 245.22±57.68c
a bc ab a
EP (%) 75.92±3.36 82.68±2.67 79.72±2.45 76.18± 3.24 85.77±3.22c
a c bc ab
RP (%) 44.40±2.03 49.69 ±1.90 48.50±1.37 45.41±2.04 44.55±2.05a
a a a a
SR (%) 96.7±5.8 96.7±5.8 100.0±0.0 100.0±0.0 100.0±0.0a

Keterangan (Note):
Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata (P>0,05) antar perlakuan (The values in the same row under the same superscript indicate no
significant difference (P>0.05))

91
J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 1 Tahun 2013: 87-96

total 48,41%; 72,97%; dan 75,95%; dan kecer- Bacillus cereus. Ghazi et al. (2002; 2003) dan
naan protein pakan 74,85%; 83,80%; dan Marsman et al. (1997) melaporkan adanya
90,20%; berturut-turut untuk pakan FK 28, FBc, peningkatan kecernaan protein pakan yang
dan FSe. Pakan FBc dan FSe telah mengalami berbasis TBK setelah diberi perlakuan dengan
proses pencernaan awal dengan cukup baik enzim protease, untuk ayam broiler. Beal &
disebabkan oleh adanya hidrolisis dengan Brooks (2001) menggunakan teknik in vitro
enzim protease bakteri, sehingga jumlah untuk mengevaluasi kemampuan beberapa
nutrien terhidrolisisnya lebih banyak di- jenis enzim protease dalam meningkatkan
bandingkan pakan FK 28, dan kecernaannya kecernaan nitrogen TBK, dan menemukan
meningkat. peningkatan sebesar 12% daripada kontrol-
nya. Rooke et al. (1998) melaporkan adanya
Di antara tiga jenis pakan yang tidak di-
peningkatan konsentrasi asam amino TBK
hidrolisis dengan enzim yaitu, pakan FK 28
setelah diberi perlakuan dengan enzim pro-
memiliki kecernaan total yang paling rendah
tease. Sedangkan tepung ikan, menurut Smith
(48,41%) dibandingkan pakan KK 31 (69,59%)
et al. (1995), nilai kecernaan proteinnya masih
dan pakan KK 28 (60,77%) dengan selisih di
cukup bervariasi (75,1%-91,7%; tergantung
antara ketiganya yang signifikan, dan juga
jenis ikan yang digunakan), sehingga masih
kecernaan protein FK 28 paling rendah
dapat ditingkatkan kecernaannya dengan
(74,85%) dibandingkan KK 28 (75,14%) dan KK
enzim protease. Hou et al. (2011) yang meng-
31 (82,20%), dengan selisih antara FK 28 dan
gunakan kompleks enzim protease untuk
KK 31 yang signifikan. Hal ini menunjukkan
menghidrolisis limbah ikan yang terdiri atas
bahwa kualitas bahan pakan FK 28 secara
daging dan tulang buangan melaporkan
umum paling rendah dari dua pakan lainnya,
adanya penurunan yang signifikan terhadap
dan kualitas bahan sumber protein pakan FK
jumlah ikatan peptida. Lebih jauh, Rosmawati
28 sama dengan pakan KK 28, tetapi lebih
(2005) juga melaporkan adanya peningkatan
buruk dari pakan KK 31. Dari hasil penelitian
kecernaan total dan protein yang signifikan
ini terlihat bahwa enzim protease yang di-
pada pakan penelitiannya yang dihidrolisis
produksi oleh kedua mikroba proteolitik yang
dengan enzim pankreatin dan pepsin.
diberikan dalam bahan baku pakan formulasi
mampu meningkatkan kecernaan total dan pro- Nilai kecernaan pakan menggambarkan
tein pakan secara signifikan. Ini juga bermakna kinerja pencernaan dan penyerapan pakan
bahwa kondisi bahan baku yang digunakan yang terjadi di saluran pencernaan ikan. Ke-
dalam pakan formulasi penelitian masih cernaan pakan dipengaruhi oleh kemampuan
memungkinkan untuk ditingkatkan kualitasnya. ikan mencerna pakan dan kualitas pakan yang
dikonsumsi oleh ikan, yang ditentukan oleh
Peningkatan nilai kecernaan total dan pro-
karakter bahan baku penyusunnya. Bahan
tein pada pakan penelitian tidak terlepas dari
berserat tinggi sangat sukar dicerna oleh ikan
kontribusi bahan-bahan sumber protein pakan
non-herbivora karena kurangnya keberadaan
yang mengalami hidrolisis dengan bantuan
enzim yang dapat memecah dinding sel yang
enzim protease bakteri. Tepung bungkil ke-
kompleks yang terdapat padanya. Sumber pro-
delai (TBK), tepung ikan dan tepung darah
tein nabati diketahui memiliki nilai kecernaan
sebagai tiga komponen terbesar penyumbang
protein yang bervariasi karena adanya struktur
protein dalam pakan formulasi akan mengalami
sekunder dan tersier pada ikatan protein dan
perombakan protein yang signifikan bila
perbedaan komposisi asam aminonya. Selain
dihidrolisis oleh enzim protease. Menurut
itu, pakan yang karakternya diketahui dapat
Laining et al. (2003), tepung darah akan
melintas cepat di saluran pencernaan ikan
mengalami peningkatan kecernaan total dari
akan dicerna secara kurang sempurna, karena
48,1% menjadi 67,9% dan 61,7%, dan pening-
singkatnya waktu pemaparan oleh enzim
katan kecernaan protein dari 55,2% menjadi
pencernaan (Millamena et al., 2002).
87,5% dan 84,2% setelah difermentasi dengan
asam format dan propionat pada uji kecer- Tabel 2 juga menunjukkan bahwa pem-
naan dengan ikan kerapu bebek (Cromileptes berian enzim Staphylococcus epidermidis dan
altivelis). Ini membuktikan bahwa nilai ke- Bacillus cereus pada pakan berpengaruh nyata
cernaan total dan protein tepung darah dapat terhadap meningkatnya LPS ikan nila. LPS rata-
ditingkatkan dengan beberapa perlakuan, rata pada pakan FBc dan pakan FSe adalah
termasuk dengan hidrolisis oleh enzim pro- 2,75%% dan 2,66%; sedangkan pakan FK 28
tease bakteri Staphylococcus epidermidis dan hanya 2,33%. Berdasarkan hasil uji lanjut

92
Perbaikan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ..... (Titin Kurniasih)

Duncan, meskipun hanya pakan FBc yang FBc) mampu meningkatkan efisiensi pakan
secara signifikan meningkat dibandingkan menjadi 82,68%. Nilai efisiensi pakan FBc
pakan FK 28, namun LPS pada pakan FBc dan secara statistik mampu menyamai pakan KK 31
FSe yang berkadar protein 28% tidak berbeda (86%). Ini mengindikasikan bahwa peningkatan
nyata dengan pakan komersial kontrol (KK 31) jumlah konsumsi pada pakan yang dihidrolisis
yang berkadar protein 31% (3,01%). LPS pakan oleh enzim yang diproduksi oleh Staphylococ-
FK 28 secara statistika jauh lebih kecil dari- cus epidermidis dan Bacillus cereus diikuti juga
pada pakan KK 31. dengan peningkatan deposisi bobot badan
yang lebih efisien, sehingga nilai efisiensi
Peningkatan LPS ini berkaitan dengan
pakannya meningkat.
adanya peningkatan yang sangat signifikan
untuk parameter kecernaan total dan protein Pakan FBc dan FSe memberikan nilai retensi
pada pakan formulasi yang dihidrolisis oleh protein yang tertinggi (49,69% dan 48,50%);
enzim bakteri Staphylococcus epidermidis dan meningkat signifikan dibandingkan pakan FK
Bacillus cereus. Meningkatnya kecernaan to- 28 (44,40%); dan berbeda nyata dengan pakan
tal dan protein menyebabkan meningkat pula KK 28 (45,41%) dan pakan KK 31 (44,55%).
asupan nutrisi yang terserap dan dimanfaat- Tingginya nilai retensi protein pada pakan FBc
kan oleh tubuh ikan dalam proses metabo- dan FSe disebabkan karena meskipun kadar
lisme. Penyerapan protein yang lebih baik akan proteinnya lebih rendah (28,10% bobot basah)
menyebabkan meningkatnya ketersediaan dibandingkan pakan KK 31 (31,00% bobot
asam amino yang diperlukan untuk pertum- basah), namun deposisi protein tubuhnya yang
buhan. Meningkatnya tingkat penyerapan tercermin dari laju pertumbuhannya tidak
nutrisi pakan secara total akan meningkatkan berbeda nyata. Pemberian enzim bakteri Sta-
ketersediaan energi, yang selanjutnya akan phylococcus epidermidis dan Bacillus cereus
meningkatkan “efek penghematan protein”, mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sehingga asam amino akan lebih termanfaat- protein pakan dan pembentukan jaringan
kan secara efisien sebagai komponen pem- tubuh.
bangun tubuh dan bukan sebagai sumber Tidak ada perbedaan nyata untuk para-
energi. meter sintasan, yang mengindikasikan bahwa
Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan nila enzim Staphylococcus epidermidis dan Bacil-
dari kelima perlakuan juga mengalami per- lus cereus tidak berpengaruh terhadap para-
bedaan (Tabel 2). Meskipun selisihnya belum meter ini (Tabel 2). Dari 10 individu ikan yang
signifikan, konsumsi pakan FBc dan FSe dipelihara di setiap unit penelitian, kematian
(208,74 g dan 202,55 g) mengalami pening- yang terjadi maksimal hanya 1 individu saja.
katan dibandingkan pakan FK 28 (162,16 g); Nilai rata-rata sintasan terendah adalah 96,7%
sehingga nilainya secara statistika menyamai untuk perlakuan FK 28 dan FBc, sedangkan
konsumsi pakan komersial KK 31 (245,22 g). perlakuan FSe, KK 28, dan KK 31 mencapai
Sebagaimana diketahui, konsumsi pakan FK 28 100%. Sintasan yang tinggi juga didukung oleh
secara signifikan lebih rendah daripada pakan terjaganya kualitas air media hidup ikan nila
komersial KK 31. Hal ini menunjukkan bahwa (Tabel 3). Sistem resirkulasi, penyiponan feses
enzim protease dari bakteri Staphylococcus dan pembersihan bak filter resirkulasi yang
epidermidis dan Bacillus cereus juga mampu rutin dilakukan dan pencahayaan dengan
meningkatkan palatabilitas pakan formulasi. lampu TL telah mampu menjaga kualitas air
Inkubasi pakan formulasi dengan enzim bakteri media tetap stabil dan sesuai untuk men-
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus dukung kehidupan ikan nila yang optimal.
cereus menghasilkan aroma yang kuat seperti
aroma terasi, yang menjadi atraktan tambahan KESIMPULAN DAN SARAN
bagi ikan yang mengonsumsinya.
Pemberian enzim yang diproduksi oleh
Dilihat dari parameter efisiensi pakan, bakteri Bacillus cereus pada pakan formulasi
pakan FK 28 berada di posisi terendah (75,92%); mampu meningkatkan laju pertumbuhan
sedangkan pakan komersial KK 31 di posisi spesifik dan efisiensi pakan ikan nila, dan
tertinggi (85,77%) dengan jarak bentangan penambahan Staphylococcus epidermidis dan
(multiple range test) yang berbeda sangat Bacillus cereus mampu meningkatkan kecer-
nyata (Tabel 2). Perlakuan hidrolisis pakan naan protein dan total, retensi protein dan
formulasi dengan enzim Baillus cereus (pakan palatabilitas pakan formulasi untuk ikan nila.

93
J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 1 Tahun 2013: 87-96

Tabel 3. Kualitas air media pemeliharaan ikan nila


Table 3. Water quality fluctuations in experimental aquarias
containing the nile tilapia

Nomor Paramet er Kisaran


Num ber Param et ers Range

1 pH (unit) 7
2 DO (Dissolved ox ygen ) (mg/L) 5.5-6.5
3 Alkalinitas (Alkalinity ) (mg/L) 80-100
4 Kesadahan (Hardness ) (mg/L) 58-71
5 NH3 (Ammonia ) (mg/L) 0.02

UCAPAN TERIMA KASIH Fitriliyani, I., Harris, E., Mokoginta, I., & Nahrowi.
2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya daun lamtoro sebagai pakan ikan dengan
terhadap DIPA Balai Penelitian dan Pengem- penambahan ekstrak enzim cairan rumen
bangan Budidaya Air Tawar Tahun Anggaran domba. Berita Biologi, 10(2): 135-142.
2010 yang telah membiayai kegiatan peneli- Gatlin III, D.M., Barrows, F.T., Brown, P.,
tian ini. Dabrowski, K., Gaylord, T.G., Hardy, R.W.,
DAFTAR ACUAN Herman, E., Hu, G., Krogdahl, -S., Nelson, R.,
Overturf, K., Rust, M., Sealey, W., Skonberg,
Aslamyah, S. 2006. Penggunaan mikroflora D., Souza, E.J., Stone, D., Wilson, R., &
saluran pencernaan sebagai probiotik Wurtele, E. 2007. Expanding the utilization
untuk meningkatkan pertumbuhan dan of sustainable plant products in aquafeeds:
kelangsungan hidup ikan bandeng a review. Aquaculture Research, 38: 551-
(Chanos-chanos Forsskal). Disertasi. Pro- 579.
gram Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Ghanbari, M., Rezaei, M., Jami, M., & Nazari, R.M.
255 hlm. 2009. Isolation and characterization of
Beal, J.D. & Brooks, P.H. 2001. The effect of Lactobacillus species from intestinal
pretreatment with different proteases on contents of beluga (Huso huso) and Per-
the in vitro digestibility of nitrogen in raw sian sturgeon (Acipenser persicus). Shiraz
soya bean and four different full fat soya University. Iranian Journal of Veterinary
bean meals. Recent Advances in Animal Research, 10(2)(27): 152-157.
Nutrition, 13: 19-27. Ghazi, S., Rooke, J.A., Galbraith, H., & Bedford,
Cai. Y., Benno, T., Naskase, Y., & Tae-Kwang, O. M.D. 2002. The potential for the improve-
1998. Specific probiotic characterization ment of the nutritive value of soya bean
of Weisella hellenica DS-12 isolated from meal by different proteases in broiler chicks
flounder intestine. Genet. Microbiol., 44: and broiler cockerels. Br. Poult. Sci., 43: 70-
311-316. 77.
Clarke, R.T.J. & Bauchop, T. 1977. Microbial Ghazi, S., Rooke, J.A., & Galbraith, H. 2003. Im-
Ecology of the Gut. London, New York, San provement of the nutritive value of soy-
Francisco. Academic Press, 410 pp. bean meal by protease and alpha-galactosi-
Das, K.M. & Tripathi, S.D. 1991. Studies on di- dase treatment in broiler chockerels and
gestive enzymes of grass carp, Ctenopha- broiler chicks. Br. Poult. Sci., 44: 410-418.
ryngodon idella Val. Aquaculture, 92: 11-21. Hasan, O.D.S. 2000. Pengaruh pemberian en-
Fitriliyani, I. 2010. Evaluasi nilai nutrisi tepung zim papain dalam pakan buatan terhadap
daun lamtoro gung (Leucaena leucocephala) pemanfaatan protein dan pertumbuhan
terhidrolisis dengan ekstrak enzim cairan benih ikan gurame (Osphronemus gouramy
rumen domba (Ovis aries) terhadap kinerja Lac.). Tesis. Program Pascasarjana, Institut
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis Pertanian Bogor, 57 hlm.
niloticus). Jurnal Akuakultur Indonesia, 9(1): Hou, H., Li, B., Zhao, X., Zhang, Z., & Li, P. 2011.
30-37. Optimization of enzymatic hydrolysis of

94
Perbaikan kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ..... (Titin Kurniasih)

Alaska Pollock frame for preparing protein from the abyssal zone. Appl. and Environm.
hydrolysates with low bitterness. LWT-Food Microbiol., 60(11): 4,210-4,212.
Science and Technology, 44(2): 421-428. Nopitawati, T. 2010. Seleksi bakteri probiotik
Huisman, E.A. 1987. Principles of Fish Produc- dari saluran pencernaan untuk mening-
tion. Department of Fish Culture and Fish- katkan kinerja pertumbuhan udang
eries, Wageningen Agriculture University, vaname Litopenaeus vannamei. Tesis.
Wageningen, Netherland, 170 pp. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Johnson, J.A. & Summerfelt, R.C. 2000. Spray- Bogor, Bogor, 63 hlm.
dried blood cells as partial replacement for National Research Council (NRC). 1977. Nutri-
fishmeal in diets for rainbow trout ent Requirements of Warmwater Fishes.
Oncorhynchus mykiss. J. of The World National Academy of Sciences. Washing-
Aquac. Soc., 31(1): 96-104. ton D.C., 78 pp.
Kolkovski, S., Tandler, A., Kissil, G.M., & Gertler, Putra, A.N. 2010. Kajian probiotik, prebiotik,
A. 1993. The effect of dietary exogenous dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja
digestive enzyme on ingestion, assimila- pertumbuhan ikan nila. Tesis. Program
tion, growth and survival of GH larvae. Fish Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 91
Fisiol. and Biochem. 12: 203-209. hlm.
Kurniasih, T., Fitriliyani, I., Melati, I., & Azwar, Rooke, J.A., Slessor, M., Fraser, H., & Thomson,
Z.I. 2012. Pemberian ekstrak enzim kasar J.R. 1998. Growth performance and gut func-
dari cairan rumen domba pada tepung tion of piglets weaned at four weeks of
bungkil kedelai lokal dan pengaruhnya age and fed protease-treated soyabean
terhadap pertumbuhan ikan nila. J. Ris. meal. Animal Feed Science and Technology,
Akuakultur, 7(2): 247-256. 70: 175–190.
Laining, A., Rachmansyah, Ahmad, T., & Williams, Rosmawati. 2005. Hidrolisis pakan buatan oleh
K. 2003. Apparent digestibility of selected enzim pepsin dan pankreatin untuk me-
feed ingredients for humpback grouper, ningkatkan daya cerna dan pertumbuhan
Cromileptes altivelis. Aquaculture, 218: benih ikan gurami (Osphronemous
529-538. gouramy Lac). Tesis. Program Pasca-
Li, M.H., Robinson, E.H., & Hardy, R.W. 2000. sarjana, Institut Pertanian Bogor, 45 hlm.
Protein sources for feeds. In Stickney, R. Sabariah. 2010. Seleksi bakteri probiotik dari
(Ed.) Encyclopedia of Aquaculture. John saluran pencernaan untuk meningkat-
Wiley and Sons, New York, p. 688-695. kan kinerja pertumbuhan ikan jelawat
Marsman, G.J.P., Gruppen, H., van der Poel, (Leptobarbus hoeveni Blkr). Tesis. Program
A.F.B., Kwakkel, R.P., Verstegen, M.W.A., & Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 44
Voragen, A.G.J. 1997. The effect of thermal hlm.
processing and enzyme treatments of soy- Saidy, D.M.S.D. & Gaber, M.M.A. 2002. Complete
bean meal on growth performance, ileal nu- replacement of fish meal by soybean meal
trient digestibilities and chime character- with dietary l-lysine supplementation for
istics in broiler chicks. Poult. Sci., 76(6): 864- nile tilapia Oreochromis niloticus (L.) finger-
872. lings. J. of the World Aquac. Soc., 33(3): 297-
Millamena, O.M., Coloso, R.M., & Pascual, F.P. 306.
2002. Nutrition in Tropical Aquaculture, Smith, R.R., Winfree, R.A., Rumsey, G.W., Allred,
Essentials of Fish Nutrition, Feeds, and A., & Peterson, M. 1995. Apparent digest-
Feeding of Tropical Aquatic Species. South- ibility coefficients and metabolizable en-
east Asian Fisheries Development Center. ergy of feed ingredients for rainbow trout
Tigbauan, Iloilo, Philippines, 221 pp. Oncorhynchus mykiss. Journal of the World
Mundheim, H., Aksnes, A., & Hope, B. 2004. Aquaculture Society, 26(4): 432-437.
Growth, feed efficiency and digestibility Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan
in salmon (Salmo salar L.) fed different di- Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka
etary proportions of vegetable protein Utama. Jakarta, 748 hlm.
sources in combination with two fish meal Takeuchi, T. 1988. Laboratory work, chemical
qualities. Aquaculture, 237: 315-331. evaluation of dietary nutrients. In
Nakayama, A., Yano, Y., & Yoshida, K. 1994. New Watanabe, T. (Ed.) Fish Nutrition and Mari-
method for isolating Barophiles from intes- culture. JICA Textbook the General Aqua-
tinal contents of deep sea fishes retrieved culture Course. Department of Aquatic Bio-

95
J. Ris. Akuakultur Vol. 8 No. 1 Tahun 2013: 87-96

science. Tokyo University of Fisheries, p. tease production by Chryseobacterium


179-233. taenense TK U001. Bioresource Technology,
Wang, S.L., Yang, C.H., Liang, T.W., & Yen, Y.H. 99: 3,700-3,707.
2008. Optimization of condition for pro-

96

Anda mungkin juga menyukai