Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki
pada udara, tanah, dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan
manusia atau organisme lainnya. Proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-
peninggalan dapat merusak/mencemari badan-badan air. Pencemaran air merupakan
penambahan bermacam-macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan air
yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan.
Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu badan perairan
dan menganggap bahwa badan perairan merupakan tempat pembuangan limbah baik
domestik maupun limbah industri adalah salah karena dapat menyebabkan perubahan dan
gangguan terhadap sumber daya air.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas limbah organik,
logam berat, dan minyak. Masing-masing kelompok ini sangat berpengaruh terhadap
organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan
diperairan akibat limbah industri dan limbah perkotaan.
Pembuangan tailing atau limbah dari pengolahan di pertambangan emas, khususnya
daerah pantai Buyat (Minahasa), tetap berperan besar terhadap terjadinya pencemaran logam
berat khususnya merkuri dikawasan perairan. Proses pengikatan emas yang menggunakan
katalis logam berat akan selalu menghasilkan cemaran yang akhirnya dibuang ke laut.
Sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada perairan tersebut, namun cukup besar
sebab dapat membahayakan ekosistem laut manusia itu sendiri.

1.2. Tujuan
tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini agar kita mengetahui
bahayanya pencemaran logam berat dalam perairan serta teknologi yang dapat diterapkan
untuk mengurangi pencemaran logam berat dalam perairan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Air


Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu
Lingkungan adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas air menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya
(Achmad,2004).
Polutan air yaitu merupakan komponen yang mengakibatkan polusi atau pencemaran
di dalam air. Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi, tergantung dari jenis
dan polutannya. Polusi air dapat disebabkan olehsumber dan jenis polutan yang sangat
bervariasi.
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua, yaitu polutan
tak toksik dan polutan toksik. Polutan tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara
alami. Polutan tak tosik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrient. Bahan tersuspensi
dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga
menghambat penetrasi cahaya matahari yang selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan
ekosistem akuatik secara keseluruhan. Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal)
maupun bukan kematian sub- lethal. Polutan berupa bahan yang bukan alami ini dikenal
dengan istilah xenobiotic yaitu polutan yang di produksi oleh manusia (man made substance)
(Sunu,2001).
Banyak dijumpai beberapa daerah yang kondisi daya dukung lingkungannya sudah
menurun, sehingga air yang ada sudah tidak lagi memberikan kenyamanan dan penghidupan
terutama kesehatan bagi masyarakatnya. Kondisi tersebut menjadikan air sebagai barang
yang mahal karena air sudah tercemar oleh bermacam-macam limbah. Bahan sisa secara
umum disebut limbah. Limbah dari rumah tangga sering disebut limbah domestik.Limbah
dari restoran dan hotel, karena sifatnya yang menyerupai limbah rumah tangga, sering pula
disebut limbah domestik (Soemarwoto,1997), serta limbah non-domestik, yaitu dari pabrik,
industri, pertanian, peternakan, pertanian, transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Limbah
non-domestik sangat bervariasi, lebih-lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian biasanya

2
terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organik, pestisida, bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, dan sebagainya (Kristanto,2002).

2.2. Efek Pencemaran Air

Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta daya dukungnya
serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Untuk itu maka efek pencemaran air
dijelaskan sebagai berikut (Jemai, 1989).
Pelepasan/pembuatan material yang sudah tercemar ke lingkungan atau perairan
umum akan merubah ekosistemnya. Tsuda dan Morishita menguraikan suatu klasifikasi
kualitas air di daerah perairan menggunakan biota sebagai indeks seperti berikut ini:
a. Zone oligosaprobic
Hampir semua jumlah zat organik dibusukkan dengan melayang bebas (aerobik).
Konsentrasi oksigen larutan (DO) mendekati titik jenuhnya. BOD lebih kecil dari 3 ppm.
Kondisi sedimen dasar adalah non-organik.
b. Zone β-mesosaprobic
DO-nya tinggi; BOD minimal 3 ppm. Kondisi aerobik masih mengambang.
c. Zone α-mesosaprobic
DO-nya rendah; BOD meningkat. Pembusukan anaerobik banyak terjadi di dasar
sedimen. Waena sedimen dasar tidak hitam. Bau H2S tidak teramati. Sejumlah alga naik
terutama yang berwarna hijau-biru.
d. Zone polysaprobic
BOD tinggi. Hampir tidak ada DO karena konsentrasi yang tinggi zat-zat organik.
Pembusukan anaerobik terjadi di zone atas atau dasar. Bau senyawa belerang seperti H2S
teramati.
Air yang telah tercemar oleh organisme pathogen seperti bakteri atau virus dapat
secara langsung mempengaruhi kesehatan langsung tubuh manusia. Untuk itu maka sumber
air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air minum harus dicegah dari pencemaran
yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Bahan organik yang diukur dalam bentuk
BOD, COD dan padatan tersupensi (SS) merupakan bagian dari kategori lingkungan hidup
dan merupakan faktor tidak langsung jika dikaitkan dengan pengaruh terhadap manusia,
walaupun zat-zat tersebut adalah faktor yang berperan terhadap kualitas air (Sunu,2001).
Tipe pencemaran yang disebabkan zat racun yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia dapat diamati melalui :

3
a. Pengaruh zat racun pada benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek
 Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung zat racun
tertentu dan batas konsentrasinya.
 Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem umum
melalui rantai makanan.
b. Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia
 Pengaruh keracunan akibat meminum air tercemar secara langsung.
 Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang lain dimana zat racun
sudah diakumulasi.
 Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah diakumulasi
dengan cara air irigasi atau tanah tercemar
(Effendi,2003).

2.3. Pencemaran Logam Berat

Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis
logam berat yang berbahaya, yang beberapa di antaranya banyak digunakan dalam berbagai
keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. lndustri-industri logam
berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi
para pekerja maupun lingkungan sekitarnya (Kristanto,2002).
Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam
ini mempunyai peranan yang sangat penting di bidang industri,misalnya Kadmium (Cd)
digunakan untuk bahan baterai yang dapat di isi ulang. Kromium (Cr) untuk pemberi warna
cemerlang/vekrom pada perkakas dari logam. Kobalt (Co) untuk bahan magnet yang kuat
pada loudspeaker atau microfon. Tembaga (Cu) untuk kawat listrik. Nikel (Ni) untuk bahan
baja tahan karat/stainless steel. Timbal (Pb) untuk bahan baterai/aki pada mobil. Seng (Zn)
untuk pelapis kaleng. Merkuri (Hg) dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk
memisahkan emas dari campurannya dengan tanah dan bahan pengisi termometer
(Sunu,2001).
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni).
Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi. Dua

4
macam logam berat yang sering mengkontaminasi air, adalah Merkuri dan Timbal
(Kristanto,2002).
Penyakit tidak menular yang disebabkan lewat air banyak sekali, tergantung
penyebabnya. Penyebab penyakit ini dapat dikelompokkan sebagai zat-zat kimia maupun zat-
zat fisis. Penyakit akibat logam berat banyak sekali ragamnya. Beberapa kejadian epidemis
yang pernah dilaporkan, antara lain adalah wabah yang disebabkan keracunan air raksa dan
kadmium (Slamet,1994).

2.3.1. Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan. Kebanyakan


merkuri yang terdapat di alam terdapat dalam bentuk senyawa dengan elemen lain dan jarang
dijumpai dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-
karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses fisika, kimia dan biologi yang
kompleks (Kristanto,2002).

Sifat-sifat, kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk
keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:

 Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25°C) dan
mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu – 39°C.
 Kisaran suhu di mana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar, yaitu 396°C, dan
pada kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.
 Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam. Ketahanan listrik sangat rendah
sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.
 Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut
dengan amalgam.
 Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, di mana


diproduksi klorin (CI) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl. Kedua
bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi setiap tahunnya.
Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis.

Penggunaan kedua terbesar adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai
keperluan. Sebagai contoh, misalnya lampu uap merkuri yang banyak digunakan untuk

5
penerangan jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih rendah
daripada lampu pijar dan dapat dioperasikan pada tegangan tinggi. Penggunaan lainnya,
misalnya pada baterai merkuri yang mempunyai umur relatif panjang dan dapat digunakan
pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.

Penggunaan terbesar ketiga dari merkuri beserta komponen-komponennya adalah


sebagai fungisida. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh jamur di dalam cat,
pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Cat yang digunakan untuk kapal sering ditambah
dengan merkuri okside (HgO) sebagai anti jamur atau merkuri asetat sebagai anti lapuk
(Kristanto,2002).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan,


baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke
sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut dapat mengkontaminasi ikan
dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air. Selanjutnya ikan-ikan kecil
dan makhluk air lainnya mungkin akan dimakan oleb ikan-ikan atau hewan air lainnya yang
lebih besar; atau masuk ke dalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan
merkuri di dalam rumahnya. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia
sehingga manusiapun dapat mengumpulkan merkuri di dalam tububnya. FDA (Food Drug
Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk
makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum
yang lebih rendah, yaitu 0,0001 ppm untuk air. Keracunan merkuri terutama disebabkan oleh
konsumsi ikan yang tercemar merkuri atau konsumsi biji-bijian yang diberi perlakuan dengan
merkuri. Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan
jelas, tetapi beberapa hal mengenai daya racun merkuri dalam jumlah yang cukup dapat
diuraikan sebagai berikut:

 Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup beracun terhadap tubuh.


 Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristikdalam daya
racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan dan wakturesistansinya di dalam
tubuh.
 Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh di mana
komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
 Pengaruh merkuri di dalam tubuh diduga karena dapat menghambat kemampuan kerja
enzim dan mengakibatkan kerusakan sel yang disebabkan kemampuan merkuri untuk

6
terikat dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul yang terdapat di dalam
enzim dan dinding sel. Keadaan ini mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim dan
reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim tersebut.
 Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat permanen dan sampai
saat ini belum dapat disembuhkan.
Dalam kasus keracunan merkuri di Teluk Minamata, Jepang, merkuri sulfat yang
digunakan sebagai katalis dalam industri vinil kloride dibuang ke laut di Teluk Minamata.
Komponen merkuri tersebut, di dasar laut akan diubah oleh mikroorganisme anaerobik
menjadi CH3Hg+ atau (CH3)2Hg. Komponen merkuri yang terakhir ini bersifat sangat volatile
dan dilepaskan dari lumpur atau pasir pada dasar laut ke air di sekitarnya. (CH3)2Hg
merupakan komponen yang stabil di dalam larutan alkali, tetapi pada kondisi asam akan
berubah menjadi CH3Hg+. Ion tersebut bersifat larut di dalam air dan mengumpul di dalam
organisme hidup. Suatu laporan yang dibuat oleh Environmental Protection Agency (EPA)
memuat beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di
lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
 Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
 Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk
daerah-daerah tertentu.
 Semua industri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah industrinya dengan
terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah
pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi pada lumpur di dasar
sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air di sekelilingnya.

2.3.2. Timbal (Pb)

Pencemaran oleh Timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air maupun tanah. Kandungan
timbal di dalam tanah rata-rata 16 ppm, tetapi pada daerah-daerah tertentu mungkin dapat
mencapai beberapa ribu ppm. Kandungan timbal di udara seharusnya rendah bila nilai
tekanan uapnya rendah. Untuk mencapai tekanan uap 1 torr, timbal atau komponen-
komponen timbal membutuhkan suhu lebih dari 800°C; berbeda dengan merkuri, di mana
tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada suhu yang jauh lebih rendah, yaitu 126°C
(Kristanto,2002).

7
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya, yaitu
sebagai berikut:

 Titik cairnya rendah sehingga jika akan digunakan dalam bentuk cair maka hanya
membutuhkan teknik yang sederhana dan murah.
 Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah ke berbagai bentuk.
 Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung
jika kontak dengan udara lembab.
 Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk
mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal yang murni.
 Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, kecuali bila dibanding
dengan emas dan merkuri.

Penggunaan timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil,
dimana digunakan timbal metalik dan komponen-komponennya. Penggunaan lainnya dari
timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder,
bahan pewarna, dan lain-lain. Solder mengandung 50 - 95% timbal, sedangkan sisanya adalah
timah.

Penggunaan timbal yang non-alloy terutama terbatas pada produk-produk yang harus
tahan karat. Misalnya, pipa timbal digunakan untuk pipa-pipa yang akan digunakan untuk
mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif.

Di Eropa pernah terjadi keracunan timbal beberapa tahun yang lalu yang disebabkan
oleh pipa-pipa air yang terbuat dari bahan timbal. Saat ini pipa-pipa air kebanyakan dibuat
dari besi dan PVC. Sumber pencemar timbal yang lain adalah industri-industri yang
menggunakan timbal dan kemudian membuang limbahnya ke badan air (sungai, danau).
Public Health Service di Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air alami untuk
masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/l (0,05 ppm), sedangkan
WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/l (Kristanto,2002).

2.3.3. Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam lunak yang
berwarna keperakan yang bersifat tidak pecah atau terurai menjadi bagian-bagian yang

8
kurang beracun. Kadmium pada kadar rendah pun masih beracun, karena kemampuannya
berkumpul dalam tanah (Sunu,2001).
Oleh karena sifat-sifatnya, kadmium banyak dipakai dalam proses electroplating dan
sebagai stabilizer dalam pembuatan polyvynil khlorida. Di masa silam, kadmium malah
digunakan dalam pengobatan Syphilis dan Malaria. Kadmium didapat pula pada limbah
berbagai jenis pertambangan logam yangtercampur kadmium seperti timah hitam, dan seng.
Dengan demikian, kadmium dapat ditemukan di dalam perairan, baik di dalam sedimen
maupun di dalam penyediaan air minum (Slamet,1994). Penggunaan kadmium untuk
keperluan yang cukup luas seperti:
 Penyepuhan secara elektrolisis,
 Zat warna plastik, cat, dan tinta,
 Sebagai bahan paduan dalam baterai,
 Pemakaian untuk keperluan industri lainnya.

Kadmium biasanya dihasilkan sebagai produk sampingan pengilangan seng dan untuk
keperluan berbagai industri dan dapat ditemukan seperti dalam:

 Endapan sulfida terutama bijih seng,


 Bijih timbal dan tembaga (kadar rendah),
 Batu bara berbelerang tinggi

Kadmium yang dilepas ke lingkungan melalui proses pembakaran, abunya dapat


merembes ke dalam air tanah. Untuk itu maka penangan pembakaran benda-benda yang
mengandung kadmium harus ditangani dengan baik. Kadmium dalam kepekatan tinggi
selama jangka pendek maupun dalam dosis rendah selama jangka panjang yang terserap dan
termakan/terminum oleh manusia sangat beresiko bagi kesehatan dan merupakan ancaman
sebagai karsinogen,yaitu zat yang dapat menimbulkan kanker pada manusia. Adapun dampak
lainnya dari menghirup maupun memakan/meminum unsur kadmium dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan tubuh seperti:

 Gangguan pernapasan,
 Gangguan pada ginjal dan hati.

Bagi manusia, kadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh samasekali tidak
memerlukannya dalam proses metabolisme. Oleh karenanya, kadmium dapat diabsorbsi
tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat

9
membatasinya. Apabila kadmium masuk ke dalam tubuh, maka sebagian besar akan
terkumpul di dalam ginjal, hati dan ada sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan.
Hasil otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi kadmium dalam tubuh masyarakat
umum. Secara rata-rata didapat 30 mg Cd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam
hati, 2% di dalam paru-paru, dan 0,3% di dalam pankreas. Kadmium dapat mempengaruhi
otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal. Sebagai
akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah (Slamet,1994).

Kasus keracunan kadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama, Jepang.


Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun. Penyakit
tersebut kemudian menjadi semakin parah. Tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang
diikuti oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multipel.
Gejala keracunan Cd ini sangat menyerupai granuloma nephritis biasa yang selalu disertai
proteinuri, glucosuri. Kadar Calsium dan asam amino dalam urine juga meningkat; aktivitas
alkali phosphatase dalam darah juga naik. Penderita mengalami pelunakan seluruh kerangka,
dan kematian biasanya diakibatkan gagal ginjal. Selain itu didapat, bahwa masyarakat yang
kekurangan gizi lebih peka terhadap Cd daripada yang normal.

Sumber kadmium di Toyama tersebut adalah tanah pertanian di mana masyarakat


setempat menanam padi. Penelitian lanjut mengungkapkan, bahwa di daerah hulu terdapat
usaha pertambangan seng dan timah hitam, yang membuang partikulat Cd. Cd di dalam padi
dapat mencapai konsentrasi 1,6 ppm dan di dalam tulang rusuk 11.472 ppm (Slamet,1994).

10
BAB III

METODE PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah kepustakaan, yaitu
dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan jurnal penelitian yang
bersangkutan dengan pencemaran lingkungan air khususnya pencemaran oleh logam berat,
serta teknologi yang digunakan untuk mengurangi pencemaran tersebut. Selain itu
pengumpulan data juga didapat dari pencarian informasi-informasi dari internet.

11
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisis Masalah

Nama Buyat mencuat setelah munculnya keluhan penyakit yang diduga Minamata
yang diderita sejumlah warga di Desa Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara. Penyakit minamata
merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh cemaran merkuri di sebuah tempat
bernama sama di Jepang. Peristiwa di Teluk Buyat diakibatkan karena adanya cemaran
merkuri yang diduga berasal dari operasi sebuah perusahaan tambang emas asing PT
Newmont Minahasa Raya (NMR).

4.2. Studi Literatur

A. Kondisi Lingkungan
Akibat kegiatan pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa Raya
(NMR), ekosistem perairan laut di teluk Buyat rusak parah akibat buangan 2000 ton
tailing setiap hari. Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat
menyebabkan pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di
sekitar lokasi pembuangan apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan
yang berlaku. Di samping itu juga dapat menyebabkan rusaknya sumberdaya ikan di
sekitar lokasi pembuangan tailing.
Hasil kajian kelayakan pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat yang
dilaksanakan oleh PPLH-SA dan Universitas Sam Ratulangi tahun 1999 menyatakan
Beberapa ancaman limbah tambang yang dibuang ke dasar laut sebagai berikut:
1. Limbah lumpur di dasar perairan memberikan dampak buruk bagi organisme benthos
dan jenis biota laut lainnya,
2. Elemen kimia toksik seperti arsenic, cadmium, mercury, lead, nickel dan sianida dapat
merusak ekosistem laut. Lebih berbahaya, elemen-elemen kimia yang bersifat
karsinogenik terakumulasi dalam rantai makanan yang akhirnya tiba pada manusia.

Polusi laut benar-benar telah berdampak bagi nelayan sekitarTeluk Buyat. Dalam
hal ini, dasar laut sebagi area laut produktif bagi ikan telah tertutup tailings. Akibat dasar
laut yang tertutup tailing dari NMR ini, maka muncul dua dampak penting, yaitu :

1. Jumlah spesies dan populasi ikan di Teluk Buyat telah mengalami penurunan.

12
2. Nelayan tidak bisa menangkap ikan sekitar teluk dan laut terbuka karena tidak
memiliki perahu besar bermesin. Nelayan harus melaut 3-4 mil untuk menangkap
ikan, sedangkan sebelum ada NMR mereka menangkap ikan hanya sejauh ¼ mil.

Melalui hasil penelitian, ternyata hanya empat bulan setelah NMR mulai beroperasi
(Juli 1996), ditemukan beberapa kenyataan menyangkut sumberdaya ikan, produksi dan
pendapatan masyarakat (Glynn, 2002) sebagai berikut :

1. Sebelum kehadiran NMR, perairan Teluk Buyat memiliki 59 spesies ikan, tetapi pada
tahun 1997 hanya ditemukan 13 spesies ikan.
2. Produksi ikan di Teluk Buyat mengalami penurunan mencapai 70% dan pendapatan
nelayan juga menurun sebesar 50%.
3. Sebelum kehadiran NMR, pendapatan tiap keluarga masyarakat bisa mencapai US$
51 - 76 per bulan. Akan tetapi, sejak STD mulai beroperasi tahun 1996, pendapatan
rata-rata tiap keluarga masyarakat menurun menjadi US$ 10 per bulan.
4. Nelayan di Teluk Buyat menerima lebih sedikit uang, dan harus mengayuh perahu
mereka semakin jauh ke laut.
5. Sehubungan dengan budaya masyarakat Minahasa Utara yang bermukim di sekitar
Teluk Buyat telah mempraktekan manajemen sumberdaya alam bertanggung jawab,
tetapi NMR telah menghancurkan sumberdaya dan anggota masyarakat tidak
memiliki sumber mata pencaharian lain.

B. Mekanisme Pembuangan Limbah


Berdasarkan dokumen Amdal, PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan
tambang yang diperkenankan memanfaatkan dasar laut sebagai media untuk
menempatkan tailing yang dihasilkan dari proses penambangan. Dampak penting dari
sistem ini adalah pengendapan dan penimbunan yang timbul akibat penempatan tailing
didasar laut (Submarine Tailing Disposal/STD). Teluk Buyat yang berada di Minahasa,
Sulawesi Utara adalah lokasi pembuangan limbah tailing atau lumpur sisa tambang PT
Newmont Minahasa Raya (NMR). Kelompok-kelompok sipil menuduh bahwa Newmont
telah membuang 5,5 juta ton merkuri dan arsenik-sarat limbah ke teluk selama 8 tahun
masa operasinya. Newmont telah membantah tuduhan tetapi mengakui melepaskan 17
ton limbah merkuri ke udara dan 16 ton ke dalam air selama lima tahun, jumlah yang
dikatakan jauh di bawah standar emisi di Indonesia. Proses ekstraksi emas pada badan
bijih yang ditambang menghasilkan limbah halus atau tailing. Metode pelepasan emas ini

13
menggunakan senyawa sianida. Adapun beberapa jenis logam berat yang ikut terangkat
dari perut bumi adalah Hg (merkuri), As (Arsen), Cd (Cadmium), Pb (timah) dan emas
itu sendiri. Dari proses pengolahan tersebut tentu saja hanya bijih emas yang diambil,
dan logam berat yang lain tentu saja dialirkan menjadi limbah halus melalui pipa tailing
ke Teluk Buyat.
Penempatan limbah tailing di perairan Teluk Buyat telah mengakibatkan perubahan
bentuk bathimetri perairan Teluk Buyat, dimana dari hasil pengukuran ketebalan
sendimen diperoleh bahwa telah terjadi tumpukan deposisi limbah tailing pada
kedalaman 80-90 meter atau di sekitar Anus Pipa Buangan terdapat limbah tailing setebal
10 meter. Limbah Tailing yang terdeposisi memenuhi hampir semua tempat di dasar laut
mulai dari kedalaman > 60 meter ini berarti telah terjadi selisih kedalaman 10 meter.
Tailing tidak membentuk tumpukan melainkan menyebar ke tempat lain.

C. Senyawa yang Terkandung


1. Merkuri
 Pengujian kandungan merkuri

Pusat Kajian Resiko dan Keselamatan Lingkungan (PUSKA RKL) FMIPA UI,
Depok (2004) yang menganalisis sampel darah 4 warga Buyat pada 21 Juli 2004 dengan
menggunakan patokan kadar mercury rata-rata tak tercemar adalah 8 mg/L menyebutkan,
kandungan mercury dalam darah 4 orang Buyat tersebut adalah 9,51 mg/L, 22,50 mg/L,
14,90 mg/L, dan 23,90 mg/L (mikrogram per liter). Sementara hasil uji lab Dinas
Kesehatan DKI tgl 28 Juli 2004 menunjukkan kandungan mercury dalam darah 4 orang
Buyat tersebut berkisar antara 33,75 mg/L hingga 52,50 mg/L.

 Keadaan merkuri bila mencemari

Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan emas
masuk ke dalam rantai makanan, terakumulasi pada ikan dan biota laut. Merkuri,
khususnya bentuk organik, pada umumnya meningkat sesuai tingkat trofik, Manusia
sebagai trofik tertinggi akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota perairan
yang tercemar logam tersebut. Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun
dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian,
2006).

14
 Dampak dari merkuri

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi


protein menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri
juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida dan amina, di mana dalam
gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. efek toksikologi mercury secara
akut adalah menyebabkan kerusakan paru-paru, mual, muntah, diare, peningkatan
tekanan darah dan denyut jantung, ruam pada kulit, dan iritasi mata. Secara kronik
mercury menyebabkan kerusakan permanen pada otak meliputi sifat lekas marah, rasa
malu berlebihan, tremor, gangguan penglihatan dan pendengaran, serta gangguan daya
ingat. Dapat menyebabkan timbulnya garis biru pada gusi dan pelepasan gigi.

2. Arsen
 Penggunaan arsen dalam tailing

Merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama proses
pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan
tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang
lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan
bijih emas yang terikat arsen. Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas
dan terjadi reduksi konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang
hasil pemanggangan dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali
pencemaran udara. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih
membutuhkan penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing
yang ada.

 Dampak dari arsen

efek toksikologi arsen akut, sakit tenggorokan dan iritasi paru-paru, kematian.
Kroniknya adalah mual dan muntah, penurunan produksi sel darah merah dan putih,
gangguan pada irama jantung, kerusakan pada pembuluh darah, rasa nyeri seperti
tertusuk pada tangan dan kaki, warna kulit gelap, timbulnya bintil atau kutil kecil pada
telapak tangan, telapak kaki dan tubuh. Kanker(kulit, paru-paru, ginjal dan kandung
kemih, hiperkeratosis (pecahnya kulit) dan perubahan warna kulit. Kontak kulit
menyebabkan kemerahan dan pembengkakan kulit.

15
3. Sianida

Efek toksikologi sianida akut adalah gangguan otak, jantung, koma, pernafasan berat
dan tersengal-sengal, kejang, kehilangan kesadaran, kematian. Kroniknya, kesulitan
bernapas, nyeri jantung, muntah, gangguan sistem peredaran darah, sakit kepala,
pembesaran kelenjar tiroid. Rasa lemah pada jari tangan dan kaki, kesukaran berjalan,
gangguan penglihatan dan pendengaran, penurunan fungsi kelenjar tiroid. Kontak kulit
menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan kemerahan (ruam).

4. Proses Masuknya Senyawa Kedalam Tubuh Manusia


Di alam, logam merkuri dapat ditransformasikan menjadi bentuk senyawa
metilmerkuri. Konsentrasi merkuri di udara biasanya rendah dan jarang menjadi sumber
permasalahan, berbeda ketika memasuki perairan. Pada perairan, merkuri dengan mudah
berikatan dengan unsur kimia khlor. Ikatan dengan ion khlor akan membentuk
merkurianorganik yang mudah masuk ke dalam plankton dan dapat berpindah ke biota
laut lain, seperti karang, ikan, dan sebagainya.
Pada biota laut inilah merkuri anorganik mengalami perubahan menjadi merkuri
organik(metil merkuri). Selain itu, kondisi asam dan kadar ozon pada perairan
mendorong aktivitas bakteri mengubah merkuri menjadi metil merkuri. Sifat metil
merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh ikan, sehingga ikan mengandung metil merkuri
lebih banyak lagi.
Ikan-ikan yang telah terkontaminasi menjadi ancaman kesehatan serius bagi
manusiaketika rantai makanan itu menyambung ke manusia. Sekali berada dalam tubuh,
metil merkurisangat lambat tercuci. Oleh sebab itu, memakan ikan yang tercemar metil
merkuri dengan dosis di bawah ambang pun, jika dilakukan dalam jangka waktu lama,
akan meningkatkan jumlah merkuri di dalam tubuh.

16
Gambar 1. Akumulasi Metilmerkuri dalam rantai makanan
Pada tubuh manusia, metil merkuri menyebar ke seluruh jaringan terutama darah dan
otak. Sekitar 90% ditemukan dalam darah merah dan sisanya diekskresikan melalui
empedu ketinja, juga urin. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara,
yaitu melalui kulit,inhalasi (pernafasan), maupun lewat makanan. Bila masuk melalui
kulit akan menyebabkan reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit. Reaksinya tidak terlalu
lama, cukup mandi beberapa kalipada air yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera
mengalami iritasi.
Konsentrasi metil merkuri ditemukan pada ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga
nephritis ,efek-efek saraf, dan jantung. Pada keracunan akut dapat menimbulkan
gangguan sistem saluranpencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus
blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak.
Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat,
akibatnya terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf, dan
bagian otak yangmengatur penglihatan. Penderitanya mengalami kesemutan (
paresthesia), gangguan bicara,hilang daya ingat, ataxia , dan kelainan syaraf lainnya.
Penderita kronis penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang indera perasa
dan penciuman, dan menjadi pelupa. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk
menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan,kerusakan otak, dan kematian.
Diperkirakan lebih dari 100 warga Teluk Buyat menderita Penyakit Minamata.
Gejala penyakit itu diawali gatal-gatal dan kejang pada tubuh penderita, kemudian
muncul benjolan.Benjolan muncul dalam banyak varian pada sejumlah penderita, di
tangan, kaki, tengkuk,pantat, kepala, atau payudara. Rata-rata penderita mengalami
gejala tersebut.

Gambar 2. Gejala penyakit Minamata pada kulit warga Teluk Buyat

17
Penyakit yang merebak di masyarakat nelayan akibat kontaminasi logam berat di
Teluk Buyat, disebut-sebut lebih berbahaya daripada Penyakit Minamata. Penyakit
Minamata harusmenunggu 20 tahun untuk bisa diketahui akibatnya, namun penyakit
yang menyerangmasyarakat Teluk Buyat cukup 6 tahun sudah mendatangkan kematian.
Penyakit Minamatahanya disebabkan oleh kontaminasi satu logam berat yaitu merkuri,
sedangkan penyakitmasyarakat Teluk Buyat disebabkan oleh beberapa logam berat yaitu
merkuri, arsen, sianida,antimon, dan lainnya.

D. Dampak Limbah Tailing


Sejak 1986-2004, PT Newmont Minahasa Raya meninggalkan beban derita terhadap
warga Teluk Buyat dan kerusakan lingkungan hidup yang tergolong berat. Hal ini
diperkuat dalam Laporan Resmi Tim Teknis Penanganan Kasus Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Teluk Buyat (2004). Dalam laporan itu, disebutkan:
1. Berlawanan dengan klaim PT Newmont Minahasa Raya, lapisan “pelindung”
termoklin tidak ditemukan pada kedalaman 82 meter.
2. Teluk Buyat tercemar arsen dan merkuri berdasarkan ASEAN Marine Water Quality
Criteria 2004.
3. Sumber (pencemaran) arsen dan merkuri di Teluk Buyat adalah limbah tambang PT
Newmont Minahasa Raya, bukan alamiah.
4. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun akibat pencemaran
arsen.
5. Terjadi akumulasi atau penumpukan merkuri dalam makhluk dasar laut (benthos) di
Teluk Buyat.
6. Kadar merkuri dalam ikan berisiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk Buyat.
7. Kadar arsen dalam ikan berisiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk Buyat.
8. Upaya pembersihan (clean-up) di Teluk Buyat perlu dilakukan berdasarkan tingkat
ancaman terhadap kesehatan manusia (human health hazard).
9. Kadar arsen dalam air minum melampaui baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan.
10. Kadar logam berat dalam udara di Dusun Buyat Pantai secara keseluruhan paling
tinggi dibandingkan desa lainnya.
11. Pembuangan limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya melanggar undang-
undang pengelolaan limbah beracun.

18
Sedangkan kesimpulan Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik “Sampel
Bukti” Air, Sedimen, dan Biota Laut Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara,
menunjukkan:

1. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air laut di Teluk Buyat dari sembilan titik sampling
telah melampaui ambang batas baku mutu, berdasarkan KEPMEN KLH. No. 51
Tahun 2004.
2. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air Sungai Teluk Buyat telah melampaui baku mutu
air sungai kelas I dan II berdasarkan PP No. 28 Tahun 2001.
3. Konsentrasi merkuri (Hg) pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling
pada Teluk Buyat berkisar antara 52,95-883,94 (µg/Kg).
4. Konsentrasi arsen (As) total pada air laut dari sembilan titik sampling pada Teluk
Buyat berkisar antara 5,7770-50,7028 (µg/l).
5. Konsentrasi arsen (As) total pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling di
Teluk Buyat berkisar antara 168,00-563.02 (µg/Kg).
6. Sampel biota yang dipancing dan ditangkap di Teluk Buyat telah terkontaminasi
merkuri (Hg) dengan kadar merkuri dalam daging antara 0,01164-0,0275 (µg/g).
7. Kandungan merkuri (Hg) pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,0705-2,050 (µg/g).
8. Kandungan merkuri pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).
9. Kandungan arsen pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan
berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).
10. Kandungan arsen pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,02347-21,6186 (µg/g).

4.3. Hipotesis
Dari dampak lingkungan yang diperoleh dan sebagian besar masyarakat mempunyai
keluhan menderita pneumonia (gangguan paru-paru), hal merujuk pada kontaminasi
merkuri, sianida, dan arsen.

19
4.4. Observasi
A. Pengambilan Titik Sampling
Diambil dari berbagai titik lokasi di pesisir laut diantaranya:
1. Daerah Perairan Pelabuhan,
2. Daerah Wisata Bahari
3. Daerah Biota Laut
4. Daerah dekat dengan aktifitas industri.
Pegambilan sampel pada pesisir laut dilakukan dengan variasi berdasarkan
kedalaman pengambilan sampel. Selain itu, pengambilan sampel pun dilakukan
pada waktu yang bersamaan. Hal ini disebabkan kondisi perairan didaerah pesisir
sangat dipengaruhi oleh kegiatan di darat. Sampel diambil dengan variasi
kedalaman pada masing – masing lokasi.

20
B. Peta Titik pengambilan sampling

21
Pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan metode sbb.:

1) Pengambilan sampel air laut dilakukan pada tanggal 6 –12 September 2004,
sedangkan kegiatan operasional tambang PT. NMR ditutup pada tanggal 31
Agustus 2004. Pengambilan sampel air laut menggunakan metode dari Puslitbang
Oseanologi-LIPI
a. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan 12 tabung Niskin
yang terpasang dalam satu frame dengan peralatan CTD. Tabung niskin
sebelum dan saat CTD diturunkan kedalam laut harus dalam keadaan terbuka,
kemudian pada saat CTD dinaikkan dan sampai pada kedalaman yang
dikehendaki maka tutup botol akan tertutup secara otomatis, yang
pengoperasiannya dikendalikan melalui komputer. Pengambilan sample pada
satu lokasi dilakukan pada tiga titik kedalaman untuk parameter sianida dan
logam berat dan 4 kedalaman untuk parameter TSS.
b. Pemilihan titik sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
i. titik sampling sesuai dengan RKL/RPL PT NMR;
ii. titik sampling dari berbagai penelitian, seperti POLRI, DKP;
iii. berdasarkan kondisi yang dianggap kritis dan diperlukan untuk
pemantauan;
iv. masukan dari berbagai sumber, seperti WALHI, POLRI, dll
c. Titik-titik kedalaman pengambilan sampel air ditentukan dengan kaedah
standar yaitu lapisan permukaan 0,2 d; lapisan tengah 0,4 d, 0,6 d dan lapisan
dalam 0,8 d (dimana d = kedalaman perairan lokasi sampling diukur dari
permukaan).
d. Sampel air yang diperoleh diawetkan dengan pengawet yang sesuai dengan
parameter yang akan dianalisis, tujuan pengawetan tersebut adalah agar
sampel uji tidak mengalami perubahan sampai pada saat dianalisis.

Adapun perlakuan terhadap sampel air adalah sebagai berikut :

i) Parameter Hg : sampel air yang telah disaring disimpan dalam gelas borosilikat,
segera diawetkan dengan 3 mL HNO3 pekat perliter sampel air;
ii) Logam berat : sampel air yang telah disaring, simpan dalam botol PE dan segera
diawetkan dengan HCl atau HNO3 sampai pH air sampel sekitar 1.5;

22
iii) Sianida : sampel air yang telah disaring, simpan dalam botol PE dan segera
diawetkan dengan NaOH
iv) TSS : disimpan dalam botol PE dan didinginkan;
v) Parameter fisik seperti pH, DO, turbiditas, salinitas, konduktifitas, suhu dan lin-
lain : tidak diawetkan dan tidak disimpan, karena parameter tersebut diukur
secara in situ;

2) Pengambilan air sungai, air sumur dan air suplai


Pengambilan sample air Sungai Buyat maupun Sungai Totok diambil di 5 titik
mulai dari hulu sampai hilir.Metode pengambilan sampel air sungai sesuai dengan
SNI kemudian sampel air yang diperoleh diawetkan dengan pengawet yang sesuai
dengan parameter yang akan dianalisis;

3) Pengambilan sampel sedimen, dilakukan sesuai US EPA Method 2016


Dalam metode ini, sedimen/tailing permukaan dianggap memiliki range kedalaman
dari 0-6 inchi. Pengumpulan sedimen dilakukan dengan menggunakan Eckman
Dredge dan Ponar Dredge. Untuk menjaga keaslian/kualitas sample maka sample
sedimen/tailing disimpan dalam botol PE mulut besar/lunch box dan
didinginkan/disimpan dalam coolbox.

4) Pengambilan sampel ikan


Pengambilan sample ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing,
jarring nelayan dan „troll‟. Ikan yang didapat diletakkan pada wadah/plastik PE,
kemudian didinginkan.

5) Pengambilan sample udara ambien sesuai ASTM D4096-91 (2003)


Pengambilan sample udara ambien dilakukan untuk parameter Total Suspended
Particulate (TSP) menggunakan alat penghisap debu laju alir tinggi, High Volume
Air Sampler (HVAS) dengan media penangkap filter terbuat dari Membran
Cellulose Nitrate; disesuaikan dengan analisa lanjut menggunakan analisa aktivasi
netron (NAA) untuk sanalisa logam-logam berat. Sampling dilakukan selama 24
jam dan dilakukan pula pengukuran meteorologi secara pararel untuk mendapatkan
data pendukung selama pengukuran parameter TSP.

23
6) Pengambilan sampel plankton
Pengumpulan sampel plankton dilakukan dengan alat yang dapat menyaring air
laut yang memadai jumlahnya. Dalam hal ini digunakan plankton net nomor 25
dengan ukuran mata jala (mesh) sekitar 55 μm. Untuk tujuan kuantitatif perlu
diketahui jumlah air yang disaring, sedangkan bila hanya untuk keperluan kualitatif
cukup dengan cara menarik plankton net dari atas kapal (speed boat). Pengambilan
sampel plankton permukaan pada penelitian ini adalah dengan cara menyaring
sebanyak 60 liter air laut dengan menggunakan plankton net. Kemudian sampel
plankton dari bucket dipindahkan ke botol sampel dan diberi label sesuai dengan
nomor stasiun yang telah ditentukan. Setelah itu, sampel plankton dalam botol
sampel diberi pengawet formalin. Konsentrasi formalin dalam botol sampel sekitar
4-5 %. Sedangkan untuk keperluan kualitatif sampel plankton dalam botol sampel
diawetkan dengan cara didinginkan.

7) Pengambilan sampel bentos


Sampel benthos laut dikumpulkan dengan menggunakan Ponar Grab dengan luas
10 x 10 inchi (625 cm2). Sampel lumpur dikumpulkan secara komposit dari dua
kali pengambilan untuk setiap stasiun. Dilapangan sampel lumpur ini disaring
dengan ayakan bertingkat dengan ukuran mata jala (mesh) sebesar 0,5 mm,0,4 mm
dan 0,2 mm , lumpur disemprot dengan water jet sehingga lumpur dan benthos
dengan ukuran yang sesuai bagi tiap ayakan akan tertinggal. Setelah itu sampel
lumpur diawetkan dengan formalin 10 % (Texas Natural Resource Concervation
Commision : Surface Water Quality Monitoring Procedures Manual, 1999, Chapter
7, hal. 9 -10)

8) Pengambilan sampel evaluasi teknologi


Untuk melakukan evaluasi pada proses produksi PT. NMR, pada tanggal 29
Agustus 2004 telah dilakukan peninjauan lapangan untuk melihat proses
produksinya dan dilakukan pengambilan sample pada beberapa lokasi proses yaitu
:
i) Sag mill product, sampel batuan yang sudah dihaluskan, bentuk padat,
sebanyak 0,5 kg, pada jam 11.20 WITA
ii) Leach feed, sampel sebelum proses pelindian dengan Sianida,berbentuk slurry,
sebanyak 2,5 liter, pada jam 11.50 WITA

24
iii) Discharge leach (keluar dari pelindian), bentuk slurry, sebanyak 2,5 liter, jam
12.00 WITA
iv) Detox feed, sampel sebelum detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5 liter, jam
12.10 WITA
v) Final Tail, sampel setelah detoxifikasi, bentuk slurry, sebanyak 2,5 lt, jam
12.15 WITA
Pengambilan Sampel limbah PETI dengan proses mercury (Hg), meliputi:
i) Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita Limbah
cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
ii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk slurry,
sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita
Pengambilan Limbah PETI dengan proses sianida (CN), meliputi :
i) Tailing amalgamasi bentuk padat, sebanyak 0,5 kg, pada 16.30 Wita
ii) Limbah cair bentuk cairan, sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 Wita
iii) Slurry keluar dari amalgamasi yang baru keluar dari Tromol, bentuk slurry,
sebanyak 0,5 liter, jam 16.35 wita

C. Prinsip Analisis Air Permukaan


MERKURI, (Hg) : senyawa merkuri dalam sampel uji dioksidasi menjadi ion
merkuri (Hg2+) oleh KMnO4 dalam suasana asam. Ion merkuri kemudian
direduksi menjadi atom merkuri (Hgo) oleh SnCl2. Atom merkuri yang terbentuk
kemudian diukur serapannya dengan AAS atau Mercury analyzer.

D. Prinsip analisis parameter logam berat di sedimen


Prinsip analisa logam berat dari sampel sedimen terbagi menjadi dua kategori yaitu
untuk logam berat pada umumnya dan logam Merkuri.

1) Prinsip analisa logam berat pada umumnya dalam pemantauan ini meliputi proses
destruksi sampel dalam suasana asam(pH ± 2) untuk selanjutnya dilakukan analisa
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
2) Prinsip analisa logam merkuri meliputi tahap oksidasi sampel sedimen oleh
oksidator kuat dalam suana asam, sehingga senyawa merkuri yang terkandung di
dalamnya berubah menjadi ion merkuri. Ion yang terbentuk selanjutnya direduksi

25
menjadi atom merkuri oleh SnCL2. Atom merkuri yang terbentuk selanjutnya diukur
absorbansinya menggunakan Mercury Analyzer.

E. Pengujian Kandungan Merkuri Dalam Tubuh Masyarakat Teluk Buyat

Kondisi masyarakat di sekitar Teluk Buyat yang mengantungkan hidupnya dari hasil
laut dan harus bertahan hidup di wilayah tersebut karena tekanan kemiskinan
harus menerima akibat dari pencemaran dan perusakan ekosistem Perairan
Teluk Buyat. Terkontaminasi logam berat merkuri, hampir 50% dari sekitar 270
warga Desa Buyat Pantai terjangkit penyakit berupa kram pada sejumlah bagian tubuh,
pusing yang terus menerus serta munculnya benjolan disejumlah bagian tubuh. Selain
itu, seperti pada penyakit Minamata, merkuri serta logam berat pencemar lain
juga dapat merusak susunan gen sehingga diperkirakan penyakit yang
ditimbulkan tersebut dapat menurun ke generasi berikutnya. (Republika Online, 2005).

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety) no. 101, 1990, kadar
normal mercury dalam darah adalah 8 mg/L yang menjadi standar dasar WHO.
Sementara hasil PUSKA FMIPA UI yang menguji sampel darah 4 warga Buyat tanggal
21 Juli 2004 ternyata kandungan merkurinya mencapai 9,51 mg/L, 22,50 mg/L, 14,90
mg/L, dan 23,90 mg/L. Dan hasil lab Dinkes DKI tanggal 28 Juli 2004 menunjukkan
kandungan mercury dalam darah 4 orang Buyat tersebut berkisar antara 33,75 mg/L
hingga 52,50 mg/L. Hal ini membuktikan terdapat merkuri didalam tubuh masyarakat
teluk buyat.

Risiko konsumsi ikan dari Merkuri melalui perhitungan Tolerable Daily Intake (TDI)

Untuk mengestimasi asupan Hg dalam tubuh manusia yang bersumber dari konsumsi
ikan, dan dari data rata-rata konsentrasi Hg yang terkandung dalam ikan yang diperoleh dari
penelitian ini dan berdasarkan pola makan masyarakat Dusun Buyat Pante, maka dapat
dihitung pendugaan Resiko Konsumsi Ikan, sebagai berikut :

Asupan Hg (mg/hari)=Konsumsi ikan (kg/hari)×(1- 0.7)×Konsentrasi Hg dalam ikan (mg/kg)

Catatan : 1-0,7 adalah jaringan/daging ikan dikurangi kadar air

26
Evaluasi hasil TDI adalah jika nilai TDI dibawah 100%, maka ikan tersebut masih
aman dikonsumsi sedangkan jika nilai TDI diatas 100%, maka harus ada pengaturan pola
makan atau mengurangi konsumsi ikan. Semakin mendekati 100% dari TDI, maka
mempunyai resiko besar jika mengkonsumsi ikan.

Perairan yang telah tercemar merkuri bukan hanya membahayakan komunitas biota
yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal
ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi
tinggi dan cendrung terakumulasi pada biota.

1. Proses Metilasi
Meskipun pencemaran mercury dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat
kecil. Pencemaran mercury secara besar-besaran disebabkan karena limbah yang dibuang
oleh manusia. Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara
langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan.
Proses metilasi (pengubahan merkuri menjadi methylmercury) terjadi pada kondisi
oksigen rendah dari bagian bawah kolom air dan sedimen, kemudian methylmercury
masuk ke dalam rantai makanan, dan menjadi lebih tinggi terkonsentrasi seiring
meningkatnya rantai makanan. Dalam hal ini terjadinya pencemaran merkuri pada biota
laut diperkirakan dari organisme kecil yang memperoleh methylmercury di kawasan
pesisir terbawa ke laut lepas, kemudian mereka masuk ke dalam rantai makanan laut
lepas. Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang
masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian, 2006).

2. Pembuangan limbah tailing ke laut


Termokline (termoklin) adalah lapisan yang membagi 2 massa air di perairan,
lapisan ini merupakan lapisan pembatas antara air yang berada di permukaan dan yang
berada di bawahnya, pada umumnya lapisan ini memiliki flukstuasi suhu yang sangat
tajam dibandingkan dengan lapisan air lainnya.Termoklin (kadang-kadang metalimnion)
adalah lapisan tipis namun berbeda dalam tubuh besar cairan (misalnya air, seperti laut
atau danau, atau udara, seperti suasana), di mana perubahan suhu lebih cepat dengan
kedalaman daripada yang dilakukannya di lapisan atas atau di bawah.

27
Pipa pembuangan limbah tailing PT. NMR berada pada lapisan zona termoklin yaitu
82 meter [kini, sudah menjadi 70 meter] memungkinkan untuk naiknya partikel-partikel
tailing serta ikutnya untuk mencemari area produktif perairan di teluk Buyat.

Penempatan limbah tailing di perairan Teluk Buyat telah mengakibatkan perubahan


bentuk bathimetri perairan Teluk Buyat, dimana dari hasil pengukuran ketebalan
sendimen diperoleh bahwa telah terjadi tumpukan deposisi limbah tailing pada
kedalaman 80-90 meter atau di sekitar Anus Pipa Buangan terdapat limbah tailing setebal
10 meter. Limbah Tailing yang terdeposisi memenuhi hampir semua tempat di dasar laut
mulai dari kedalaman > 60 meter ini berarti telah terjadi selisih kedalaman 10 meter.
Tailing tidak membentuk tumpukan melainkan menyebar ke tempat lain.
Hasil penelitian selama Agustus sampai September 2004 memastikan arsen atau
arsenik di Teluk Buyat berasal dari pembuangan tailing PT Newmont Minahasa Raya.
Pencemaran teluk akibat pembuangan tailing di bawah termoklin atau lapisan di perairan
di mana terjadi perubahan suhu yang cepat pada arah kedalaman atau vertikal. Limbah
tailing Newmont dibuang ke pembuangan yang kedalamannya hanya 82 meter dari
permukaan perairan. Padahal sesuai analisa dampak lingkungan, lokasi pembuangan
limbah harus sedalam 110 meter di bawah termoklin. Dampaknya, limbah mencemari
biota laut dan lingkungan di sekitar Teluk Buyat. Empat dari enam sumur milik warga
Buyat mengandung arsen sebesar 0,07 mikrogram. Kandungan ini dinilai lebih dari
standar baku mutu air minum sesuai ketetapanDepartemen Kesehatan, yaitu 0,01
mikrogram.

28
Diketahui terjadi kebocoran pada pipa pembuangan limbah tailing pada sambungan
flens di kedalaman 10 meter.

Pipa buangan 2000 ton tailing NMR per hari ke Teluk Buyat

(A). Karang dekat dengan muata tailings pada kedalaman air 3 m. (B) Karang dekat ke muara
tailings pada kedalaman air 5 m. (C) Karang sekitar 2 km ke arah laut dari muara tailings,
tanpa evidens kontaminasi

29
BAB III

PENUTUP

Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak dikehendaki
pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan
manusia atau organisme lainnya. Sedangkan definisi pencemaran air menurut Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuknya atau
dimasukkannyamakhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air
menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis
logam berat yang berbahaya. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan,
yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium
(Cr), dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang
terakumulasi. Dua macam logam berat yang sering mengkontaminasi air, adalah Merkuri dan
Timbal.

Terjadinya pencemaran logam berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok disebabkan
oleh pembuangan limbah padat (tailing). Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu
dapat menyebabkan pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di
sekitar lokasi pembuangan apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.

30

Anda mungkin juga menyukai