PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini agar kita mengetahui
bahayanya pencemaran logam berat dalam perairan serta teknologi yang dapat diterapkan
untuk mengurangi pencemaran logam berat dalam perairan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organik, pestisida, bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, dan sebagainya (Kristanto,2002).
Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta daya dukungnya
serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Untuk itu maka efek pencemaran air
dijelaskan sebagai berikut (Jemai, 1989).
Pelepasan/pembuatan material yang sudah tercemar ke lingkungan atau perairan
umum akan merubah ekosistemnya. Tsuda dan Morishita menguraikan suatu klasifikasi
kualitas air di daerah perairan menggunakan biota sebagai indeks seperti berikut ini:
a. Zone oligosaprobic
Hampir semua jumlah zat organik dibusukkan dengan melayang bebas (aerobik).
Konsentrasi oksigen larutan (DO) mendekati titik jenuhnya. BOD lebih kecil dari 3 ppm.
Kondisi sedimen dasar adalah non-organik.
b. Zone β-mesosaprobic
DO-nya tinggi; BOD minimal 3 ppm. Kondisi aerobik masih mengambang.
c. Zone α-mesosaprobic
DO-nya rendah; BOD meningkat. Pembusukan anaerobik banyak terjadi di dasar
sedimen. Waena sedimen dasar tidak hitam. Bau H2S tidak teramati. Sejumlah alga naik
terutama yang berwarna hijau-biru.
d. Zone polysaprobic
BOD tinggi. Hampir tidak ada DO karena konsentrasi yang tinggi zat-zat organik.
Pembusukan anaerobik terjadi di zone atas atau dasar. Bau senyawa belerang seperti H2S
teramati.
Air yang telah tercemar oleh organisme pathogen seperti bakteri atau virus dapat
secara langsung mempengaruhi kesehatan langsung tubuh manusia. Untuk itu maka sumber
air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air minum harus dicegah dari pencemaran
yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Bahan organik yang diukur dalam bentuk
BOD, COD dan padatan tersupensi (SS) merupakan bagian dari kategori lingkungan hidup
dan merupakan faktor tidak langsung jika dikaitkan dengan pengaruh terhadap manusia,
walaupun zat-zat tersebut adalah faktor yang berperan terhadap kualitas air (Sunu,2001).
Tipe pencemaran yang disebabkan zat racun yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia dapat diamati melalui :
3
a. Pengaruh zat racun pada benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek
Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung zat racun
tertentu dan batas konsentrasinya.
Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem umum
melalui rantai makanan.
b. Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia
Pengaruh keracunan akibat meminum air tercemar secara langsung.
Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang lain dimana zat racun
sudah diakumulasi.
Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah diakumulasi
dengan cara air irigasi atau tanah tercemar
(Effendi,2003).
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis
logam berat yang berbahaya, yang beberapa di antaranya banyak digunakan dalam berbagai
keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. lndustri-industri logam
berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi
para pekerja maupun lingkungan sekitarnya (Kristanto,2002).
Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam
ini mempunyai peranan yang sangat penting di bidang industri,misalnya Kadmium (Cd)
digunakan untuk bahan baterai yang dapat di isi ulang. Kromium (Cr) untuk pemberi warna
cemerlang/vekrom pada perkakas dari logam. Kobalt (Co) untuk bahan magnet yang kuat
pada loudspeaker atau microfon. Tembaga (Cu) untuk kawat listrik. Nikel (Ni) untuk bahan
baja tahan karat/stainless steel. Timbal (Pb) untuk bahan baterai/aki pada mobil. Seng (Zn)
untuk pelapis kaleng. Merkuri (Hg) dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk
memisahkan emas dari campurannya dengan tanah dan bahan pengisi termometer
(Sunu,2001).
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni).
Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi. Dua
4
macam logam berat yang sering mengkontaminasi air, adalah Merkuri dan Timbal
(Kristanto,2002).
Penyakit tidak menular yang disebabkan lewat air banyak sekali, tergantung
penyebabnya. Penyebab penyakit ini dapat dikelompokkan sebagai zat-zat kimia maupun zat-
zat fisis. Penyakit akibat logam berat banyak sekali ragamnya. Beberapa kejadian epidemis
yang pernah dilaporkan, antara lain adalah wabah yang disebabkan keracunan air raksa dan
kadmium (Slamet,1994).
Sifat-sifat, kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk
keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25°C) dan
mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu – 39°C.
Kisaran suhu di mana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar, yaitu 396°C, dan
pada kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.
Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam. Ketahanan listrik sangat rendah
sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.
Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut
dengan amalgam.
Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.
Penggunaan kedua terbesar adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai
keperluan. Sebagai contoh, misalnya lampu uap merkuri yang banyak digunakan untuk
5
penerangan jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih rendah
daripada lampu pijar dan dapat dioperasikan pada tegangan tinggi. Penggunaan lainnya,
misalnya pada baterai merkuri yang mempunyai umur relatif panjang dan dapat digunakan
pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.
6
terikat dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul yang terdapat di dalam
enzim dan dinding sel. Keadaan ini mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim dan
reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim tersebut.
Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat permanen dan sampai
saat ini belum dapat disembuhkan.
Dalam kasus keracunan merkuri di Teluk Minamata, Jepang, merkuri sulfat yang
digunakan sebagai katalis dalam industri vinil kloride dibuang ke laut di Teluk Minamata.
Komponen merkuri tersebut, di dasar laut akan diubah oleh mikroorganisme anaerobik
menjadi CH3Hg+ atau (CH3)2Hg. Komponen merkuri yang terakhir ini bersifat sangat volatile
dan dilepaskan dari lumpur atau pasir pada dasar laut ke air di sekitarnya. (CH3)2Hg
merupakan komponen yang stabil di dalam larutan alkali, tetapi pada kondisi asam akan
berubah menjadi CH3Hg+. Ion tersebut bersifat larut di dalam air dan mengumpul di dalam
organisme hidup. Suatu laporan yang dibuat oleh Environmental Protection Agency (EPA)
memuat beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di
lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk
daerah-daerah tertentu.
Semua industri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah industrinya dengan
terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah
pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi pada lumpur di dasar
sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air di sekelilingnya.
Pencemaran oleh Timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air maupun tanah. Kandungan
timbal di dalam tanah rata-rata 16 ppm, tetapi pada daerah-daerah tertentu mungkin dapat
mencapai beberapa ribu ppm. Kandungan timbal di udara seharusnya rendah bila nilai
tekanan uapnya rendah. Untuk mencapai tekanan uap 1 torr, timbal atau komponen-
komponen timbal membutuhkan suhu lebih dari 800°C; berbeda dengan merkuri, di mana
tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada suhu yang jauh lebih rendah, yaitu 126°C
(Kristanto,2002).
7
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya, yaitu
sebagai berikut:
Titik cairnya rendah sehingga jika akan digunakan dalam bentuk cair maka hanya
membutuhkan teknik yang sederhana dan murah.
Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah ke berbagai bentuk.
Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung
jika kontak dengan udara lembab.
Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk
mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal yang murni.
Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, kecuali bila dibanding
dengan emas dan merkuri.
Penggunaan timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil,
dimana digunakan timbal metalik dan komponen-komponennya. Penggunaan lainnya dari
timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder,
bahan pewarna, dan lain-lain. Solder mengandung 50 - 95% timbal, sedangkan sisanya adalah
timah.
Penggunaan timbal yang non-alloy terutama terbatas pada produk-produk yang harus
tahan karat. Misalnya, pipa timbal digunakan untuk pipa-pipa yang akan digunakan untuk
mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif.
Di Eropa pernah terjadi keracunan timbal beberapa tahun yang lalu yang disebabkan
oleh pipa-pipa air yang terbuat dari bahan timbal. Saat ini pipa-pipa air kebanyakan dibuat
dari besi dan PVC. Sumber pencemar timbal yang lain adalah industri-industri yang
menggunakan timbal dan kemudian membuang limbahnya ke badan air (sungai, danau).
Public Health Service di Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air alami untuk
masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/l (0,05 ppm), sedangkan
WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/l (Kristanto,2002).
Kadmium (Cd) sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam lunak yang
berwarna keperakan yang bersifat tidak pecah atau terurai menjadi bagian-bagian yang
8
kurang beracun. Kadmium pada kadar rendah pun masih beracun, karena kemampuannya
berkumpul dalam tanah (Sunu,2001).
Oleh karena sifat-sifatnya, kadmium banyak dipakai dalam proses electroplating dan
sebagai stabilizer dalam pembuatan polyvynil khlorida. Di masa silam, kadmium malah
digunakan dalam pengobatan Syphilis dan Malaria. Kadmium didapat pula pada limbah
berbagai jenis pertambangan logam yangtercampur kadmium seperti timah hitam, dan seng.
Dengan demikian, kadmium dapat ditemukan di dalam perairan, baik di dalam sedimen
maupun di dalam penyediaan air minum (Slamet,1994). Penggunaan kadmium untuk
keperluan yang cukup luas seperti:
Penyepuhan secara elektrolisis,
Zat warna plastik, cat, dan tinta,
Sebagai bahan paduan dalam baterai,
Pemakaian untuk keperluan industri lainnya.
Kadmium biasanya dihasilkan sebagai produk sampingan pengilangan seng dan untuk
keperluan berbagai industri dan dapat ditemukan seperti dalam:
Gangguan pernapasan,
Gangguan pada ginjal dan hati.
Bagi manusia, kadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh samasekali tidak
memerlukannya dalam proses metabolisme. Oleh karenanya, kadmium dapat diabsorbsi
tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat
9
membatasinya. Apabila kadmium masuk ke dalam tubuh, maka sebagian besar akan
terkumpul di dalam ginjal, hati dan ada sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan.
Hasil otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi kadmium dalam tubuh masyarakat
umum. Secara rata-rata didapat 30 mg Cd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam
hati, 2% di dalam paru-paru, dan 0,3% di dalam pankreas. Kadmium dapat mempengaruhi
otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal. Sebagai
akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah (Slamet,1994).
10
BAB III
METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah kepustakaan, yaitu
dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan jurnal penelitian yang
bersangkutan dengan pencemaran lingkungan air khususnya pencemaran oleh logam berat,
serta teknologi yang digunakan untuk mengurangi pencemaran tersebut. Selain itu
pengumpulan data juga didapat dari pencarian informasi-informasi dari internet.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Nama Buyat mencuat setelah munculnya keluhan penyakit yang diduga Minamata
yang diderita sejumlah warga di Desa Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara. Penyakit minamata
merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh cemaran merkuri di sebuah tempat
bernama sama di Jepang. Peristiwa di Teluk Buyat diakibatkan karena adanya cemaran
merkuri yang diduga berasal dari operasi sebuah perusahaan tambang emas asing PT
Newmont Minahasa Raya (NMR).
A. Kondisi Lingkungan
Akibat kegiatan pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa Raya
(NMR), ekosistem perairan laut di teluk Buyat rusak parah akibat buangan 2000 ton
tailing setiap hari. Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat
menyebabkan pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di
sekitar lokasi pembuangan apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan
yang berlaku. Di samping itu juga dapat menyebabkan rusaknya sumberdaya ikan di
sekitar lokasi pembuangan tailing.
Hasil kajian kelayakan pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat yang
dilaksanakan oleh PPLH-SA dan Universitas Sam Ratulangi tahun 1999 menyatakan
Beberapa ancaman limbah tambang yang dibuang ke dasar laut sebagai berikut:
1. Limbah lumpur di dasar perairan memberikan dampak buruk bagi organisme benthos
dan jenis biota laut lainnya,
2. Elemen kimia toksik seperti arsenic, cadmium, mercury, lead, nickel dan sianida dapat
merusak ekosistem laut. Lebih berbahaya, elemen-elemen kimia yang bersifat
karsinogenik terakumulasi dalam rantai makanan yang akhirnya tiba pada manusia.
Polusi laut benar-benar telah berdampak bagi nelayan sekitarTeluk Buyat. Dalam
hal ini, dasar laut sebagi area laut produktif bagi ikan telah tertutup tailings. Akibat dasar
laut yang tertutup tailing dari NMR ini, maka muncul dua dampak penting, yaitu :
1. Jumlah spesies dan populasi ikan di Teluk Buyat telah mengalami penurunan.
12
2. Nelayan tidak bisa menangkap ikan sekitar teluk dan laut terbuka karena tidak
memiliki perahu besar bermesin. Nelayan harus melaut 3-4 mil untuk menangkap
ikan, sedangkan sebelum ada NMR mereka menangkap ikan hanya sejauh ¼ mil.
Melalui hasil penelitian, ternyata hanya empat bulan setelah NMR mulai beroperasi
(Juli 1996), ditemukan beberapa kenyataan menyangkut sumberdaya ikan, produksi dan
pendapatan masyarakat (Glynn, 2002) sebagai berikut :
1. Sebelum kehadiran NMR, perairan Teluk Buyat memiliki 59 spesies ikan, tetapi pada
tahun 1997 hanya ditemukan 13 spesies ikan.
2. Produksi ikan di Teluk Buyat mengalami penurunan mencapai 70% dan pendapatan
nelayan juga menurun sebesar 50%.
3. Sebelum kehadiran NMR, pendapatan tiap keluarga masyarakat bisa mencapai US$
51 - 76 per bulan. Akan tetapi, sejak STD mulai beroperasi tahun 1996, pendapatan
rata-rata tiap keluarga masyarakat menurun menjadi US$ 10 per bulan.
4. Nelayan di Teluk Buyat menerima lebih sedikit uang, dan harus mengayuh perahu
mereka semakin jauh ke laut.
5. Sehubungan dengan budaya masyarakat Minahasa Utara yang bermukim di sekitar
Teluk Buyat telah mempraktekan manajemen sumberdaya alam bertanggung jawab,
tetapi NMR telah menghancurkan sumberdaya dan anggota masyarakat tidak
memiliki sumber mata pencaharian lain.
13
menggunakan senyawa sianida. Adapun beberapa jenis logam berat yang ikut terangkat
dari perut bumi adalah Hg (merkuri), As (Arsen), Cd (Cadmium), Pb (timah) dan emas
itu sendiri. Dari proses pengolahan tersebut tentu saja hanya bijih emas yang diambil,
dan logam berat yang lain tentu saja dialirkan menjadi limbah halus melalui pipa tailing
ke Teluk Buyat.
Penempatan limbah tailing di perairan Teluk Buyat telah mengakibatkan perubahan
bentuk bathimetri perairan Teluk Buyat, dimana dari hasil pengukuran ketebalan
sendimen diperoleh bahwa telah terjadi tumpukan deposisi limbah tailing pada
kedalaman 80-90 meter atau di sekitar Anus Pipa Buangan terdapat limbah tailing setebal
10 meter. Limbah Tailing yang terdeposisi memenuhi hampir semua tempat di dasar laut
mulai dari kedalaman > 60 meter ini berarti telah terjadi selisih kedalaman 10 meter.
Tailing tidak membentuk tumpukan melainkan menyebar ke tempat lain.
Pusat Kajian Resiko dan Keselamatan Lingkungan (PUSKA RKL) FMIPA UI,
Depok (2004) yang menganalisis sampel darah 4 warga Buyat pada 21 Juli 2004 dengan
menggunakan patokan kadar mercury rata-rata tak tercemar adalah 8 mg/L menyebutkan,
kandungan mercury dalam darah 4 orang Buyat tersebut adalah 9,51 mg/L, 22,50 mg/L,
14,90 mg/L, dan 23,90 mg/L (mikrogram per liter). Sementara hasil uji lab Dinas
Kesehatan DKI tgl 28 Juli 2004 menunjukkan kandungan mercury dalam darah 4 orang
Buyat tersebut berkisar antara 33,75 mg/L hingga 52,50 mg/L.
Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan emas
masuk ke dalam rantai makanan, terakumulasi pada ikan dan biota laut. Merkuri,
khususnya bentuk organik, pada umumnya meningkat sesuai tingkat trofik, Manusia
sebagai trofik tertinggi akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota perairan
yang tercemar logam tersebut. Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun
dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian,
2006).
14
Dampak dari merkuri
2. Arsen
Penggunaan arsen dalam tailing
Merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama proses
pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan
tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang
lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan
bijih emas yang terikat arsen. Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas
dan terjadi reduksi konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang
hasil pemanggangan dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali
pencemaran udara. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih
membutuhkan penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing
yang ada.
efek toksikologi arsen akut, sakit tenggorokan dan iritasi paru-paru, kematian.
Kroniknya adalah mual dan muntah, penurunan produksi sel darah merah dan putih,
gangguan pada irama jantung, kerusakan pada pembuluh darah, rasa nyeri seperti
tertusuk pada tangan dan kaki, warna kulit gelap, timbulnya bintil atau kutil kecil pada
telapak tangan, telapak kaki dan tubuh. Kanker(kulit, paru-paru, ginjal dan kandung
kemih, hiperkeratosis (pecahnya kulit) dan perubahan warna kulit. Kontak kulit
menyebabkan kemerahan dan pembengkakan kulit.
15
3. Sianida
Efek toksikologi sianida akut adalah gangguan otak, jantung, koma, pernafasan berat
dan tersengal-sengal, kejang, kehilangan kesadaran, kematian. Kroniknya, kesulitan
bernapas, nyeri jantung, muntah, gangguan sistem peredaran darah, sakit kepala,
pembesaran kelenjar tiroid. Rasa lemah pada jari tangan dan kaki, kesukaran berjalan,
gangguan penglihatan dan pendengaran, penurunan fungsi kelenjar tiroid. Kontak kulit
menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan kemerahan (ruam).
16
Gambar 1. Akumulasi Metilmerkuri dalam rantai makanan
Pada tubuh manusia, metil merkuri menyebar ke seluruh jaringan terutama darah dan
otak. Sekitar 90% ditemukan dalam darah merah dan sisanya diekskresikan melalui
empedu ketinja, juga urin. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara,
yaitu melalui kulit,inhalasi (pernafasan), maupun lewat makanan. Bila masuk melalui
kulit akan menyebabkan reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit. Reaksinya tidak terlalu
lama, cukup mandi beberapa kalipada air yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera
mengalami iritasi.
Konsentrasi metil merkuri ditemukan pada ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga
nephritis ,efek-efek saraf, dan jantung. Pada keracunan akut dapat menimbulkan
gangguan sistem saluranpencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus
blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak.
Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat,
akibatnya terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf, dan
bagian otak yangmengatur penglihatan. Penderitanya mengalami kesemutan (
paresthesia), gangguan bicara,hilang daya ingat, ataxia , dan kelainan syaraf lainnya.
Penderita kronis penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang indera perasa
dan penciuman, dan menjadi pelupa. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk
menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan,kerusakan otak, dan kematian.
Diperkirakan lebih dari 100 warga Teluk Buyat menderita Penyakit Minamata.
Gejala penyakit itu diawali gatal-gatal dan kejang pada tubuh penderita, kemudian
muncul benjolan.Benjolan muncul dalam banyak varian pada sejumlah penderita, di
tangan, kaki, tengkuk,pantat, kepala, atau payudara. Rata-rata penderita mengalami
gejala tersebut.
17
Penyakit yang merebak di masyarakat nelayan akibat kontaminasi logam berat di
Teluk Buyat, disebut-sebut lebih berbahaya daripada Penyakit Minamata. Penyakit
Minamata harusmenunggu 20 tahun untuk bisa diketahui akibatnya, namun penyakit
yang menyerangmasyarakat Teluk Buyat cukup 6 tahun sudah mendatangkan kematian.
Penyakit Minamatahanya disebabkan oleh kontaminasi satu logam berat yaitu merkuri,
sedangkan penyakitmasyarakat Teluk Buyat disebabkan oleh beberapa logam berat yaitu
merkuri, arsen, sianida,antimon, dan lainnya.
18
Sedangkan kesimpulan Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik “Sampel
Bukti” Air, Sedimen, dan Biota Laut Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara,
menunjukkan:
1. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air laut di Teluk Buyat dari sembilan titik sampling
telah melampaui ambang batas baku mutu, berdasarkan KEPMEN KLH. No. 51
Tahun 2004.
2. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air Sungai Teluk Buyat telah melampaui baku mutu
air sungai kelas I dan II berdasarkan PP No. 28 Tahun 2001.
3. Konsentrasi merkuri (Hg) pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling
pada Teluk Buyat berkisar antara 52,95-883,94 (µg/Kg).
4. Konsentrasi arsen (As) total pada air laut dari sembilan titik sampling pada Teluk
Buyat berkisar antara 5,7770-50,7028 (µg/l).
5. Konsentrasi arsen (As) total pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling di
Teluk Buyat berkisar antara 168,00-563.02 (µg/Kg).
6. Sampel biota yang dipancing dan ditangkap di Teluk Buyat telah terkontaminasi
merkuri (Hg) dengan kadar merkuri dalam daging antara 0,01164-0,0275 (µg/g).
7. Kandungan merkuri (Hg) pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,0705-2,050 (µg/g).
8. Kandungan merkuri pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).
9. Kandungan arsen pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan
berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).
10. Kandungan arsen pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,02347-21,6186 (µg/g).
4.3. Hipotesis
Dari dampak lingkungan yang diperoleh dan sebagian besar masyarakat mempunyai
keluhan menderita pneumonia (gangguan paru-paru), hal merujuk pada kontaminasi
merkuri, sianida, dan arsen.
19
4.4. Observasi
A. Pengambilan Titik Sampling
Diambil dari berbagai titik lokasi di pesisir laut diantaranya:
1. Daerah Perairan Pelabuhan,
2. Daerah Wisata Bahari
3. Daerah Biota Laut
4. Daerah dekat dengan aktifitas industri.
Pegambilan sampel pada pesisir laut dilakukan dengan variasi berdasarkan
kedalaman pengambilan sampel. Selain itu, pengambilan sampel pun dilakukan
pada waktu yang bersamaan. Hal ini disebabkan kondisi perairan didaerah pesisir
sangat dipengaruhi oleh kegiatan di darat. Sampel diambil dengan variasi
kedalaman pada masing – masing lokasi.
20
B. Peta Titik pengambilan sampling
21
Pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan metode sbb.:
1) Pengambilan sampel air laut dilakukan pada tanggal 6 –12 September 2004,
sedangkan kegiatan operasional tambang PT. NMR ditutup pada tanggal 31
Agustus 2004. Pengambilan sampel air laut menggunakan metode dari Puslitbang
Oseanologi-LIPI
a. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan 12 tabung Niskin
yang terpasang dalam satu frame dengan peralatan CTD. Tabung niskin
sebelum dan saat CTD diturunkan kedalam laut harus dalam keadaan terbuka,
kemudian pada saat CTD dinaikkan dan sampai pada kedalaman yang
dikehendaki maka tutup botol akan tertutup secara otomatis, yang
pengoperasiannya dikendalikan melalui komputer. Pengambilan sample pada
satu lokasi dilakukan pada tiga titik kedalaman untuk parameter sianida dan
logam berat dan 4 kedalaman untuk parameter TSS.
b. Pemilihan titik sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
i. titik sampling sesuai dengan RKL/RPL PT NMR;
ii. titik sampling dari berbagai penelitian, seperti POLRI, DKP;
iii. berdasarkan kondisi yang dianggap kritis dan diperlukan untuk
pemantauan;
iv. masukan dari berbagai sumber, seperti WALHI, POLRI, dll
c. Titik-titik kedalaman pengambilan sampel air ditentukan dengan kaedah
standar yaitu lapisan permukaan 0,2 d; lapisan tengah 0,4 d, 0,6 d dan lapisan
dalam 0,8 d (dimana d = kedalaman perairan lokasi sampling diukur dari
permukaan).
d. Sampel air yang diperoleh diawetkan dengan pengawet yang sesuai dengan
parameter yang akan dianalisis, tujuan pengawetan tersebut adalah agar
sampel uji tidak mengalami perubahan sampai pada saat dianalisis.
i) Parameter Hg : sampel air yang telah disaring disimpan dalam gelas borosilikat,
segera diawetkan dengan 3 mL HNO3 pekat perliter sampel air;
ii) Logam berat : sampel air yang telah disaring, simpan dalam botol PE dan segera
diawetkan dengan HCl atau HNO3 sampai pH air sampel sekitar 1.5;
22
iii) Sianida : sampel air yang telah disaring, simpan dalam botol PE dan segera
diawetkan dengan NaOH
iv) TSS : disimpan dalam botol PE dan didinginkan;
v) Parameter fisik seperti pH, DO, turbiditas, salinitas, konduktifitas, suhu dan lin-
lain : tidak diawetkan dan tidak disimpan, karena parameter tersebut diukur
secara in situ;
23
6) Pengambilan sampel plankton
Pengumpulan sampel plankton dilakukan dengan alat yang dapat menyaring air
laut yang memadai jumlahnya. Dalam hal ini digunakan plankton net nomor 25
dengan ukuran mata jala (mesh) sekitar 55 μm. Untuk tujuan kuantitatif perlu
diketahui jumlah air yang disaring, sedangkan bila hanya untuk keperluan kualitatif
cukup dengan cara menarik plankton net dari atas kapal (speed boat). Pengambilan
sampel plankton permukaan pada penelitian ini adalah dengan cara menyaring
sebanyak 60 liter air laut dengan menggunakan plankton net. Kemudian sampel
plankton dari bucket dipindahkan ke botol sampel dan diberi label sesuai dengan
nomor stasiun yang telah ditentukan. Setelah itu, sampel plankton dalam botol
sampel diberi pengawet formalin. Konsentrasi formalin dalam botol sampel sekitar
4-5 %. Sedangkan untuk keperluan kualitatif sampel plankton dalam botol sampel
diawetkan dengan cara didinginkan.
24
iii) Discharge leach (keluar dari pelindian), bentuk slurry, sebanyak 2,5 liter, jam
12.00 WITA
iv) Detox feed, sampel sebelum detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5 liter, jam
12.10 WITA
v) Final Tail, sampel setelah detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5 lt, jam
12.15 WITA
Pengambilan Sampel limbah PETI dengan proses mercury (Hg), meliputi:
i) Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita Limbah
cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
ii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk slurry,
sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita
Pengambilan Limbah PETI dengan proses sianida (CN), meliputi :
i) Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita
ii) Limbah cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
iii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk slurry,
sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita
1) Prinsip analisa logam berat pada umumnya dalam pemantauan ini meliputi proses
destruksi sampel dalam suasana asam(pH ± 2) untuk selanjutnya dilakukan analisa
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
2) Prinsip analisa logam merkuri meliputi tahap oksidasi sampel sedimen oleh
oksidator kuat dalam suana asam, sehingga senyawa merkuri yang terkandung di
dalamnya berubah menjadi ion merkuri. Ion yang terbentuk selanjutnya direduksi
25
menjadi atom merkuri oleh SnCL2. Atom merkuri yang terbentuk selanjutnya diukur
absorbansinya menggunakan Mercury Analyzer.
Kondisi masyarakat di sekitar Teluk Buyat yang mengantungkan hidupnya dari hasil
laut dan harus bertahan hidup di wilayah tersebut karena tekanan kemiskinan
harus menerima akibat dari pencemaran dan perusakan ekosistem Perairan
Teluk Buyat. Terkontaminasi logam berat merkuri, hampir 50% dari sekitar 270
warga Desa Buyat Pantai terjangkit penyakit berupa kram pada sejumlah bagian tubuh,
pusing yang terus menerus serta munculnya benjolan disejumlah bagian tubuh. Selain
itu, seperti pada penyakit Minamata, merkuri serta logam berat pencemar lain
juga dapat merusak susunan gen sehingga diperkirakan penyakit yang
ditimbulkan tersebut dapat menurun ke generasi berikutnya. (Republika Online, 2005).
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety) no. 101, 1990, kadar
normal mercury dalam darah adalah 8 mg/L yang menjadi standar dasar WHO.
Sementara hasil PUSKA FMIPA UI yang menguji sampel darah 4 warga Buyat tanggal
21 Juli 2004 ternyata kandungan merkurinya mencapai 9,51 mg/L, 22,50 mg/L, 14,90
mg/L, dan 23,90 mg/L. Dan hasil lab Dinkes DKI tanggal 28 Juli 2004 menunjukkan
kandungan mercury dalam darah 4 orang Buyat tersebut berkisar antara 33,75 mg/L
hingga 52,50 mg/L. Hal ini membuktikan terdapat merkuri didalam tubuh masyarakat
teluk buyat.
Risiko konsumsi ikan dari Merkuri melalui perhitungan Tolerable Daily Intake (TDI)
Untuk mengestimasi asupan Hg dalam tubuh manusia yang bersumber dari konsumsi
ikan, dan dari data rata-rata konsentrasi Hg yang terkandung dalam ikan yang diperoleh dari
penelitian ini dan berdasarkan pola makan masyarakat Dusun Buyat Pante, maka dapat
dihitung pendugaan Resiko Konsumsi Ikan, sebagai berikut :
26
Evaluasi hasil TDI adalah jika nilai TDI dibawah 100%, maka ikan tersebut masih
aman dikonsumsi sedangkan jika nilai TDI diatas 100%, maka harus ada pengaturan pola
makan atau mengurangi konsumsi ikan. Semakin mendekati 100% dari TDI, maka
mempunyai resiko besar jika mengkonsumsi ikan.
Perairan yang telah tercemar merkuri bukan hanya membahayakan komunitas biota
yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal
ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi
tinggi dan cendrung terakumulasi pada biota.
1. Proses Metilasi
Meskipun pencemaran mercury dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat
kecil. Pencemaran mercury secara besar-besaran disebabkan karena limbah yang dibuang
oleh manusia. Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara
langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan.
Proses metilasi (pengubahan merkuri menjadi methylmercury) terjadi pada kondisi
oksigen rendah dari bagian bawah kolom air dan sedimen, kemudian methylmercury
masuk ke dalam rantai makanan, dan menjadi lebih tinggi terkonsentrasi seiring
meningkatnya rantai makanan. Dalam hal ini terjadinya pencemaran merkuri pada biota
laut diperkirakan dari organisme kecil yang memperoleh methylmercury di kawasan
pesisir terbawa ke laut lepas, kemudian mereka masuk ke dalam rantai makanan laut
lepas. Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang
masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian, 2006).
27
Pipa pembuangan limbah tailing PT. NMR berada pada lapisan zona termoklin yaitu
82 meter [kini, sudah menjadi 70 meter] memungkinkan untuk naiknya partikel-partikel
tailing serta ikutnya untuk mencemari area produktif perairan di teluk Buyat.
28
Diketahui terjadi kebocoran pada pipa pembuangan limbah tailing pada sambungan
flens di kedalaman 10 meter.
Pipa buangan 2000 ton tailing NMR per hari ke Teluk Buyat
(A). Karang dekat dengan muata tailings pada kedalaman air 3 m. (B) Karang dekat ke muara
tailings pada kedalaman air 5 m. (C) Karang sekitar 2 km ke arah laut dari muara tailings,
tanpa evidens kontaminasi
29
BAB III
PENUTUP
Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak dikehendaki
pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan
manusia atau organisme lainnya. Sedangkan definisi pencemaran air menurut Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuknya atau
dimasukkannyamakhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air
menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis
logam berat yang berbahaya. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan,
yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium
(Cr), dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang
terakumulasi. Dua macam logam berat yang sering mengkontaminasi air, adalah Merkuri dan
Timbal.
Terjadinya pencemaran logam berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok disebabkan
oleh pembuangan limbah padat (tailing). Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu
dapat menyebabkan pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di
sekitar lokasi pembuangan apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
30