Anda di halaman 1dari 20

RESUME

PENCEMARAN AIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
KIMIA LINGKUNGAN
Dosen pengampu :
Silvia Rahmi Ekasari S.T, M.T

Disusun Oleh :
1. Sitna Windia Risqi (12212173003)
2. Anisa Widyawati (12212173006)
3. Muhamad Nur Ingkiadu S ( 12212173011)
4. Binti Ma’unah (12212173040)
5. Nurul Zaizatul Musdalifah ( 12212173044)
6. Rahma Azilatul Magfiroh (12212173034)

JURUSAN TADRISKIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
TULUNGAGUNG
Maret 2020
A. Pengertian Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Kemanfaatan terbesar
danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai
objek wisata.Dalam PP No 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air di
definisikan sebagai: “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari
air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai
dengan peruntukannya. (Pasal 1, angka 2). Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air
seperti danau, sungai, laut dan air tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Air biasanya
disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa
mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai
dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.
Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Walaupun
fenomena alam, seperti gunung meletus, pertumbuhan gulma yang sangat cepat, badai dan
gempa bumi merupakan penyebab utama perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut
tidak dapat disalahkan sebagai penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan
oleh limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan
dengan menggunakan racun. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair),
polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, tumpaham minyak tanah dan oli
merupakan sumber utama pencemaran air, terutama air tanah. Disamping itu penggundulan
hutan, baik untuk pembukaan lahan pertanian, perumahan dan konstruksi bangunan lainnya
mengakibatkan pencemaran air tanah. Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-
sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu
batere) juga berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah.
Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan perubahan sifat Fisika
dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang mencemari air.
Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada
manusia dan binatang.
Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik,
suhu dan pertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia,
pencemaran air (air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan
kesehatan manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari
14.000 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran
air. Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut:
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan
minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah)
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida)
4. Limbah pengolahan kayu
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti plastik,
gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa
makanan dan sayuran).

B. Penyebab Penemaran Air


Polusi air adalah istilah yang menggambarkan situasi ketika tingkat kontaminan
menghambat penggunaan air. Hanya dibutuhkan sedikit polutan untuk mencemari air untuk
persediaan air minum.1 Kekhawatiran dengan keamanan air sekarang adalah potensi
keberadaan polutan kimia. Polutan tersebut mungkin termasuk dalam bahan kimia organik,
anorganik, logam berat dari limbah industri, perkotaan atau limbah rumah tangga, dan
sumber pertanian.2
Logam berat yang dapat menimbulkan pencemaran air adalah sebagai berikut:
1. Cadmium
Kadmium polutan dalam air dapat timbul dari limbah tambang dan buangan industri,
terutama dari pelapisan logam. Secara kimia, kadmium sangat mirip dengan seng, dan
kedua logam ini sering mengalami proses geokimia bersama. Kedua logam ditemukan
dalam air dalam keadaan oksidasi +2. Kadmium dan seng adalah polutan air dan
sedimen umum di pelabuhan yang dikelilingi oleh instalasi industri. Kadmium
memiliki paruh panjang lebih dari 10 tahun di dalam tubuh manusia, dengan sekitar

1
Ian L, Peaper, dkk, Environmental and Pollution Science, 2006, (Elsevier:UK), hlm : 281
2
Manahan, Stanley E, Fundamental of Environmental and toxicological Chemistry, 2013, ( CRC Press : Lomdon),
hlm 75
50% dari logam berat ini berada di ginjal. Kadmium menyebabkan disfungsi tubulus
dan cedera di ginjal. Efek lain dari keracunan kadmium akut pada manusia termasuk
tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testis, dan penghancuran
sel darah merah. Sebagian besar aksi fisiologis kadmium adalah karena kesamaan
kimianya dengan seng. Kadmium dapat menggantikan seng dalam beberapa enzim,
dengan demikian mengubah struktur stereostrik enzim dan merusak katalitiknya
aktivitas, menyebabkan penyakit gejala. Kadmium diduga menjadi penyebab penyakit
itai-itai (dalam bahasa Jepang, secara harfiah "ouch-ouch") yang pertama kali diakui
pada 1940-an di lembah sungai Jinzu Jepang. Mempengaruhi terutama pasca-
menopause wanita, penyakit itai-itai dimanifestasikan oleh gangguan tulang, darah,
dan ginjal. Tulang korban menjadi begitu rapuh sehingga bahkan tindakan bersin
dapat menyebabkan patah tulang rusuk yang menyakitkan, maka nama penyakit itu.
Air di cekungan Jinzu terkontaminasi kadmium dari penambangan kadmium kegiatan
yang dimulai pada 1930-an, yang menghasilkan air minum yang terkontaminasi
kadmium. Penggunaan air yang terkontaminasi untuk mengairi sawah menghasilkan
kontaminasi kadmium dari sereal beras, makanan pokok di daerah itu, dan
menyebabkan keracunan kadmium dari mereka yang mengonsumsi sereal.
2. Timbal
Timbal anorganik timbul dari sejumlah sumber industri dan pertambangan. Timbal
dalam air dalam keadaan oksidasi +2. Selain sumber pencemar, timbal-bantalan batu
kapur dan galena (PbS) berkontribusi terhadap perairan alami di beberapa lokasi.
Bukti dari rambut sampel dan sumber lain menunjukkan bahwa beban tubuh dari
logam beracun ini telah berkurang selama beberapa dekade terakhir, sebagian besar
akibat dari timbal yang kurang digunakan dalam pipa dan produk lain yang masuk
kontak dengan makanan atau minuman. Keracunan timbal akut pada manusia
menyebabkan disfungsi parah pada ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak dan sistem
saraf pusat, menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Keracunan timbal dari
paparan lingkungan diperkirakan telah menyebabkan keterbelakangan mental pada
banyak anak. Memimpin keracunan menyebabkan beberapa efek hematologis (darah)
termasuk anemia. Neuropati perifer termasuk gejala penurunan kaki dan pergelangan
tangan yang telah diamati pada pekerja yang terpajan timah hitam pengaturan industri.
Korban keracunan timbal mungkin mengalami sakit kepala dan sakit otot serta merasa
umumnya lelah dan mudah marah. Kecuali dalam kasus terisolasi, timbal mungkin
bukan masalah besar dalam air minum, meskipun potensi ada dalam kasus di mana
pipa timah tua masih digunakan. Air yang telah berdiri dalam pipa rumah tangga
selama beberapa waktu mungkin memiliki kadar timbal yang tinggi (bersama dengan
seng, kadmium, dan tembaga) dan harus dikeringkan sebentar sebelum digunakan.
3. Merkuri
Merkuri dalam atmosfer berasal dari pembakaran batu bara. Hal ini memepengaruhi
polusi air dalam siklusnya. Keracunan merkuri atau raksa terjadi ketika seseorang
terpapar merkuri dalam jumlah tertentu. Racun merkuri umumnya menyerang sistem
saraf, saluran pencernaan, dan ginjal. Keracunan ini bisa terjadi melalui uap yang
dihirup, konsumsi makanan tercemar merkuri, suntikan, dan penyerapan
kulit. Merkuri adalah unsur logam yang terdapat secara alami dalam produk sehari-
hari, seperti produk makanan, namun jumlahnya di lingkungan meningkat seiring
perkembangan industri.3
Logam metaloid yang paling banyak terdapat pada pencemaran air yaitu arsenik, unsur
beracun. Keracunan terjadi dengan konsumsi sejumlah kecil arsenik selama periode waktu
yang lama. Ada beberapa bukti bahwa elemen ini juga bersifat karsinogenik. Arsenik terjadi
di kerak bumi pada tingkat rata-rata 2-5 ppm. Arsenik ini dapat berasal dari pestisida yang
sering digunakan, ataupun arsenik yang dihasilkan dari perang dunia ke II, sumber utama lain
penghasil arsen adalah tambang, arsen adalah pruduk lain dari tambang emas dan permurnian
timah. Selain logam metaloid terdapat pula polutan dari kimia anorganik diantaranya adalah
sianida. Sianida zat beracun yang mematikan, ada dalam air sebagai HCN, asam lemah,
dengan Ka 6 × 10-10. Sianida memiliki beberapa kegunaan industri yang signifikan, terutama
untuk pembersihan dan pelapisan logam.. Sianida juga digunakan dalam beberapa operasi
pemrosesan mineral, terutama dalam mengekstraksi emas dari bijih tingkat rendah.
Pembunuhan ikan yang signifikan telah dihasilkan dari pelepasan sianida dari pengolahan
mineral operasi ke saluran air. 4
Selain metaloid dan senyawa anorganik, pencemaran air juga dapat disebabakan karena
ada senyawa organologa, seperti Timah. Timah yang sering digunakan yaitu TBT yang sering
digunakan pada pelapis kapal laut. Kapal laut sering berinteraksi langsung dengan air dalam
laut dan terjadi pada jangka waktu yang lama. Sehingga TBT yang terdapat di kapal lama-

3
Manahan, Stanley E, Fundamental of Environmental and toxicological Chemistry, 2013, ( CRC Press : Lomdon),
hlm 78
4
Manahan, Stanley E, Fundamental of Environmental and toxicological Chemistry, 2013, ( CRC Press : Lomdon),
hlm 79
lama akan terkikis bercampur dengan air laut. Hal ini yang menyebabkan terjadinya polusi
pada air laut dan rusaknya ekosistem bawah laut.5
Asbes dalam air juga dapat menimbulkan pencemaran air. Hal ini dikarenakan banyak
limbah industri pembuatan tailing biji besi yang mengandung asbes dibuang ke saluran air.
Hal ini dapat mengakibatkan orang yang berdekatan dengan air yang tercemar asbes
terjangkit gangguan pernafasan dan penyakit pada paru-paru.6
Selain itu adanya sabun dan juga diterjen dapat memicu terjadinya polusi air. Salah satu
zat penyusun detergen adalah alkyl benzene sulfonate. Alkyl benzene sulfonate bersifat sulit
terurai di alam sehingga banyak Negara yang sudah melarang penggunaan zat ini. Apabila
jumlah limbah detergen terus bertambah maka kandungan alkyl benzene sulfonate juga akan
semakin banyak mencemari lingkungan. Kondisi limbah detergen yang tak terkendali akan
menyebabkan pencemaran air di got-got yang mengalir ke sungai lalu bermuara di laut.
Apabila debit limbah detergen semakin besar maka sangat memungkinkan terjadinya
pencemaran terhadap air tanah. Padahal air tanah digunakan sebagai sumber air minum
masyarakat, sehingga zat kimia berbahaya penyusun detergen secara tidak langsung akan ikut
terminum. Selain itu, adanya busa sabun di permukaan perairan juga akan menghalangi
cahaya matahari dan sirkulasi oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian biota air di
bawahnya. Selain itu Perairan sungai atau rawa yang tercemar limbah detergen dapat memicu
timbulnya eutrofikasi. Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman
enceng gondok dan ganggang. Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan sungai atau rawa
akan tertutup tanaman ini. Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air dibawahnya karena
eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu tumbuhnya ganggang
yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama kelamaan bukan tidak
mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di dalamnya mati atau bahkan mengalami
kepunahan. Penggunaan pestisida yang berlebihan juga dapat memeicu terjadinya
pencemaran air. Karena sifat bahannya yang toxic bisa merusak ekosistem yang ada didalam
air dan memebuat air mencadi tidak sehat.
Polusi tidak terbatas pada polutan kimia. Faktor fisik dari lingkungan juga dapat
berkontribusi terhadap terjadinya polusi air. Misalnya, air panas yang dikeluarkan dari
pembangkit listrik dapat merubah suhu air. Sumber utama kontaminasi air permukaan adalah
konstruksi, kota, pertanian, dan industri, air yang dikirim ke bumi dalam bentuk curah hujan
5
Manahan, Stanley E, Fundamental of Environmental and toxicological Chemistry, 2013, ( CRC Press : Lomdon),
hlm 81
6
Manahan, Stanley E, Fundamental of Environmental and toxicological Chemistry, 2013, ( CRC Press : Lomdon),
hlm 8
tidak murni. Gas dari tanaman dan pembusukan, dan gas dari aktivitas geologi adalah contoh
polusi atmosfer yang dapat diturunkan secara alami yang dapat menyebabkan polusi air.
Masalah hujan asam di negara bagian New England adalah contoh klasik polusi atmosfer
yang diturunkan secara antropogenik yang berkontribusi terhadap pencemaran air
permukaan.7
C. Akibat Pencemaran Air
Akibat pencemaran air adalah penurunan kualitas air dan gangguan penggunaannya.
Dalam batas-batas tertentu badan-badan air mampu membersihkan atau memurnikan dirinya
sendiri (self purification) terhadap bahan- bahan pencemar yang masuk ke dalamnya.
Pencemaran terjadi bila batas daya dukung untuk membersihkan dirinya terlampaui. Dampak
negatif dari pencemaran ini antara lain adalah pengurangan oksigen terlarut, peningkatan
derajad eutrofikasi, penurunan keanekaragaman biota air, penurunan kualitas air, peningkatan
biaya sosial tinggi sebagai akibat langsung maupun tidak langsung.
Adapun dampak buruk bagi kesehatan akibat pencemaran air :
1. Kolera
Kolera merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri
ini biasanya muncul di air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses orang
yang menderita penyakit ini.
Kalian juga bisa menderita kolera jika mencuci makanan menggunakan air yang
terkontaminasi. Beberapa gejala kolera adalah diare, kram perut, muntah dan sakit
kepala.
2. Disentri
Disentri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke mulut
melalui air atau makanan yang tercemar. Beberapa gejala disentri antara lain
demam, muntah, sakit perut, dan diare parah.
3. Diare
Diare merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi karena
kasus pencemaran air. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan parasit yang ada
di air yang tercemar. Diare biasanya ditandai oleh feses yang encer dan buang air
besar terus-terusan.
4. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang menyerang hati dan disebabkan oleh virus.

7
Ian L, Peaper, dkk, Environmental and Pollution Science, 2006, (Elsevier:UK), hlm : 282
Penyakit ini biasanya menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi
feses, atau melalui kontak langsung dengan feses dari pengidap hepatitis A.
5. Keracunan Timbal
Timbal merupakan salah satu polutan yang biasa ditemukan di air yang tercemar.
Jika terpapar timbal dalam dosis berlebih dapat menyebabkan penyakit serius,
seperti kerusakan organ, gangguan sistem saraf dan penyakit ginjal.
6. Polio
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh poliovirus. Penyakit ini
menyebar melalui feses dari pengidap polio. Polio dapat dicegah dengan mudah
dengan cara mendapatkan vaksin polio.
7.Trachoma
Akibat pencemaran air lainnya terhadap kesehatan adalah trachoma atau infeksi
mata. Penyakit ini disebabkan oleh kontak dengan air yang tercemar.
D. Usaha Mengatasi Pencemaran Air
Penanggulangan terjadinya pencemaran air Pengolahan limbah industri sebelum
dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di
suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai
tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak
dibuang ke sungaimelainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri. Sampah
padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya
dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai
pupuk.
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan.
Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida
akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat,
karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logamlogam
berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni
organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang
mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-
logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri.
Untuk menanggulangi agar tidak terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah
industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan
terhadap pencemaran yang telah terjadi. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan, diantaranya
melalui menjaga air tanah agar tetap bersih misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau
ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis–jenis pestisida dan zat–zat kimia lain yang
dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
Kendala dalam mengatasi pencemaran air:
1. Kurangnya kesadaran diri dari orang – orang untuk membuang sampah pada
tempatnya
2. Kurangnya sistem drainase di jalan – jalan
3. limbah – limbah yang tidak diolah oleh manajemen pabrik dengan baik, sehingga
mencemari lingkungan sekitar
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah mengenai pencemaran lingkungan.
E. Proses Pengolahan Pencemaran Air
 PENGOLAHAN AIR LIMBAH MODERN
Tujuan utama dari pengolahan air limbah adalah penghapusan dan degradasi bahan
organik dalam kondisi yang terkendali. Perawatan limbah lengkap terdiri dari tiga
langkah utama,

1. Pengolahan Primer
Pengolahan primer adalah langkah pertama dalam pembuangan kotoran limba
kota. Secara fisik memisahkan padatan besar dari aliran limbah. Sewaktu
limbah mentah memasuki pabrik pengolahan, itu melewati kisi logam yang
menghilangkan puing-puing besar, seperti cabang, ban, dan sejenisnya
(Gambar 26.4). sebuah layar bergerak kemudian menyaring barang-barang
kecil seperti popok dan botol (Gambar 26.5), setelah itu tempat tinggal
sementara di sebuah tangki grit memungkinkan pasir dan kerikil mengendap.
Limbah aliran kemudian dipompa ke tangki pengendapan primer (juga dikenal
sebagai tangki sedimentasi atau penjernih), di mana sekitar setengah dari
padatan organik yang ditangguhkan mengendap di bawah sebagai lumpur
(Gambar 26.6).
2. Pengolahan sekunder
Perawatan sekunder terdiri dari degradasi biologis, dimana padatan
tersuspensi yang tersisa didekomposisi oleh mikroorganisme dan berkurang
jumlah patogen. Di tahap ini, efluen dari perawatan primer mungkin dipompa
ke bed filter yang menetes (Gambar 26.7), aerasi tangki (Gambar 26.8), atau
laguna air limbah.
a. Trickling filters
Di pabrik pengolahan air limbah modern, filter menetes terdiri dari unit
plastik (lihat Gambar 26.7). Media yang digunakan dalam trickling filter
mungkin batu, keramik bahan, batu bara keras, atau media plastik. Media
plastik dari polivinil klorida (PVC) atau polypropylene digunakan saat ini
dalam filter menetes tingkat tinggi.
Saat zat organik lewat melalui filter tetesan, itu dikonversi ke mikroba
biomassa sebagai biofilm pada media filter. Biofilm itu bentuk pada
permukaan media filter disebut zooleal film. Ini terdiri dari bakteri, jamur,
ganggang, dan protozoa. Seiring waktu, peningkatan ketebalan biofilm
mengarah ke difusi oksigen terbatas ke lapisan yang lebih dalam dari
biofilm, menciptakan lingkungan anaerob di dekat media filter permukaan.
Akibatnya, organisme akhirnya mengelupas permukaan dan biofilm baru
terbentuk. Limbah dari filter menetes biasanya masuk ke penjelas akhir
untuk memisahkan padatan dari efluen (Gambar 26.10).
b. Lumpur aktif konvensional
Pencernaan tangki aerasi juga dikenal sebagai proses lumpur aktif.

. Limbah dari pengolahan primer dipompa ke dalam tangki dan dicampur


dengan bubur yang kaya bakteri dikenal sebagai lumpur aktif. Udara atau
oksigen murni dipompa melalui campuran mendorong pertumbuhan dan
dekomposisi bakteri dari bahan organik. Kemudian pergi ke tangki
pengendapan sekunder, di mana air disedot dari atas tangki dan lumpur
dikeluarkan dari bagian bawah. Sebagian lumpur digunakan sebagai
inokulum untuk limbah cair primer. Pengingat lumpur, yang dikenal
sebagai lumpur sekunder, dihilangkan. Lumpur sekunder ini ditambahkan
ke lumpur primer dari pengolahan primer, dan kemudian anaerob asli
pencernaan (lihat Gambar 26.10). Produk akhir dari ini proses ini dikenal
sebagai biosolids (lihat Bab 27). Konsentrasi patogen berkurang dalam
proses lumpur aktif oleh mikroorganisme antagonis serta adsorpsi untuk
atau penggabungan dalam lumpur sekunder.
Karakteristik penting dari proses lumpur aktif adalah daur ulang
sebagian besar biomassa. Ini menghasilkan sejumlah besar
mikroorganisme yang mengoksidasi organic materi dalam waktu yang
relatif singkat (Bitton, 1999). Biomassa mikroba yang diproduksi di tangki
aerasi harus diselesaikan dengan benar dari suspensi sehingga mungkin
terbuang atau dikembalikan ke tangki aerasi.
c. Penghilangan nitrogen dengan proses lumpur aktif
Proses lumpur aktif dapat dimodifikasi untuk menghilangkan
nitrogen untuk mendorong nitrifikasi diikuti oleh denitrifikasi. Nitrifikasi
harus diikuti oleh denitrifikasi untuk menghilangkan nitrogen dari air
limbah. Yang konvensional diaktifkan sistem lumpur dapat dimodifikasi
untuk mendorong denitrifikasi. Tiga proses tersebut adalah:
 Sistem lumpur tunggal
 Sistem multisludge

 Proses Bardenpho

d. Pemindahan fosfor dengan proses lumpur aktif


Fosfor juga dapat dikurangi dengan aktivitas mikroorganisme dalam
proses lumpur aktif yang dimodifikasi. Proses tergantung pada penyerapan
fosfor oleh mikroba selama tahap aerobik dan pelepasan berikutnya selama
tahap anaerob. Dua dari beberapa sistem yang digunakan adalah:
 Proses A / O (anaerob / oksik). Proses A / O terdiri dari sistem
lumpur aktif yang dimodifikasi yang mencakup suatu zona anaerob
(waktu penahanan 0,5-1 jam) di hulu tangki aerasi konvensional
(waktu penahanan 1-3 jam).
 Proses Bardenpho. Sistem ini juga menghapus nitrogen serta fosfor
oleh nitrifikasi– proses denitrifikasi.
3. Pengolahan Tersier
Penanganan efluen tersier melibatkan serangkaian tambahan langkah-langkah setelah
perawatan sekunder untuk lebih mengurangi organik, kekeruhan, nitrogen, fosfor,
logam, dan patogen. Paling prosesnya melibatkan beberapa jenis perawatan
fisikokimia seperti koagulasi, filtrasi, adsorpsi karbon aktif organik, osmosis balik,
dan desinfeksi tambahan.
a. Penghilangan Patogen oleh Limbah Proses Perawatan
Masalah saat ini terkait dengan pathogen pengurangan adalah keandalan pabrik
pengolahan, penghilangan baru dan patogen enterik yang muncul, dan
kemampuan teknologi baru untuk mempengaruhi pengurangan patogen. Variasi
yang luas dalam penghilangan patogen dapat menghasilkan jumlah yang
signifikan patogen melewati proses untuk berbagai waktu titik. Masalah
keandalan sangat penting jika air reklamasi dimaksudkan untuk rekreasi atau
digunakan kembali, di mana paparan jangka pendek untuk patogen tingkat tinggi
dapat mengakibatkan risiko yang signifikan terhadap populasi yang terpapar.
Dibandingkan dengan metode pengolahan biologis lainnya, lumpur aktif relatif
efisien dalam mengurangi jumlah patogen dalam air limbah mentah. Sedimentasi
dan aerasi berperan dalam pathogen pengurangan. Sedimentasi primer lebih
efektif untuk penghapusan patogen yang lebih besar seperti telur cacing, tetapi
Bakteri terkait padat dan bahkan virus juga dihilangkan. Selama aerasi, patogen
tidak aktif secara antagonis mikroorganisme dan oleh faktor lingkungan seperti
suhu. Penghilangan terbanyak mungkin terjadi oleh adsorpsi atau penyaringan
organisme dalam biologis flok yang terbentuk. Kemampuan lumpur aktif untuk
menghilangkan virus terkait dengan kemampuan untuk menghilangkan padatan.
Ini adalah karena virus cenderung padat, dan dihapus bersama dengan floc.
Proses pengolahan tersier dapat melibatkan proses fisikokimia menjadi
efektif dalam mengurangi lebih lanjut konsentrasi patogen dan meningkatkan
efektivitas proses desinfeksi dengan menghilangkan larut dan partikulat bahan
organic. Filtrasi adalah mungkin proses pengolahan tersier yang paling umum.
Filtrasi media campuran paling efektif dalam pengurangan parasit protozoa.
Koagulasi, terutama dengan kapur, dapat menghasilkan signifikan pengurangan
patogen. Kondisi pH tinggi (pH 11-12) yang dapat dicapai dengan kapur dapat
menghasilkan signifikan inaktivasi virus enterik. Reverse osmosis dan ultrafiltrasi
juga diyakini menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam patogen enterik,
meskipun beberapa studi telah dilakukan di fasilitas skala penuh. Pemindahan
virus enterik lebih dari 99,9% dapat dicapai (Leong, 1983).
b. Penghapusan Organik dan Anorganik oleh Proses Perawatan Limbah
Selain patogen mikroba dan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor, ada konstituen lain
di dalamnya limbah yang perlu disimpan pada konsentrasi rendah. Ini termasuk
anorganik, dicontohkan oleh logam, dan prioritas organic polutan.
F. Macam-macam Pencemaran Air
Macam-macam Pencemaran Air
1. Pencemaran mikroorganisme dalam air
Bakteri dan protozoa dalam air dapat menghasilkan racun yang dapat
menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Racun diproduksi di sungai, danau, dan
waduk oleh cyanobacteria termasuk Anabaena, Microcystis, dan Nodularia yang telah
menyebabkan efek merugikan bagi kesehatan masyarakat di Australia, Brasil, dan
Inggris. Ada sekitar 40 spesies cyanobacteria yang menghasilkan racun dari enam
kelompok. Toksin Cylindrospermopsin yang diproduksi oleh cyanobacteria sudah
meracuni beberapa orang pengkonsumsi air yang telah terkontaminasi oleh racun
tersebut. Permukaan cyanobacteria cenderung memiliki tingkat racun cyanobacteria
yang tinggi.

Sebagian besar protozoa yang menghasilkan racun milik ordo dinoflgellata,


yang merupakan spesies laut. Sel-sel organisme terdapat dalam selulosa, yang sering
memiliki pola tertentu. Di antara efek yang disebabkan oleh racun dari organisme ini
adalah gangguan pencernaan, pernapasan, penyakit kulit, dan kondisi lumpuh yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan shellfish sehingga nantinya dapat
berakibat fatal bagi kesehatan manusia.8
2. Pencemaran air oleh bahan anorganik nutrisi tanaman
a. Pestisida
Beberapa kelas pestisida dan bahan kimia lainnya menjadi perhatian khusus
sebagai polutan air karena efek potensial mereka, cirinya:
 senyawa yang sangat tahan terhadap biodegradasi,
 kemungkinan karsinogen,
 racun dengan reproduksi atau merugikan,
 neurotoksin termasuk inhibitor cholinesterase,
 zat dengan toksisitas akut tinggi,
 kontaminan air tanah sangan tinggi9
b. Insektisida organofosfat
Insektisida organofosfat adalah senyawa organik insektisida yang mengandung
fosfor
di antaranya adalah ester organik asam ortofosfat, seperti paraoxon:

Toksisitas insektisida organofosfat sangat bervariasi. Efek toksik utamanya adalah


penghambatan asetilkolinesterase, enzim yang penting untuk fungsi saraf pada
manusia. Misalnya, sesedikit mungkin 120 mg parathion diketahui membunuh
manusia dewasa dan dosis 2 mg membunuh seorang anak. Sebagian besar
keracunan tidak disengaja terjadi karena penyerapan melalui kulit.10
c. Karbamat
Carbaryl telah banyak digunakan sebagai insektisida di halaman atau kebun. Ini
memiliki toksisitas rendah bagi mamalia. Carbofuran memiliki kelarutan air yang
8
Manahan, Water Chemistry: Green Science and Technology of Nature’s Most Renewable Resource, (London:
CRC Press, 2011), hlm. 196.
9
Ibid, hlm. 197.
10
Manahan, Fundamentals of Environmental and Toxicological Chemistry, (London: CRC Press, 2013), hlm.
95.
tinggi dan bertindak sebagai insektisida sistemik tanaman. Sebagai tanaman
insektisida sistemik, diambil oleh akar dan daun tanaman sehingga akan meracuni
mamalia yang memakan tanaman tersebut. Karbamat adalah racun bagi hewan
karena mereka menghambat asetilkolinesterase pada jaringan hewan.11
3. Pencemaran bahan kimia anorganik
a. Sianida
Sianida, zat beracun yang mematikan, ada dalam air sebagai HCN, asam lemah,
Ka 6 × 10−10. Ion sianida memiliki afinitas yang kuat untuk banyak ion logam,
membentuk
ferrocyanide yang secara toksik. Volatile HCN adalah suatu zat sangat beracun
dan telah digunakan dalam eksekusi kamar gas di Amerika Serikat. Sianida
banyak digunakan dalam industri, terutama untuk pembersihan logam dan
elektroplat. Sianida juga digunakan dalam operasi pengolahan mineral tertentu.
Banyak terjadinya pembunuhan yang dilakukan karena adanya efek dari sianida.12
b. Ammonia dan polutan organik lain
Tingkat nitrogen amoniak yang berlebihan menyebabkan masalah kualitas air.
Amonia adalah produk awal dari pembusukan limbah organik nitrogen, dan
keberadaannya dengan cepat menunjukkan adanya limbah tersebut. Ini adalah
konstituen normal dari low-pE air tanah dan kadang-kadang ditambahkan ke air
minum sebagai bantuan untuk desinfeksi, ketika bereaksi dengan klorin untuk
menghasilkan residu klorin.13
c. Asbes dalam air
Toksisitas asbes yang yang dihirup pada kurun waktu 20-30 tahun setelah terpapar
akan menyebabkabn berkembangnya jaringan parut pada paru-paru dan kanker.
Tidak diketahui pasti apakah asbes beracun air minum. Ini telah menjadi masalah
yang cukup memprihatinkan karena pembuangan taconite (tailing bijih besi) yang
mengandung fiers seperti asbes ke Danau Superior. Fiers telah ditemukan
diminum air kota di sekitar danau.14

11
Ibid, hlm. 96.
12
Manahan, Environmental Chemistry, (London: CRC Press, 2000), hlm. 211
13
Manahan, Water Chemistry: Green Science and Technology of Nature’s Most Renewable Resource, (London:
CRC Press, 2011), hlm. 186.
14
Manahan, Fundamentals of Environmental and Toxicological Chemistry, (London: CRC Press, 2013), hlm.
83.
4. Pencemaran bahan kimia organik
a. Limbah
Masalah pembuangan utama lainnya dengan limbah adalah lumpur yang
dihasilkan sebagai produk proses pengolahan limbah. Lumpur ini mengandung
bahan organik
rial, yang terus menurun secara perlahan; organik refraktori; dan logam berat.15
b. Detergen
Bahan utama deterjen adalah surfaktan atau zat aktif permukaan, yang bertindak
berlaku untuk membuat air "lebih basah" dan agen pembersih yang lebih baik.
Surfaktan berkonsentrasi pada permukaan air dengan gas (udara), padatan
(kotoran), dan cairan tak bercampur (minyak). Potensi deterjen mencemari air
tinggi karena penggunaannya yang besar di seluruh pasar konsumen,
kelembagaan, dan industri.16

15
Manahan, Water Chemistry: Green Science and Technology of Nature’s Most Renewable Resource, (London:
CRC Press, 2011), hlm. 191.
16
Manahan, Fundamentals of Environmental and Toxicological Chemistry, (London: CRC Press, 2013), hlm.
89
Daftar Pustaka
Manahan, , 2011Water Chemistry: Green Science and Technology of Nature’s Most
Renewable Resource, (London: CRC Press)
Manahan, , 2013, Fundamentals of Environmental and Toxicological Chemistry, (London:
CRC Press)
Manahan, Environmental Chemistry, (London: CRC Press, 2000)
Ian L, Peaper, dkk, Environmental and Pollution Science, 2006, (Elsevier:UK),

Anda mungkin juga menyukai