Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waduk Cirata merupakan salah satu dari 3 (tiga) waduk di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum, Provinsi Jawa Barat. Waduk Cirata adalah waduk
serbaguna yang terletak di 3 (tiga) kabupaten yaitu: Purwakarta, Cianjur, dan
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (Saputra 2009). Waduk Cirata merupakan
ekosistem perairan yang memiliki banyak potensi seperti pembangkit tenaga listrik,
budidaya ikan, sumber pengairan, tempat rekreasi bagi masyarakat, dan sarana
perhubungan. Waduk Cirata telah mengalami penurunan daya guna akibat
pengaruh lingkungan yang ditimbulkan terlalu berat, penurunan daya guna ini dapat
berupa penurunan kualitas perairan yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis
(Saputra 2009).
Penurunan kualitas perairan ini disebabkan karena secara langsung waduk
tersebut menerima berbagai limbah yang dibuang dari berbagai pabrik di sekitar
waduk, pelapisan logam, makanan, minuman, kertas dan berbagai macam limbah
yang berasal dari buangan limbah domestik, dan dari lahan pertanian. Disamping
itu, banyaknya budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) yang semakin tidak
terkontrol juga menyebabkan turunnya kualitas perairan waduk (Badan Pengelola
Waduk Cirata 2011), kegiatan tersebut juga dapat menimbulkan pencemaran seperti
meningkatnya kandungan unsur hara, bahan organik, dan logam berat di perairan.
Waduk Cirata merupakan daerah yang menerima berbagai limbah organik
dan anorganik. Hal ini menjadi salah satu faktor pencemaran di perairan Waduk
Cirata. Limbah organik berasal dari makhluk hidup contohnya yaitu ikan yang mati
dan dedaunan yang sudah mati sedangkan limbah anorganik berasal dari zat kimia
atau industri contohnya yaitu timbal (Pb), kadmium (Cd) dan besi (Fe).

1
2

Salah satu kontaminan atau limbah anorganik yang masuk ke Waduk Cirata
adalah logam berat (Wicaksono 2016). Logam berat merupakan unsur yang cukup
berbahaya bagi lingkungan perairan, sifat logam berat yaitu mudah mengendap
pada sedimen dan mempunyai waktu endapan hingga ribuan tahun lamanya
(Saputra 2009). Logam berat juga dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup
di perairan melalui beberapa jalan yaitu melalui saluran pernafasan, saluran
makanan dan melalui kulit (Darmono 2001).
Pencemaran ekosistem waduk oleh logam berat pada konsentrasi tertentu
dapat menimbulkan berbagai gangguan ekologis di lingkungan perairan tersebut.
Masalah pencemaran ini dapat menimbulkan dampak destruktif terhadap
keanekaragaman sumber hayati perikanan dan produktivitas perikanan (Kumar dan
Pant 1994). Menurut Priyanto (2008) banyak ditemukan logam berat Hg, Pb, Cd
dan Cu di Waduk Cirata hal ini disebabkan karena banyaknya limbah dari kegiatan
industri di sekitar sungai yang masuk ke Waduk Cirata.
Logam berat timbal (Pb) berasal dari industri-industri seperti pabrik baterai,
amunisi, kawat, logam campuran, dan cat (Oktavianus dan Salami 2005). Logam
berat timbal (Pb) di Waduk Cirata banyak dihasilkan dari lalu lintas kapal/perahu,
limbah buangan industri, limbah domestik yang mengalir melalui aliran air sungai
yang masuk ke dalam waduk (Wicaksono 2016). Secara alamiah logam masuk ke
dalam perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan dan
proses korotifikasi batu-batuan mineral.
Salah satu komunitas biologis atau organisme yang merasakan langsung
pengaruh bahan pencemar tersebut adalah makrozoobentos, makrozoobentos
adalah organisme yang hidup di dasar perairan (Dhahiyat 2011). Sifat
makrozoobentos yang bersifat menetap dan tidak mampu menghindari bahan-bahan
pencemar memungkinkan terjadinya akumulasi logam berat pada organisme
makrozoobentos. Hal ini menjadikan makrozoobentos sebagai salah satu kelompok
organisme yang sering digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan dan
pencemaran logam berat. Salah satu makrozoobenthos yang sering dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar Waduk Cirata yaitu tutut atau yang dikenal dengan keong
air tawar.
3

Tutut di Waduk Cirata banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh


warga sekitar Waduk Cirata, karena selain mudah ditemui tutut juga memiliki
kandungan protein yang tinggi dan harga yang ekonomis, sehingga banyak warga
yang memilih untuk mengkonsumsi tutut sebagai bahan makanan sehari-hari. Tutut
yang sudah tercemar timbal (Pb) dan dikonsumsi oleh masyarakat akan
menyebabkan terganggunya kesehatan. Maka dari itu sangat perlu dilakukan
penelitian tentang pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tutut di Waduk Cirata
Jawa Barat.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan
penelitiannya yaitu bagaimana tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada
tutut di Waduk Cirata Jawa Barat.

1.3 Tujuan
Tujuan dari riset ini adalah untuk menentukan tingkat pencemaran logam
berat timbal (Pb) pada tutut di Waduk Cirata Jawa Barat.

1.4 Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dasar kondisi
konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada tutut di Waduk Cirata Jawa Barat untuk
kepentingan pengelolaan sumberdaya.

1.5 Kerangka Pemikiran


Waduk Cirata merupakan salah satu waduk yang kualitas perairannya sudah
tercemar logam berat, konsentrasi timbal (Pb) pada air di Waduk Cirata pada tahun
2014 yaitu sebesar 0,036 mg/L sementara baku mutu menurut PP Nomor 82 tahun
2001 Kelas III yaitu sebesar 0,030 mg/L penyebabnya yaitu banyaknya limbah yang
masuk ke perairan yang dibawa oleh aliran sungai lain, salah satunya adalah Sungai
Citarum.
Pencemaran ekosistem waduk oleh logam berat pada konsentrasi tertentu
dapat menimbulkan berbagai gangguan ekologis di lingkungan perairan tersebut.
4

Masalah pencemaran ini dapat menimbulkan penurunan kualitas perairan di Waduk


Cirata sehingga menyebabkan dampak negatif terhadap keanekaragaman sumber
hayati perikanan dan produktivitas perikanan (Sutrisno 2007).
Makrozoobentos merupakan salah satu biota perairan yang ada di Waduk
Cirata, Makrozoobentos dapat berfungsi sebagai bioindikator pencemaran logam
berat karena memiliki sifat yang cenderung menetap dan tidak mampu menghindari
bahan-bahan pencemar (Wicaksono 2016). Makrozoobentos yang paling banyak
ditemukan di Waduk Cirata yaitu tutut, tutut termasuk salah satu komoditas
perikanan yang banyak dimanfaatkan terutama oleh masyarakat sekitar Waduk
Cirata untuk dikonsumsi sehari-hari.
Penelitian tentang kandungan logam berat timbal (Pb) pada
makrozoobentos di Waduk Cirata juga telah dilakukan oleh Wicaksono (2016),
yang menyatakan bahwa konsentrasi logam timbal pada makrozoobentos berkisar
antara 0,78 – 3,19 mg/kg. Logam berat timbal (Pb) akan cenderung mengalami
peningkatan pada tubuh makrozoobentos seiring dengan meningkatnya kadar
logam berat di perairan. Hal ini disebabkan karena makrozobentos memiliki sifat
sebagai “filter feeder” yang menyaring makanan langsung dari air.
Logam berat sangat berbahaya jika terakumulasi pada tubuh makhluk hidup
terutama jika dikonsumsi oleh manusia, karena akan menyebabkan berbagai
penyakit yang merugikan. Oleh karena itu, dengan mengetahui kandungan logam
berat pada tutut diharapkan dapat mewakili tingkat akumulasi logam berat pada
organisme tersebut sehingga dapat diketahui cara untuk pengelolaannya agar
perairan maupun biota perairan di Waduk Cirata tidak tercemar sehingga biota
perairan khususnya tutut aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Adapun
kerangka pemikiran pada penelitian ini terdapat pada Gambar 1.
5

Ekosistem Waduk Cirata Aliran Sungai Citarum limbah


industri, domestik, pertanian dan
perikanan.

Akumulasi Logam
Timbal (Pb)

Logam Berat Timbal (Pb) pada Tutut


(Filopaludina javanica) di Waduk Cirata

Penurunan
Kualitas Perairan

Pengelolaan
Waduk Cirata

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai