Anda di halaman 1dari 13

s

MANAJEMEN LINGKUNGAN INDUSTRI:


Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Nur Hidayat
Tek. Industri Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Email : nhidayat@ub.ac.id

1. PENDAHULUAN 4. PENGOLAHAN SECARA KIMIA


1.1. Teori dasar dan Contoh 4.1. Netralisasi MODUL
1.2. Tujuan 4.2. Koagulasi

4
1.3. Definisi 5. PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
2. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR 5.1. Pengolahan Aerob
3. PENGOLAHAN SECARA FISIKA 5.2. Lagoon
3.1. Penapisan 5.3. Pengolahan Anaerob
3.2. Pengendapan 6. PENGOLAHAN LIMBAH TEKSTIL
3.3. Flotasi
3.4. Filtrasi Minggu 05
3.5. Adsorpsi

1. PENDAHULUAN

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


1.1. Teori Dasar dan Contoh
Keberadaan limbah pada
dasarnya tidak
dikehendaki oleh
produsen ataupun
masyarakat dan
lingkungannya. Namun
demikian, kaberadaan
limbah dalam suatu
proses produksi sulit
dihindari. Oleh sebab itu
dalam pelaksanaan
proses produksi
(SPEED)

diupayakan proses
dengan minimasi limbah
dan penggunaan kembali
limbah yang dikenal
dengan produksi bersih Gambar 4.1. Strategi pengelolaan
(Gambar 4.1) limbah.

1.2 Tujuan
Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai
landasan dasar teknologi pengolahan limbah cair. Mahasiswa
diharapkan
Mengerti tentang jenis limbah dan teknik pengolahan limbah
cair
Mengamati tentang jenis limbah dan teknik pengolahan limbah
cair
Menjelaskan tentang jenis limbah dan teknik pengolahan limbah
cair

Dept. of Agroindustrial Technology


MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
1.3. Definisi
Activated sludge (lumpur aktif) adalah proses penanganan limbah dimana
udara atau oksigen akan masuk ke dalam cairan limbah untuk
mengembangkan pembentukan flok bilogis sehingga mengurangi
kandungan oraganik dalam limbah
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau
cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat
dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut.
Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang
mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan
media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel
padat.
Lingkungan aerob adalah lingkungan dimana oksigen terlarut terdapat
dalam jumlah yang cukup sehingga tidak merupakan faktor pembatas di
dalam prosesnya.
Trickling filter adalah saringan porous yang tersusun dari bahan seperti
kerikil ataupun bahan berongga yang berfugsi untuk tumbuh
mikroorganisme yang akan memanfaatkan limbah yang masuk sebagai
nutrisinya dan mendpat asupan oksigen sehingga limbah cair yang keluar
telah mengalami penurunan kandungan bahan organiknya.

Parameter Uji Limbah Cair

1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD menyatakan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroba


untuk mengoksidasi zat-zat organik dalam proses metabolisme mereka
(secara biokimia). Nilai BOD biasanya digunakan dalam sistem yang
menggunakan proses biologi dalam pengolahan limbahnya. Perlu diingat
disini bahwa keberadaan mikroorganisme merupakan faktor mutlak
dalam pengukuran BOD. Mikroorganisme yang dipakai dalam analisis
BOD biasa disebut dengan seed.

Adanya mikroorganisme berarti diperlukan inkubasi. Lamanya inkubasi


tergantung dari nilai BOD yang dikehendaki, ada yang 5, 7, 10, bahkan
20 hari. Pada umumnya, nilai BOD yang digunakan di dalam pengolahan
air limbah adalah BOD5, yaitu BOD yang diperoleh setelah inkubasi
selama 5 hari. Meskipun BOD5 merupakan nilai yang paling umum
dipakai, mereka yang menghendaki terjadi nitrifikasi di dalam prosesnya
memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama (bisa 6 hingga 10 hari).
Hal ini karena bakteri yang bekerja dalam proses nitrifikasi memiliki laju
pertumbuhan yang rendah, yaitu antara 6 hingga 10 hari

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Parameter yang satu ini menyatakan kebutuhan oksigen yang


diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik di dalam air limbah
menggunakan dikromat sebagai oksidator. Analisis COD diawali dengan
proses digestion kemudian dilanjutkan dengan pengukuran nilai COD itu
sendiri. Pengukuran nilai COD dapat diketahui melalui titrasi atau
Page 2 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
dengan menggunakan spektrofotometer. Berbeda dengan BOD, pada
COD tidak perlu dibedakan apakah zat organik tersebut dapat
didegradasi secara biologis atau tidak. Di lapangan, banyak operator
yang lebih memilih menggunakan parameter COD. Hal ini karena
pengukuran COD tidak melibatkan mikroorganisme sehingga tidak
terpengaruh oleh material yang bersifat toksik. Selain itu analisis COD
membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibanding BOD.

Walaupun sebenarnya BOD dan COD merupakan parameter yang


berbeda, banyak juga orang yang salah kaprah dengan mengkonversi
nilai COD dengan faktor pengali tertentu (biasanya sebesar 0,5) untuk
memperoleh nilai BOD. Sebenarnya, faktor pengali 0,5 tersebut tidak
berlaku untuk semua jenis limbah dan sangat berbeda antara satu IPAL
dengan yang lainnya. Untuk memperoleh suatu faktor pengali (ummm,
mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai rasio), perlu dilakukan
sederetan pengukuran COD dan BOD kemudian dilihat
kecenderungannya. Angka 0,5 (atau rasio BOD:COD sebesar 1:2)
umumnya terjadi di IPAL yang mengolah limbah domestik.

3. Total Organic Carbon (TOC)

TOC merupakan parameter yang menyatakan jumlah total karbon


organic.

2. Pengolahan Limbah Cair

Sampai dengan permulaan Abad 20, limbah masih banyak yang dibuang
begitu saja meskipun penangan limbah dengan trickling filter mulai
dikembangkan. Dengan semakin meningkatnya jumlah limbah, para
ilmuwan mulai intensif mengembangnkan berbagai metode. Penggunaan
senyawa pembentuk flok mulai digunakan untuk menggantikan teknologi
trickling filter, begitu juga dengan diketemukannya teknologi activated
sludge oleh Ardern dan Lockett pada tahun 1914 yang kemudian
disempurnakan oleh Sawyer pada tahun 1965. Perkembangan berikutnya
dilakukan baik penangnan limbah secara aerob maupun anaerob.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik
pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum
terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi.
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

3. Pengolahan Secara Fisika


Page 3 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012

Pengolahan limbah secara fisik sebenarnya dalah proses pemisahan bagian-


bagian limbah yang tidak larut dalam limbah sehingga tidak mengganggu
proses pengolahan berikutnya.

3.1. Penapisan

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air


buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan
yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan
terlebih dahulu. Penapisan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.

3.2. Pengendapan

Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah


dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap.
Tangki pengendapan didesain sedemikian rupa agar air limbah memiliki
kecepatan aliran yang cukup rendah sehingga memungkinkan padatan
untuk mengendap. Tangki pengendapan yang didesain dan dioperasikan
secara efisien dapat menyisihkan 50 hingga 70 persen suspended solids dan
25 hingga 40 persen BOD (biochemical oxygen demand) dari dalam air
limbah (Metcalf&Eddy, 2003). Untuk meningkatkan kemampuan
pengendapan, ada kalanya dilakukan proses penambahan bahan kimia
sebelum air limbah memasuki tangki pengendapan. Penambahan bahan
kimia ini akan menghasilkan flok yang memiliki berat jenis lebih besar
sehingga padatan lebih mudah diendapkan.

Presipitasi logam berat

Salah satu jenis polutan yang banyak mendapat perhatian dalam


pengelolaan lingkungan adalah logam berat. Pembuangan limbah
terkontaminasi oleh logam berat ke dalam sumber air bersih (air tanah
atau air permukaan) menjadi masalah utama pencemaran karena sifat
toksik dan tak terdegradasi secara biologis. logam berat. Jenis logam
berat yang tergolong memiliki tingkat toksisitas tinggi antara lain adalah
Hg, Cd, Cu, Ag, Ni, Pb, As, Pb, As, Cr, Sn, Zn, dan Mn.
Salah satu sumber polutan logam berat adalah limbah cair laboratorium.
Limbah cair ini memiliki nilai pH ekstrem rendah (1,4) dan kadar logam
berat terlarut sangat tinggi (konsentrasi Hg: 77,6-392 mg/L). Limbah
cair ini hingga saat ini belum mendapat perhatian yang memadai. Dari
sisi jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu laboratorium
umumnya memang relatif sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar
berat oleh berbagai jenis bahan kimia toksik. Secara kolektif dan dalam
kurun waktu yang lama dapat berdampak nyata pada lingkungan apabila
tidak dikelola secara memadai.

Page 4 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012

Gambar 4.3. Skema Diagram Pengolahan Fisik

Praktek pembuangan limbah cair laboratorium ke lingkungan tanpa


pengolahan yang memadai disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
belum adanya teknik pengolahan yang efektif dengan biaya terjangkau.
Beberapa laboratorium telah menerapkan praktek pengelolaan dengan
cara memisahkan dan mengumpulkan limbah cair berbahaya dan
beracun terpisah dari limbah cair yang tidak berbahaya. Akan tetapi,
setelah terkumpul dalam jumlah banyak, masalah sering muncul
berkaitan dengan cara pengolahan/pembuangan limbah tersebut.
Alternatif untuk mengirim limbah tersebut ke tempat pengolahan limbah
B3 milik pihak ketiga sering menghadapi masalah prosedur dan biaya.
Kelarutan berbagai jenis logam sangat ditentukan oleh pH larutan.
Kecuali logam perak, pola umum kelarutan logam menurun dengan
meningkatkan pH larutan dan setelah mencapai tingkat kelarutan
minimum kemudian meningkat lagi dengan meningkatnya pH
penambahan koagulan (alum dan PAC) tidak dapat menurunkan kadar
logam berat dalam filtrat hasil presipitasi.

3.3. Flotasi

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang


Page 5 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Pada proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan ke dalam tangki untuk
mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya
dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi
dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan
padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal ini merupakan
keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan flotasi
partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan.

3.4. Filtrasi

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk


mendahului proses kimia atau proses reverse osmosis-nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam air agar tidak mengganggu proses penyaringan atau menyumbat
membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses filtrasi, biasanya
dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa kimia
(misalnya: fenol) dan senyawa kimia terlarut lainnya, terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi
membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang


mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media
filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat.
Dalam proses filtrasi juga terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak
faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi kualitas air hasil
filtrasi, efisiensi proses dan sebagainya.

3.5. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau
cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan
diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Berkat
selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk
memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang
mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Kecepatan adsorpsi
tidak hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas
permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, tekanan (untuk gas),
ukuran partikel dan porositas adsorben. Juga tergantung pada ukuran
molekul bahan yang akan diadsorpsi dan pada viskositas campuran yang
akan dipisahkan (cairan, gas).
Dosis karbon aktif menentukan kuantitas logam yang teradsorpsi. Semakin
banyak karbon aktif yang ditambahkan per satuan volume limbah cair akan
meningkatkan massa logam berat terlarut yang teradsorpsi, akan tetapi
massa logam yang teradsorpsi per satuan berat karbon aktif menurun.
Penjeratan ion merkuri dari cairan oleh karbon aktif dapat ditingkatkan
dengan cara pengkayaan (impregnation) karbon aktif dengan bahan kimia
yang sesuai misalnya senyawa mengandung sulfur.
Metode presipitasi dan adsorpsi tidak menghilangkan logam berat, tetapi
Page 6 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
hanya mengubah logam berat terlarut menjadi bentuk padat. Sebagai
akibat dari penyisihan logam berat terlarut dihasilkan residu berupa
endapan logam hidroksida dan arang aktif bekas, yang keduanya
mengandung logam berat dalam kadar tinggi. Residu ini bersifat toksik dan
memerlukan penanganan secara khusus (misalnya dengan cara pengeringan
dan solidifikasi).

4. Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk


menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat-zat beracun; dengan
membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-
bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-
bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-
reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Gambar 4.4. Skema Diagram pengolahan Kimiawi

4.1. Netralisasi
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang
bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan
sebelum dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada
proses pengolahan, baik pengolahan secara biologic maupun secara
kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum atau
sesudah proses equalisasi.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan
secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 8,5, karena
sebagian besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses
Page 7 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan
pada kondisi pH netral.

4.2. Koagulasi
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor
dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5
dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen,
sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu
direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4,
SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi
rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium
dan sebaginya. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi
dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi
mahal karena memerlukan bahan kimia.

5. Pengolahan Secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.


Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan
segala modifikasinya.

Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth)
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth)
Di dalam reactor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak
dikenal berlangsung dalam jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang
dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-
stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional,
oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan
BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang
dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%),
kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi
hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses reactor di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis
seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam
oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai
kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam
lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media


Page 8 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya.
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar
80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses
penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih
dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari
4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis

Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak
lagi sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya,
semua limbah yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses
produksi, dimana uraian di atas dapat dijadikan sebagai acuan.

5.1. Pengolahan Aerob


Pengolahan limbah cair secara aerob dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah lumpur aktif dan trickling filter
Trickling filter merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair dengan
memanfaatkan media padat sebagai tempat mikroorganisme menempel dan
limbah cair dialirkan dari atas. Udara mengalir dari bawah sehingga terjadi
kontak antara udara, limbah dan mikroorganisme.

Page 9 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012

Gambar 4.3. Trickling Filter. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Trickling_filter

Activated sludge (lumpur aktif) adalah proses penanganan limbah dimana


udara atau oksigen akan masuk ke dalam cairan limbah untuk
mengembangkan pembentukan flok bilogis sehingga mengurangi
kandungan oraganik dalam limbah. Dalam unit lumpur aktif, setelah limbah
mendapat penanganan yang cukup maka limbah dialirkan ke bak
pengendapan. Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan air limbah
secara biologis aerob yang melibatkan reaksi-reaksi mikrobiologis. Untuk
mencapai kualitas effluent yang baik, substansi yang ada dihilangkan
dengan menggunakan mikroorganisme yang ada dalam lumpur aktif. Zat
zat yang terkandung dalam air buangan, berguna sebagai makanan dan
pertumbuhan sel baru.

Gambar 4.4. Lumpur Aktif. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Activated_sludge

5.2. Lagoon
Pengolahan air limbah secara biologi AEROB dengan model Aerated lagoons
(basins) membutuhkan luas lahan yang cukup besar, hal ini dilakukan mengingat
jumlah air limbah yang akan dilakukan pengolahan sangat besar. Pada model ini
dapat terjadi 2 (dua) proses yaitu AEROB dan FAKULTATIF. Proses aerob terjadi
pada permukaan air limbah yang teraduk dengan motor dan berkontak dengan
udara sekitar, jika kedalaman kolam tidak terlalu dalam maka akan terjadi proses
pengolahan secara AEROB tetapi jika kolam yang dipergunakan mempunyai
kedalaman yang cukup dalam maka proses pengolahan berlangsung secara
FAKULTATIF.
Page 10 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012

5.3. Pengolahan Anaerob


Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biological untuk
mengolah limbah organik. Mikrobiologi yang terlibat dalam proses
termasuk fakultatif dan mikroorganisme anaerob, dimana tidak ada
oksigen, mengubah material menjadi produk akhir gas seperti
karbondioksida dan metana.
Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak
metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen
sulfide (H2S) dan hydrogen (H2). Proses yang terlibat adalah
fermentasi asam dan fermentasi metana.
Range pH pada fermentasi metana adalah 6,0 8,5 (Benefield dan
Randall 1980), 6,8 7,4 (Ramalho 1983). Alkalinity yang dihasilkan
dari degradasi senyawa organic membantu mengontrol pH .range pH
6,6 7,4 maka konsentrasi alkalin bervariasi dari 1000 sampai 5000
mgl sebagai kalsium karbonat.
Keuntungan utama proses anaerob selama pengolahan anaerob
adalah :
1. Yield biomass untuk proses anaerob lebih rendah disbanding
system aerob
2. Aerasi tidak digunakan, biaya capital dan pemakaian energi
rendah
3. Gas metana yang dihasilkan proses anaerob bisa dinilai secara
ekonomis
4. Loading organic lebih tinggi pada system anaerob dibandingkan
system aerob
Kelemahan proses anaerob:
1. Energi yang dipakai untuk temperature reactor untuk memelihara
aktifitas mikroba (350C)
2. Waktu tahan lebih tinggi pada proses anaerob dari pengolahan
aerob.
3. Bau yang tidak disadari dihasilkan proses anaerob karena
menghasilkan gas H2S dan merkaptan
4. Settling biomass anaerob di clarifier lebih sulit untuk diolah
dibandingkan sedimentasi biomass
5. Reactor operasi anaerob tidak semudah anaerob

6. Pengolahan Limbah Tekstil

1. Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil


adalah program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
o Pengukur dan pengatur laju alir
o Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
o Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
o Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
o Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
o Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan
(make-up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk
membuat penangas pemasakan atau penggelantangan)
o Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
o Pembilasan dengan aliran berlawanan
2. Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus
diperiksa pula :
o Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD

Page 11 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
o Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang
kadarnya kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
o Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang
menghasilkan BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3. Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah
proses pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna
dengan dasar air untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila
digunakan pewarna yang mengandung logam seperti krom, mungkin
diperlukan reduksi kimia dan pengendapan dalam pengolahan limbahnya.
Proses penghilangan logam menghasilkan lumpur yang sukar diolah dan
sukar dibuang. Pewarnaan dengan permukaan kain yang terbuka dapat
mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang tidak berarti.
4. Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat
warna, maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan
diolah tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif
untuk menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia,
koagulasi dan penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit).
Limbah dari pengolahan kimia dapat dicampur dengan semua aliran limbah
yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan biologi.
5. Jika pabrik menggunakan pewarnaan secara terbatas dan menggunakan
pewarna tanpa krom atau logam lain, maka gabungan limbah sering diolah
dengan pengolahan biologi saja, sesudah penetralan dan ekualisasi. Cara-
cara biologi yang telah terbukti efektif ialah laguna aerob, parit oksidasi dan
lumpur aktif. Sistem dengan laju alir rendah dan penggunaan energi yang
rendah lebih disukai karena biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah.
Kolom percik adalah cara yang murah akan tetapi efisiensi untuk
menghilangkan BOD dan COD sangat rendah, diperlukan lagi pengolahan
kimia atau pengolahan fisik untuk memperbaiki daya kerjanya.
6. Untuk memperoleh BOD, COD, padatan tersuspensi, warna dan parameter
lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang
lebih unggul yaitu dengan menggunakan karbon aktif, saringan pasir,
penukar ion dan penjernihan kimia.

REFERENSI
Meita. 2011. Penyamakan Kulit.
http://mewijay.blogspot.com/2011/12/penyamakan-kulit.html diakses
tanggal 11 July 2012
Muti. 2009. Pengolahan Primer.
http://www.airlimbah.com/2009/11/17/pengolahan-primer/ diakses tanggal
11 July 2012
Muti. 2011. Analisis zat-zat organic dalam air limbah.
http://www.airlimbah.com/2011/08/23/analisis-zat-zat-organik-dalam-air-
limbah/ diakses tanggal 11 July 2012.
Nurika, I., N. Hidayat dan N. Atifah. 2007. Manajemen Limbah dan Lingkungan
Industri. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Rahayu, S.S. 2009. Limbah Padat. http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/limbah-padat/ diakses
tanggal 11 July 2012.

Rahayu, S.S. 2009. Netralisasi pada pengolahan limbah cair. http://www.chem-

Page 12 of 13
MLLI / Teknologi Pengolahan Limbah Cair Brawijaya University 2012
is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-3/netralisasi-pada-pengolahan-
limbah-cair/ diakses tanggal 11 July 2012.

Shanti. 2008. Anaerobic Treatment.


http://shanthiang.wordpress.com/2008/06/03/anaerobic-treatment/
diakses tanggal 11 July 2012.
Sumadha,K. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Aerob Pertumbuhan
Tersuspensi. http://ketutsumada.blogspot.com/2012/04/pengolahan-air-
limbah-secara-biologi.html diakses tanggal 11 July 2012.

Suprihatin dan N. S. Indrasti. 2010. Penyisihan Logam Berat Dari Limbah Cair
Laboratorium Dengan Metode Presipitasi Dan Adsorpsi. MAKARA, SAINS,
14(1): 44-50.

PROPAGASI
A. Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)

Tugas Diskusi
Amati limbah cair yang ada di sekitar anda dapat dari UKM ataupun rumah tangga
(perumahan). Buat sebuah cara pengolahan limbah agar tidakmencemari lingkungan

B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


1. Apa yang dimaksud dengan activated sludge?
2. Apa yang dimaksud dengan trickling filter?
3. Jelaskan salah satu cara pengolahan limbah cair
4. Bagaimana menangani limbah cair laboratorium?
5. Jelaskan salah satu cara memanfaatkan limbah cair

Page 13 of 13

Anda mungkin juga menyukai