Abstrak
Biskuit merupakan salah satu produk kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang
terbuat dari tepung terigu dengan substitusi atau lemak dan dengan penambahan bahan pangan
lain serta dengan bahan pangan yang diizinkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kandungan gizi dan organoleptik biskuit dengan substitusi tepung ikan kembung sebagai
pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Faktor perlakuan pada penelitian ini
adalah substitusi tepung ikan kembung dengan kosentrasi yakni P0 (tepung terigu 100 gr), P1
(tepung ikan kembung 90 gr : tepung terigu 10 gr), P2 (tepung ikan kembung 85 gr : tepung terigu
15 gr), P3 (tepung ikan kembung 80 gr : tepung terigu 20 gr). Parameter yang di uji yaitu
pengujian kadar air, kadar lemak, kadar protein, serat kasar dan organoleptik hedonik. Penelitian
ini di rancang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis data kimia di uji
meggunakan ANOVA dan di uji lanjut Duncan, data organoleptik dirancang dengan Kruskal-
wallis, dianalisis K-Independent dan diuji lanjut Duncan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
perlakuan tertinggi dari kandungan gizi yaitu P3 (tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80
gr) dengan nilai kadar air 4,76%, kadar lemak 2,43%, kadar protein 23,44% dan serat kasar
4,29%. Sedangkan uji organoleptik yang disukai pada parameter (warna, aroma, rasa) yaitu
perlakuan P1 (tepung ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) pada parameter tekstur yaitu P3
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr).
Kata Kunci: Tepung Ikan Kembung; Biskuit, PMT-AS; Organoleptik Hedonic; Mutu Kimia.
Abstract
Biscuits are one of the dry products made by baking dough made from wheat flour with
substitution or fat and with the addition of other food ingredients and permitted food ingredients.
This study aims to analyze the nutritional content and organoleptic of biscuits with mackerel flour
substitution as additional food for school children (PMT-AS). The treatment factor in this study is
the substitution of mackerel flour with a concentration of P0 (100 grams of wheat flour), P1 (90
grams of mackerel flour: 10 grams of wheat flour), P2 (85 grams of mackerel flour: 15 grams of
wheat flour), P3 (80 grams of mackerel flour: 20 grams of wheat flour). The parameters tested
were testing water content, fat content, protein content, crude fiber and hedonic organoleptic.
This research was designed using the Complete Randomized Design (CRD) method. Chemical
data analysis was tested using ANOVA and further tested by Duncan, organoleptic data was
designed with Kruskal-wallis, analyzed K-Independent and further tested by Duncan. The results
of this study indicate that the highest treatment of nutritional content is P3 (20 g mackerel flour:
80 g wheat flour) with a value of 4.76% moisture content, 2.43% fat content, 23.44% protein
content and 4.29% crude fiber. While the preferred organoleptic test on parameters (color,
aroma, taste) is treatment P1 (mackerel flour 10 grams: wheat flour 90 grams) on texture
parameters, namely P3 (mackerel flour 20 grams: wheat flour 80 grams).
1143
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
fortifikasi tepung ikan kembung sebagai perut, ekor, dan sirip. Setelah itu dicuci bersih,
pemberian makanan tambahan anak Sekolah pembersihan bertujuan untuk menghilangkan
(PMT-AS). kontaminasi yang ada pada ikan. Pada proses
selanjutnya ikan kembung dikukus
Metode Penelitian menggunakan presto selama 30 menit pada suhu
Alat yang dingunakan dalam penelitan 100oC, setelah itu dilakukan penirisan. Sebelum
tepung ikan dan biskuit yaitu kertas label, Alat dioven ikan terlebih dahulu dilakukan
Tulis Menulis (ATM), cool box, baskom, pisau, pengecilan ukuran agar memudahkan dalam
sendok, kompor, talenan, mesin penggiling proses selanjutnya. Kemudian dioven pada suhu
(blender), grinder, ayakan 80 mesh, alat presto, 45oC dalam waktu 20 jam. Daging ikan yang
Alumunium foil, oven, spatula, sarung tangan sudah dioven kemudian dihaluskan
plastik, kantong plastik, timbangan analitik, menggunakan grinder, dan setelah itu disaring
mixer, cetakan biskuit. Alat yang dingunakan menggunakan ayakan tepung 80 mesh sehingga
dalam pengujian labu kjedhal, Erlenmeyer, dihasilkan tepung ikan yang halus.
cawan porselin, kompor listrik, desikator, alat
penjepit, labu takar, corong buchner, selongsong Proses Pembuatan Biskuit
lemak, kertas saring, seperangkat alat Soxhlet, Pembuatan biskuit fortifikasi tepung ikan
hot plate, seperangkat alat gravimetri. kembung mengacu pada (Wulandari et al, 2019)
Bahan yang dingunakan dalam pembuatan yang telah dimodifikasi. Gula dan margarin
biskuit yaitu tepung ikan kembung, tepung dikocok dengan mixer kecepatan rendah selama
terigu, gula, telur, margarin, garam, susu skim, ±2 menit hingga homogen. Telur dimasukkan ke
baking powder, vanili. Sedangkan bahan yang dalam adonan secara perlahan sambal diaduk
dingunakan dalam pengujian adalah aquades, hingga rata. Susu skim, baking powder dan
natrium hidroksida-thiosulfat, H2SO4, H2O2, vanili dimasukkan ke dalam adonan, diaduk
H3BO3, NaOH. dengan kecepatan sedang sampai tercampur
selama ±2, tambahkan tepung ikan kembung (0,
Proses Pembuatan Tepung Ikan Kembung 10 gr, 15 gr dan 20gr) dan tepung terigu (100 gr,
Prosedur pembuatan tepung ikan 90 gr, 85 gr dan 80 grt) sesuai dengan perlakuan.
kembung mengacu pada (Haris & Nafsiyah, Berikutnya dicetak menggunakan cetakan
2019). Pada tahap awal ikan kembung yang berbentuk ikan, kemudian dipanggang dalam
dibeli dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dijaga oven pada suhu 160° selama ±20 menit.
kesegarannya dengan pendinginan sampai waktu Diagram Alir pembuatan biskuit dapa lihat pada
pembersihan. Kemudian ikan kembung gambar 1.
dilakukan pembersihan dengan mengeluarkan isi
1145
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
Gula Halus,
Margarin dan
Telur
Dikocok
Tepung terigu
Dicetak
Biskuit
Karakteristik Mutu
Biskuit
1146
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
4.76±0.16c
5 4.43±0.050bc
KADAR AIR (%)
3.79±0.049ab
4 3.42±0.028a
3
2
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 2. Histogram Kadar Air Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda.
Gambar 2 menujukkan kadar air biskuit perbedaan nyata (P<0,05) terhadap biskuit. Hasil
substitusi tepung ikan kembung tertinggi pada uji lanjut Duncan menujukkan jika kadar air
perlakuan P3 (tepung ikan kembung 20 gr : pada perlakuan P0 berbeda nyata dengan P2 dan
tepung terigu 80 gr) yaitu 4,76% dan kadar air P3, sedangkan formula P0 tidak berbeda nyata
terendah terdapat pada perlakuan kontrol (100 gr dengan formula P1.
tepung terigu) yaitu 3,42%. Hasil analisa kadar Sesuai dengan hasil analisis kadar air
air biskuit yang dihasilkan pada penelitian ini produk biskuit yang tertinggi yakni pada
yakni 3,42%. Kadar air pada biskuit yaitu formulasi P3. Hal ini diduga disebabkan oleh
maksimal 5%. Hasil penelitian menujukkan perlakuan penambahan tepung ikan kembung
produk biskuit yang difortikasi tepung ikan yang tinggi Berdasarkan penelitian yang
kembung telah memenuhi (SNI 01-2973-1992) dilakukan (Salamah et al., 2004) menyatakan
syarat mutu biskuit dengan kisaran kadar air bahwa daging ikan memiliki kadar air yang
3,42% - 4,76%. besar seperti tulang ikan. Berdasarkan hasil
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa penelitian pedahuluan yang dilakukan kadar air
penambahan tepung ikan kembung memberikan pada tepung ikan kembung berjumlah 1,43%.
1147
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
3
2.43±0.035b
KADAR LEMAK
2.37±0.17b
2.5 2.21±0.021b
2
1.5 1.2±0.098a
(%)
1
0.5
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 3. Histogram Kadar Lemak Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda
23.44±0.070c
25 20.36±0.015b 21.38±0.509b
KADAR PROTEIN
20
15
10
(%)
7.06±0.898a
5
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 4. Histogram Kadar Protein Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda
Berdasarkan Gambar 4 kadar protein protein yang tinggi yaitu sebesar 53,71%.
biskuit terendah pada perlakuan P0(tanpa Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penambahan tepung ikan kembung) yaitu 7,6% (Nadimin & Fitriani, 2019) semakin banyak
dan tertinggi terdapat pada P3 (tepung ikan penambahan tepung ikan yang ditambahkan
kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) yaitu maka semakin tinggi kadar protein biskuit ikan
23,44%. Hal ini menujukkan bahwa terjadi kembung. Berdasarkan persyaratan mutu biskuit
peningkatan kadar protein biskuit seiring dengan SNI 01-2973-1992 kadar protein minimal 6 %.
semakin tingginya fortifikasi tepung ikan Kadarprotein biskuit dengan fortifkasi tepung
kembung yang ditambahkan. ikan kembung adalah 7,06%-23,44% kadar
Hasil analisis ANOVA menujukkan protein tersebut telah memenugi standar SNI
bahwa penambahan tepung ikan kembung (1992).
berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Menurut penelitian (Sulastri, 2012)
protein biskuit. Uji lanjut Duncan (Lampiran 7) dalam (Roziana et al., 2020) protein hewani
menujukkan bahwa terdapat perbedaan nyata mempunyai kualitas daya cerna yang tinggi dan
(P<0,05) kadar protein antar perlakuan. Hasil uji termasuk protein sempurna yang memiliki
lanjut Duncan jika kadar protein pada perlakuan susunan asam amino yang lengkap baik dari segi
K, P1, P2, dan P3. jumlah maupun jenisnya.
Berdasarkan hasil Analisis kandungan
protein pada perlakuan K (tanpa penambahan Kadar Serat Kasar
tepung ikan) terjadi penurunan kadar protein. Serat kasar merupakan senyawa yang
Hal ini disebabkan tidak adanya fortifikasi biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa
tepung ikan kembung terhadap biskuit. yang tidak dapat dihidrolisa oleh oleh asam atau
Tingginya kadar protein pada perlakuan P3 alkali (Korompot et al., 2018) Serat kasar
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 20 merupakan bagian dari serat pangan, dimana
gr) diduga karena semakin tingginya fortifikasi serat kasar yakni bagian dari serat tak larut
tepung ikan kembung dan sesuai dengan hasil (Setyadi & Ninsix, 2019). Hasil analisis kadar
penelitian pendahuluan yang dilakukan jika serat kasar biskuit bisa dilihat pada Gambar 5.
tepung ikan kembung mempunyai kandungan
1149
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
5 4.29±0.325c
2 1.5±0.205a
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 5. Histogram Kadar Lemak Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan Kembung yang
Berbeda
Gambar 5 menujukkan kadar serat kasar biskuit menurun, suatu produk jika kadar air
biskuit tertinggi terdapat pada perlakuan P3 semakin menurun maka serat kasar akan
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 meningkat.
gr) yaitu 4,29% dan kadar serat kasar terendah (Nurhayati & Andayani, 2014)
terdapat pada perlakuan P0 (tanpa penambahan mengatakan kandungan sarat kasar dalam
tepung ikan kembung) yaitu 1,5%. Hasil Analisa makanan anak-anak harus rendah, tidak boleh
kadar serat kasar biskuit yang dihasilkan pada lebih dari 5 gr. Jika suatu produk mengandung
penelitian ini yakni berkisar 1,5-4,29%. serat kasar tinggi, maka produk pangan tersebut
Hasil analisis ANOVA pada menujukkan relative sangat merugikan karena serat kasar
penambahan tepung ikan kembung terdapat berpotensi menganggu dalam penyerapa zat-zat
perbendaan nyata (P<0,05) terhadap serat kasar gizi protein dan lemak yang dibutuhkan tubuh.
biskuit. Uji lanjut Duncan (Lampiran 8)
menujukkan terdapat perbedaan nyata pada Warna
perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Sedangkan P2 dan Warna merupakan salah satu indikator
P3 tidak berbeda nyata. untuk menilai tingkat kesukaan biskuit yang
Berdasarkan hasil analisis serat kasar difortifikasi tepung ikan kembung. Warna
cenderung meningkat hal ini terjadi karena adalah salah satu faktor penting dalam
perlakuan akibat bahan yang berbeda. Menurut penerimaan atau penolakan suatu produk karena
penelitian (Setyowati & Nisa, 2014) tepung merupakan hal pertama yang dilihat oleh
terigu mempunyai serat kasar sebesar 0.40- panelis. Warna pada biskuit diakibatkan oleh
0.50%. selain tepung terigu baking powder juga bahan-bahan pembuatan biskuit (Nadimin &
merupakan penghasil serat kasar pada biskuit. Fitriani, 2019). Hasil penilaian hedonik warna
Selama pemanganngan, air yang dihasilkan akan dapat dilihat pada Gambar 6.
menguap oleh pemanasan sehingga kadar air
1150
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
6
4.84±0.47b
5
4.04±0.79a 3.96±0.67a 3.93±0.64a
WARNA
4
3
2
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 6. Histogram Hasil Organoleptik Warna Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda
Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa tepung daging ikan kembung yang ditambahkan
nilai organoleptik warna biskuit yang paling kedalam formulasi biskuit maka warna biskuit
disukai oleh panelis yakni pada perlakuan P1 akan menjadi gelap. Tepung ikan menyebabkan
(tepung ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 warna pada biskuit menjadi gelap karena terjadi
gr) dengan nilai 5 serta yang paling tidak disukai reaksi maillard yaitu reaksi pencoklatan non
oleh panelis terdapat pada perlakuan P3 (tepung enzimatis karena adanya suatu reaksi antara gula
ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 gr) pereduksi dengan gugus amin bebas dari protein.
dengan nilai 4. Skor nilai warna pada biskuit
yang disubstitusi tepung ikan kembung dalam Aroma
pemberian makanan tambahan anak sekolah Aroma merupakan salah satu faktor dalam
dengan kosentrasi berbeda dihasilkan berkisar 4 penentu mutu. Aroma yang khas dan menarik
(suka), 5 (sangat suka). dapat membuat makanan lebih disukai oleh
Berdasarkan uji Kruskall Wallis, jika konsumen sehingga perlu diperhatikan dalam
warna ketiga perlakuan memberikan pengaruh pengolahan suatu bahan makanan. Aroma dapat
nyata (P<0,05) terhadap biskuit. Hasil uji lanjut didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati
Duncan menujukkan bahwa perlakuan P0, P1,P2 dengan indera pembau, dalam industri pangan,
dan P3, secara statistic berpengaruh nyata pada pengujian terhadap bau dianggap penting karena
warna biskuit yang di substitusi tepung ikan dengan cepat dapat memberikan nilai terhadap
kembung. produk tentang diterima atau tidaknya suatu
Berdasarkan skor nilai pada perlakuan P3 produk (Mozin & Ridhay, 2019) Nilai
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 organoleptik aroma biskuit yang disubstitusi
gr) semakin banyak penambahan tepung ikan tepung ikan kembung sebagai makanan
warna pada biskuit akan menjadi coklat gelap. tambahan anak sekolah dapat dilihat pada
Hal sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gambar 7.
(Palupi, 2007). Semakin banyak penambahan
1151
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
6
4.84±0.47b
5
4.0±0.70a 3.92±0.81a
AROMA
3.64±0.86a
4
3
2
1
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 7. Histogram Hasil Organoleptik Aroma Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda
Gambar 7 Menunjukkan bahwa nilai guanidin, trimetil amin oksida (TMAO) dan
organoleptik aroma biskuit yang paling digemari turunan imidazol. Semakin tinggi kosentrasi
oleh panelis yakni pada perlakuan P1 (tepung penambahan tepung ikan teri yang ditambahkan
ikan kembung 10 gr : tepung terigu 90 gr) ke dalam formulasi biskuit, maka nilai rata-rata
dengan nilai 5 (sangat suka) dan parameter kesukaan terhadap aroma semakin kecil, hal ini
aroma yang kurang digemari pada perlakuan P3 diduga karena panelis belum terbiasa dengan
(80 gr tepung terigu : 20 gr tepung ikan aroma ikan yang terlalu dominan pada biskuit
kembung) dengan nilai 4 (suka). Skor nilai (Asmoro et al., 2012). Penelitian ini sejalan
aroma pada biskuit yang difortifikasi tepung dengan (Nadimin et al., 2019) menujukkan ada
ikan kembung berkisar 4 – 5 dengan kriteria pengaruh penambahan tepung ikan terhadap
penerimaan suka dan sangat suka. cookies semakin banyak penambahan tepung
Berdasarkan uji Kruskall Wallis ikan kembung terhadap cookies maka daya
menyatakan jika aroma keempat perlakuan terima panelis pada biskuit cookies akan
memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap semakin kurang,
biskuit. Hasil uji lanjut Duncan menujukkan
bahwa perlakuan K, P1, P2 dan P3, secara Rasa
statistik berpengaruh nyata pada warna biskuit Rasa merupakan salah satu atribut yang
yang difortifikasi tepung ikan kembung. paling mempengaruhi penerimaan konsumen
Perlakuan P1 dengan skor 5 yang artinya terhadap produk biskuit. Penelitian (Fellows,
panelis sangat suka aroma biskuit. Hal ini 2014) dalam (Nadimin et al., 2019) menyatakan
dipengaruhi kosentrasi penambahan tepung ikan rasa merupakan aspek penting dalam penilaian
kembung hanya berjumlah sedikit sekitar 10 gr suatu produk tertentu dengan menggunakan
tepung ikan kembung. Penurunan pada P3 panca indera pengecap, penampilan produk
(tepung ikan kembung 20 gr : tepung terigu 80 dalam membentuk pilihan terhadap makanan
gr) terjadi karena penambahan tepung ikan dan orang-orang menilai cita rasa sebagai hal
kembung yang semakin tinggi sehingga utama dalam memilih makanan tertentu, masing-
memberikan aroma yang amis pada biskuit. masing panelis memiliki kepekaan dalam
Menurut penelitian (Rahmawati et al., 2013) menilai suatu produk. Nilai organoleptik rasa
aroma amis merupakan aroma khas pada ikan pada biskuit yang difortifikasi tepung ikan
yang disebabkan oleh komponen nitrogen yaitu kembung dapat dilihat pada Gambar 8.
1152
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
4.76±0.52b
5
3.96±0.73a 3.92±0.75a
4 3.68±0.85a
RASA
3
0
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 8. Histogram Hasil Organoleptik Rasa Biskuit yang Difortifikasi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda
1153
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 2, April 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
4.4 4.28±0.73a
4.2
TEKSTUR
4 3.92±0.81a
3.84±0.85a
3.8 3.68±0.74a
3.6
3.4
3.2
K P1 P2 P3
Perlakuan
Gambar 9. Histogram Hasil Organoleptik Tekstur Biskuit yang Disubstitusi Tepung Ikan
Kembung yang Berbeda
1155