Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI TEMPAT


PEMPROSESAN AKHIR (TPA) PUUWATU KOTA KENDARI

Oleh :

TITIN AGUSTIANTI KHAMARIAH


M1A2 14 017

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
SKRIPSI

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI TEMPAT


PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PUUWATU KOTA KENDARI

Oleh :

TITIN AGUSTIANTI KHAMARIAH


M1A2 14 017

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada
Jurusan Ilmu Lingkungan

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
RINGKASAN

TITIN AGUSTIANTI KHAMARIAH (M1A2 14 017). Teknik Pengelolaan


Sampah Terpadu di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari
dibawah bimbingan Lies Indriyani sebagai pembimbing I dan Sahindomi Bana
sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah
terpadu di TPA Puuwatu dan manfaatnya terhadap masyarakat sekitar TPA.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2018 di TPA
Puuwatu, Kelurahan Puuwatu, Kecamatan Puuwatu. Pengamatan teknik
pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu dilakukan dengan melihat
pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu dan manfaat pengelolaannya
terhadap masyarakat sekitar TPA Puuwatu, dengan melakukan wawancara
terhadap pegawai TPA dan masyarakat sekitar TPA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah terpadu di
TPA Puuwatu menggunakan metode 3R dengan sistem pengelolaan controlled
sanitary landfill, yang menghasilkan pemanfaatan gas metan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik dan pengganti minyak tanah dan gas untuk keperluan
memasak. Pemanfaatan gas metan di manfaatkan oleh masyarakat sekitar TPA
Puuwatu secara gratis. Berdasarkan hasil dari keseluruhan nilai manfaat
pengelolaan sampah di TPA di peroleh nilai sebesar 55,3% yang menggambarkan
bahwa pengelolaan sampah terpadu di TPA bermanfaat bagi masyarakat sekitar
TPA.

Kata kunci : Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), Pengelolaan Sampah Terpadu

x
ABSTRAK

TITIN AGUSTIANTI KHAMARIAH (M1A2 14 017). Integrated Waste


Management techniques in place of final processing (TPA) Puuwatu of Kendari
under the guidance of a mentor I Lies Indriyani and Sahindomi Bana as a guide II.
This study aims were to determine the integrated waste management
techniques at the landfill Puuwatu and its benefits to the community around the
landfill. This study was conducted in May until the month of June 2018 on the
landfill Puuwatu, Village Puuwatu, District Puuwatu. Observations integrated
waste management techniques at the landfill Puuwatu done by looking at the
integrated waste management landfill Puuwatu and management benefits to
communities around the landfill Puuwatu, through interviews with employees and
the surrounding community TPA.
These results indicate that an integrated waste management at the landfill
Puuwatu using the 3R method management system with controlled sanitary
landfill, which produces methane gas utilization as fuel for power generation and
substitute kerosene and gas for cooking purposes. Utilization of methane gas
utilized by communities around the landfill Puuwatu for free. Based on the results
of the overall value of the benefits of the management of waste in the landfill was
obtained a value of 55,3% which illustrates that the landfill waste management in
useful for people around the landfill.

Keywords: place of final processing (TPA), Integrated Waste Management


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta

alam. Dia-lah yang menciptakan segala sesuatunya, baik yang terdapat di langit

maupun di bumi. Dia-lah yang Maha Kaya, pemilik ilmu dan dengan izin-Nya

kita dapat memperoleh ilmu tersebut. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurah kepada nabi Muhammad dan juga keluarga serta para sahabat-

sahabatnya. Tidaklah suatu kejadian terjadi tanpa seizin Allah, begitu pula

dengan skripsi yang berjudul “Teknik Pengelolaan Sampah Terpadu di

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari” yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Lingkungan

Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kendari.

Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tak terhingga kepada ayahanda Drs. Kamurtang dan ibunda

Haeriah yang telah membesarkan, menyayangi dan senantiasa berdoa

untuk keselamatan dan kebahagiaan penulis, serta kepada saudara(i) tercinta

Afrianti Kamariah, SKM, Nahdah Fauziah, Muh. Hisyam Afif dan Muh.

Hasyim Al-Fatih yang dengan tulus telah menemani penulis. Semoga Allah

selalu melindungi, melimpahkan rahmat dan menempatkan kita semua kedalam

Surga-Nya di Akhirat nanti. Aamiin.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan kesulitan

dan hambatan, namun atas rahmat-Nya, kesadaran, tekad dan kemauan yang

keras serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga hasil penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Lies

Indriyani, SP., M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Sahindomi Bana,

SP., MP. selaku Pembimbing II, yang telah banyak mengorbankan waktu dan

pikiran dalam memberikan pengetahuan, bantuan, kritik serta saran selama

penelitian tugas akhir dan penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si, M.Sc. selaku

Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. La Ode Sabarudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo.

3. Bapak dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan saran, kritik

serta membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, serta

permohonan maaf penulis apabila terdapat kesalahan dalam proses pengujian.

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Lingkungan, serta seluruh staf di

lingkungan FHIL UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan

kepada penulis selama menuntut ilmu.

5. Bapak Camat Poasia dan Bapak Lurah Anduonohu beserta staf yang telah

membantu dan memfasilitasi selama KKN.

6. Bapak Camat Puuwatu, Bapak Lurah Puuwatu, Bapak Kepala TPA Puuwatu,

Bapak Kepala RT 25 Kelurahan Puuwatu dan masyarakat Kampung Mandiri

Energi TPA Puuwatu yang telah menerima penulis dengan baik selama

melakukan penelitian.

ix
x
7. Teman-teman seperjuangan selama masa perkuliahan Fitriani Junawan,

Umi Mubarokah, Nuryanti, S.Ling., Ratih Meildawati, S.Ling., Jannatul

Ma‟wa Bakri, Desy Suci Handayani, Hendriani, Rahmad Pambudi Utomo,

Muh. Rivaldi Tamrin, M. Iksan Hamsah, Rompis ardianto, Riyan Setiawan,

Arifin Jauhari, Muh. Erja P, Fajarudin, Wa Ode Agustina Wati, Muh. Amin,

Anira, Riska, Sitti Malimua, Nurul Fadillah, S.Ling., Elsa Damayanti dan

semua rekan-rekan angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

8. Kakak-kakak dan adik-adik di FHIL yang telah banyak memberikan

dukungan selama ini kepada penulis.

9. Rekan-rekan SMA Negeri 1 Mowewe Irnawati, S.Si., Yuni Sarah, S.Pd.,

Tiara Sri Risky Anggraeni, Mutmainnah Mahmud, A.Mkg., Trisnawati, Hilda

Operasilia, S.Kom., Popy Adrianingsi, Ranti Ristianti, Ade Irma Sari dan

Istiqawidya Nur Syasilia, yang telah memberikan banyak dukungan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Rekan-rekan KKN Hasriyanto, Novita Sari S.Ked., Seno Surya SH.,

Muhammad Alif, Arya, Asriana S.AP., Rismawati S.AP., La Hanif, S.Pd.,

Hesni Saputri S.S., Ilfiani Ramadhan, Wa Ode Syahriati, Nurhidayah S.Pd.,

Muh. Ihwan S.Sos., La Isal, La Isini, Fadli, Fikri.

11. Hasnita, S.Pd. , Irwan, Masniyah, SKM., Fatmarani, SKM., Ruziana, Aidal

Fajar Aswad. Rahmat Hidayatullah, SP., Muh. Juliawan, Fajar,

Kaharudin, Abdul Kadir djaelani SH., Adam, Ris man, SH., yang telah

memberikan banyak dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

x
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan

adanya. Akhirnya, hanya kepada Allah kita kembalikan segala urusan dan semoga

hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak terkhusus bagi pribadi penulis.

Semoga Allah senantiasa meridhoi dan mencatatnya sebagai pahala disisi-Nya.

Kendari, Oktober 2018

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i


HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PERYATAAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ............................... v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 5
1.4. Kerangka Pikir ............................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sampah ........................................................................................ 8
2.2. Jenis Sampah ............................................................................... 10
2.3. Pengelolaan Sampah ................................................................... 11
2.4. Teknik Pengelolaan Sampah ....................................................... 14
2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 18
3.2. Bahan dan Alat ............................................................................ 18
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 18
3.4. Jenis Data dan Sumber Data ....................................................... 19
3.5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 20
3.6. Prosedur Penelitian ..................................................................... 21
3.7. Variabel Penelitian ...................................................................... 22
3.8. Analisis Data ............................................................................... 22
3.9. Definisi Operasional ................................................................... 24

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN


4.1. Letak dan Batas Wilayah ............................................................ 26
4.2. Iklim ............................................................................................ 26
4.3. Topografi ..................................................................................... 27
4.4. Tanah ........................................................................................... 27
4.5. Sosial Budaya .............................................................................. 28

x
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 29
5.2. Pembahasan ................................................................................. 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan ................................................................................. 48
6.2. Saran............................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 50


LAMPIRAN ............................................................................................ 54

xiii
DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di


Kecamatan Puuwatu Tahun 2016 ...................................................... 27
2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelurahan di
Kecamatan Puuwatu 2016.................................................................. 28
3. Karakteristik Informan Pegawai TPA Puuwatu ................................. 29
4. Karakteristik Responden Masyarakat sekitar TPA Puuwatu
Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................ 30
5. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu
Berdasarkan Umur ............................................................................. 30
6. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................................... 31
7. Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu......... 31
8. Teknik Pengelolaan Sampah di TPA Puuwatu .................................. 32
9. Manfaat Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat Sekitar TPA
Puuwatu.............................................................................................. 37

x
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 7


2. Prosedur Penelitian ............................................................................ 21

x
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 54


2. Dokumentasi ...................................................................................... 55
3. Perhitungan Manfaat Pengelolaan Sampah........................................ 63
4. Data Responden Pegawai TPA dan Masyarakat ................................ 64
5. Riwayat Hidup .................................................................................. 67

x
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu pola konsumsi

masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang

semakin beragam antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit

diurai oleh proses alam. Secara nasional diperkirakan hanya 60%–70% dari total

sampah perkotaan yang dapat diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) oleh

instansi pemerintah yang berwenang (Damanhuri, 2005).

Pemerintah daerah diwajibkan untuk menutup semua TPA yang

dioperasikan sebagai pembuangan sampah terbuka (open dumping) dalam jangka

waktu maksimal 5 tahun. Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang

sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah

tangga, komersial, industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia

lainnya (UU No. 18 Tahun 2008).

Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa dijumpai di

Indonesia dilaksanakan di TPA. Umumnya pemrosesan akhir sampah yang

dilaksanakan di TPA adalah berupa proses landfilling (pengurukan). Beragam

tingkat teknologi landfilling, diantaranya yang paling sering disebut adalah

sanitary landfill. Dapat dipastikan bahwa yang digunakakan di Indonesia bukan

landfilling yang baik, karena hampir seluruh TPA di Indonesia hanya menerapkan

apa yang dikenal sebagai open-dumping (pengelolaan sampah dari menggunakan

sistem penumpukan sampah tanpa pemrosesan).

x
2

Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga

menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang

cukup luas juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.

Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya

disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara

sungguh-sunguh sejak dari sumbernya (Faizah, 2008).

Kota Kendari sebagai sebagaimana kota lain di Indonesia dengan jumlah

penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota

Kendari tahun 2013 sebanyak 324.505 jiwa, kemudian pada tahun 2014 jumlah

penduduk Kota Kendari naik menjadi 335.889 jiwa atau mengalami pertumbuhan

3,51% per tahun (BPS Sulawesi Tenggara, 2015). Meningkatnya jumlah

penduduk menyebabkan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil wawancara langsung Bapak Abdullah Syam (Kepala Seksi

Pengolahan TPA Puuwatu) volume sampah di Kota Kendari mencapai 150-180

ton per hari yang terangkut ke TPA Puuwatu.

Secara nasional Kota Kendari sebelum mengubah sistem pengelolaan

sampah terpadu di TPA Puuwatu berada pada kategori kota yang memiliki tingkat

kebersihan rendah dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia. Hal ini

disebabkan oleh aspek sosial masyarakat yaitu masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam menjaga lingkungan khusunya membuang sampah. Secara

umum kondisi sarana dan prasarana persampahan di Kota Kendari belum

memadai dengan jumlah sampah yang diangkut ke TPA terus meningkat, TPA

masih menggunakan sistem open dumping, TPA belum memiliki pembagian zona

(sesampah), belum dilaksanakannya pengolahan sampah/pemilahan dengan sistem


3

3R (Reduce, Reuse, Recycle), masih sering dilakukannya pembakaran sampah dan

minimnya sosialisasi tentang kesadaran pembuangan sampah oleh dinas terkait

kepada masyarakat.

Kurangnya efektivitas pelaksanaan pengelolaan sampah dengan

menggunakan sistem open dumping menyebabkan pemerintah Kota Kendari

mengubah sistem pengelolaan sampah menjadi pengelolaan yang lebih ramah

lingkungan, bermanfaat dan berkelanjutan dengan mengelola sampah menjadi

energi alternatif berupa gas metan kemudian merancang pemanfaatan gas metan

tersebut untuk masyarakat. Alternatif ini dilihat sebagai salah satu solusi yang

tepat untuk mengatasi masalah persampahan di Kota Kendari.

Sejak terbangunnya TPA Puuwatu pada tahun 2002 pengelolaan sampah

di TPA menggunakan sistem open dumping. Pada tahun 2008 pemerintah Kota

Kendari mengalihkan pengelolaan sampah di TPA Puuwatu menjadi pengelolaan

sampah dengan sistem lahan uruk kendali atau controlled sanitary landfill. Tahun

2010 pemerintah Kota Kendari menerapkan terobosan baru yaitu pemanfaatan

Gas metan yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Proses pengelolaan

menggunakan lahan seluas ± 2 ha dari total 18 ha lahan TPA yang ada.

Pengelolaan sampah menjadi gas metan sebagai bahan bakar pembangkit listrik

dan gas. Sistem pengelolaan tersebut menjadikan TPA Puuwatu tidak menjadi

lautan sampah dengan bau menyengat dan lalat yang beterbangan.

Pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu Kota Kendari dianggap

terbaik nasional sehingga menjadikan Kota Kendari sebagai daerah percontohan

nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian

LHK) RI. Penetapan TPA Puuwatu sebagai TPA terbaik menyempurnakan


4

penghargaan adipura yang juga diterima Pemerintah Kota Kendari. Menteri LHK

RI menyebutkan Kota Kendari layak dicontoh oleh daerah lain di Indonesia dan

daerah lain diminta studi banding ke Kota Kendari karena TPA Puuwatu dianggap

sebagai inovasi pemerintah yang sukses memadupadankan pengelolaan sampah,

energi alternative, dan tempat wisata itu sangat dikagumi oleh kementerian

(Kendari Pos, 2017).

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu menjadi referensi pengelolaan

sampah terbaik di Indonesia sehingga ramai dikunjungi berbagai daerah yeng

hendak studi banding. Wali Kota Kendari mengatakan Pemkot Kendari diundang

ke Bangkok Thailand untuk mempresentasekan cara pengelolaan sampah di Kota

Kendari karena pengelolaan sampah di TPA Puuwatu menghasilkan terobosan

baru yakni pemanfaatan gas metan untuk sumber energi listrik dan gas yang

dikelola dengan cara praktis dan tidak membutuhkan biaya banyak sehingga

perwakilan Negara Asia Pasifik yang hadir dalam kesempatan itu ada keinginan

untuk meniru cara pengelolaan gas metan secara sederhana tersebut

(Antaranews, 2015).

Pengelolaan sampah menjadi gas metan di TPA Puuwatu memberikan

manfaat untuk masyarakat yang tinggal di Kampung Mandiri. TPA Puuwatu

menjadi salah satu kebanggaan Kota Kendari untuk meraih dan mempertahankan

penghargaan Adipura yang diraihnya selama lima tahun berturut-turut dan satu

kali mendapat penghargaan Adipura Kencana, pada tahun 2013 TPA Puuwatu

memperoleh penghargaan Air Minum dan Penyehatan Lingkung (AMPL) tingkat

nasional (Antaranews, 2015).


5

Sistem pengelolaan sampah terpadu terbaik dibandingkan pengelolaan

sampah di TPA lainnya di Indonesia sehingga TPA Puuwatu dijadikan TPA

percontohan sehingga peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai

pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu Kota Kendari.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu Kota

Kendari?

2. Apa manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar TPA Puuwatu

Kota Kendari?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

1. Untuk mengetahui teknik pengelolaan sampah terpadu di Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari.

2. Untuk mengetahui manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari.

Kegunaan yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi dasar kepada masyarakat mengenai teknik

pengelolaan sampah terpadu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu

Kota Kendari.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian tentang pengelolaan sampah terpadu di Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA).
6

1.4. Kerangka Pikir

Sampah telah menjadi isu penting di lingkungan perkotaan sejalan

dengan pesatnya pelaksanaan aktivitas pembangunan yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah penduduk yang semakin besar di wilayah perkotaan.

Dengan berbagai aktivitas dan kebutuhan masyarakat telah menghasilkan berbagai

jenis sampah setiap harinya mulai dari urusan industri, perkantoran dan rumah

tangga yang tanpa pengelolaan sampah yang dihasilkan dapat merusak

lingkungan. Padatnya aktivitas perkotaan menyebabkan meningkatnya volume

sampah yang diangkut setiap harinya ke TPA.

Masalah sampah tidak hanya menjadi permasalahan di Kota Kendari.

Permasalahan sampah menjadi permasalahan disemua daerah di Indonesia. Upaya

mengurangi masalah sampah umumnya menggunakan sistem pengelolaan sampah

dengan sistem open dumping. Berbeda dengan penerapan sistem pengelolaan

sampah di Kota Kendari yang pada awalnya menggunakan metode yang sama

(open dumping) tetapi permasalahan sampah tidak teratasi sehingga pemerintah

mengubah sistem pengelolaan sampah terpadu di Kota Kendari.

Pengelolaan sampah di TPA Kota Kendari saat ini menggunakan sistem

cotrolled sanitary landfill dimana dengan sistem pengelolaan ini permasalahn

sampah di Kota Kendari dapat teratasi dengan semakin banyaknya sampah yang

terangkut ke TPA dan semakin banyaknya sampah yang dapat ditampung di TPA

untuk selanjutnya dilakuan pengelolaan untuk kembali dimanfaatkan. Pengelolaan

sampah terpadu di TPA Puuwatu Kota Kendari saat ini menghasilkan gas metan

yang dimanfaatkan sebagai energi alternatif dan terbarukan sebagai bahan bakar

pembangkit listrik dan gas yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TPA
7

(Kampung Mandiri), pengomposan dan pemilahan sampah-sampah yang bernilai

ekonomi untuk dijual. Pengelolaan sampah tersebut dilakukan agar masalah

lingkungan yang terjadi di Kota Kendari yang ditimbulkan oleh sampah dapat

terkurangi dan dimanfaatkan.

Pertumbuhan Peningkatan volume  Organik


penduduk sampah  Anorganik

Tempat Pemrosesan  Sampah pemukiman


Akhir (TPA)  Sampah pertanian
 Sampah di tempat
umum
Pengelolaan Sampah Terpadu  Sampah perkantoran

Pemanfaatan sampah di Penurunan volume sampah di


TPA TPA

Teknik pengelolaan sampah terpadu


TPA Puuwatu Kota Kendari

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Teknik Pengelolaan Sampah Terpadu di


Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu Kendari
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990 yang dimaksud

dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan (Natosis, 2010).

Sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi,

baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik

sebagai sisa proses industri. Kesimpulan yang didapat bahwa sampah merupakan

bahan buangan yang tidak berguna atau bahan sisa dan dapat menimbulkan

gangguan pada kelestarian lingkungan dan menyebabkan pencemaran

(Apriadji, 2002).

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang

(Widyati dan Yuliarsih, 2002). Menurut Murthado dan Said (1987), sampah

adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat.

Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya berarti suatu bahan yang dibuang

atau terbuang dari suatu aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak

atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi

yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan

untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar,

disamping juga dapat mencemari lingkungan.

Sampah dapat didefinisikan sebagai semua bahan dan alat buangan yang

dihasilkan dari semua aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang

x
9

dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi

(Tchobanoglous dan Kreith, 2002).

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga,

komersial, industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya.

Sampah juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak

terpakai (Hidayat, 2006).

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia yang

menghasilkan buangan atau sampah, pengolahan yang ada saat ini hanya terbatas

pada pengolahan sampah secara konvensional yaitu hanya diangkut dari tempat

penghasil sampah ke TPS dan kemudian hanya dibuang begitu saja ke TPS tanpa

dilakukan pengolahan terlebih dahulu, padahal aturan prosedur pengelolaan

sampah yang harus dilakukan yaitu pengumpulan sampah kemudian didaur ulang

dan dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara, kemudian DKPP melakukan

pengangkutan sampah yang akan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir

(Jalaludin, 2015).

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi

atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang

dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis

(karena kotoran manusia tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat

(Azwar, 1990). Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari

proses alam yang berbentuk padat (Suyoto, 2008).

Menurut Kodoatie (2003), sampah adalah limbah atau buangan yang

bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan

perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.


10

Dalam Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 19 Tahun 2002, sampah

ialah setiap bentuk barang padat atau cairan yang dibuang karena dianggap

sudah tidak berguna lagi baik yang berasal dari perorangan, rumah tangga,

perusahaan, kantor-kantor dan tempat lainnya yang dapat mengganggu

kebersihan tempat-tempat atau lingkungan khususnya tempat-tempat umum.

2.2. Jenis Sampah

Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah

komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat

berkategori B3. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah

terdekomposisi, sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable

sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa

makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun.

Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, logam, dan debu. Sampah yang

mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses

dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat. Dilihat dari

komposisi sampah, maka sebagian besar sampah Kota di Indonesia adalah

tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah organik.

Sampah yang tergolong hayati ini untuk Kota-Kota besar bisa mencapai 70 % dari

total sampah, dan sekitar 28 % adalah sampah nonhayati yang menjadi obyek

aktivitas pemulung yang cukup potensial, mulai dari sumber sampah (dari rumah-

rumah) sampai ke TPA. Sisanya (sekitar 2%) tergolong B3 yang perlu dikelola

tersendiri (Damanhuri dan Padmi, 2010).

Jenis sampah yang dapat didaur ulang diantaranya botol plastik, kertas,

kantong plastik, atau botol kaca, sedangkan sampah yang tidak dapat didaur ulang
11

dikumpulkan ke dalam jenis sampah residu seperti plastik pembungkus makanan,

kotak, puntung rokok dan sebagainya. Sampah organik seperti daun, sampah

tissue, dan sisa makanan (Wardiha et al, 2013).

Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di

Indonesia adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai

sampah organik. Sampah yang tergolong hayati ini untuk kota-kota besar bisa

mencapai 70 % (volume) dari total sampah, dan sekitar 28 % adalah sampah non-

hayati yang menjadi obyek aktivitas pemulung yang cukup potensial. Sisanya

(sekitar 2%) tergolong macam-macam, termasuk limbah berkatagori B3 yang

perlu dikelola tersendiri (Damanhuri, 2006).

2.3. Pengelolaan Sampah

Dengan adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

maka perlu pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun upaya pengelolaan

sampah dapat dilakukan dengan cara Reuse, Reduce dan Recycle (3R) adalah

kegiatan memperlakukan sampah dengan cara menggunakan kembali, mengurangi

dan mendaur ulang. Pemahaman masyarakat terhadap konsep 3R, yaitu reuse

(memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha

mengurangi sampah) dan recycle (mendaur ulang sampah agar dapat

dimanfaatkan) juga masih rendah. Akibatnya produksi sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat semakin melimpah dan menumpuk dimana-mana. Untuk itu

peran serta masyarakat sangat penting untuk mengelola sampah yang dimulai dari

rumah tangga sehingga nantinya sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) sudah berkurang cukup banyak dan tidak menimbulkan timbunan

yang menggunung di lokasi TPA tersebut (Subekti, 2010)


12

Pengelolaan sampah yang ada sekarang ini, beberapa indikasi

permasalahan muncul yang disebabkan oleh: (1). Sampah yang bercampur antara

basah dan kering, sehingga sangat sulit untuk dimanfaatkan kembali. Meskipun

sampah basah bisa dibuat kompos, tetapi jika telah bercampur dengan sampah

berbahaya seperti batu baterai, pembalut wanita, atau jenis-jenis kimia lainnya

maka kualitas kompos yang dihasilkan akan rendah. (2). Akibat tidak adanya

partisipasi masyarakat maka petugas kebersihan yang dikerahkan oleh pemerintah

kota menjadi tidak berimbang antara jumlah petugas dengan jumlah sampah yang

harus ditangani. (3). Kapasitas TPA yang terbatas, jumlah sampah tiap hari terus

menerus masuk ke TPA, hanya sebagian kecil saja yang dapat diproduksi oleh

pemulung. Pada suatu saat TPA tidak sanggup lagi menampung sampah kota yang

dibuang oleh masyarakat. Ketika TPA tidak beroprasi dalam beberapa hari saja,

maka sampah kota akan menumpuk dan tersebar dimana-mana. (4). Biaya

operasional pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA yang terus-menerus

meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan bakar dan ditambah lagi perlunya

biaya operasional untuk merawat armada-armada pengangkut sampah. (5). Tidak

ada masyarakat yang mau jika lingkungannya dijadikan sebagai tempat

pembuangan sampah. Ditambah lagi pada era otonomi daerah kesulitan mencari

lahan diluar wilayah administrasinya (Subekti, 2010).

Pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan

sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu

lingkungan pemukiman atau kota. Penanganan sampah setempat dimaksudkan

penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam

dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat
13

dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup

tinggi misalnya tersedianya lahan, dan lain-lain. Pengelolaan persampahan secara

terpusat, khususnya dalam teknik operasional, adalah suatu proses atau kegiatan

penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu pemukiman atau

kota. Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar

karena mencakup berbagai aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut

dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis

operasional, pembiayaan dan retribusi serta peran serta masyarakat

(Tosepu, 2010).

Pengelolaan sampah adalah perlakuan atau tindakan yang dilakukan

terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan dan

pengolahan (Murtadho dan Said, 1987). Penanganan sampah ialah perlakuan

terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang

dalam kaitannya dengan lingkungan dapat ditimbulkan. Oleh karena itu dapat

disimpulkan pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk

mengurangi masalah-masalah yang berkaitan tentang lingkungan

(Hadiwiyoto, 1983),

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang

berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan,

pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah

dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang berhubungan

dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan

dan pertimbangan Iingkungan Iainnya serta mempertimbangkan masyarkat luas

(Tchobanoglous et al., 1993).


14

Salah satu jenis pengolah sampah yang sering digunakan sebagai

alternative penanganan sampah adalah insinerator. Untuk sampah kota, sebuah

insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak dibutuhkan

subsidi energi dari luar. Sampah tersebut harus terbakar dengan sendirinya.

Sampah akan disebut layak untuk insinerator, bila mempunyai paling tidak nilai

kalor sebesar 1500 Kcal/kg kering. Untuk sampah kota di Indonesia, angka ini

umumnya merupakan ambang tertinggi. Sampah kota di Indonesia dikenal

mempunyai kadar air yang tinggi (sekitar 60%), sehingga akan mempersulit agar

terbakar dengan sendirinya. Hambatan utama penggunaan insinerator adalah

kekhawatiran akan pencemaran udara (Damanhuri, 2006).

2.4. Teknik Pengelolaan Sampah

Teknik pengolahan sampah yang pada awalnya menggunakan

pendekatan kumpul-angkut-buang, kini telah mulai mengarah pada pengolahan

sampah berupa reduce-reuse-recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan

berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang

sampah (Wibowo, 2010).

Alternatif pengolahan, recycle memanfaatkan sampah anorganik, dan

proses ini sebenarnya hanya menunda atau mencegah material sampah anorganik

menumpuk di TPA. Sedangkan kompos memanfaatkan sampah organik dan

mampu mereduksi sampah sebesar 62,5% dari total sampah (jumlah sampah

anorganik dengan organik). Pembakaran atau incenerator dapat mereduksi 84%

dari total sampah, dan abu hasil pembakaran dapat dimanfaatkan untuk

pembuatan batako. Proses-proses ini dapat menekan laju timbunan sampah di

TPA (Surjandari et al., 2009).


15

Pengolahan sampah dengan pengomposan merupakan cara penumpukan

sampah pada lubang kecil dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan pupuk

yang alamiah atau proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme

terhadap buangan organik yang biodegradable (Subandi, 2006).

Terdapat dua alternatif untuk pengolahan sampah menjadi energi, yaitu

energi yang memanfaatkan gas methana (yang dihasilkan akibat penumpukan

sampah), dan yang kedua adalah energi yang dihasilkan dengan memanfaatkan

panas dari hasil pembakaran atau incenerator. Perhitungan kelayakan pelaksanaan

waste to energy dilakukan dengan alternatif yang kedua. Hal ini dikarenakan

alternatif pertama tidak memberikan dampak pada reduksi sampah di TPA dan

gas methana yang dihasilkan relatif lama ± 3 tahun (Surjandari et al., 2009).

1.5. Penelitian Terdahulu

Kebijakan Pernerintah Kabupaten Tangerang Tentang Pengelolaan

Sampah di TPA Jatiwaringin Tangerang. Oleh Ihwan nudin NIM 106033201177

(2013), Pengelolaan sampah di TPA Jatiwaringin memberikan dampak dari

pengelolaan sampah yang kurang baik tersebut mempengaruhi kesehatan dan

lingkungan bagi warga sekitar, terjadinya pencemaran air, udara, dan tanah, akibat

dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah terserang penyakit sedangkan

untuk melakukan pengelolaan sampah yang lebih baik misalnya pengelolaan

sampah menggunakan metode landfill untuk menerapkan metode tersebut

pemerintah Jatiwaringin mengatakan terkendala dengan lahan karena dalam

pengelolaan sampah menggunakan metode landfill membutuhkan lahan yang luas.

Kinerja Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Jombang Kota

Cilegon. Oleh Sendi indriyani NIM 6661072834 (2012), kinerja pengelolaan


16

sampah domestik di Kecamatan Jombang belum berjalan dengan baik karena

masih banyak sampah yang berceceran, menumpuk tidak pada tempatnya hal itu

terjadi karena kurangnya keterampilan pegawai dalam pengelolaan sampah serta

jumlah dan jarak tempat pembuangan sampah sementara yang disediakan belum

memadai.

Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung

Tugel Purwakerto. Oleh Ricky Prabowo NIM E1A004240 (2011). Sampah yang

diproduksi warga Purwokerto dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Gunung Tugel. Keprihatinan yang muncul saat ini banyak dilontarkan warga

yang mendiami wilayah sekitar TPA. Bau menyengat muncul pada siang hari

atau saat sampah diratakan. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh

sampah akhir-akhir ini berkembang dengan cepat. Telah kita sadari masalah

sampah sangat mengganggu kesehatan dan keseimbangan lingkungan hidup.

Untuk menanganinya perlu peran aktif masyarakat dan pemerintah khususnya

pemerintah daerah masing-masing.

Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tanggerang. Oleh Syaiful Bahri NIM

6661092945 (2015). Strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tanggerang menggunakan

sistem open dumping dimana dengan menggunakan sistem ini masih banyak

kekurangan terutama dalam meminimalisir sampah yang ada di TPA dan juga

terdapat masalah dalam pengoperasian TPA karena terkendala lahan, sehingga

tahap revitalisasi TPA belum sepenuhnya rampung, sarana dan prasarana masih

kurang medukung untuk pengoperasian pelaksanaan pengelolaan sampah dan


17

tidak adanya pengembangan pengelolaan sampah untuk memanfaatkan sampah

dalam upaya mengurangi beban TPA Jatiwaringin.

Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD Dr

Moewardi Surakarta. Oleh Riza Hapsari NIM E4B008025 (2010). Jumlah

timbulan sampah medis di RSUD dr. Moewardi sebesar 240,6443 kg/hari, yang

tertangani 219,5014 kg/hari (91,214 %) dan yang tidak tertangani 21,1429

kg/hari (8,786 %). Untuk sampah non medis, jumlah timbulannya 1002,271

kg/hari, yang tertangani 969,6567 kg/hari (96,746 %) dan yang tidak tertangani

32,6143 kg/hari (3,254 %). Masalah yang ada pada tahap input adalah tidak

dilakukannya perencanaan sumber daya manusia pengelola sampah. Dari segi

keuangan, diminimalkannya penggunaan anggaran yang ada (selisih antara

perencanaan anggaran dengan dana yang dialokasikan adalah Rp

8.719.500,00), sedangkan pada tahap proses masalahnya berada pada prosedur

pelaksanaan pengelolaan sampah di RSUD dr. Moewardi Surakarta yang masih

belum optimal (belum sesuai dengan standar yang ditetapkan). Terjadinya

masalah-masalah tersebut karena pengelolaan sampah kurang mendapat

perhatian dari pihak rumah sakit sehingga perlu adanya peningkatan manajemen

pengelolaan sampah dan adanya evaluasi pengelolaan sampah secara reguler

supaya tercipta lingkungan rumah sakit yang sehat.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu

Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan Mei sampai Juni 2018.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

memuat pertayaan terkait dengan obyek yang diamati. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat perekam suara, kamera sebagai alat dokumentasi dan alat

tulis menulis.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi

dari penelitian ini meliputi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA dengan jumlah

130 KK dan pengelola TPA dengan jumlah 20 orang.

Pemilihan sampel pegawai TPA dilakukan menggunakan teknik

Snowball sampling. Teknik Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel

yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar. Dalam penentuan sampel

pertama-tama dipilih beberapa sampel saja, akan tetapi jika sampel yang dipilih

belum memberikan informasi yang diinginkan maka sampelnya akan bertambah

besar (Sugiyono, 2009).

x
19

Pemilihan sampel masyarakat sekitar TPA dilakukan secara acak

sederhana (simple random sampling) sehingga dari jumlah populasi yang ada

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Berdasarkan

hasil perhitungan menggunakan rumus slovin didapatkan jumlah sampel sebanyak

57 KK.

Penentuan jumlah sampel penelitian ini ditetapkan menggunakan rumus

slovin dengan tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10% (Sujarweni,

2014)

N
n 2
1 N
13 13 13 13 13
n 2 2
1 13 1 1 13 ,1 1 13 , 1 1 1,3 2,3
n 56,5 atau i ulatkan 57 Oran
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10%

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian strategi pengelolaan sampah terpadu di Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari menggunakan jenis data deskripsi kualitatif

dan kuantitatif dengan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data yang dapat diperoleh dari informan melalui kuesioner,

kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
20

narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara

menggunakan kuesioner. Subjek utama penelitian ini adalah pegawai dan

masyarakat sekitar TPA karena informasi dan data yang akan diperoleh mengenai

teknik pengelolaan sampah di TPA Puuwatu dan manfaat pengelolaan sampah

terhadap masyarakat sekitar TPA akan semakin akurat.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data

sekunder dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian yaitu berupa sumber

buku, arsip literatur, atau dokumen penelitian seperti foto dan sebagainya. Data

sekunder yang dimaksud berupa data yang didapatkan dari dinas terkait

pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu yaitu data yang didapatkan dari

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari dan data jumlah

penduduk kota kendari dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara terstruktur menggunakan

kuesioner, dan dokumentasi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

1. Observasi

Teknik observasi yang dilakukan peneliti yaitu teknik observasi non

partisipan ke Dinas Lingkungan hidup dan Kehutanan Kota Kendari untuk

mendapatkan data langsung dari Dinas terkait juga melakukan pengamatan

langsung ke TPA bagaimana teknik pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwau

dan manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar TPA Puuwatu Kota

Kendari.
21

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan secara langsung dengan informan melalui

kuesioner penelitian, agar mendapat informasi bagaimana teknik pengelolaan

sampah terpadu di TPA dan manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat

sekita TPA Puuwatu Kota Kendari.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi peneliti

menggunakan kamera untuk dokumentasi proses penelitian pengelolaan sampah

terpadu yang dilakukan di TPA Puuwatu Kota Kendari.

3.6. Prosedur penelitian

Survei awal untuk mengetahui dan


menentukan lokasi penelitian

Mengumpulkan dan Pengurusan izin penelitian


mempersiapkan data
tentang penelitian

Melakukan pengumpulan data


mengenai teknik pengelolaan
Mempersiapkan alat dan bahan sampah terpadu di TPA Puuwatu
yang digunakan untuk dan manfaat pengelolaan sampah
memudahkan proses penelitian terhadap masyarakat sekitar TPA
di lokasi penelitian. Puuwatu Kota Kendari.

Mengola data yang didapatkan selama


penelitian.
.

Gambar 2. Prosedur Penelitian Teknik Pengelolaan Sampah Terpadu di Tempat


Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu Kota Kendari
22

3.7. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang penelitian tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).

Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu pengelolaan sampah, manfaat

ekonomi, manfaat estetika dan manfaat kesehatan.

3.8. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode

analisa yang melakukan pendekatan analisis dengan menggunakan sudut pandang

peneliti sebagai analisis utama..

Tahapan analisis data dengan menggunakan metode analisis data deskriptif

kualitatif meliputi:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data melalui observasi,

wawancara, maupun dokumentasi untuk memperoleh data yang lengkap. Dalam

penelitian ini peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan terkait teknik pengelolaan

sampah terpadu dan manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar

TPA Puuwatu.

2. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan

pada hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mernpermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
23

terkait teknik pengelolaan sampah terpadu dan manfaat pengelolaan sampah

terhadap masyarakat sekitar TPA Puuwatu.

3. Penyajian data

Setelah direduksi sekumpulan informasi kemudian disusun sehingga

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan terkait teknik

pengelolaan sampah terpadu dan manfaat pengelolaan sampah terhadap

masyarakat sekitar TPA Puuwatu.

4. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu menyimpulkan dari temuan-

temuan peneliti untuk dijadikan suatu kesimpulan dari penelitian yang didukung

dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten terkait teknik pengelolaan sampah

terpadu dan manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar TPA

Puuwatu.

Tahapan analisis data dengan menggunakan metode analisis data kuantitatif

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala Guttman.

Skala pengukuran menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman

apat i uat alam ntuk pilihan an a, jawa an “ya” i ri skor t rtin i satu

1 % an jawa an “ti ak” i ri skor t r n ah nol Data t rs ut apat ianalisis

dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari

responden dengan kriteria objektif baik bila skor jawaban responden > 50% dari

pertayaan yang diberikan dan tidak baik bila skor jawaban responden < 50% dari

pertayaan yang diberikan (Sugiyono, 2008).


24

3.9. Definisi Operasional

1. Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan

tidak terjadi dengan sendirinya.

2. Sampah organik adalah sampah yang dapar diurai oleh makhluk hidup dan

sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai oleh proses alam

3. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari

dalam rumah tangga.

4. Teknik merupakan metode, cara ataupun langkah-langkah yang bisa

digunakan untuk mempermudah dalam menyeselesaikan permasalahan.

5. Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang

menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau menyelesaikan suatu tujuan

kerja tertentu.

6. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan

berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan penanganan

sampah.

7. Teknik pengelolaan sampah adalah metode atau cara yang digunakan dalam

menangani permasalahan persampahan.

8. Manfaat pengelolaan sampah yaitu mengubah sampah dari material yang

tidak berguna menjadi material yang memiliki nilai ekonomis, mengolah

sampah menjadi material yang tidak membahayakan lingkungan hidup.

9. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengumpulkan sampah dari setiap

sumber sampah dan memindahkan ke Tempat Penampungan Sementara

(TPS).
25

10. Pengangkutan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah dari TPS ke

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

11. Daur ulang adalah kegiatan pemanfaatan kembali materi yang ada pada

sampah anorganik.

12. Pengomposan adalah kegiatan pemanfaatan ulang sampah organik melalui

proses pembusukan.

13. TPS tempat sebelum sampah diangkut ketempat pendaur ulang, pengelolaan

dan/atau tempat pengelolaan sampah terpadu.

14. Tempat pengelolaan sampah terpadu adalah tempat di laksanakannya

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengelolaan

dan pemrosesan akhir sampah.

15. TPA adalah tempat untuk mengisolasi sampah yang memenuhi standar teknis

dan oprasional sehingga aman bagi lingkungan yang dilengkapi Dokumen

Pengelolaan Lingkungan (DPL).


IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Batas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas Wilayah Kecamatan Puuwatu 22,79

km2 yang terdiri dari Kelurahan Puuwatu, Kelurahan Watulondo, Kelurahan

Punggolaka, Kelurahan Tobuuha, Kelurahan Lalodati dan Kelurahan Abeli Dalam

(BPS Kecamatan Puuwatu, 2017).

Kelurahan Puuwatu dengan luas wilayah 11,73 km2 secara astronomis

terletak antara 3056‟18‟‟–3059‟46‟‟ Lintan S latan an 122026‟55‟‟–122028‟14‟‟

Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kelurahan Puuwatu memiliki

batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tabanggele,

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Abeli Dalam dan Kelurahan

Wua-wua,

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Watulondo dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Abeli Sawah (BPS Kecamatan

Puuwatu, 2017).

4.2. Iklim

Secara umum Kecamatan Puuwatu merupakan daerah yang bersuhu tropis.

Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun Meteorologi Maritim Kendari, pada

tahun 2016 curah hujan di Kecamatan Puuwatu mencapai 2.148,6 mm dalam 205

hari hujan, suhu udara maksimum 31,80C dan minimum 24,80C dengan suhu

udara rata-rata 27,60C. Tekanan udara rata-rata 1.010,03 Milibar (Mb) dengan

x
27

kelembaban udara rata-rata 840C dan kecepatan angin 4,9 Knot. Tabel banyaknya

hari hujan dan curah hujan sebagai berikut :

Tabel 1. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kecamatan
Puuwatu Tahun 2016.
No. Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)
1 Januari 15 97,1
2 Februari 24 330,3
3 Maret 26 359,3
4 April 23 267,4
5 Mei 19 108,7
6 Juni 21 266,8
7 Juli 17 162,3
8 Agustus 7 49,0
9 September 8 80,5
10 Oktober 15 187,9
11 November 10 41,0
12 Desember 20 198,3
Sumber: BPS Kecamatan Puuwatu, 2017

4.3. Topografi

Kecamatan Puuwatu pada umumnya memiliki topografi lembah, datar dan

bergelombang dengan kemiringan lereng antara 0 – 20 %. Kelurahan Puuwatu

berada pada ketinggian 10 meter di atas permukaan laut (dpl) (BPS Kecamatan

Puuwatu, 2017). Bentang wilayah Kelurahan Puuwatu dengan dataran rendah

seluas 2.046 ha, kawasan rawa seluas 12 ha. Letak kasawan di Kelurahan Puuwatu

terbagi dua yaitu kawasan perkantoran dengan luas 17.00 ha dan kawasan industri

seluas 150 ha (Data Kelurahan Puuwatu, 2015).

4.4. Tanah

Topologi tanah diwilayah Kecamatan Puuwatu pada umumnya dataran

rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian, perkebunan

dan kegiatan lainnya. Ditinjau dari segi geologi Kelurahan Puuwatu memiliki

warna tanah kuning dan abu-abu. Tekstur tanah di Kelurahan Puuwatu yaitu

lampungan, pasiran dan debuan (Data Kelurahan Puuwatu, 2015).


28

4.5. Sosial Budaya

Jumlah penduduk di Kecamatan Puuwatu berjumlah 34.390 orang. Jumlah

ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya dengan laju

pertumbuhan sebesar 3.42%. Berdasarkan kelompok umur komposisi jumlah

penduduk di Kecamatan Puuwatu didominasi oleh penduduk dengan kelompok

umur 0-4 tahun sebesar 3.905 orang (BPS Kecamatan Puuwatu, 2017).

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelurahan di


Kecamatan Puuwatu 2016
Jumlah Penduduk
Kelurahan
Laki- Perempuan Total Rasio Jenis
No
laki Kelamin
1 Puuwatu 3.716 3.515 7.231 105,72
2 Watulondo 4.005 3.739 7.744 107,11
3 Punggolaka 4.245 3.824 8.069 111,01
4 Tobuuha 4.076 3.971 8.047 102,64
5 Lalodati 1.326 1.350 2.676 98,22
6 Abeli Dalam 321 302 623 106,29
Sumber: BPS Kecamatan Puuwatu, 2017
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Informan Pegawai TPA dan Masyarakat Sekitar TPA


Puuwatu
5.1.1.1. Karakteristik Informan Pegawai TPA Puuwatu

Karakteristik informan untuk pegawai TPA ini digunakan untuk

mengetahui gambaran umum informan penelitian berdasarkan kriteria umur,

pendidikan, dan pekerjaan. Secara detail karakteristik informan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Informan Pegawai TPA Puuwatu


No Nama Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan
(Tahun) Kelamin Terakhir
1 Abdullah 53 Laki-laki S1 Kepala Seksi
Syam Pengelolaan TPA
2 Jamal 37 Laki-laki SMA Pengawas
Pengelolaan TPA
3 Suardin 44 Laki-laki SMP Operator Alat Berat
Sumber: Data Primer, Diolah 2018
5.1.1.2. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagain besar adalah

laki-laki dengan jumlah 43 responden atau sebesar (75,4%) dan selebihnya adalah

perempuan berjumlah 14 responden atau sebesar (24,6%). Karakteristik responden

masyarakat sekitar TPA Puuwatu bedasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel 4.

x
30

Tabel 4. Karakteristik Responden Masyarakat sekitar TPA Puuwatu Berdasarkan


Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase
(100%)
1. Laki-Laki 43 75,6
2. Perempuan 14 24,6
Total 57 100%

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

5.1.1.3.Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu


Berdasarkan Umur
Berdasarkan analisis data, karakteristik responden berdasarkan umur

yang paling mendominasi adalah responden yang berumur 36-45 tahun berjumlah

19 responden atau 33,3%. Selanjutnya responden yang paling sedikit adalah

responden berumur 17-25 berjumlah 5 responden atau sebesar 8,8%. Karakteristik

responden masyarakat di sekitar TPA Puuwatu berdasarkan umur dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu Berdasarkan


Umur
No Umur Jumlah Orang Presentase
(100%)
1. 17-25 5 8,8
2. 26-35 13 22,8
3. 36-45 19 33,3
4. 46-55 9 15,8
5. 56-65 11 19,3
Total 57 100%
Sumber: Data Primer, Diolah 2018

5.1.1.4.Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu


Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan analisis data, tingkat pendidikan responden yang paling

mendominasi adalah dari tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 27

responden atau sebesar 47,4%, dan tingkat pendidikan yang pling sedikit adalah

tingkat pendidikan perguruan tinggi (S1) berjumlah 1 responden atau sebesar


31

1,7%. Karakteristik responden masyarakat sekitar TPA Puuwatu berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu Berdasarkan


Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Presentase
(100%)
1. SD 27 47,4
2. SMP 11 19,3
3. SMA 18 31,6
4. Perguruan Tinggi (S1) 1 1,7
Total 57 100%
Sumber: Data Primer, Diolah 2018

5.1.1.5. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu


Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan analisis data, jenis pekerjaan informan yang mendominasi

adalah pemulung dengan jumlah 34 orang 59,6%. Jenis pekerjaan yang tidak

banyak dilakoni oleh responden adalah buruh yaitu hanya 2 orang atau 3,5%.

Jenis pekerjaan responden masyarakat sekitar TPA Puuwatu dapat dilihat pada

tabel 7.

Tabel 7. Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu


No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Presentase
(100%)
1. Pegawai TPA 15 26,4
2. Pemulung 34 59,6
3. Wiraswasta 6 10,5
4. Buruh 2 3,5
Total 57 100%
Sumber: Data Primer, Diolah 2018
5.1.1 Pengelolaan Sampah di TPA Puuwatu

Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan data mengenai kondisi TPA

saat ini, mulai dari jenis dan sumber sampah, sistem pendanaan pengelolaan

sampah di TPA, pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, pemilahan sampah di

TPA, pengolahan sampah di TPA, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan


32

kendala dalam pengelolaan sampah di TPA. Untuk mengetahui bagaimana

pengelolaan sampah dan manfaatnya kepada masyarakat sekitar TPA. Data teknik

pengelolaan sampah di TPA dapat dilihat pada tabel 7 dan data manfaat

pengelolaan terhadap Masyarakat sekitar TPA pada tabel 8.

Tabel 8. Teknik Pengelolaan Sampah di TPA Puuwatu


No Tahapan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan
1. Pengangkutan sampah ke Pengangkutan sampah menggunakan
TPA Puuwatu dump truck dari TPS/sumber sampah ke
TPA.
2. Penanganan sampah di TPA Sampah di TPA Puuwatu dipilah dan
Puuwatu dikumpulkan oleh pemulung dengan
mengumpulkan sampah-sampah yang
bernilai ekonomi untuk selanjutnya di jual
ke pengepung atau pengumpul sampah
sedangkan sampah yang tersisa di olah
menjadi gas metan dan kompos.
3. Pengolahan sampah di TPA Pengolahan sampah di TPA Puuwatu
Puuwatu dengan metode 3R menggunakan sistem
sanitary controlled landfill, sampah yang
di angkut dari TPS di kumpulkan setelah
dipilah sampah yang bernilai ekonomi
oleh pemulung selanjutnya sisa sampah di
uruk dan ditimbun dengan tanah
kemudian dilakukan pemadatan serta
dilakukan pengomposan dan pemanfaatan
kembali bahan-bahan yang masih dapat
digunakan.
4. Manfaat pengelolaan sampah Sampah yang diolah menjadi gas metan di
di TPA Puuwatu manfaatkan untuk bahan bakar
pembangkit listrik dan untuk keperluan
memasak pengganti gas dan minyak tanah
oleh masyarakat sekitar TPA.
5. Dana pengelolaan sampah di Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu di
TPA Puuwatu danai oleh dana APBD Kota Kendari.
6. Kendala Pengelolaan sampah Kendala dalam pengelolaan sampah yaitu
di TPA Puuwatu kurangnya pendanaan, kondisi peralatan
yang sudah tidak layak pakai dan
kurangnya pegawai untuk pengolahan
sampah di TPA Puuwatu.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di TPA

Puuwatu saat ini berjalan sebagai mestinya dari pengangkutan sampah,


33

penanganan sampah, pengolahan sampah, manfaat pengelolaan sampah,

pendanaan pengelolaan sampah dan kendala dalam pengelolaan sampah di TPA

Puuwatu. Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu merupakan sebagai TPA aktif

dalam pengelolaan sampah terpadu dan menghasilkan manfaat dari

pengelolaannya.

Pengangkutan sampah merupakan tahapan pertama dalam pengelolaan

sampah di TPA. Pengangkutan sampah dari TPS/sumber sampah ke TPA dengan

mengangkut semua jenis sampah di Kota Kendari menggunakan dump truck.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa :

“Sampah yan i an kut itu j nis sampah or anik an or anik ari


seluruh sampah rumah tangga di Kota Kendari, sampah pasar, hotel,
perkantoran mall, toko, bangunan dan hasil industri perikanan (Abdullah
Syam, 2 18 ”

“Sampah yan t ran kut l ih anyak sampah or anik s kitar 6 -70%


selebihnya anorganik, sumber sampah dari sampah rumah tangga,
restoran, tebangan, bangunan, sampah kaca dipisahkan. Kecuali sampah
B3 ti ak i an kut Jamal, 2 18 ”

“Sampah yan ian kut kalau ari pasar an r storan iasanya l ih


banyak sampah sayuran (organik) dari toko atau pusat perbelanjaan
lainnya biasa lebih banyak sampah plastik, kaca dll (anorganik)
Suar in, 2 18 ”

Penanganan sampah merupakan proses pengelolaan sampah yang di

tangani secara khusus oleh pengelola TPA. Penanganan sampah di TPA Puuwatu

di awali dengan melakukan pemilahan anorganik yang bernilai ekonomi untuk

dilakukan proses pengelolaan lanjutan pada masing-masing jenis sampah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa :

“Sampah yan t ran kut k TPA s kitar 16 -180 ton/hari, sampah ada di
TPA tidak ditangani khusus karena kurangnya pegawai jadi pemilahan
dilakukan oleh pemulung dengan mengumpulkan sampah yang bernilai
ekonomi untuk selanjutnya di jual ke pengumpul. Jumlah pemulung yang
34

masuk ke TPA tidak dibatasi asal tidak mengganggu selama proses


pen lolaan sampah A ullah Syam, 2 18 ”

“Sampah yan ti a i TPA itu rata-rata jumlahnya biasa 160-180


ton/hari, penanganan untuk sampah organik dan organik tidak ada yang
menangani secara khusus, sampah anorganik biasanya di kumpulkan oleh
pemulung untuk dijual ke pengepung dan itu tidak di batasi oleh pihak
TPA Jamal, 2 18 ”

“Sampah p rhari i sini itu 16 -180 ton/hari yang masuk untuk yang
tangani sampah secara khusus belum ada soalnya kita masi kekurangan
SDM kalau sampah yang bernilai ekonomi biasanya yang kumpul
pemulung, dikumpulkan terus dijual ke pengepung biasanya datang di
sini, jumlah pemulung tidak di batasi apalagi mereka cari rejeki
Suar in, 2 18 ”

Pengolahan sampah merupakan proses pengubahan sampah dari material

yang tidak berguna menjadi material baru dengan model dan bentuk baru yang

dapat dimanfaatkan. Pengolahan sampah di TPA Puuwatu menggunakan sistem

sanitary controlled landfill merupakan sistem pengelolaan dengan melakukan

pengurugan dan pinimbunan timbunan sampah dengan tanah untuk meminimalisir

volume sampah di TPA dan peningkatan volume sampah yang terangkut dari TPS

ke TPA untuk ditampung dan diolah agar dapat dimanfaatkan kembali.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa :

“Pros s sist m sanitary controlled landfill petama timbunan digali lalu


dipasang instalasi setelah itu ditutup dengan sampah lalu dengan tanah,
sumur dipasang dengan pipa paralon ada 3 ukuran pipa berbeda-beda dan
di beri lubang paling kecil yang mucul di asat tanah itu gas metannya di
gunakan untuk alat penggerak mesin mobil untuk pembangkit listrik dan
ju a untuk ahan akar kompor A ullah Syam, 2 18 ”

“P n olahan sampah i TPA m n gunakan sistem sanitary controlled


landfill yang hasil pengelolaannya itu jadi gas metan di manfaatkan
untuk pembangkit listrik sama gas kompor yang di pake masyarakat
s cara ratis Jamal, 2 18 ”

“Sampah i sini i kumpulkan lalu iuru an ipa atkan s lanjutnya


ditimbun tanah lalu dipadatkan lagi begitu seterusnya, di dalamnya sudah
ditanamkan pipa dengan ukuran yang berbeda-beda ada ukuran 4 inch, 2
inch, dan ¼ inch itu sebagai jalan penyalur untuk gas metan dari sampah
35

ke mesin dan kompor untuk memasak dan penerangan bagi masyarakat


i s kitar sini Suar in, 2 18 ”

Manfaat pengelolaan sampah merupakan manfaat yang didapatkan

melalui proses pengolahan sampah atau barang bekas pakai yang dianggap tidak

dapat lagi dimanfaatkan tapi dapat diubah bentuk untuk kembali dimanfaatkan

dengan jenis atau manfaat yang berbeda dari bahan bakunya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan menyatakan bahwa :

“Manfaat pengelolaan sampah di TPA Puuwatu yaitu meminimalisir


timbunan sampah di kota dan di TPA, karena jika sampah tidak di angkut
dan di kelola maka sampah akan berserakan dan tidak terkontrol
A ullah Syam, 2 18 ”

“P n lolaan sampah i TPA n an m n unakan sist m p n lolaan


yang sekarang ini memberikan manfaat pengurangan timbunan volume
sampah di TPA juga makin banyak sampah yang dapat di angkut ke sini,
dari pengelolaannya membantu masyarakat untuk tempat mata
pencaharian juga mengurangi pengeluaran dengan fasilitas yang di
rikan s cara ratis Jamal, 2 18 ”

“Manfaat ari p n lolaan sampah i TPA Puuwatu itu banyak bagi


masyarakat pastinya, program kampung mandiri dari gas metan, sampah
di Kota Kendari tidak berserakan karena di sini di TPA sampahnya di
olah sedemikian rupa supaya sampah yang dari TPS tidak tertumpuk dan
r au Suar in, 2 18 ”

Dana pengelolaan merupakan faktor pendukung utama dalam

terlaksananya pengelolaan sampah khususnya di TPA. Pendanaan pengelolaan

sampah di TPA Puuwatu didapatkan dari pemerintah karena pengelolaan TPA

Puuwatu dikontrol oleh pemerintah daerah. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan menyatakan bahwa :

“P n anaan untuk p n lolaan i sini itu ari ana APBD Kota K n ari
jumlahnya ± Rp. 500 juta rupiah, tapi dengan dana segitu akhirnya TPA
seperti sekarang ini sistem pengelolaannya tidak berjalan secara efisien
selalu saja ada kendala kita juga tidak bisa bergerak cepat karena semua
iatur ari atasan, kita hanya isa m nun u A ullah Syam, 2 18 ”
36

”P n anaan untuk p n lolaan TPA itu masih kuran s p rti s karan ini
kita terkendala karena kerusakan alat tapi untuk perbaikan kita tunggu
dari dinas dulu itu semua dana disini cuma dari APBD awalnya ada dari
pusat, antuan untuk alat rat Jamal, 2 18 ”

“Sist m p n anaan p n lolaan i TPA Puuwatu s muanya ari antuan


pemerintah karena kita masih di kelola sama pemerintah jadi semua dana
ari APBD yan it ntukan ol h inas Suar in, 2 18 ”

Kendala pengelolaan sampah merupakan hambatan-hambatan yang

memperlambat dan menghambat proses kegiatan pengelolaan. Kendala dalam

pengelolaan sampah di TPA Puuwatu yaitu kurangnya pendanaan, kerusakan alat,

masih minimnya sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga kerja di TPA

Puuwatu. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa :

“K n ala yan t rja i i TPA Puuwatu itu mulai ari minimnya sarana
dan prasarana, ketersediaan dana yang tidak mencukupi juga faktor SDM
yang tidak memadai jadi kita cuma pakai apa adanya saja dan berusaha
melakukan pengelolaan sebaiknya sesuai dengan sistem pengelolaan di
sini A ullah Syam, 2 18 ”

“M nja i k n ala saat ini itu kerusakan alat jadi sampah bertumpuk juga
kurangnya pendanaan, saat ini karena kerusakan alat sampah menumpuk
baru kali ini TPA sekotor dan sebau ini kalau tahun-tahun sebelumnya
tidak ada sampah kelihatan di sini tapi karena alat rusak dan seharusnya
semua alat di sini itu di ganti karena sudah tidak layak pakai jadi kita
pak alat s a aanya saja Jamal, 2 18 ”

“K n alanya s p rti ini k rusakan alat an kuran nya ana ja i


perbaikan tertunda dan terkendala proses pengelolaannya juga sampah
jadi menumpuk jadi kita pake alat yang masih ada dan tidak sesuai
dengan fungsinya tapi dari pada sampah menumpuk itu jadi jalan satu-
satunya Suar in, 2 18 ”

Manfaat pengelolaan sampah terpadu terhadap masyarakat sekitar TPA

Puuwatu dilihat dari tiga aspek penilaian yaitu manfaat ekonomi, estetika dan

kesehatan. Ketiga aspek penilaian tersebut dibuat berdasarkan acuan dari

Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan

Sampah. Hasil nilai wawancara dapat dilihat pada tabel berikut :


37

Tabel 9. Manfaat Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat Sekitar TPA


Puuwatu
No Aspek Penilaian Jawaban Ya Jawaban Tidak
1. Manfaat Ekonomi 271 71
2. Manfaat Estetika 106 235
3. Manfaat Kesehatan 192 150
Total 569 459

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 57 informan (100%), jumlah yang

menjawab Ya berjumlah 569 jawaban dan yang menjawab Tidak berjumlah 459

jawaban. Jawaban Ya dengan nilai satu dan jawaban Tidak dengan nilai nol.

Tingkat manfaat pengelolaan sampah terhadap masyarakat sekitar TPA Puuwatu

dapat dilihat dengan menjumlahkan total jawaban Ya dibagi total seluruh jawaban

di kali 100% yaitu 569/1028 X 100% dengan hasil 55,3% sehingga presentasi

manfaat pengelolaan sampah di TPA Puuwatu yaitu bermanfaat dengan presentase

55,3% atau > 50%.

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengelolaan Sampah di TPA Puuwatu

Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu dimulai dari pengangkutan sampah

dari sumbernya. Sumber sampah di TPA Puuwatu bersumber dari seluruh sampah

di Kota Kendari mulai dari sampah rumah tangga, sampah komersial, sampah

bangunan, sampah dari fasilitas umum, sampah hasil tebangan, dan sampah dari

industri perikanan. Jenis sampah di TPA Puuwatu yaitu jenis sampah organik dan

anorganik, sebagain besar sampah organik mencapai 60-70% sampah organik di

TPA Puuwatu selebihnya sekitar 30-40% sampah anorganik. Damanhuri (2010)

menyatakan bahwa sampah organik untuk kota-kota besar bisa mencapai 70%,

sekitar 28% adalah sampah anorganik dan sekitar 2% tergolong B3 yang perlu

dikelola sendiri.
38

Sampah yang terangkut ke TPA Puuwatu setiap harinya mencapai 160-

180 ton/hari atau sekitar 4.410-5.560 m3/bulan. Jumlah volume sampah yang

dihasilkan akan semakin meningkat pada hari-hari tertentu seperti hari raya, natal,

tahun baru dan acara-acara lainnya. Jenis sampah yang diangkut ke TPA adalah

jenis sampah organik dan anorganik, dengan alur pembuangan sampah yaitu

masyarakat membuang sampah di TPS terdekat selanjutnya pihak TPA melakukan

pengangkutan dari TPS ke TPA menggunakan Dump truck.

Semua jenis sampah yang terangkut ke TPA dilakukan pengelolaan,

kecuali sampah jenis B3 karena belum adanya penanganan khusus, sehingga pihak

TPA tidak mengizinkan jenis sampah B3 masuk dalam lingkungan pengelolaan

sampah di TPA karena dapat mencemari lingkungan. Menurut Arif Zulkifli (2014)

setiap aktifitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dan

memenuhi syarat pengelolaan, dimana setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan

dilakukan uji analisis kandungan untuk menetapkan prosedur yang tepat dalam

pengelolaan limbah tersebut.

Pengelolaan sampah jenis sampah organik dan anorgnik di TPA Puuwatu

ditangani dengan menggunakan konsep reduce-reuse-recycle (3R). Pengelolaan

sampah di TPA Puuwatu dengan konsep 3R dapat dilihat sebagai berikut :

1. Reduce, pengurangan volume dan berat sampah di TPA Puuwatu di lakukan

dengan melakukan pengomposan dan pemadatan sampah lalu ditutup dengan

timbunan tanah untuk penangkapan gas metan dari sampah serta untuk

mengurangi polusi udara dari sampah berupa gas metan berupa GRK yang jika

terlepas ke atmosfer menjadi salah satu penyebab terjadinya penipisan lapisan

ozon.
39

2. Reuse, pemanfaatan kembali atau menggunakan kembali bahan-bahan dari

hasil pembuangan sampah di TPA Puuwatu dilakukan oleh pemulung dengan

mengumpulkan sampah-sampah yang bernilai ekonomi dan mengambil

barang-barang yang masih layak pakai untuk kembali dimanfaatkan oleh

pemulung tersebut.

3. Recycle, pemisahan sampah organik dan anorganik dilakukan dengan

pemilahan sampah oleh pemulung yaitu memilah sampah untuk selanjutnya

kembali dijual ke pengumpul dan ada juga dijual ke pihak TPA untuk

dilakukan proses pencacahan sampah dengan jenis pelastik (anorganik) dan

kompos untuk sampah tebangan (organik). Akan tetapi, proses pencacahan ini

tidak berjalan efisien karena kondisi alat pencacah yang tidak memadai dan

kurangnya tenaga kerja sehingga pegawai yang bertugas untuk pencacahan

sampah kewalahan.

Pengelolaan sampah di TPA selain dipilah sampah diolah menjadi

kompos dan gas metan sebagai energi alternatif dan terbarukan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TPA dan juga merupakan terobosan terbaru

oleh pemerintah Kota Kendari dalam pengelolaan sampah terpadu di TPA yang

bertujuan mengurangi volume timbunan sampah perkotaan khususnya Kota

Kendari untuk mendapatkan kota bersih dan sehat serta pemanfaatan sampah dari

bahan baku yang tidak berguna menjadi bahan baku baru yang dapat di

manfaatkan kembali dengan sistem yang lebih ramah lingkungan.

Sampah yang berasal dari aktivitas penduduk di perkotaan sangat besar

jumlahnya dan berpotensi sebagai sumber gas metan. Pengelolaan sampah di TPA

yang awalnya masih menggunkana sistem open dumping sangat berpotensi


40

menghasilkan gas metan sebagai salah satu sumber Gas Rumah Kaca (GRK)

sehingga emisi gas metan yang lepas ke atmosfer dapat menyebabkan penipisan

lapisan ozon sehingga dapat menimbulkan efek rumah kaca serta memberi

kontribusi sebagai penyebab terjadinya pemanasan global.

Saat ini, pengelolaan sampah di TPA Puuwatu menggunakan sistem

controlled sanitary landfill. Prinsip metode ini adalah membuang dan menumpuk

sampah dalam lubang yang dilapisi plastik, tanah liat dan pasir untuk mencegah

perembesan limbah cair yang dihasilkan oleh timbunan sampah ke tanah,

kemudian dipasangkan instalasi berupa pipa paralon ukuran 4 inch, 2 inch serta ¼

inch untuk mengalirkan gas metan tersebut untuk kemudian di manfaatkan

sebagai bahan bakar.

Timbunan sampah kemudian dilapisi atau ditimbun lapisan tanah dengan

ketebalan 15-20 cm yang dilakukan 2-3 hari sekali sampai seminggu sekali oleh

pengelola TPA. Sampah yang dilapisi timbunan tanah tipis bertujuan untuk

mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan membantu

proses pembusukan sampah untuk menghasilkan gas metan serta pembuatan

kompos. Hal tersebut juga membantu dalam pengurangan bau yang dihasilkan

dari tumpukan sampah.

Pengurangan bau yang dihasilkan sampah agar tidak mengganggu

aktivitas masyarakat sekitar TPA dilakukan dengan pembuatan taman disekitar

TPA Puuwatu yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman hias dan tanaman

kehutanan yang berfungsi membantu menyerap bau yang dihasilkan tumpukan

sampah dan meredam kebisingan yang ditimbulkan oleh proses penimbunan oleh
41

alat berat dan transportasi pengangkutan sampah sehingga masyarakat sekitar

TPA tidak terganggu dengan proses pengelolaan sampah di TPA.

Sampah yang ditimbun dengan tanah urug dipadatkan lalu kemudian

ditimbun kembali dengan sampah, yang dilakukan secara berulang kali dan terus

menerus. Penimbunan dan pemadatan sampah dengan tanah dilakukan berulang

kali bertujuan untuk proses penangkapan gas metan terus berjalan agar dapat

dimanfaatkan secara berkelanjutan. Gas metan yang dihasilkan dimanfaatkan

sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan gas sebagai bahan bakar kompor

untuk keperluan memasak yang digunakan oleh masyarakat sekitar TPA Puuwatu

(Kampung Mandiri Energi) tanpa adanya pungutan biaya operasional sepeserpun

(gratis).

Selain itu, untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh sampah

dan mengurangi timbunanan sampah di Kota Kendari dan di TPA Puuwatu

sehingga dengan menerapkan sistem sanitary controlled landfill di TPA Puuwatu

sehingga sampah yang terangkut dari TPS ke TPA lebih banyak dan TPA

Puuwatu dapat menampung lebih banyak sampah dibandingkan dengan

menggunakan sistem open dumping. Oleh karena itu, upaya pengurangan sampah

menggunakan sistem tersebut sangat membantu dalam pengurangan laju timbunan

sampah di TPA dan di Kota Kendari.

Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu menggunakan lahan seluas ± 2 ha

dari total 18 ha lahan TPA yang ada. Luas lokasi TPA dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu zona A, B, C, D, E, F. Zona A (lokasi penghijauan yang terletak di

bundaran jalan keluar dari lokasi pengelolaan sampah di TPA), zona B (lokasi

pengomposan dan penampungan sampah bernilai ekonomi serta lokasi landing


42

flying fox), zona C (lokasi bekas pembuangan sampah yang sudah tidak di

gunakan lagi), zona D (lokasi flying fox dan gazebo puncak TPA), zona E ( lokasi

instalasi gas metan, garasi alat berat, gudang peralatan dan pos jaga), zona F

(lokasi pengelolaan sampah dilakukan/zona aktif). Saat ini luas lahan pengelolaan

sampah telah memadai di TPA Puuwatu tetapi dengan perkembangan jumlah

penduduk dan volume sampah setiap tahunnya sehingga luas kawasan TPA perlu

dilakukan penambahan luasan serta penambahan jumlah tenaga kerja atau

pegawai.

Jumlah pegawai pengelola di TPA Puuwatu saat ini berjumlah 20 orang

dimana yang berstatus sebagai pegawai tetap berjumlah 5 orang dan honorer 15

orang. Pegawai TPA yang mendapatkan pelatihan mengenai pengelolaan sampah

hanya pegawai yang berstatus sebagai pegawai tetap. Pelatihan pengelolaan

sampah dilaksanakan di luar Kota Kendari dengan jumlah pelatihan minimal 2

kali dalam satu tahun. Menurut Dewanto (2017) Pelatihan dan pengelolaan

sampah merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek yang bertujuan untuk

memberikan pengetahuan dan pengembangan keterampilan seseorang dalam hal

ini seseorang dapat mengurangi dan bisa melakukan penanganan sampah secara

baik.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pengelolaan sampah di TPA

Puuwau menggunkan alat Dump Truck sebagai armada pengangkut sampah dari

TPS ke TPA. Sampah yang terangkut dari TPS di ratakan dengan bantuan alat

berat jenis D3 dan D6 dan selanjutnya dilakukan penimbunan menggunakan

bantuan alat exavator dan compactor sebagai pemadat sampah dan penguruk

tanah timbunan.
43

Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dari jam 04.00 pagi sampai

12.00 siang untuk shif pertama, Shif ke dua dimuali dari jam 12.30-18.30 dengan

pengangkutan 48 ret/hari. Pengelola sampah di TPA melakukan pengangkutan

sampah dengan sistem shit untuk memudahkan dalam proses pengangkutan secara

terinci pada siang hari karena jika pengakutan di tunda maka sampah akan

berserakan di sekitar TPS karena penampungan yang tidak memadai dan

kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembuangan sampah tepat pada TPS.

Masyarakat sebagian besar membuang sampah pada sekitar bak penampungan

sampah yang disediakan di TPS. Pihak TPA menyatakan telah melakuan

penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pengelolaan sampah tetapi karena

kurangnya kesadaran masyarakat sehingga peraturan tidak berjalan secara efisien.

Kondisi peralatan untuk pengelolaan sampah di TPA Puuwatu saat ini

tidak memadai karena kurangnya pendanaan untuk pengelolaan sampah di TPA.

Pendanaan dalam pengelolaan sampah di TPA Puuwatu dari dana APBD kota

kendari yang ditentukan oleh DLHK Kota Kendari berjumlah Rp. ± 500.000.000

per tahun. Pengelolaan sampah di TPA akan berjalan secara efektif dan efisien

jika pengelolaan sampah didanai Rp. ± 2 Milyar per tahun (Syam, 2018).

Pembiayaan pengelolaan sampah meliputi biaya pengangkutan sampah, upah

petugas, bahan bakar dan pengolahan sampah di TPA. Sesuai UU RI No. 18

Tahun 2008, pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan

sampah dimana sumber pembiayaan adalah dari APBN serta APBD.

Kendala dalam pengelolaan sampah di TPA Puuwatu yaitu kurangnya

dana untuk pengelolaan, kondisi peralatan yang kurang baik, kurangnya tenaga

kerja serta kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan sehingga pengelolaan


44

sampah di TPA Puuwatu saat ini tidak terlaksana secara efisien dan sebagai mana

mestinya. Saat ini dengan kondisi peralatan mengalami kerusakan dimana

semestinya peralatan tersebut sudah tidak layak pakai sehingga sampah di TPA

berserakan. Kondisi TPA Puuwatu saat ini berbeda dengan kodisi tahun

sebelumnya dimana TPA Puuwatu jauh dari kata kotor dan bau.

Mengatasi kendala yang terjadi dalam pengelolaan sampah di TPA

Puuwatu pengelola TPA saat ini menggunakan sarana dan prasarana seperlunya

yang masih digunakan untuk melakukan pengelolaan agar sampah di TPA tidak

semakin menumpuk dan menimbulkan bau. Tetapi, walaupun demikian

permasalah sampah tersebut tidak dapat teratasi secara maksimal sehingga

pegawai dan masyarakat di sekita TPA Puuwatu mengharapkan pengelolaan

sampah di TPA Puuwatu lebih di perhatikan hal ini juga demi kenyamanan semua

masyarakat Kota Kendari dalam permasalahn sampah.

1.2.2. Manfaat Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat Sekitar TPA

Pengelolaan sampah terpadu di TPA Puuwatu dimulai dari pengangkutan

sampah dari sumber sampah ke TPA oleh pengelola yang sebagian besar adalah

masyarakat sekitar TPA. Selanjutnya, dilakukan pemilahan sampah yang di

lakukan oleh masyarakat sekitar TPA yang pada tabel 7 dapat dilihat sebagaian

besar berprofesi sebagai pemulung. Sampah yang telah dipilah dengan jenis

sampah organik dan organik dilakukan pengolahan lanjutan dengan melakukan

pencacahan untuk pembuatan kompos oleh sampah organik dan pencacahan

sampah anorganik dengan membedakan jenis sampah plastik dan menurut kriteria

warna sampah tersebut. Pebedaan jenis dan pengelompokan warna dilakukan

untuk dijual dengan harga lebih tinggi dari sampah jenis anorganik yang belum
45

olah atau dicacah. Sisa sampah yang telah dilakukan pemilahan oleh pemulung di

timbun oleh tanah urug untuk proses penangkapan gas metan yang dimanfaatkan

oleh masyarakat sekitar TPA.

Berdasarkan tabel 9 hasil penelitian manfaat pengelolaan sampah tehadap

masyarakat sekitar TPA Puuwatu dengan melihat dari tiga aspek yaitu manfaat

ekonomi, manfaat estetika, dan manfaat kesehatan dengan nilai presentasi 55,3%

menggambarkan bahwa pengelolaan sampah di TPA bermanfaat bagi masyarakat

sekitar TPA Puuwatu, dalam pengelolaan sampah di TPA dengan mengadakan

program kampung mandiri yang memberi manfaat bagi masyarakat tersebut,

dengan memberikan dua program bantuan kepada masyarakat yaitu dengan

memberikan bantuan tempat tinggal dan pemanfaatan gas metan dari pengelolaan

sampah sebagai energi alternative dan terbarukan.

Gas metan dimanfaatkan untuk keperluan penerangan dan bahan bakar

kompor (pengganti minyak tanah dan gas) untuk keperluan memasak kepada

masyarakat sekitar TPA secara gratis. Pemerintah memberikan program bantuan

ini kepada masyarakat diharapkan dapat membantu masyarakat kurang mampu

untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak, membantu perekonomian rakyat

khususnya masyarakat sekitar TPA dan juga untuk mengurangi tingkat

kemiskinanan di Kota Kendari.

Program ini selain dapat dimanfaat bagi masyarakat dengan mendapatkan

tempat tinggal, juga memudahkan akses masyarakat untuk memulung di TPA

lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang sebagian

besar berprofesi sebagai pemulung mengumpulkan sampah-sampah yang bernilai

ekonomi di TPA untuk di jual ke pengumpul. Jenis sampah yang dikumpulkan


46

adalah sampah jenis anorganik yaitu sampah plasitk, kaleng dan koran/kertas.

Berdasarkan hasil wawancara, jenis sampah yang memiliki nilai ekonomi yang

paling tinggi adalah jenis sampah plastik selanjutnya sampah kaleng dan yang

paling rendah adalah sampah koran/kertas. Dengan memberikan kemudahan

untuk melakukan pekerjaannya pemerintah mengharapkan hal tersebut dapat

membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TPA Puuwatu.

Program pengelolaan sampah di TPA Puuwatu dengan menjadikan TPA

Puuwatu tidak hanya sebagai tempat pengelolaan sampah yang identik dengan

tumpukan sampah, lalat dan bau busuk yang menyengat. TPA Puuwatu dibentuk

oleh pemerintah Kota kendari menjadi tempat pengelolaan sampah yang juga

dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan tempat belajar. Kondisi lingkungan

TPA Puuwatu jauh dari kata kotor dan bau karena tempat pengelolaan sampah di

TPA puuwatu di kelilingi oleh taman bunga dan tanaman kehutanan, juga tersedia

sarana wisata yaitu flying fox, gazebo dan tempat duduk di puncak TPA dengan

pemandangan Kota Kendari.

Kondisi lingkungan di TPA yang terjaga sehingga masyarakat sekitar

TPA mengatakan tidak merasa terganggu dengan pengelolaan di TPA dan merasa

nyaman tinggal disekitar TPA. Keberhasilan dalam pengelolaan sampah di TPA

juga memberi manfaat bagi kesehatan masyarakat karena kondisi kesehatan

mereka tidak terganggu dengan adanya pengelolaan sampah di TPA. Bau yang

ditimbulkan dari timbunan sampah hanya dapat tercium pada saat musim hujan,

tetapi bau tersebut tidak sampai ke pemukiman warga hanya dapat tercium bila

berada di daerah pengolahan sampah. Sehingga hal tersebut tidak berpengaruh

terhadap kondisi kesehatan masyarakat sekitar TPA.


47

Sedangkan untuk pemanfaatan gas metan dari hasil pengelolaan sampah

di TPA Puuwatu merupakan program pemerintah untuk energi terbarukan yang

dikelola dari pengelolaan sampah untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan

sampah, sehingga pemerintah mengadakan program pengelolaan sampah yang

lebih ramah lingkungan di TPA Puuwatu agar dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar TPA Puuwatu meskipun berdasarkan pengamatan masyarakat

mengatakan bahwa pemanfaatan gas metan dari TPA Puuwatu tidak berjalan

secara efisien tanpa mereka ketahui penyebabnya.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan pemanfaatan gas metan

tidak berjalan secara efisien disebabkan oleh rusaknya sarana pengelolaan seperti

D6, D3 dan Compactor sehingga proses penimbunan sampah dan pengurukan

tanah timbunan untuk menimbun sampah terkendala, sehingga proes penangkapan

gas metan tidak berjalan efisien dan efektif. Hal tersebut yang menyebabkan

pemanfaatan gas metan untuk masyarakat terkendala.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu dilakukan menggunakan metode

pengelolaan 3R dengan sistem pengelolaan sampah sanitary controlled landfill.

Pengelolaan sampah dimulai dari pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

menggunakan dump truck selanjutnya proses pemilahan sampah jenis

anorganik yang bernilai ekonomi oleh pemulung dan sampah organik untuk

pembuatan kompos selebihnya dilakukan pengurukan timbunan sampah lalu

ditimbun oleh tanah untuk proses penangkapan gas metana yang di

manfaatkan untuk pembangkit listrik dan bahan bakar pengganti gas dan

minyak tanah untuk keperluan memasak.

2. Manfaat pengelolaan sampah dari tiga aspek penilaian mendapatkan nilai

55,3% atau bermanfaat. Secara ekonomi dengan menyediakan lapangan kerja

bagi masyarakat yang sebagain besar berprofesi sebagai pemulung untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat kahususnya masyarakat sekitar TPA

Puuwatu. Manfaat estetika dengan penghijauan dan metode pengolahan yang

dilakukan oleh pengelola TPA sehingga masyarakat tidak terganggu dengan

tumpukan sampah, hal tersebut juga bermanfaat bagi kesehatan masyarakat

sekitar TPA.

x
49

6.2 Saran

Saran yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah Kota Kendari agar memberikan dukungan dan memperhatikan

pengelolaan sampah di TPA karena dengan pengelolaan sampah yang baik di

TPA sehingga Kota Kendari dapat menjadi Kota yang bersih dan nyaman

dengan itu salah satu dukungan yaitu dengan ketersediaan dana untuk TPA

terpenuhi, peningkatan sumber daya manusia dalam pengelolaan TPA,

peningkatan sarana dan prasarana yang siap di operasionalkan.

2. Bagi masyarakat Kota Kendari untuk lebih memperhatikan kebersihan dan

meningkatkan kesadaran dalam membuang sampah pada tempatnya.

Khususnya untuk masyarakat sekitar TPA Puuwatu lebih meningkatkan

kreatifitas untuk pengeolaan lanjutan sampah agar dapat dijual dengan bentuk

kemasan yang berbeda dan meninggkatkan nilai jual untuk kesejahteraan

perekonomian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Antaranews. 10 Mei 2015. https://Sultra.antaranews.com/berita/277989/tpa-


puuwatu-kendari-jadi-reverensi-pengelolaan-sampah. Diakses 05
Februari 2018.

Apriadji, W, H. 2002. Memproses Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Apriyanti, K. 2011. Karakteristik Informan Penelitian. Alfabeta. Bandung

Azwar, A.1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara.


Bahar, Y, H. 1986. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : PT
Waca Utama Pramaesti.

Bahri, S. 2015. Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan Pertamanan


dan Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tanggerang. Jatiwaringin.
Tanggerang.

BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2015. Sulawesi Tenggara Dalam Angka Tahun
2015. Kendari.

BPS Kota Kendari. 2017. Kota Kendari Dalam Angka 2017. Kendari

BPS Kecamatan Puuwatu. 2017. Kecamatan Puuwatu Dalam Angka 2017.


Kendari.

Data Kelurahan Puuwatu. 2015. Kelurahan Puuwatu. Kecamatan Puuwatu.


Kendari.

Damanhuri, E. dan T. Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Institut Teknologi


Bandung.

Damanhuri, E 2 5 „Som Principal Issu s On Municipal Soli Wast


Mana m nt In In on sia‟ In In Expert Meeting On Waste Management
In Asia-Pacific Islands. Oct (Vol. 2729).

Damanhuri, E. 2006. Teknologi Dan Pengelolaan Sampah Kota di Indonesia.


Teknik Lingkungan - FTSL ITB.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Dewanto, K. 2017. Pelaksanaan Program Pelatihan Sampah di Rumah Pintar Ain


Kabupaten Gunung Kidul. Universitas Negeri Yogyakarta. Daerah
Istimewa Yogyakarta.

x
51

Djuli, M. dan S. Gumbira. 1988. Penanganan Dan Pemanfaatan Limbah Padat.


PT Melton Putra. Jakarta.

Faizah. 2008. Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi kasus
di Kota Yogyakarta) [tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu,


Jakarta.

Hapsari, R. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di


RSUD Dr Moewardi Surakarta. Universitas Diponegoro. Semarang.

Herlambang, A. S. Henky. W. Kusni. 2010. Produksi Gas Metana Dari


Pengolahan Sampah Perkotaan Dengan Sistem Sel. Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi. Pusat Teknologi Lingkungan. Bali.

Hidayah, U. 2015. Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah


Kabupaten Bangkala Dengan Bantuan Sistem Informasi Geografi.
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Surabaya.

Hidayat, N. 2006. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organic. Jakarta :


Penebar Swadaya.

Indriyani, S. 2012. Kinerja Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan


Jombang Kota Cilegon. Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Banten.

Jalaludin, A.M. 2015. Peran Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan


Pemakaman\(Dkpp). Pengelolaan Sampah Di Kota Tarakan.

Kodoatie, R, J. 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Murtadho, D. dan E. G. Said. 1987. Penanganan Dan Pemanfaatan Limbah Padat.


Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Kendari Pos. 04 Agustus 2017. Kendaripos.co.id/2017/08/04/mantap-tata-kelola-


tpa-sampah-puuwat-jadi-percontohan-nasional/. Diakses 05 Februari
2018.

Natosis, M, R. 2010. Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di


Kampung Nelayan Oespa Kupang. Semarang.

Nudin, I. 2013. Kebijakan Pernerintah Kabupaten Tangerang Tentang


Pengelolaan Sarnpah di TPA Jatiwaringin Tangerang. UIN Syarig
Hidayatullah. Jakarta.
52

Salamah, N., Z. Soesilo,. M. U. Chaezienul. 2014. Implementasi Program


Pengelolaan Sampah Berwawasa Lingkungan Melalui Pemanfaatan Gas
Metana. Universitas Brawijaya. Malang.

Subandi, D. 2006. Sampah, S suatu Yan “T rlupakan” Namun B r aya Guna,


Working Paper K3LH, PT. Pupuk Kaltim, TBK.

Subekti, S. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat.


Semarang.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Sujarweni, V, W. 20014. Metodologi Peneltian Lengkap, Praktis, dan MUdah


Dipahami. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Surjandari, I., H. Akhmad., dan S. Ade. 2009. Model Dinamis Pengelolaan


Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Fakultas Teknik.
Departemen Teknik Industri. Universitas Indonesia. Kampus UI Depok.
Jakarta.

Sulistyawati, M. 2014. Keberadaan TPS Ilegal di Kecamatan Godean Kabupaten


Sleman. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Ahmad Dahlan.
Yogyakarta.

Susilo, R, A. 2013. Kajian umur pakai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri
Cempo Kota Surakarta [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Suyoto, B. 2008. Rumah Tangga Peduli Lingkungan. Prima Media, Jakarta.


Tchobanoglous, G. dan F. Kreith. 2002. Handbook Of Solid Waste Management.
New York. USA.

Tchobanoglous, G., H. Teisen,. R. Eliasen. 1993. Integrated Solid Waste


Manajemen. Mc.Graw Hill.

Tosepu R. 2010. Kesehatan Lingkungan. Kendari : Penerbit Bintang Surabaya.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Prabowo, R. 2011. Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Gunung Tugel Purwakerto. Universitas Jendral Soedirman. Purwakerto.

Wardiha. M. W., Pradwi., Putri., Setyawati, Dan Muhajirin. 2013. Timbulan Dan
Komposisi Sampah di Kawasan Perkantoran dan Wisma. Balai
Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar. Pusat
Penelitian danPengembangan Permukiman. Bandung
53

Wibowo, H, E. 2010. Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Pemukiman


Di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Pontianak.

Widyati, R. dan Yuliarsih. 2002. Higiene Dan Sanitasi Umum Dan Perhotelan.
Gramedia, Jakarta.

Zulkifli, A. 2014. Pengelolaan Limbah Berkelanjutan.Graha Ilmu. Yogyakarta.


LAMPIRAN

x
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

54
55

Lampian 2. Dokumentasi Penelitian


Prosedur pengelolaan sampah di TPA Puuwatu

Pengangkutan sampah menggunakan Proses pemilihan sampah oganik bernilai


Dump Truck dari TPS ke TPA dan anoganik

Proses Pengurukan Tanah dan Penimbunan Sampah Untuk Proses Penangkapan


Gas Metan

Pipa penyaluran Gas Metan dari timbunan sampah ke mesin pembangkit listrik
dan kompor yang dimanfaatkan masyarakat.
56

Mesin Pembangkit Listrik Gas Metan Pada Kompor Rakitan

Sarana dan Prasana Pengelolaan sampah di TPA Puuwatu

Gerbang TPA Pembagian Zona Pengelolaan

Penampungan Sampah Pipa Gas Metana


57

Tempat Sampah Yang Telah Dipilah Tempat Pembuatan Kompos

Mesin Pembangkit Listrik Prosedur Penangkapan Gas Metana

Proses Penutupan Sampah Proses Pembuatan Kompos


58

Gas Metana Pada Kompor Rakitan Proses pemilihan sampah bernilai ekonomi

Exsavator Doser D6

Dump Truck Doser D3


59

Sampah Bernilai Ekonomi Kondisi TPA saat ini

Alat Pencacah Sampah Anorganik Alat Pencacah Sampah Organik

Proses Pengurukan Tanah dan Penimbunan Sampah Untuk Proses Penangkapan


Gas Metan
60

Kondisi Sekitar Penampungan Sampah Kondisi Antara Pemukiman dan TPA

Wawancara Kepada Pegawai TPA dan Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu


61
62

Lampiran 3. Perhitungan Manfaat Pengeloaan Sampah Terpadu di TPA Terhadap


Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu.
No Aspek Penilaian Jawaban Jawaban
Ya Tidak
Manfaat Ekonomi
1. Apakah pengelolaan sampah di TPA 44 13
meningkatkan prekonomian anda ?
2. Apakah pengelolaan sampah di TPA membantu 50 7
anda dalam memenuhi kebutuhan keluarga ?
3. Apakah anda membutuhkan pekerjaan lain 26 31
selain di TPA untuk mencukupi kebutuhan
keluarga anda ?
4. Dengan adanya pengelolaan sampah di TPA 34 13
apakah anda merasa puas dengan tersedianya
tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarga anda ?
5. Apakah ada perbedaan nilai beli disetiap jenis 52 5
sampah anorganik yang anda kumpulkan ?
6. Apakah ada perbedaan nilai beli sampah yang 55 2
telah dilakukan pengelolaan lanjutan dan yang
tidak ?
Manfaat Estetika
1. Apakah anda terganggu dengan tumpukan 2 55
sampah di TPA ?
2. Apakah anda terganggu dengan bau yang 27 30
dihasilkan TPA ?
3. Apakah anda terganggu dengan proses 1 56
pengelolaan sampah di TPA ?
4. Apakah anda terganggu dengan kondisi 6 51
lingkungan disekitar TPA ?
5. Apakah anda terganggu dengan kebisingan 21 36
yang ditimbulkan oleh proses pengelolaan di
TPA ?
6. Apakah anda merasa nyaman tingal di sekitar 49 8
TPA ?
Manfaat Kesehatan
1. Apakah ada kerja sama masyarakat dan 36 21
pengelola TPA untuk menjaga lingkungan
TPA ?
2. Apakah ada perbedaan dengan pengelolaan 56 1
sampah sebelumnya dan saat ini terhadap
kondisi lingkungan sekitar TPA ?
3. Apakah dengan adanya perbedaan kondisi 28 29
lingkungan tersebut berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat sekita TPA ?
63

4. Apakah masyarakat menjaga dan memelihara 48 9


kondisi lingkungan pemukiman ?
5. Apakah anda mengalamai penurunan daya 8 49
tahan tubuh dan terkena penyakit yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah seperti
Diar … ?
6. Apakah anggota keluarga anda terjangkit virus 16 41
yang disebabkan oleh pengelolaan sampah ?
Total 569 459

Nilai jawaban Ya = 1

1 x 100% = 100%

Nilai jawaban Tidak = 0

0 X 100% = 0% (tidak perlu dihitumg)

Total Jawaban Ya : Jumlah Semua Jawaban x 100%

569 : 1028 x 100% = 55,3 %


Lampiran 4. Karakteristik Informan Pegawai TPA dan Masyarakat Sekitar TPA Puuwatu

Pegawai TPA
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Pekerjaan

1 Abdullah syam 53 Laki-laki S1 Kepala Seksi Pengelolaan TPA


2 Jamal 37 Laki-laki SMA Pengawas Pengelolaan TPA
3 Suardin 44 Laki-laki SMP Operator Alat Berat

Masyarakat Sekitar TPA


No Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan Terakhir Pekerjaan Penghasilan Perbulan
(Tahun)
1. X1 Laki-laki 45 SMA Wiraswasta/Pedagang Rp. 2.000.000
2. X2 Laki-laki 29 SMA Pegawai TPA Rp. 1.500.000
3. X3 Laki-laki 42 SMP Buruh Bangunan Rp. 1.000.000
4. X4 Perempuan 36 SD Pemulung Rp. 800.000
5. X5 Perempuan 32 SMA Pemulung Rp. 900.000
6. X6 Laki-laki 52 SD Pemulung Rp. 1. 000.000
7. X7 Perempuan 39 SD Pemulung Rp. 800.000
8. X8 Perempuan 35 SD Pemulung Rp. 700.000
9. X9 Perempuan 37 SMA Pemulung Rp. 900.000
10. X10 Perempuan 22 SMP Pemulung Rp. 800.000
11. X11 Perempuan 25 SMA Pemulung Rp. 600.000
12. X12 Perempuan 34 SD Pemulung Rp. 500.000

64
13. X13 Perempuan 42 SD Pemulung Rp. 600.000
14. X14 Perempuan 42 SD Pemulung Rp. 800.000
15. X15 Laki-laki 45 SMP Pegawai TPA Rp. 1.500.000
16. X16 Laki-laki 62 SD Pemulung Rp. 800.000
17. X17 Laki-laki 25 SD Pemulung Rp. 1.400.000
18. X18 Perempuan 64 SD Pemulung Rp. 800.000
19. X19 Laki-laki 50 SD Pemulung Rp. 1. 000.000
20. X20 Laki-laki 57 SD Pemulung Rp. 600.000
21. X21 Laki-laki 21 SD Pemulung Rp. 1.200.000
22. X22 Laki-laki 54 SMA Pemulung Rp. 800.000
23.. X23 Laki-laki 26 SMA Pegawai TPA Rp. 1.400.000
24. X24 Laki-laki 44 SMA Wiraswasta/Pedagang Rp. 1.800.000
25. X25 Laki-laki 53 SMP Pemulung Rp. 1. 000.000
26. X26 Laki-laki 35 SD Pemulung Rp. 500.000
27. X27 Laki-laki 21 SMA Pegawai TPA Rp. 1. 200.000
28. X28 Laki-laki 40 SD Buruh Bangunan Rp. 900.000
29. X29 Perempuan 65 SD Pemulung Rp. 500.000
30. X30 Laki-laki 63 SD Pemulung Rp. 800.000
31. X31 Laki-laki 60 SD Pemulung Rp. 600.000
32. X32 Perempuan 40 SMA Wiraswasta/Bengkel Rp. 1. 500.000
33. X33 Laki-laki 60 SD Pemulung Rp. 1. 000.000
34. X34 Laki-laki 55 SD Pemulung Rp. 1. 000.000
35. X35 Laki-laki 45 SD Pegawai TPA Rp. 1. 200.000
36. X36 Laki-laki 51 SD Pemulung Rp. 800.000

65
37. X37 Laki-laki 36 SMA Pegawai TPA Rp. 1. 000.000
38. X38 Laki-laki 25 SMP Pegawai TPA Rp. 1. 000.000
39. X39 Laki-laki 44 SMP Pegawai TPA Rp. 1. 500.000
40. X40 Laki-laki 37 SMA Pegawai TPA Rp. 2. 800.000
41. X41 Laki-laki 47 SMP Pemulung Rp. 900.000
42. X42 Laki-laki 52 SD Pemulung Rp. 800.000
43. X43 Laki-laki 32 SMA Wiraswasta/Pedagang Rp. 2. 500.000
44. X44 Laki-laki 50 SD Pegawai TPA Rp. 1. 000.000
45. X45 Laki-laki 65 SD Pemulung Rp. 500.000
46. X46 Laki-laki 31 SMA Wiraswasta/Pedagang Rp. 1. 000.000
47. X47 Laki-laki 21 SMP Pegawai TPA Rp. 1. 140.000
48. X48 Laki-laki 31 SMP Pegawai TPA Rp. 1. 400.000
49. X49 Laki-laki 65 SD Pemulung Rp. 500.000
50. X50 Perempuan 22 S1 Pemulung Rp. 300.000
51. X51 Laki-laki 40 SD Pemulung Rp. 500.000
52. X52 Laki-laki 36 SMP Pegawai TPA Rp. 900.000
53. X53 Laki-laki 41 SMA Tukang Bangunan Rp. 500.000
54. X54 Laki-laki 34 SMP Pegawai TPA Rp. 900.000
55. X55 Laki-laki 44 SMA Pegawai TPA Rp. 500.000
56. X56 Laki-laki 48 SMA Wiraswasta/Bengkel Rp. 1. 400.000
57. X57 Laki-laki 56 SMA Pemulung Rp. 500.000

66
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Titin Agustianti Khamariah,

atau biasa dipanggil Titin dilahirkan pada tanggal 12

Agustus 1997 di Mowewe, Kecamatan Mowewe

Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penulis merupakan anak ke dua dari lima bersaudara

dari pasangan Bapak Drs. Kamurtang dan Ibu Haeriah.

Penulis mengawali jenjang pendidikan formal di SD Negeri 1 Solewatu pada

tahun 2002 selesai pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan

pada MTSs Al-Ikhlas Mowewe dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Mowewe dan menyelesaikan studi pada tahun 2014. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo. Penulis diterima

pada Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.

54

Anda mungkin juga menyukai