Anda di halaman 1dari 13

CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023

p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

KARAKTERISTIK BISKUIT YANG DISUBSTITUSI


TEPUNG IKAN KEMBUNG (RASTRELLIGER BRACHYSOMA) SEBAGAI
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH (PMT-AS)

Munira, Rahim Husain, Sutianto Pratama Suherman


Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
Email: muniraniraym@gmail.com

Abstrak
Biskuit merupakan salah satu produk kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang
terbuat dari tepung terigu dengan substitusi atau lemak dan dengan penambahan bahan pangan
lain serta dengan bahan pangan yang diizinkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kandungan gizi dan organoleptik biskuit dengan substitusi tepung ikan kembung sebagai
pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Faktor perlakuan pada penelitian ini
adalah substitusi tepung ikan kembung dengan kosentrasi yakni P0 (tepung terigu 100 gr), P1
(tepung ikan kembung 90 gr : tepung terigu 10 gr), P2 (tepung ikan kembung 85 gr : tepung terigu
15 gr), P3 (tepung ikan kembung 80 gr : tepung terigu 20 gr). Parameter yang di uji yaitu
pengujian kadar air, kadar lemak, kadar protein, serat kasar dan organoleptik hedonik. Penelitian
ini di rancang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data kimia di uji
meggunakan ANOVA dan di uji lanjut Duncan, data organoleptik dirancang dengan Kruskal-
wallis, dianalisis K-Independent dan diuji lanjut Duncan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
perlakuan tertinggi dari kandungan gizi yaitu P3 (tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80
gr) dengan nilai kadar air 4,76%, kadar lemak 2,43%, kadar protein 23,44% dan serat kasar
4,29%. Sedangkan uji organoleptik yang disukai pada parameter (warna, aroma, rasa) yaitu
perlakuan P1 (tepung ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) pada parameter tekstur yaitu P3
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr).

Kata Kunci: Tepung Ikan Kembung; Biskuit, PMT-AS; Organoleptik Hedonic; Mutu Kimia.

Abstract
Biscuits are one of the dry products made by baking dough made from wheat flour with
substitution or fat and with the addition of other food ingredients and permitted food ingredients.
This study aims to analyze the nutritional content and organoleptic of biscuits with mackerel flour
substitution as additional food for school children (PMT-AS). The treatment factor in this study is
the substitution of mackerel flour with a concentration of P0 (100 grams of wheat flour), P1 (90
grams of mackerel flour: 10 grams of wheat flour), P2 (85 grams of mackerel flour: 15 grams of
wheat flour), P3 (80 grams of mackerel flour: 20 grams of wheat flour). The parameters tested
were testing water content, fat content, protein content, crude fiber and hedonic organoleptic.
This research was designed using the Complete Randomized Design (CRD) method. Chemical
data analysis was tested using ANOVA and further tested by Duncan, organoleptic data was
designed with Kruskal-wallis, analyzed K-Independent and further tested by Duncan. The results
of this study indicate that the highest treatment of nutritional content is P3 (20 g mackerel flour:
80 g wheat flour) with a value of 4.76% moisture content, 2.43% fat content, 23.44% protein
content and 4.29% crude fiber. While the preferred organoleptic test on parameters (color,
aroma, taste) is treatment P1 (mackerel flour 10 grams: wheat flour 90 grams) on texture
parameters, namely P3 (mackerel flour 20 grams: wheat flour 80 grams).

Keywords: Mackerel Flour; Biscuits, PMT-AS; Hedonic Organoleptic; Chemical Quality.

1143
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

Pendahuluan digemari oleh kalangan anak sekolah.


Ikan Kembung (Resterlliger brachysoma) Permasalahan rendahnya kandungan protein
merupakan salah satu salah satu sumber daya Biskuit diduga dapat diatasi dengan pengantian
hayati laut yang tersedia hampir di seluruh atau fortifikasi bahan dasar tepung terigu dengan
perairan Indonesia dan salah satu jenis ikan air bahan tepung lain yang kaya akan protein.
laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan Protein banyak terdapat pada pangan hewani.
sebagai sumber protein dan vitamin (Herman et Pangan hewani merupakan sumber gizi
al., 2013). Produksi ikan kembung di Indonesia yang dapat diandalkan untuk memenuhi
mencapai jumlah 69,585ton Direktoral Jederal kebutuhan gizi masyarakat khususnya Anak-
Perikanan (2010). Potensi Ikan kembung di anak. Ikan sebagai bahan pangan hewani
Gorontalo pada tahun 2012 mencapai angka memiliki keunggulan dibandingkan sumber
699,50 ton (DKP Gorontalo, 2012). protein lainnya diantarannya kandungan protein
Produksi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup tinggi dan mengandung sejumlah
dari tahun ke tahun di Provinsi Gorontalo mineral dan vitamin. Anak usia sekolah tidak
mengalami peningkatan. Salah satu ikan hanya membutuhkan zat gizi berupa karbohidrat
kembung, Berdasarkan penelitian (Gobel et al., dan lemak, akan tetapi protein juga sangat
2019) ikan kembung belum banyak dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi dan
dimanfaatkan sebagai olahan produk, akan tetapi meningkatkan konsetrasi belajar. Protein
ikan pelagis hanya dikirim antar pulau sejumlah memiliki fungsi yaitu membentuk jaringan baru
daerah seperti Surabaya, Jakarta dan Bali. Ikan dimasa pertumbuhan dan perkembangan tubuh
kembung mempunyai beberapa kelebihan yaitu anak, memperbaiki dan memelihara serta
kandungan gizi yang tinggi, setiap 100 g daging mengganti jaringan yang telah rusak (Sundari &
ikan kembung mengandung 6,7 g protein, 2,5 g Nuryanto, 2016).
lemak (Agustini T.W, 2011) dalam (Hindarto et Berdasarkan hasil penelitian yang
al., 2021). dilakukan (Fitri & Purwani, 2017) tentang
Salah satu ikan yang potensial untuk pengaruh subtitusi tepung ikan kembung
dimanfaatkan yaitu Ikan kembung memiliki (Rastrelliger brachysoma) terhadap kadar
beberapa kelebihan yaitu harganya yang relatif protein dan daya terima biskuit semakin banyak
murah, bahan baku yang banyak dan mudah penambahan tepung ikan kembung terhadap
didapat serta memiliki kandungan gizi yang biskuit maka semakin tinggi kadar protein
tinggi. Ikan kembung merupakan komoditi yang biskuit yang di subtitusi tepung daging ikan.
mudah rusak (Perishable food) sehingga Terdapat pengaruh penambahan tepung ikan
memerlukan penanganan dan pengolahan yang kembung terhadap daya terima biskuit.
baik dan benar salah satu contoh yang dapat Salah satu program pemerintah pada
dilakukan ialah dengan melakukan proses sekolah dasar yaitu Pemberian Makanan
pembuatan produk setengah jadi seperti Tambahan Anak Sekolah PMT-AS merupakan
pembuatan tepung ikan kembung yang memiliki kegiatan pemberian makanan kepada Anak
kandungan protein tinggi (Fitri & Purwani, Sekolah dalam bentuk cemilan yang aman dan
2017) Berdasarkan (SNI 01-2973-1992) biskuit bergizi, dengan melihat aspek mutu dan
merupakan produk makanan kering yang dibuat keamanan pangan BPMPDKP (2012).
dengan cara memanggang adonan yang terbuat Tujuan dari pemberian makanan
dari tepung terigu dengan atau tanpa tambahan anak Sekolah PMT-AS yaitu
subtitusinya, minyak atau lemak, dengan atau memenuhi kebutuhan gizi anak Sekolah Dasar
tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan dalam upaya mendorong minat dan kemampuan
tambahan pangan yang diizinkan. Biskuit salah belajar siswa (Susilowati & Dewati, 2021).
satu jenis makanan kecil yang biasannya dibuat Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganaliss
dari bahan utama tepung terigu serta banyak kandungan gizi dan organoleptik biskuit dengan
1144
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

fortifikasi tepung ikan kembung sebagai perut, ekor, dan sirip. Setelah itu dicuci bersih,
pemberian makanan tambahan anak Sekolah pembersihan bertujuan untuk menghilangkan
(PMT-AS). kontaminasi yang ada pada ikan. Pada proses
selanjutnya ikan kembung dikukus
Metode Penelitian menggunakan presto selama 30 menit pada suhu
Alat yang dingunakan dalam penelitan 100oC, setelah itu dilakukan penirisan. Sebelum
tepung ikan dan biskuit yaitu kertas label, Alat dioven ikan terlebih dahulu dilakukan
Tulis Menulis (ATM), cool box, baskom, pisau, pengecilan ukuran agar memudahkan dalam
sendok, kompor, talenan, mesin penggiling proses selanjutnya. Kemudian dioven pada suhu
(blender), grinder, ayakan 80 mesh, alat presto, 45oC dalam waktu 20 jam. Daging ikan yang
Alumunium foil, oven, spatula, sarung tangan sudah dioven kemudian dihaluskan
plastik, kantong plastik, timbangan analitik, menggunakan grinder, dan setelah itu disaring
mixer, cetakan biskuit. Alat yang dingunakan menggunakan ayakan tepung 80 mesh sehingga
dalam pengujian labu kjedhal, Erlenmeyer, dihasilkan tepung ikan yang halus.
cawan porselin, kompor listrik, desikator, alat
penjepit, labu takar, corong buchner, selongsong Proses Pembuatan Biskuit
lemak, kertas saring, seperangkat alat Soxhlet, Pembuatan biskuit fortifikasi tepung ikan
hot plate, seperangkat alat gravimetri. kembung mengacu pada (Wulandari et al, 2019)
Bahan yang dingunakan dalam pembuatan yang telah dimodifikasi. Gula dan margarin
biskuit yaitu tepung ikan kembung, tepung dikocok dengan mixer kecepatan rendah selama
terigu, gula, telur, margarin, garam, susu skim, ±2 menit hingga homogen. Telur dimasukkan ke
baking powder, vanili. Sedangkan bahan yang dalam adonan secara perlahan sambal diaduk
dingunakan dalam pengujian adalah aquades, hingga rata. Susu skim, baking powder dan
natrium hidroksida-thiosulfat, H2SO4, H2O2, vanili dimasukkan ke dalam adonan, diaduk
H3BO3, NaOH. dengan kecepatan sedang sampai tercampur
selama ±2, tambahkan tepung ikan kembung (0,
Proses Pembuatan Tepung Ikan Kembung 10 gr, 15 gr dan 20gr) dan tepung terigu (100 gr,
Prosedur pembuatan tepung ikan 90 gr, 85 gr dan 80 grt) sesuai dengan perlakuan.
kembung mengacu pada (Haris & Nafsiyah, Berikutnya dicetak menggunakan cetakan
2019). Pada tahap awal ikan kembung yang berbentuk ikan, kemudian dipanggang dalam
dibeli dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dijaga oven pada suhu 160° selama ±20 menit.
kesegarannya dengan pendinginan sampai waktu Diagram Alir pembuatan biskuit dapa lihat pada
pembersihan. Kemudian ikan kembung gambar 1.
dilakukan pembersihan dengan mengeluarkan isi

1145
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

Gula Halus,
Margarin dan
Telur

Dikocok

*Dicampur Susu skim, Baking


powder dan vanili

Diaduk selama ±2 menit

*Tepung ikan kembung

Tepung terigu

Dicetak

Dipanggang suhu 160°C selama


±20 menit

Biskuit

Analisis Kadar Air,


Uji Analisis Kadar
Organoleptik Lemak, Analisis
Hedonik Protein, Analisis
Serat Kasar

Karakteristik Mutu
Biskuit

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Biskuit

1146
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

Analisis Data Independent. Uji Kruskal Wallis yakni satu uji


Data yang diperoleh dari hasil pengujian statistik non parametik yang bisa dipakai guna
kadar air, kadar protein, kadar lemak dan menguji apakah terdapat perbedaan yang
analisis serat kasar dirancang menggunakan signifikan antara kelompok variabel independen
RAL (Rancangan Acak Lengkap). Rancngan dengan variabel independent dengan variable
Acak Lengkap merupakan jenis rancangan dipendennya. Maka selanjutnya akan dilakukan
percobaan yang dipakai homogen atau tidak ada dengan variable dipendennya. maka
faktor lain yang mempengaruhi respon diluar selanjutnnya akan dilakukan dengan uji Duncan.
faktor yang diteliti. Setelah pengujian RAL
(Rancangan Acak Lengkap) akan dianalisis Hasil Penelitian dan Pembahasan
menggunakan uji ANOVA. Kemudian jika hasil Kadar Air
sidik ragam berpengaruh nyata atau sangat Kadar air dalam bahan pangan memiliki
nyata, maka diteruskan dengan uji Duncan fungsi untuk menentukan tekstur, kesegaran
(Bangun, 1991) Hasil pengujian dianalisis bahan dan daya simpan dari bahan pangan itu
menggunakan IBM SPSS Statistic v.28.0. sendiri khususnya biskuit. Kadar air merupakan
Penelitian dengan 2 kali ulangan. salah satu parameter mutu fisik biskuit (Italica et
Data uji organoleptik dirancang memakai al., 2011). Hasil analisis Kadar air biskuit tepung
uji Kruskal Wallis yang di uji dengan K- ikan kembung dapat dilihat pada Gambar 2.

4.76±0.16c
5 4.43±0.050bc
KADAR AIR (%)

3.79±0.049ab
4 3.42±0.028a
3
2
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 2. Histogram Kadar Air Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda.

Gambar 2 menujukkan kadar air biskuit perbedaan nyata (P<0,05) terhadap biskuit. Hasil
substitusi tepung ikan kembung tertinggi pada uji lanjut Duncan menujukkan jika kadar air
perlakuan P3 (tepung ikan kembung 20 gr : pada perlakuan P0 berbeda nyata dengan P2 dan
tepung terigu 80 gr) yaitu 4,76% dan kadar air P3, sedangkan formula P0 tidak berbeda nyata
terendah terdapat pada perlakuan kontrol (100 gr dengan formula P1.
tepung terigu) yaitu 3,42%. Hasil analisa kadar Sesuai dengan hasil analisis kadar air
air biskuit yang dihasilkan pada penelitian ini produk biskuit yang tertinggi yakni pada
yakni 3,42%. Kadar air pada biskuit yaitu formulasi P3. Hal ini diduga disebabkan oleh
maksimal 5%. Hasil penelitian menujukkan perlakuan penambahan tepung ikan kembung
produk biskuit yang difortikasi tepung ikan yang tinggi Berdasarkan penelitian yang
kembung telah memenuhi (SNI 01-2973-1992) dilakukan (Salamah et al., 2004) menyatakan
syarat mutu biskuit dengan kisaran kadar air bahwa daging ikan memiliki kadar air yang
3,42% - 4,76%. besar seperti tulang ikan. Berdasarkan hasil
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa penelitian pedahuluan yang dilakukan kadar air
penambahan tepung ikan kembung memberikan pada tepung ikan kembung berjumlah 1,43%.
1147
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

Penurunan kadar air pada perlakuan K Kadar Lemak


disebabkan karena tidak terdapat fortifikasi Lemak merupakan sumber energi, selain
tepung ikan kembung. Menurut penelitian protein. Mengomsumsi lemak secara berlebih,
(Pratama et al., 2014) semakin tinggi dapat disimpan oleh tubuh sebagai cadangan
penambahan tepung ikan Jangilus maka semakin energi. Lemak memiliki beberapa fungsi yakni
meningkat kandungan air pada biskuit. menghasilkan energi, pelarut vitamin, memberi
rasa kenyang, dan menghemat protein. Kadar
lemak biskuit tepung ikan kembung hasil
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

3
2.43±0.035b
KADAR LEMAK

2.37±0.17b
2.5 2.21±0.021b
2
1.5 1.2±0.098a
(%)

1
0.5
0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 3. Histogram Kadar Lemak Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda

Berdasarkan Gambar 3 kadar lemak penyebab terjadinya penurunan kadar lemak


biskuit berkisar antara 1.2% – 2.43%. Kadar karena tepung ikan kembung memiliki
lemak terendah terdapat pada biskuit perlakuan kandungan lemak yang rendah yaitu 2,54%.
P0 (Tanpa penambahan tepung ikan) yaitu 1.2% (Jassim, 2010) dalam (Litaay et al., 2021).
dan tertinggi terdapat pada P3 (Tepung ikan Kandungan lemak biskuit pada perlakuan K
kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) yaitu menurun hingga 1.2%. Hal ini dapat terjadi
2,43%. Hal ini menujukkan bahwa terjadi karena kandungan nutrisi lain seperti protein
peningkatan kadar lemak biskuit seiring dengan yang meningkat, penurunan kadar lemak dapat
semakin tingginya konsentrasi substitusi tepung terjadi karena denaturasi protein pada jaringan
ikan kembung yang ditambahkan. dalam tingkatan yang dapat menyebabkan
Hasil uji ANOVA menujukkan bahwa penurunan sifat emulsifikasi protein dan daya
penambahan tepung ikan kembung berpengaruh ikat air (Pratama et al., 2014).
nyata pada peningkatan kadar lemak biskuit. Uji
lanjut Duncan menujukkan bahwa terdapat Kadar Protein
perbedaan nyata (P<0,05) kadar lemak antar Protein merupakan zat gizi yang berperan
perlakuan penambahan tepung ikan kembung penting sebab memiliki fungsi biologis yang
pada P0, P1, P2 dan P3 secara statistik baik untuk pertumbuhan. Berdasarkan penelitian
berpengaruh nyata pada kadar lemak biskuit. (Natsir, 2018) protein merupakan zat gizi yang
Hasil penelitian menujukkan bahwa kadar sangat penting, karena protein berfungsi sebagai
lemak pada biskuit yang difortifikasi tepung bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
ikan kembung semakin meningkat seiring zat pembagun dan pengatur. Kadar protein
bertambahnya substitusi tepung ikan kembung, biskuit tepung ikan kembung dapat dilihat pada
tetapi kadar lemak pada biskuit yang Gambar 4.
difortifikasi tepung ikan kembung belum
memenuhi (SNI 01-2973-1992). Salah satu
1148
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

23.44±0.070c
25 20.36±0.015b 21.38±0.509b

KADAR PROTEIN
20
15
10

(%)
7.06±0.898a

5
0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 4. Histogram Kadar Protein Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda

Berdasarkan Gambar 4 kadar protein protein yang tinggi yaitu sebesar 53,71%.
biskuit terendah pada perlakuan P0(tanpa Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penambahan tepung ikan kembung) yaitu 7,6% (Nadimin & Fitriani, 2019) semakin banyak
dan tertinggi terdapat pada P3 (tepung ikan penambahan tepung ikan yang ditambahkan
kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) yaitu maka semakin tinggi kadar protein biskuit ikan
23,44%. Hal ini menujukkan bahwa terjadi kembung. Berdasarkan persyaratan mutu biskuit
peningkatan kadar protein biskuit seiring dengan SNI 01-2973-1992 kadar protein minimal 6 %.
semakin tingginya fortifikasi tepung ikan Kadarprotein biskuit dengan fortifkasi tepung
kembung yang ditambahkan. ikan kembung adalah 7,06%-23,44% kadar
Hasil analisis ANOVA menujukkan protein tersebut telah memenugi standar SNI
bahwa penambahan tepung ikan kembung (1992).
berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Menurut penelitian (Sulastri, 2012)
protein biskuit. Uji lanjut Duncan (Lampiran 7) dalam (Roziana et al., 2020) protein hewani
menujukkan bahwa terdapat perbedaan nyata mempunyai kualitas daya cerna yang tinggi dan
(P<0,05) kadar protein antar perlakuan. Hasil uji termasuk protein sempurna yang memiliki
lanjut Duncan jika kadar protein pada perlakuan susunan asam amino yang lengkap baik dari segi
K, P1, P2, dan P3. jumlah maupun jenisnya.
Berdasarkan hasil Analisis kandungan
protein pada perlakuan K (tanpa penambahan Kadar Serat Kasar
tepung ikan) terjadi penurunan kadar protein. Serat kasar merupakan senyawa yang
Hal ini disebabkan tidak adanya fortifikasi biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa
tepung ikan kembung terhadap biskuit. yang tidak dapat dihidrolisa oleh oleh asam atau
Tingginya kadar protein pada perlakuan P3 alkali (Korompot et al., 2018) Serat kasar
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 20 merupakan bagian dari serat pangan, dimana
gr) diduga karena semakin tingginya fortifikasi serat kasar yakni bagian dari serat tak larut
tepung ikan kembung dan sesuai dengan hasil (Setyadi & Ninsix, 2019). Hasil analisis kadar
penelitian pendahuluan yang dilakukan jika serat kasar biskuit bisa dilihat pada Gambar 5.
tepung ikan kembung mempunyai kandungan

1149
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

5 4.29±0.325c

SERAT KASAR (%)


3.87±0.147c
4
3 2.53±0.127b

2 1.5±0.205a

1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 5. Histogram Kadar Lemak Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda

Gambar 5 menujukkan kadar serat kasar biskuit menurun, suatu produk jika kadar air
biskuit tertinggi terdapat pada perlakuan P3 semakin menurun maka serat kasar akan
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 meningkat.
gr) yaitu 4,29% dan kadar serat kasar terendah (Nurhayati & Andayani, 2014)
terdapat pada perlakuan P0 (tanpa penambahan mengatakan kandungan sarat kasar dalam
tepung ikan kembung) yaitu 1,5%. Hasil Analisa makanan anak-anak harus rendah, tidak boleh
kadar serat kasar biskuit yang dihasilkan pada lebih dari 5 gr. Jika suatu produk mengandung
penelitian ini yakni berkisar 1,5-4,29%. serat kasar tinggi, maka produk pangan tersebut
Hasil analisis ANOVA pada menujukkan relative sangat merugikan karena serat kasar
penambahan tepung ikan kembung terdapat berpotensi menganggu dalam penyerapa zat-zat
perbendaan nyata (P<0,05) terhadap serat kasar gizi protein dan lemak yang dibutuhkan tubuh.
biskuit. Uji lanjut Duncan (Lampiran 8)
menujukkan terdapat perbedaan nyata pada Warna
perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Sedangkan P2 dan Warna merupakan salah satu indikator
P3 tidak berbeda nyata. untuk menilai tingkat kesukaan biskuit yang
Berdasarkan hasil analisis serat kasar difortifikasi tepung ikan kembung. Warna
cenderung meningkat hal ini terjadi karena adalah salah satu faktor penting dalam
perlakuan akibat bahan yang berbeda. Menurut penerimaan atau penolakan suatu produk karena
penelitian (Setyowati & Nisa, 2014) tepung merupakan hal pertama yang dilihat oleh
terigu mempunyai serat kasar sebesar 0.40- panelis. Warna pada biskuit diakibatkan oleh
0.50%. selain tepung terigu baking powder juga bahan-bahan pembuatan biskuit (Nadimin &
merupakan penghasil serat kasar pada biskuit. Fitriani, 2019). Hasil penilaian hedonik warna
Selama pemanganngan, air yang dihasilkan akan dapat dilihat pada Gambar 6.
menguap oleh pemanasan sehingga kadar air

1150
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

6
4.84±0.47b
5
4.04±0.79a 3.96±0.67a 3.93±0.64a

WARNA
4
3
2
1
0
K P1 P2 P3

Perlakuan

Gambar 6. Histogram Hasil Organoleptik Warna Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda

Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa tepung daging ikan kembung yang ditambahkan
nilai organoleptik warna biskuit yang paling kedalam formulasi biskuit maka warna biskuit
disukai oleh panelis yakni pada perlakuan P1 akan menjadi gelap. Tepung ikan menyebabkan
(tepung ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 warna pada biskuit menjadi gelap karena terjadi
gr) dengan nilai 5 serta yang paling tidak disukai reaksi maillard yaitu reaksi pencoklatan non
oleh panelis terdapat pada perlakuan P3 (tepung enzimatis karena adanya suatu reaksi antara gula
ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) pereduksi dengan gugus amin bebas dari protein.
dengan nilai 4. Skor nilai warna pada biskuit
yang disubstitusi tepung ikan kembung dalam Aroma
pemberian makanan tambahan anak sekolah Aroma merupakan salah satu faktor dalam
dengan kosentrasi berbeda dihasilkan berkisar 4 penentu mutu. Aroma yang khas dan menarik
(suka), 5 (sangat suka). dapat membuat makanan lebih disukai oleh
Berdasarkan uji Kruskall Wallis, jika konsumen sehingga perlu diperhatikan dalam
warna ketiga perlakuan memberikan pengaruh pengolahan suatu bahan makanan. Aroma dapat
nyata (P<0,05) terhadap biskuit. Hasil uji lanjut didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati
Duncan menujukkan bahwa perlakuan P0, P1,P2 dengan indera pembau, dalam industri pangan,
dan P3, secara statistic berpengaruh nyata pada pengujian terhadap bau dianggap penting karena
warna biskuit yang di substitusi tepung ikan dengan cepat dapat memberikan nilai terhadap
kembung. produk tentang diterima atau tidaknya suatu
Berdasarkan skor nilai pada perlakuan P3 produk (Mozin & Ridhay, 2019) Nilai
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 organoleptik aroma biskuit yang disubstitusi
gr) semakin banyak penambahan tepung ikan tepung ikan kembung sebagai makanan
warna pada biskuit akan menjadi coklat gelap. tambahan anak sekolah dapat dilihat pada
Hal sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gambar 7.
(Palupi, 2007). Semakin banyak penambahan

1151
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

6
4.84±0.47b
5
4.0±0.70a 3.92±0.81a

AROMA
3.64±0.86a
4
3
2
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 7. Histogram Hasil Organoleptik Aroma Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda

Gambar 7 Menunjukkan bahwa nilai guanidin, trimetil amin oksida (TMAO) dan
organoleptik aroma biskuit yang paling digemari turunan imidazol. Semakin tinggi kosentrasi
oleh panelis yakni pada perlakuan P1 (tepung penambahan tepung ikan teri yang ditambahkan
ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) ke dalam formulasi biskuit, maka nilai rata-rata
dengan nilai 5 (sangat suka) dan parameter kesukaan terhadap aroma semakin kecil, hal ini
aroma yang kurang digemari pada perlakuan P3 diduga karena panelis belum terbiasa dengan
(80 gr tepung terigu : 20 gr tepung ikan aroma ikan yang terlalu dominan pada biskuit
kembung) dengan nilai 4 (suka). Skor nilai (Asmoro et al., 2012). Penelitian ini sejalan
aroma pada biskuit yang difortifikasi tepung dengan (Nadimin et al., 2019) menujukkan ada
ikan kembung berkisar 4 – 5 dengan kriteria pengaruh penambahan tepung ikan terhadap
penerimaan suka dan sangat suka. cookies semakin banyak penambahan tepung
Berdasarkan uji Kruskall Wallis ikan kembung terhadap cookies maka daya
menyatakan jika aroma keempat perlakuan terima panelis pada biskuit cookies akan
memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap semakin kurang,
biskuit. Hasil uji lanjut Duncan menujukkan
bahwa perlakuan K, P1, P2 dan P3, secara Rasa
statistik berpengaruh nyata pada warna biskuit Rasa merupakan salah satu atribut yang
yang difortifikasi tepung ikan kembung. paling mempengaruhi penerimaan konsumen
Perlakuan P1 dengan skor 5 yang artinya terhadap produk biskuit. Penelitian (Fellows,
panelis sangat suka aroma biskuit. Hal ini 2014) dalam (Nadimin et al., 2019) menyatakan
dipengaruhi kosentrasi penambahan tepung ikan rasa merupakan aspek penting dalam penilaian
kembung hanya berjumlah sedikit sekitar 10 gr suatu produk tertentu dengan menggunakan
tepung ikan kembung. Penurunan pada P3 panca indera pengecap, penampilan produk
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 dalam membentuk pilihan terhadap makanan
gr) terjadi karena penambahan tepung ikan dan orang-orang menilai cita rasa sebagai hal
kembung yang semakin tinggi sehingga utama dalam memilih makanan tertentu, masing-
memberikan aroma yang amis pada biskuit. masing panelis memiliki kepekaan dalam
Menurut penelitian (Rahmawati et al., 2013) menilai suatu produk. Nilai organoleptik rasa
aroma amis merupakan aroma khas pada ikan pada biskuit yang difortifikasi tepung ikan
yang disebabkan oleh komponen nitrogen yaitu kembung dapat dilihat pada Gambar 8.

1152
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

4.76±0.52b
5
3.96±0.73a 3.92±0.75a
4 3.68±0.85a

RASA
3

0
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 8. Histogram Hasil Organoleptik Rasa Biskuit yang Difortifikasi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda

Gambar 8 menujukkan bahwa nilai (2013) mengatakan bahwa panelis belum


organoleptik rasa biskuit yang paling digemari terbiasa dengan biskuit yang mempunyai rasa
oleh panelis yakni pada perlakuan P1 (tepung ikan teri terlalu dominan karena produk biskuit
ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) dengan rasa ikan belum beredar luas dikalangan
dengan nilai 5 (sangat suka) dan biskuit ynag masyarakat, padahal biskuit dengan penambahan
kurang digemari pada P3 (80 gr tepung terigu : tepung ikan mengandung protein yang tinggi.
20 gr tepung ikan kembung) denga nilai 4 Rasa pada suatu bahan pangan dipengaruhi oleh
(suka). beberapa faktor yaitu senyawa kimia,
Hasil uji statistik Kruskal-Wallis jika rasa temperatur, serta komponen rasa yang lain
keempat formulasi memberikan pengaruh nyata (Ramadhan et al., 2019).
(P<0,05) terhadap biskuit. Hasil uji Duncan
menujukkan jika formula K, P1, P2 dan P3, Tekstur
secara statistik berpengaruh nyata pada rasa Tekstur merupakan sebuah parameter uji
produk biskuit. organoleptik yang bisa dirasakan melalu kulit.
Berdasarkan skor penilaian pada Tekstur pun dipandang sama penting dengan
perlakuan P3 dengan nilai 4 (suka) aroma dan rasa sebab dapat mempengaruhi cita
menghasilkan rasa biskuit cenderung pahit dan rasa. Menurut penelitian (Asmoro, 2013) tekstur
rasa tepung ikan kembung. Hal ini mungkin yaitu parameter mutu yang menentukan daya
disebabkan oleh adanya hidrolisis asam-asam terima konsumen terhadap produk kering seperti
amino yang terjadi pada reaksi Maillard pada biskuit, tekstur juga mempengaruhi cita rasa
proses pengolahan, asam amino lisin merupakan yang ditimbulkan dinilai dari aspek mudah
asam amino yang memiliki rasa paling pahit untuk digigit. Hasil organoleptik tekstur pada
dibandingkan asam amino lainnya (Rahmawati, biskuit dapat dilihat pada Gambar 9:
et al., 2013). Berdasarkan penelitian Asmoro

1153
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

4.4 4.28±0.73a

4.2

TEKSTUR
4 3.92±0.81a
3.84±0.85a
3.8 3.68±0.74a

3.6
3.4
3.2
K P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 9. Histogram Hasil Organoleptik Tekstur Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda

Gambar 9, menujukkan bahwa nilai Formulasi sampel diperoleh berdasarkan uji


organoleptik tekstur biskuit yang paling banyak penerimaan organoleptik (warna, aroma, dan
digemari oleh panelis yakni pada P3 (tepung rasa) dalam pembuatan biskuit yang berbahan
ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) yang difortifikasi tepung ikan kembung yaitu
dengan nilai 4 (suka) dan biskuit yang kurang pada perlakuan P1 dengan formulasi 10 gr
digemari oleh panelis terdapat pada P1 (tepung tepung ikan kembung, sedangkan pada tekstur
ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) yaitu P3 dengan formulasi 20 gr tepung ikan
dengan nilai 4 (suka). kembung.
Hasil uji statistik Kruskal-Wallis jika
penambahan tepung ikan kembung tidak Saran
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai Saran yang bisa diberikan untuk penelitian
hedonik tekstur biskuit. Sehingga tidak perlu ini yakni perlu dilakukan penelitian lanjutan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat tentang uji bakteri dan alergi pada produk dan
perbedaan nyata diantara perlakuan satu dan masa simpan sebelum melakukan pengujian
lainnya. untuk penyempurnaan produk,
Berdasarkan skor penilaian perlakuan K,
P1, P2, dan P3 tidak memberikan pengaruh Daftar Pustaka
nyata terhadap penilaian uji organoleptik tekstur. fitri, N., & Purwani, E. (2017). Pengaruh
Tekstur yang diinginkan yaitu tekstur yang Subsitusi Tepung Ikan Kembung
renyah. Berdasarkan penelitian (Rastrelliger Brachysoma) Terhadap
(Darmawangsyah et al., 2016). Kerenyahan pada Kadar Protein Dan Daya Terima Biskuit.
biskuit disebabkan oleh protein, dimana protein
memiliki gugus hidrofil yang dapat membuat Gobel, M. R., Baruwadi, M., & Rauf, A. (2019).
biskuit bertambah gurih dan renyah. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Di
Provinsi Gorontalo. Jambura
Simpulan Agribusiness Journal, 1(1), 36–42.
Kandungan gizi biskuit berbahan tepung Https://Doi.Org/10.37046/Jaj.V1i1.2448
ikan kembung yaitu pada perlakuan P3 dengan
formulasi 20 gr tepung ikan kembung dimana Haris, H., & Nafsiyah, I. (2019). Formulasi
kadar air 4,76%, kadar protein 23,44% sesuai Campuran Limbah Ikan Dan Ikan Rucah
dengan (SNI 01-2973-1992) kadar kadar lemak Terhadap Kandungan Dan Daya Cerna
2,43%, dan serat kasar 4,29%. Protein Tepung Ikan. Majalah Biam,
1154
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814

15(2), 82–93. Mozin, F., & Ridhay, A. (2019). Analisis Kadar


Serat Dan Kadar Protein Serta Pengaruh
Herman, M., Mahasri, G., & Subekti, S. (2013). Waktu Simpan Terhadap Sereal Berbasis
Identifikasi Dan Prevalensi Cacing Tepung Ampas Kelapa Dan Tepung
Ektoparasit Pada Ikan Kembung Tempe. Kovalen: Jurnal Riset Kimia,
(Rastrelliger Spp.) Di Pelabuhan 5(3), 240–251.
Perikanan Nusantara Brondong, Https://Doi.Org/10.22487/Kovalen.2019.
Lamongan. Journal Of Aquaculture And V5.I3.11579
Fish Health, 3(1), 13–19.
Nadimin, S., & Fitriani, N. (2019). Mutu
Hindarto, A. R., Pratiwi, E., Jurusan, M., Hasil, Organoleptik Cookies Dengan
T., Pertanian, F. T., Semarang, U., Penambahan Tepung Bekatul Dan Ikan
Jurusan, D., Hasil, T., Pertanian, F. T., & Kembung. Media Gizi Pangan, 26(1), 8–
Semarang, U. (2021). Fisikokimia Dan 15.
Organoleptik Abon Jantung Pisang
Substitution Of Mackerel Fish ( Natsir, N. A. (2018). Analisis Kandungan
Rastrelliger Kanagurta L ) On Protein Total Ikan Kakap Merah Dan Ikan
Physicochemical And Organoleptic Kerapu Bebek. Biosel (Biology Science
Properties Of Banana Blossom Floss. 1– And Education): Jurnal Penelitian
7. Science Dan Pendidikan, 7(1), 49–55.
Https://Doi.Org/10.33477/Bs.V7i1.392
Italica, L., Widyastuti, R., Asmoro, N. W., &
Aini, A. N. (2011). Karakteristik Biskuit Pratama, R. I., Rostini, I., & Liviawaty, E.
Tersubstitusi Tepung Millet ( Setaria. 1, (2014). Karakteristik Biskuit Dengan
98–103. Penambahan Tepung Tulang Ikan Jangilus
(Istiophorus Sp.). Jurnal Akuatika, 5(1).
Korompot, A. R. H., Fatimah, F., & Wuntu, A.
D. (2018). Kandungan Serat Kasar Dari Ramadhan, R., Nuryanto, N., & Wijayanti, H. S.
Bakasang Ikan Tuna (Thunnus Sp.) Pada (2019). Kandungan Gizi Dan Daya
Berbagai Kadar Garam, Suhu Dan Waktu Terima Cookies Berbasis Tepung Ikan
Fermentasi. Jurnal Ilmiah Sains, 18(1), Teri (Stolephorus Sp) Sebagai Pmt-P
31–34. Untuk Balita Gizi Kurang. Journal Of
Https://Doi.Org/10.35799/Jis.18.1.2018.1 Nutrition College, 8(4), 264–273.
9455
Sundari, E., & Nuryanto, N. (2016). Hubungan
Litaay, C., Indriati, A., Mayasti, N. K. I., Asupan Protein, Seng, Zat Besi, Dan
Anggara, C. E. W., & Astro, H. M. Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Z-Score
(2021). Pengaruh Perendaman Natrium Tb/U Pada Balita. Journal Of Nutrition
Bikarbonat Terhadap Karakteristik College, 5(4), 520–529.
Tepung Ikan Teri Sebagai Sumber Fosfor Https://Doi.Org/10.14710/jnc.v5i4.16468
Dan Kalsium. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 24(2), 148–159. Susilowati, S., & Dewati, R. (2021). Pengolahan
Https://Doi.Org/10.17844/Jphpi.V24i2.33 Daging Ikan Kembung Untuk Membuat
756 Kerupuk Ikan Sebagai Camilan Bergizi.
Jurnal Abdimas Teknik Kimia, 2(1), 6–9.

1155

Anda mungkin juga menyukai