Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL MAGANG

EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI YANG TERCEMAR LOGAM


KADMIUM (Cd) AKIBAT LIMBAH INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA
DI SUNGAI WINONGO
PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Surya Dirja
NIM. 134 110 081

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI YANG TERCEMAR LOGAM
KADMIUM (Cd) AKIBAT LIMBAH INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA
DI SUNGAI WINONGO
PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

PROPOSAL MAGANG

Oleh:
Nama

: Surya Dirja

NIM

: 134 110 081

Program Studi : Agroteknologi Pertanian


Yogyakarta, 16 Februari 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dosen Penelaah

Ir. Lelanti Peniwiratri, M.P.

Ir. Didi Saidi, M.Si.


Ketua Prodi Agroteknologi

Ir. Ellen Rosyelina S., M.P.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kerja
praktek tepat pada waktunya.
Proposal magang ini ditulis sebagai salah satu syarat permohonan kerja
praktek pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai
salah satu syarat dalam kurikulum Fakultas Pertanian, Program Studi
Agroteknologi, selain itu bertujuan untuk memambah wawasan atau pengetahuan
penulis pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Ellen Rosyelina S., M.P. selaku ketua prodi Agroteknologi.
2. Ir. Lelanti Peniwiratri, M.P. selaku dosen pembimbing magang yang telah
membantu dalam penulisan proposal magang ini.
3. Ir. Didi Saidi, M.Si. selaku dosen penelaah.
4. Rekan-rekan mahasiswa Agroteknologi yang telah membantu memberi
dukungan dalam proses penulisan proposal magang ini.
5. Serta semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa proposal magang ini tidak sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangunan.

Yogyakarta, 16 Februari 2015

Penyusun

I. LATAR BELAKANG
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)
yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemaran
memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah,
limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan
limbah industri, dan lain-lain (Effendi, 2003). Selanjutnya Peraturan
Pemerintah RI No.20 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dalam
Effendie (2003), mendefinisikan pencemaran air, yaitu masuk atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat
tertentu

yang

menyebabkan

tidak

lagi

berfungsi

sesuai

dengan

peruntukannya. Sungai merupakan salah satu lingkungan perairan yang


merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan domestik
maupun untuk kepentingan industri, sehingga perlu dijaga kelestarian fungsi
dan kualitasnya untuk pemanfaatan yang berkesinambungan. Pencemaran
terhadap sungai akan membahayakan biota air dan mahluk hidup lainnya
terutama masyarakat sekitar aliran sungai yang memanfaatkan sumber daya
sungai tersebut. Sungai yang melalui Kota Yogyakarta merupakan sungai
yang potensial terkena pencemaran limbah logam berat dikarenakan
terdapatnya beberapa industri atau rumah tangga yang menghasilkan limbah
yang mengandung komponen logam berat.
Logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan
terutama untuk sektor industri yang kegiatan produksinya bersifat terus
menerus. Apabila logam-logam berat tersebut mencemari air dan udara yang
selanjutnya terkonsumsi oleh organisme seperti ikan dan tubuh manusia,
maka akan mengumpul dalam waktu yang lama dan bersifat sebagai racun
yang akumulatif, artinya tidak bisa diurai oleh organ tubuh.
Logam berat adalah semua jenis logam yang mempunyai berat jenis lebih
dari 5 gram/cm3, sedangkan yang mempunyai berat jenis kurang dari 5

gram /cm3 dikenal dengan nama logam ringan (Saeni, 1989). Faktor yang
menyebabkan logam berat dikelompokkan kedalam pencemar adalah karena
logam berat tidak dapat terurai melalui proses biodegradasi seperti
pencemaran organik serta dapat terakumulasi dalam lingkungan (Hamidah
1980). Logam berat mampu berikatan dengan senyawa organik dan anorganik
melalui proses absorbsi dan pembentukan senyawa kompleks.
Pencemaran logam dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain:
a. Berhubungan dengan estetika seperti perubahan bau, warna, dan rasa air.
b. Dapat menyebabkan kerusakan ekosistem perairan.
c. Dapat menyebabkan kerusakan ekosistem pertanian yang dilalui sungai.

II. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan :
1. Untuk memenuhi salah satu kurikulum pada program studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta.
2. Mengenal keadaan dunia kerja yang akan dihadapi sehingga dapat
melakukan persiapan sebelum terjun langsung kedalamnya.
Manfaat :
1. Mengetahui secara langsung bagaimana kondisi sebenarnya dari
kualitas air akibat pencemaran logam berat.
2. Mengetahui bagaimana cara untuk mengevaluasi kualitas sungai demi
kegiatan pertanian masyarakat yang dilalui oleh aliran sungai winongo.
3. Menambah wawasan tentang penentuan bahan pencemar logam berat
khususnya kadmium (Cd) yang dapat merusak lingkungan aliran
sungai winongo.
III.

BATASAN MASALAH

Pada pelaksanaan magang yang dilakukan ini penulis membatasi masalah


evaluasi kualitas air sungai yang tercemar logam kadmium (Cd) akibat
limbah industri dan rumah tangga di sungai winongo.
IV.

TINJAUAN PUSTAKA
Disebut logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa
tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya.
Yang termasuk golongan logam berat adalah seluruh elemen logam kimia.
Merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), talium
(Tl), dan timbal (Pb) adalah beberapa contoh logam berat berbahaya.
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
manusia lewat makanan, air minum, atau melalui udara. Logam-logam berat
seperti tembaga, selenium atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk
membantu kinerja metabolisme tubuh. Logam-logam tersebut berpotensi
menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh tinggi.
Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi.
Bioakumulasi berarti peningkatan konsentrasi unsur kimia tersebut dalam
tubuh makhluk hidup sesuai piramida makanan. Akumulasi atau peningkatan
konsentrasi logam berat di alam mengakibatkan konsentrasi logam berat di
tubuh manusia adalah tertinggi.
Jumlah yang terakumulasi setara dengan jumlah logam berat yang
tersimpan dalam tubuh ditambah jumlah yang diambil dari makanan,
minuman atau udara yang terhirup. Jumlah logam berat yang terakumulasi
lebih cepat dibandingkan dengan jumlah yang terekskresi dan terdegradasi.
Sedangkan beberapa logam seperti seng, kromium, besi, mangan, dan
tembaga diperlukan tubuh dalam konsentrasi kecil, tetapi dapat menjadi racun
dalam jumlah besar. Logam dapat menumpuk dalam tubuh melalui makanan,
air, udara atau absorpsi langsung melewati kulit. Ketika logam berat sudah
masuk dalam tubuh, elemen ini akan menggantikan tempat mineral-mineral
lain yang dibutuhkan tubuh seperti seng, tembaga, magnesium dan kalsium,
dan unsur logam berat tersebut akan beredar dalam sistem fungsi organ.

Kemungkinan utama yang mengalami keracunan logam berat adalah


penduduk dan karyawan di wilayah sekitar industri, pabrik farmasi, pabrik
kimia, pertambangan, serta pertanian yang banyak menggunakan insektisida.
Timbal (Pb) merupakan kandungan logam berat yang memiliki sifat toksik
yang tinggi. Logam ini berasal dari buangan industri baja atau metal dan juga
berasal dari proses korosi yang terjadi (Anonim, 1996). Timbal (Pb) sangat
berpengaruh pada lingkungan perairan dan mahluk hidup, dimana timbal ini
merupakan logam berat yang memiliki sifat toksik yang tinggi. Timbal (Pb)
tidak boleh masuk ke dalam tubuh organisme walaupun konsentrasinya kecil.
Palar (1994) menyatakan bahwa konsentrasi timbal (Pb) yang dapat
mengakibatkan kematian bagi biota perairan yaitu 188 mg/l dan dapat
membunuh ikan-ikan. Setiap hari manusia rata-rata menghirup 0,15 myugram
timbal dari udara dan meminum 15 g timbal dari perairan. Menghisap
sebanyak 20 rokok sehari setara dengan menghirup 2-45 gram kadmium, di
mana level konsentrasi timbal pada tiap jenis rokok sangat beragam (Pikiran
Rakyat, 2006).
Kadmium (Cd), salah satu unsur kimia ini banyak digunakan sebagai
lapisan tahan korosi pada baja atau plastik, pewarna, alat-alat elektronik, serta
baterai nikel atau kadmium. Akumulasi kadmium dalam waktu yang lama
pada tubuh manusia mengakibatkan berbagai disfungsi organ dan
metabolisme. Konsentrasi tinggi logam ini dapat menghalangi kerja paruparu, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru. Kadmiun juga dapat merusak
tulang (osteomalacia, osteoporosis) pada manusia dan hewan. Kadmium di
dalam tanaman secara kimiawi serupa dengan seng (Zn), baik penyerapan
maupun fungsi metabolisme di dalam tanaman. Namun seng (Zn) tidak
berbahaya bagi tumbuhan atau makhluk hidup dalam takaran yang tidak
lebih. Kadmium bukan hara essensial bagi tanaman, namun mempunyai
afinitas tinggi terhadap gugus thiol (-SH) dalam enzim dan protein. Maka
keberadaan kadmium (Cd) akan mengganggu aktivitas enzim, metabolisme
besi (Fe), dan menyebabkan klorosis pada daun tanaman. Selain itu, kadmium
di dalam tanaman dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah.
Sejumlah tertentu metal ini meningkatkan tekanan darah serta mengakibatkan

myocardium pada hewan, meski tidak ditemukan data adanya kasus penyakit
tersebut pada manusia.
Tembaga atau copper (Cu) merupakan logam berat yang dijumpai pada
perairan alami dan ,merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan dan
hewan. Pada tumbuhan, termasuk algae, tembaga berperan sebagai penyusun
plastocyanin yang berfungsi dalam transfor elektron dalam proses fotosintesis
(Boney, 1989 dalam Effendi, 2003). Kadar tembaga pada kerak bumi sekitar
50 mg/kg (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).
Seng (Zn) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam.
Kadar seng pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg (Moore, 1991 dalam Effendi,
2003). Kelarutan unsur seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan
dengan klorida dan sulfat mudah larut, sehingga kadar seng dalam air sangat
dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion seng mudah terserap kedalam
sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat meningkatkan kadar seng, karena
seng silika mengikat seng. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng
meningkat. Kadar seng pada perairan alami 0,05 mg/liter (Moore, 1991 dalam
Effendi, 2003). Pada perairan asam mencapai 50 mg/liter; dan pada perairan
laut 0,01 mg/liter 0,01 mg/liter McNeelyet al. 1979 dalam (Effendi, 2003).
Kalsium (Ca) sangat dipengaruhi oleh reaksi kimia yang melibatkan
karbondioksida. Cole (1988) dalam Effendi (2003) mengemukakan bahwa
perairan yang miskin akan kandungan kalsium biasanya juga miskin akan
kandungan ion-ion lain yang sangat dibutuhkan oleh organisme akuatik.
Sumber utama kalsium di perairan adalah batuan dan tanah.
Magnesium (Mg) adalah logam alkali tanah yang cukup berlimpah pada
perairan alami. Bersama dengan kalsium, magnesium merupakan penyusun
utama kesadahan. Garam-garam magnesium bersifat mudah larut dan
cenderung bertahan sebagai larutan, meskipun garm-garam kalsium telah
mengalami presipitasi (Effendi, 2003). Magnesium bersifat tidak toksik,
bahkan menguntungkan bagi fungsi hati dan system saraf. Akan tetapi, Cole
(1988) dalam Effendi (2003) mengemukakan bahwa kadar MgSO4 yang
berlebihan dapat mengakibatkan anesthesia pada organisme vertebrata dan
avertebrata. Pada tumbuhan, magnesium terdapat pada klorofil. Kadar

magnesium pada perairan alami bervariasi antara 1-100 mg/liter; pada


perairan laut mencapai 1000 m/liter. Kadar maksimum yang diperkenankan
untuk kepentingan air minum adalah 50 mg/liter (Effendi, 2003).
V. RENCANA MAGANG
Dalam pelaksanaan magang ini, penulis akan melaksanakan magang
selama empat minggu yang telah direncanakan. Rencana magang akan
dilakukan sebagai berikut:
N
o
1

Macam Kegiatan Magang

Waktu Pelaksanaan

a. Konsultasi dengan pembimbing.


b. Mendata kegiatan di kantor

untuk

operasional (persiapan s/d pelaksanaan).


2

a. mengamati kegiatan di lapangan.


b. mengumpulkan
data
(persiapan,
pelaksanaan,

pemantauan,

evaluasi

Minggu Kedua

keberhasilan proses).
c. Menganalisa data.
a. Mengikut kegiatan lapangan.
b. Melakukan diskusi dengan pembimbing
lapangan

Minggu Pertama

c.
d.
a.
b.

mengenai

kegiatan

yang

Minggu ketiga

dilakukan.
Mendata kegiatan di lapangan.
Menyusun data lapangan.
Mengikuti kegiatan di lapangan.
Mengkonfirmasi data lapangan kepada
pembimbing

lapangan

dan

dosen

pembimbing
c. Penyusunan data untuk laporan sementara

Minggu keempat

magang.
VI.

DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press, Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta.


Huheey. J, E. 1983. Inorganic Chemistry Principles of Structure and
Reactivity. Haver Internasional, New York.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sumirat, J. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada. University Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai