JAWA BARAT
(13513048)
(13513057)
Rahayu Rizki I.
(13513080)
(13513174)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada
dosen pengampu mata kuliah Forensik Lingkungan yang telah senantiasa
membimbing kami, Ibu Lutfia Isna A, S.Si., M.Sc. Dan juga, kami ucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah mendukung dalam proses pembuatan
makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran, bahan
latihan, dan sumber pengetahuan bagi kami sendiri sebagai penulis dan bagi para
pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan terdapat pada makalah ini. Maka
dari itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya
makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Mei 2016
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................
i
Daftar Isi.......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Masalah di TPA Leuwigajah
.................................................................................................................
1
1.2 Studi Literatur
.................................................................................................................
2
1.2.1
2
1.2.2 Polutan yang dihasilkan dari TPA
.......................................................................................................
3
BAB II Analisis Masalah
2.1 Observasi Kondisi dan Sejarah Lokasi
.................................................................................................................
6
2.1.1
Sejarah lokasi
.......................................................................................................
6
2.2 Hipotesis
.................................................................................................................
7
2.3 Observasi
.................................................................................................................
7
2.4 Fingerprinting/Analisis Instrumen
.................................................................................................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................................
10
3.2 Saran
.................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
pemulung yang merupakan masalah pelik dan dilematis. Selain itu ketinggian
timbunan yang mencapai 40-60 m memiliki kemiringan yang sangat curam
(kemiringan ideal adalah 30 derajat) berpotensi menyebabkan ledakan dan
longsor. Ledakan yang kemudian diikuti longsor kemungkinan disebabkan karena
tingginya akumulasi gas dalam timbunan sampah yang mencapai ketinggian 4060 m tanpa ada ventilasi gas (produksi minimal gas rata-rata 2-5 m3/ton sampah
/tahun atau di TPA Bantar Gebang 25.000m3/ha/tahun) dan beratnya beban
sampah tanpa tanggul penahan serta tingginya volume air hujan dalam timbunan
sampah (tidak ada saluran drainase yang dapat mengalirkan air hujan keluar
timbunan).
Fisiografi
Daerah Leuwigajah terletak di daerah perbukitan yang cukup terjal dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 30%-60%, ketinggian 715 720 dpl. Pada
sisi lembah terdapat alur sungai dan mata air musiman yang hanya berair pada
musim penghujan (PT. Bemaco, 2008).
Kondisi Tanah
Kondisi tanah Leuwigajah disusun oleh lempung lanauan, abu-abu tua,
Hidrogeologi
Terdapat satu sistem akuifer tak tertekan dengan muka air tanah 23m
atas hingga tertahan oleh bahan yang impermeable dan kemudian bergerak secara
lateral hingga ditemukan celah untuk lolos ke permukaan landfill. Pada musim
penghujan, gas metan (CH4) yang berada di timbunan sampah menjadi terdesak
keluar dari air hujan yang terjadi. Ini menyebabkan terjadinya ledakan gas jika
kadar gas metan mencapai 12%, di udara hal ini akan sangat berbahaya apalagi
menggunakan metode open dumping yang sangat beresiko terjadi longsor.
BAB II
ANALISIS MASALAH
dengan open dumping ini. mempunyai kekurangan yaitu sampah menjadi cepat
penuh serta menimbulkan bahaya longsor
2.1.2
Interview
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi lokasi dan keadaan
eksistensi TPA lebih lanjut, maka untuk menarik hipotesa dan kesimpulan jika
dimungkinkan
baiknya
dilakukan
interview
kepada
pihak-pihak
yang
bersangkutan, meliputi:
- Pengelola TPA
- Warga yang berada di sekitar lokasi
- Pemerintah setempat
2.2 Hipotesis
Kemungkinan longsor yang terjadi pada TPA Leuwigajah adalah akibat dari
topografinya yang berada di perbukitan dan berlereng, menggunakan sistem
landfill dan terjadi pada waktu hujan di musim penghujan. Hujan yang terusmenerus membuat gas metan (CH4) yang tertimbun sampah terdesak. Gas ini
akan berusaha keluar dari air hujan yang mengguyur tadi. Ketika hujan
mengguyur tumpukan sampah, gas metan akan keluar naik, sesuai dengan hukum
alam karena memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada air. Jika gas metan
sudah mencapai 12 persen terhadap total udara, terjadilah ledakan. Metan adalah
gas alam tanpa warna, berbau, dan mudah terbakar serta pengoperasian landfill
dilakukan dengan cara open dumping tanpa proses pemadatan, penutupan tanah
dan diperparah dengan . Selain itu ketinggian timbunan yang mencapai 40-60 m
memiliki kemiringan yang sangat curam (kemiringan ideal adalah 30 derajat)
berpotensi menyebabkan ledakan dan longsor, tanpa ada ventilasi gas dan
beratnya beban sampah tanpa tanggul penahan serta tingginya volume air hujan
dalam timbunan sampah (tidak ada saluran drainase yang dapat mengalirkan air
hujan keluar timbunan).
Berdasarkan kondisi lokasi dan bangunan TPA yang mempunyai tinggi 40-60
m, kemiringan curam, proses pembuangan sampah yang tidak melalui proses
7
pemadatan dan penutupan tanah, serta kurangnya fasilitas untuk saluran drainase
dan ventilasi gas menyebabkan ledakan gas metan terjadi. Gas metan terjebak dan
volumenya terus meningkat seiring dengan bertambahnya sampah. Ketika
timbunan gas metan yang terisolasi dalam volume besar ini bersentuhan dengan
udara, terjadilah pijar api yang disertai ledakan. Fungsi dari ventilasi adalah gas
metan itu disedot keluar lewat ventilasi sehingga meminimkan risiko kebakaran
dan ledakan yang terjadi.
2.3 Observasi
Pada pengukuran gas metan ini dilakukan teknik pengumpulan tidak langsung
yang melibatkan pengukuran konsentrasi gas metan pada udara ambien di sekitar
sumber, yang dalam hal ini dilakukan 1 meter diatas timbunan sampah. Teknik ini
sangat dipengaruhi oleh keakuratan dari pengukuran arah dan kecepatan angin
saat dilakukan sampling (Tregoures et al, 1999).
Pengukuran gas metan dilakukan berdasarkan SNI 19-7119.6-2005 mengenai
penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien.
Pengukuran gas metan digunakan dengan alat Portable Combination Gas Detector.
Metode yang digunakan pada alat tersebut adalah NDIR (Non Dispersive
Infrared)
Parameter yang diukur di lapangan (parameter in-situ) berupa:
1.
2.
3.
4.
5.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
alternative
Menerapkan perubahan paradigma pembangunan persampahan yang tidak
lagi bertumpu pada end of pipe system, dimana TPA menjadi muara
pembuangan sampah, tetapi harus simultan dengan upaya penanganan
dengan pendekatan lain yang lebih ramah lingkungan
11
DAFTAR PUSTAKA
12