Disusun Oleh:
Kelompok 16
Asisten :
Indah Yuniar 21117045
LABORATORIUM HIDRAULIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
Institut Teknologi Sumatera Kelompok 16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan dan
menyusun laporan praktikum “Mekanika Fluida II”. Laporan ini berisikan tentang
hasil-hasil dari praktikum yang telah kami lakukan, yaitu:
1) Aliran Di Atas Pelimpah Ambang Lebar dan Tajam
2) Pintu Sorong dan Aliran Loncat
Laporan praktikum ini telah kami selesaikan dengan usaha yang semaksimal
mungkin dengan bantuan dari berbagai pihak yang telah memperlancar dan
mempermudah dalam penyusunan laporan kali ini. Oleh karena itu kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu
dalam penyusunan laporan praktikum Mekanika Fluida ini terutama kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga
dapat menjalankan praktikum dan menyelesaikan laporan praktikum dengan
baik.
2. Orang tua, yang telah memberikan doa dan restu sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
3. Mutiara Fajar, S.T., M.T,selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
“Mekanika Fluida II”.
4. Dr.Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono., selaku dosen pengajar mata kuliah
“Mekanika Fluida II”.
5. Novi Kartika Sari S.T., M.T., selaku dosen pengajar mata kuliah “Mekanika
Fluida II”.
6. Syahidus Syuhada, S.T., M.T. selaku kepala laboran laboratorium hidraulika
Teknik Sipil ITERA.
7. Dheny Saputra JP, S.T., selaku Laboran laboratorium Hidraulika Teknik Sipil
ITERA.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak.
Semoga laporan praktikum “Mekanika Fluida II” ini dapat memberikan manfaat
bagi mereka terutama yang tertarik di bidang fisika dan teknik lingkungan.
Praktikan
DAFTAR ISI
2.8. Analisis........................................................................................................ 55
2.9. Kesimpulan ................................................................................................. 56
2.10. Saran ............................................................................................................ 57
2.11. Daftar Pustaka ............................................................................................. 57
2.12. Gambar Alat ................................................................................................ 58
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
1.1. Pendahuluan
Dari suatu aliran dalam saluran terbuka, khususnya dalam hidraulika kita
mengenal aliran beraturan yang berubah tiba-tiba. Perubahan ini
disebabkan oleh adanya gangguan pada penampang saluran dalan arah
vertical, yaitu suatu perubahan penampang yang tegak lurus terhadap arah
aliran, misalnya bendungan, ambang pintu dan lainnya (Tachyan, 1992).
Pada bangunan pemampang ini pula, kita dapat memperoleh besar debit
dari taraf muka air yang direncanakan dan menjadi pengontrol untuk
mengalirkan air dengan debit sesuai kebutuhan (Sudjarwadi, 1987). Pada
praktikum ini kita akan mengetahui dampak adanya ambang pada aliran.
Kali ini kita akan menggunakan ambang lebar dan ambang tajam. Fungsi
penggunaan ambang lebar dan ambang tajam adalah :
1. Ambang tersebut menjadi model untuk diaplikasikan dalam
perancangan bangunan pelimpah pada waduk dan sebagainya.
2. Bentuk ambang ini adalah bentuk sederhana untuk meninggikan muka
air. Sebagai contoh aplikasi, air yang melewati ambang lebar akan
memiliki energi potensial yang lebih besar sehingga dapat dialirkan ke
tempat yang lebih jauh dan dapat mengairi daerah yang lebih luas.
2. Ambang Lebar
3. Meteran Taraf
4. Mistar
5. Meja Hidraulika
Berikut adalah landasan teori dari aliran melalui pelimpah ambang lebar
dan tajam.
Bangunan ukur ambang lebar merupakan salah satu alat ukur debit
yang banyak digunakan karena kokoh dan mudah dibuat.
Qaktual
v= ; A=b. y
A
v
Fr=
√g.y
v2
Es = y+
2g
Ambang tajam merupakan alat ukur debit pada aliran pada saluran
terbuka.Ambang tajam memiliki tekanan positif sepanjang
permukaan pada bagian dasar dan tekanan diatas akan negatif atau
tinggi. Bila aliran hulu melebihi puncak ambang tajam akan terjadi
kavitasi yang dapat merusak permukaan bendung.
Pada praktikum kali ini hanya membandingkan data dari tiga kali
percobaan dengan mengambil Qaktual yang berbeda setiap kali
percobaan. Dengan meningkatkan nilai Qaktual pada percobaan
kemudian didapatkan perbandingan dari Qaktual dengan Qteoritis.
1.7 Perhitungan
0,158
Fr2 = = 0,158
√0,1021×9,81
0,243
Fr3 = = 0,202
√0,147×9,81
e. Menghitung nilai Es
v2
Es = y+
2×g
0,0902
Es1 = 0,0829 + =0,084 m
2×9,81
0,1582
Es2 = 0,1021 + = 0,102 m
2×9,81
0,2432
Es3 = 0,147 + =0,150 m
2×9,81
f. Menghitung nilai Cd
Qaktual
Cd= 3
1,705 × l × H' 2
0,00065
Cd1 = 3 = 1,973
1,705 × 0,08 × 0,018 2
0,00129
Cd2 = 3 = 2,544
1,705 × 0,08 × 0,024 2
0,00241
Cd3 = 3 = 3,237
1,705 × 0,08 × 0,031 2
c. Menghitung nilai v
Q
v=
A
0,000701
v1 = = 0,097 m⁄s
0,0072
0,001478
v2 = = 0,181 m⁄s
0,00816
0,00249
v3 = = 0,251 m⁄s
0,00992
d. Menghitung nilai Fr
v
Fr =
√y×g
0,097
Fr1 = = 0,080
√0,15×9,81
0,181
Fr2 = = 0,180
√0,1035×9,81
0,251
Fr3 = = 0,205
√0,1528×9,81
e. Menghitung nilai Es
v2
Es = y+
2×9,81
0,0972
Es1 = 0,15 + = 0,150 m
2×9,81
0,181 2
Es2 = 0,1035 + = 0,105 m
2×9,81
0,2512
Es3 = 0,1528 + = 0,156 m
2×9,81
f. Menghitung nilai Cd
Qaktual
Cd= 3
2
× l × H' 2 × √2×g
3
0,000701
Cd1 = 3 = 2,142
2
3 ×0,05×0,077 × √2×9,81
2
0,001478
Cd2 = 3 = 2,25
2
3 ×0,05×0,087 × √2×9,81
2
0,00249
Cd3 = 3 = 0,019
2
3 ×0,05×0,0996 × √2×9,81
2
g. Menghitung Qteoritis
Qteoritis = l×H×v
Q teoritis1 = 0,05 × 0,077 × 0,097
= 0,000375 m3/s
Q teoritis2 = 0,05 × 0,087 × 0,181
= 0,000788 m3/s
Q teoritis3 = 0,05 × 0,996 × 0,251
= 0,0125 m3/s
1.7.1 Data Hasil Perhitungan Aliran di atas Ambang Lebar dan Ambang
Tajam
Berikut merupakan data yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik pada
jenis aliran diatas ambang lebar dan ambang tajam :
A. Ambang Lebar
B. Ambang Tajam :
Tabel 1.7.4. Data Hasil Qteoritis, Log Q, Log H, H/l, Q2/3, Qaktual
No Qteoritis Log Q Log H H/l Q 2/3 Qaktual
1 0,0003 -3,1542 -1,1135 1,54 0,0078 0,000701
2 0,0007 -2,8303 -1,0604 1,74 0,0129 0,001478
3 0,0125 -2,6038 -0,0017 19,92 0,0183 0,00249
Sumber:Data Hasil Perhitungan
h/l vs Cd
0,51 2,41447E-06;
0,5 0,505555556
0,49
0,48
0,47 1,2307E-06;
h/l
0,46 0,466666667
0,45
0,44 4,52227E-07;
0,43 0,433333333
0,42
0 0,0000005 0,000001 0,0000015 0,000002 0,0000025 0,000003
Cd
h vs Cd
0,092 2,41447E-06;
0,09 0,091
0,088
0,086
0,084 1,2307E-06;
h
0,084
0,082
0,08
4,52227E-07;
0,078
0,078
0,076
0 0,0000005 0,000001 0,0000015 0,000002 0,0000025 0,000003
Cd
h vs Q2/3
0,092 0,019562434;
0,09 0,091
0,088
0,086
0,013852782;
0,084
h
0,084
0,082
0,08
0,007846455;
0,078
0,078
0,076
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Q2/3
V vs A
0,3
0,00992;
0,25 0,274193548
0,2 0,00816;
0,198529412
0,15
V
0,1 0,0072;
0,095833333
0,05
0
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012
A
Log Q vs Log h
Log h 0
-1,12 -1,11 -1,1 -1,09 -1,08 -1,07 -1,06 -1,05 -1,04 -1,03
-0,5
-1
Log Q
-1,5
-1,075720714; - -1,040958608; - -2
2,790484985 2,565431096
-1,107905397; -
-2,5
3,161150909
-3
-3,5
Grafik 1.7.5. Hubungan Antara Log Q dan Log H pada Ambang Lebar
h/l vs Cd
2,5
2 4,80339E-05;
1,92
1,5
1,69697E-05;
h/l
4,73408E-06; 1,74
1 1,54
0,5
0
0 0,00001 0,00002 0,00003 0,00004 0,00005 0,00006
Cd
h vs Cd
0,12
0,1 4,80339E-05;
0,096
0,08
1,69697E-05;
0,06 4,73408E-06;
h
0,087
0,077
0,04
0,02
0
0 0,00001 0,00002 0,00003 0,00004 0,00005 0,00006
Cd
h vs Q2/3
0,12
0,1 0,020695708;
0,096
0,08
0,009358451; 0,013795773;
0,06
h
0,077 0,087
0,04
0,02
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Q2/3
V vs A
0,35
0,3 0,00992;
0,298387097
0,25
0,2 0,00816;
0,197303922
V
0,15 0,0072;
0,1 0,124861111
0,05
0
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012
A
1.8 Analisis
Analisis berikut ini kita bedakan menjadi dua poin yaitu ambang lebar
dan ambang tajam. Berikut hasil analisis dari percobaan kali ini.
Hubungan antara muka air dengan debit air dapat ditinjau melalui grafik
H vs Q2/3 yang menunjukkan grafik naik secara konstan. Dapat
disimpulkan bahwa H dan Q2/3 berbanding lurus, dimana nilai Q2/3 akan
bertambah ketika nilai H bertambah dan begitu juga sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena nilai Q2/3 besar, air mengalir diambang akan deras dan
menyebabkan volume air di hulu meningkat, sehingga air di hulu akan naik
secara signifikan dan akan membuat tinggi air di hulu semakin besar.
1.9. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari percobaan aliran di atas pelimpah
ambang lebar dan tajam adalah:
1. Dari grafik hubungan antara Q dan H dapat dilihat bahwa semakin
besar nilai Q maka nilai H semakin besar.
2. Dari grafik hubungan antara Cd dan H dapat dilihat bahwa semakin
besar nilai Cd akan semakin besar nilai H.
3. Pengaplikasian percobaan ini pada bangunan air seperti bendungan,
saluran irigasi dan drainase.
1.10. Saran
Untuk hasil pratikum yang lebih baik lagi, terdapat beberapa saran pada
percobaan aliran di atas pelimpah ambang lebar dan tajam sebagai
berikut:
1. Alat peraga diharapkan lebih bersih.
2. Praktikan harus lebih teliti dalam mengamati data.
1.12. Lampiran
Gambar 1.12.1 Satu Set Alat Peraga Ambang Lebar dan Ambang Tajam
2.1. Pendahuluan
Pintu sorong merupakan sebuah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pada
bangunan air, pintu pembilas merupakan sebuah aplikasi dari pintu sorong.
Aliran setelah pintu sorong mengalami perubahan kondisi dari subkritis ke
super kritis. Air loncat/lompatan hidraulik (hydraulic jump) merupakan
sebuah peristiwa yang terjadi pada lokasi yang lebih hilir. Air loncat sendiri
memiliki sifat aliran yang menggerus. Dengan adanya pintu sorong ini
dapat menyebabkan terjadinya gerusan pada saluran di hilir pintu sorong.
Oleh karena itu, diperlukan perhitungan untuk desain saluran pada hilir
saluran agar tahan terhadap gerusan air akibat adanya pintu sorong. Secara
fisik profil aliran pada pintu sorong dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1.1. Profil Aliran pada Pintu Sorong dan Air Loncat
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai
berikut :
Pintu sorong yang akan digunakan dalam percobaan ini merupakan pintu air
gesek tegak dengan tipe aliran bawah. Pada rancangan pintu sorong jenis
ini, hal yang menjadi perhatian utama adalah hubungan antara debit dengan
distribusi tekanan pada pintu dan bentuk pinggiran pintu. Namun karena
rancangan pinggiran pintu air sangat bervariasi, oleh karena itu lebih
berfokus pada hubungan debit dan distribusi tekanan (seperti disebutkan
dalam tujuan praktikum).
(ρr-ρa).(1/4πd21 )2 .2g∆h
Q=
√ d1 4
[(d2) -1] ρa
Keterangan :
d1 = 3,15 cm
d2 = 2,00 cm
g = 9,81 m/s2
ρair = 1,00 gr/cm2 pada suhu 0° C
ρHg = 13,60 gr/cm2
Y1 QA
cc = dan cv =
Yg QT
2.g.Yo
QA = b Cc .Cv .Yg √ C c Yg
( +1)
Yo
Keterangan:
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/detik2
b = lebar saluran = 8 cm
Fh = 0,5 ρ g (Y0- Yg )2
h = Yo -Yg
Y2 ρQ2 Y
Fg = [ 0,5 ρ g Y21 ( 02 - 1)] + [bY (1- 1 )]
Y1 1 Y2
Keterangan:
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
b = lebarsaluran = 8 cm
Aliran pada pintu sorong adalah aliran yang tak tunak, berubah tiba-
tiba sehingga muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis
menjadi super kritis. Aliran yang keluar dari pintu biasanya
mempunyai semburan dengan kecepatan tinggi yang dapat mengikis
dasar saluran ke arah hilir. Peristiwa ini disebut air loncat dan sering
terjadi pada saluran di hilir kolam pembilas atau di kaki pelimpah.
V
Fr =
√g.y
yb 1
= [ √1+8. Fra 2 )+1 ]
ya 2
(Yb -Ya )3
∆h=
4.Ya .Yb
V2
E=Y+ 2g
Keterangan:
E = energi spesifik pada titik tinjauan (m)
y = kedalaman air di titik yang ditinjau (m)
V = kecepatan air di titik yang ditinjau (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
3 Q2
Yc = √
2 g b2
3
Eminimum = 2 Yc
a. Pintu sorong dan flume dikalibrasikan terlebih dahulu pada titik nol
terhadap dasar saluran.
b. Nyalakan mesin dari satu set alat saluran terbuka dengan memutar
putaran yang di samping kotak dan menekan tombol hijau.
Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y1, Ya, Xa dan Xb dimana:
a). Yo = Tinggi muka air di hulu pintu sorong.
b). Yg = Tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar.
c). Y1 = Tinggi muka air terendah dihilir sorong.
d). Y2 = Tinggi muka air tertinggi dihilir sorong.
e). Ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat.
f). Yb = Tinggi muka air tepat sesudah air loncat.
g). Xa = Kedudukan Horizontal Ya dari titik nol saluran.
f). Xb = Kedudukan horizontal Yb dari titik nol saluran.
e). Percobaan dilakukan 3 kali dengan mengubah tinggi bukan pintu.
Gambar 2.5.1.5. Mengukur Tinggi Muka Air Sebelum Melewati Pintu Sorong
a) Pintu sorong dan flume dikalibrasikan dahulu pada titik nol terhadap
dasar saluran.
b) Nyalakan mesin dari satu set alat saluran terbuka dengan memutar
putaran yang di samping kotak dan menekan tombol hijau.
e) Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y1, Ya, Xa dan Xb dimana:
a). Yo = Tinggi muka air di hulu pintu sorong.
b). Yg = Tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar.
c). Y1 = Tinggi muka air terendah dihilir sorong.
d). Y2 = Tinggi muka air tertinggi dihilir sorong.
e). Ya = Tinggi muka air tepat sebelum air loncat.
f). Yb = Tinggi muka air tepat sesudah air loncat.
g). Xa = Kedudukan horizontal Ya dari titik nol saluran.
f). Xb = Kedudukan horizontal Yb dari titik nol saluran.
Gambar 2.5.1.5. Mengukur Tinggi Muka Air Sebelum Melewati Pintu Sorong
Diketahui:
Lebar saluran = 8 cm = 0,08 m
g = 9,81 m2 /s
ρ =1000 kg/m3
Tabel 2.6.1 Data Hasil Percobaan Debit Berubah Pintu Sorong Tetap.
Praktikum pintu sorong
Praktikum Air Loncat Debit
(cm)
Perc Yg(m) Yo(m) Y1(m) Xa(m) Ya(m) Xb(m) Yb(m) Q
1 0.39 0.790 0.32 0.36 0.29 1.26 0.64 0.0022
2 0.39 0.960 0.03 0,95 0.34 1.7 0.65 0.0025
3 0.39 1.090 0.29 1.27 0.31 2.08 0.69 0.0027
Sumber : Data hasil percobaan
Tabel 2.6.2 Data Hasil Percobaan Debit Tetap Pintu Sorong Berubah.
Ya
Perc Yg(m) Y0(m) Y1(m) Xa(m) Xb(m) Yb(m) Q
(m)
1 0.04 0.11 0.28 1.24 0.49 1.68 0.07 0.003
2 0.43 0.95 0.32 0.95 0.46 6 0.68 0.003
3 0.46 0.78 0.35 0.12 0.04 0.25 0.67 0.003
Sumber : Data hasil percobaan
2.7. Perhitungan
Debit Tetap Pintu Sorong Berubah Pada Pintu Sorong dan Air Loncat
a. Debit Teoritis (Qt)
2 g y0
Qteori = b Y1√
y1
1+ y0
m2
2 x 9,81 s x 0,11 m
Qt1 = 0,08 m x 0,28 m√ = 0,0485 m3 /s
0,28 m
1+ 0,11m
m2
2 x 9,81 s x 0,95 m
Qt2 = 0,08 m x 0,32 m√ = 0,1115 m3 /s
0,32 m
1+ 0,95 m
m2
2 x 9,81 s x 0,78 m
Qt3 = 0,08 m x 0,35 m√ = 0,1111 m3 /s
0,29 m
1+
0,78 m
0,003 m3 /s
Cv2 = = 0,0269
0,1115 m3 /s
0,0027 m3 /s
Cv3 = = 0,0269
0,1111 m3 /s
Y1
Cc= Yg
0,28 m
Cc1 = =7
0,04 m
0,32 m
Cc2 = = 0,7441
0,43 m
0,35 m
Cc3 = = 0,7608
0,46 m
2 g y0
Qa = b.Cc.Cv.Yg √
Cc.Yg
y0 +1
9,81m2
2x
Qa1 = 0,08 ×7×0,0617×0,04√ s x0,11 m = 0,0014 m3 /s
7 x 0,04 m
0,11 m +1
9,81m2
2x
Qa2 = 0,08 × 0,7411×0,0269×0,43 √ s x0,95 m = 0,0017 m3 /s
0,7411 x 0,43 m
+1
0,95 m
9,81m2
2x x0,78 m
Qa3 =0,08 × 0,7608×0,0269×0,46√ 0,7608s x 0,46 m =0,0021 m3 /s
+1
0,78 m
Fh = 0,5 ρ g (Yo-Yg)2
2 Yo2 ρQ Y1
Fg = [0,5 ρ g Y1 ( 2 − 1)] + [ (1 − )]
Y1 b Y1 Yg
= 388,2015
= 3927,5602
= 2386,4780
Q
Fr=
b Xa g Ya
0,003 m3 /s
Fr1 = = 0,2235
m2
0,08 m x 1,24 m x 9,81 s x 0,49 m
0,003 m3 /s
𝐹𝑟2 = = 0,1607
m2
0,08 m x 0,95 m x 9,81 s x 0,46 m
0,003 m3 /s
𝐹𝑟3 = = 0,0017
m2
0,08 m x 0,12 m x 9,81 s x 0,04 m
Yb
h. Perbandingan Kedalaman di hulu dan hilir ( )
Ya
Yb 1
= (√(1+8 Fr2 )-1)
Ya 2
Yb 1
1 = (√(1+8 (0,2235)2 )-1) = 0,1428
Ya 2
Yb 1
2 = (√(1+8 (0,1607)2 )-1) = 1,4782
Ya 2
Yb 1
3 = (√(1 + 8 (0,0017)2 )-1) = 16,7500
Ya 2
(Yb-Ya)2
∆h=
4 Ya x Yb
(0,07m-0,49 m)2
∆ℎ1 = = 0,0015
4 x 0,49 m x 0,07 m
(0,068m-0,46 m)2
∆ℎ2 = = 0,0037
4 x 0,46 m x 0,68 m
(0,67m-0,04 m)2
∆ℎ3 = = 0,0026
4 x 0,04 m x 0,67 m
Yb 0,07 m
( ) = =0,1428
Ya 1 0,49 m
Yb 0,08 m
( ) = =1,4782
Ya 2 0,46 m
Yb 0,67 m
( ) = =16,7500
Ya 3 0,04 m
k. Menghitung Yg/Y0
Yg 0,04 m
( ) = = 0,3636
Y0 1 0,11 m
Yg 0,43 m
( ) = = 0,4526
Y0 2 0,95 m
Yg 0,46 m
( ) = = 0,5897
Y0 3 0,78 m
l. Menghitung Fg/Fh
Fg -388,2015 N
( ) = = -16,1518
Fh 1 24,0345 N
Fg 3927,5602 N
( ) = = 2,9612
Fh 2 1326,312 N
Fg 2386,4780 N
( ) = = 4,7513
Fh 1 502,272 N
3 Q2
Yc = √
2 g b2
2
m3
3 (0,003 s )
YC1 =√ 2 = 0,001416114
m2
2 x 9,81 s x (0,08 m)
2
m3
3 (0,003 s )
YC2 = √ 2 = 0,001416114
m2
2 x 9,81 s x (0,08 m)
2
m3
3 (0,003 s )
YC3 = √ 2 = 0,001416114
m2
2 x 9,81 s x (0,08 m)
3
Emin = x Yc
2
3
Emin = x 0,0014 = 0,0021
2
3
Emin = x 0,0014 = 0,0021
2
3
Emin= x 0,0014 = 0,0021
2
• Debit Berubah Pintu Sorong Tetap pada Pintu Sorong dan Air Loncat
2 g y0
Qteori = b Y1√
y1
1+ y0
m2
2 x 9,81 s x 0,790 m
Qt1 = 0,08 m x 0,32 m√ = 0,1020 m3 /s
0,32 m
1+ 0,790 m
m2
2 x 9,81 s x 0,960 m
Qt2 = 0,08 m x 0,03 m√ = 0,0104 m3 /s
0,03 m
1+ 0,960 m
m2
2 x 9,81 s x 0, 090 m
Qt3 = 0,08 m x 0,29 m√ = 0,1079 m3 /s
0,29 m
1+ 0,090 m
Qperc
Cv =
Qt
0,0022 m3 /s
Cv 1= = 0,0215
0,1020 m3 /s
0,0025 m3 /s
Cv2 = = 0,2398
0,0104 m3 /s
0,0027 m3 /s
Cv3 = = 0,0250
0,1079 m3 /s
0,32 m
Cc1 = = 0,8205
0,39 m
0,03 m
Cc2 = = 0,0769
0,39 m
0,29 m
Cc3 = = 0,7435
0,39 m
2 g y0
Qa = b.Cc.Cv.Yg √
Cc.Yg
y0 +1
9,81
2 x s x0,790 m
Qa1 = 0,08 × 0,8205×0,0215×0,39√ = 0,0013
0,8205 x 0,39 m
+1
0,790 m
9,81
2 x s x0,960 m
Qa2 = 0,08 × 0,0769×0,2395×0,39 √ = 0,0037
0,0,0769 x 0,39m
+1
0,960 m
9,81
2 x s x0,090 m
Qa3 = 0,08 × 0,7435×0,0250×0,39√ = 0,0012
0,7435 x 0,39 m
+1
0,090 m
Fh = 0,5 ρ g (Yo-Yg)2
2 Yo2 ρQ Y1
Fg = [0,5 ρ g Y1 ( 2 − 1)] + [
(1 − )]
Y1 b Y1 Yg
= 2560,5179
= 4516,8988
Fg3
1,090 1000 x 0,1076 0,29
= [0,5×1000 ×9,81x (0,29 m)2 ( -1)] + [ (1- )]
0,29 0,08 x 0,29 0,39
=5417,6296
0,0022 m3 /s
Fr1 = = 0,0281
m2
0,08 m x 0,36 m x 9,81 s x 0,29 m
0,0025 m3 /s
𝐹𝑟2 = = 0,0990
m2
0,08 m x 0,95 m x 9,81 s x 0,34 m
0,0027 m3 /s
𝐹𝑟3 = = 0,1303
m2
0,08 m x 1,27 m x 9,81 s x 0,31 m
Yb
h. Perbandingan Kedalaman di hulu dan hilir ( )
Ya
Yb 1
= (√(1+8 Fr2 )-1)
Ya 2
Yb 1
1 = (√(1+8 (0,0281)2 )-1) = 2,2068
Ya 2
Yb 1
2 = (√(1+8 (0,0990)2 )-1) = 1,9117
Ya 2
Yb 1
3 = (√(1 + 8 (0,1303)2 )-1) = 0,2258
Ya 2
(Yb-Ya)2
∆h=
4 Ya x Yb
(0,64 m-0,29 m)2
∆ℎ1 = = 0,0056
4 x 0,29 m x 0,64 m
Yb 0,64 m
( ) = = 2,2068
Ya 1 0,29 m
Yb 0,65 m
( ) = = 1,9117
Ya 2 0,34 m
Yb 0,69 m
( ) = = 2,2258
Ya 3 0,31 m
k. Menghitung Yg/Y0
Yg 0,39 m
( ) = = 0,4936
Y0 1 0,790 m
Yg 0,39 m
( ) = = 0,40625
Y0 2 0,960 m
Yg 0,39 m
( ) = = 0,3577
Y0 3 1,090 m
l. Menghitung Fg/Fh
Fg 2560,5179 N
( ) = = 3,2626
Fh 1 784, 8 N
Fg 4516,8988N
( ) = = 2,8343
Fh 2 1593,6345 N
Fg 5417,6296 N
( ) = = 2,2541
Fh 1 2403,45 N
3 Q2
Yc = √
2 g b2
2
m3
3 (0,0022 s )
YC1 =√ 2 = 0,0007
m2
2 x 9,81 s x (0,08 m)
2
m3
3 (0,0025 s )
YC2 = √ 2 = 0,0009
m2
2 x 9,81 x (0,08 m)
s
2
m3
3 (0,0027 s )
YC3 = √ 2 = 0,0011
m2
2 x 9,81 s x (0,08 m)
3
Emin= x Yc
2
3
Emin = 2 x 0,0007 = 0,0011
3
Emin = 2 x 0,0009 = 0,0014
3
Emin = 2 x 0,0011 = 0,0017
Tabel. 2.7.1 Data Nilai Pintu Sorong dengan Debit Tidak Berubah
Yb/Ya
No Qt Cv Cc Qa Fh Fg
(perc)
1 0,0485 0,0617 7 0,0014 24,0345 -388,2015 0,1428
2 0,1115 0,0269 0,744 0,0017 1326,312 1023,683 1,4782
3 0,1111 0,0269 0,760 0,0021 502,272 923,689 16,750
Sumber:Data Hasil Perhitungan
Cc vs Yg/Yo
0,9
0,493670886;
0,8 0,357798165; 0,820512821
0,7 0,743589744
0,6
0,5
Cc 0,4
0,3
0,2
0,1 0,40625;
0 0,076923077
0,35 0,37 0,39 0,41 0,43 0,45 0,47 0,49
Yg/Yo
Cv vs Yg/Yo
0,3
0,25 0,40625;
0,239819047
0,2
Cv
0,15
0,493670886;
0,1
0,021548535
0,357798165;
0,05
0,025010837
0
0,35 0,37 0,39 0,41 0,43 0,45 0,47 0,49 0,51
Yg/Yo
Cv vs Fh
0,3
0,25 1593,6345;
0,239819047
0,2
Cv
0,15
0,1 2403,45;
0,025010837
0,05
784,8;
0 0,021548535
500 1000 1500 2000 2500
Yg/Yo
Fg/Fh vs Yg/Yo
3,500000000 0,493670886;
0,40625;
3,000000000 2,834338040 3,262637598
2,500000000
2,000000000
Fg/Fh
0,357798165;
1,500000000 2,254105397
1,000000000
0,500000000
0,000000000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Yg/Yo
Yb/Ya(teori) vs Yb/Ya(percobaan)
0,035
0,03
1,91176471; 2,22580645;
0,025 0,019239634 0,032899429
0,02
Cc
0,015
0,01 2,20689655;
0,00158397
0,005
0
1,850000001,900000001,950000002,000000002,050000002,100000002,150000002,200000002,25000000
Yg/Yo
Grafik 2.6.5. Hubungan Antara Yb/Ya Percobaan dan Yb/Ya Teori pada Debit
Tetap
Yb/Ya vs Fr
2,25000000 0,130349149;
0,02816451; 2,22580645
2,20000000 2,20689655
2,15000000
Cc 2,10000000
2,05000000
2,00000000
1,95000000
0,099019688;
1,90000000 1,91176471
1,85000000
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14
Yg/Yo
Yc vs E minimum
0,0014
0,0012 0,001720579;
0,001147053
0,001
0,0008
Fg/Fh
0,001475119;
0,0006
0,001142332; 0,000983413
0,0004 0,000761555
0,0002
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Yg/Yo
Cc vs Yg/Yo
8
7 0,363636364; 7
6
5
Cc
4
3
2 0,452631579;
0,744186047
1 0,58974359;
0,760869565
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Yg/Yo
Cv vs Yg/Yo
0,07
0,363636364;
0,06 0,06175264
0,05
0,04
Cv
Cv vs Fh
0,07
24,0345;
0,06 0,06175264
0,05
0,04 1326,312;
Cv
0,026901764
0,03
0,02 502,272;
0,01 0,026995476
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Yg/Yo
Fg/Fh vs Yg/Yo
10,000000000
0,452631579;
5,000000000 0,58974359;
2,961264218
4,751365967
0,000000000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Fg/Fh
-5,000000000
-10,000000000
-15,000000000 0,363636364; -
16,151844224
-20,000000000
Yg/Yo
Grafik 2.6.11 Hubungan Antara Fg/Fh dan Yg/Yo dengan Debit Berubah
Yb/Ya(teori) vs Yb/Ya(percobaan)
0,1
0,14285714;
0,09 0,091543017
0,08
0,07
0,06 1,47826087;
Cc 0,049261722
0,05
0,04
0,03
0,02
16,75000000;
0,01 6,23606E-06
0
0,00000000 5,00000000 10,00000000 15,00000000 20,00000000
Yg/Yo
Grafik 2.6.12 Hubungan Antara Yb/Ya Teori dan Yb/Ya Percobaan dengan Debit
Berubah
Yb/Ya vs Fr
18,00000000 0,0017658;
16,00000000 16,75000000
14,00000000
12,00000000
10,00000000
Cc
8,00000000
0,160761375;
6,00000000
1,47826087
4,00000000 0,22352085;
2,00000000 0,14285714
0,00000000
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Yg/Yo
Grafik 2.6.13 Hubungan Antara Yb/Ya Teori dan Fr dengan Debit Berubah
Yc vs E minimum
10,000000000
0,452631579;
5,000000000 2,961264218 0,58974359;
4,751365967
0,000000000
Fg/Fh 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
-5,000000000
-10,000000000
-15,000000000 0,363636364; -
16,151844224
-20,000000000
Yg/Yo
2.8. Analisis
Pada percobaan ini didapatkan profil aliran air loncat. Profil aliran air loncat
ditunjukan dengan nilai bilangan Froude, serta ditentukan berdasarkan
balok berpenampang. Jenis aliran dapat juga ditentukan dengan bilangan
Froude. Jika bilangan Froude < 1 maka aliran tersebut subkritis. Jika
bilangan Froude = 0 maka aliran tersebut kritis. Jika bilangan Froude >1
maka aliran tersebut superkritis. Pembentukan air loncat sangat dipengaruhi
oleh kedalaman air di hilir pintu sorong (Yb). Semakin rendah nilai Yb maka
akan menghasilkan air loncat yang semakin tinggi. Dari data yang diperoleh,
dapat dihitung besarnya nilai kehilangan energi akibat air loncat yang
terjadi. Selain itu, dapat dihitung juga kedalaman kritis (Yc) dari energi (E).
Nilai Yc berbanding lurus dengan nilai E yang dihasilkan.
2.9. Kesimpulan
Dari praktikum pintu sorong dan air loncat dapat disimpulkan bahwa :
1. Sifat aliran yang melalui pintu sorong ada tiga macam, antara lain :aliran
subkritis, aliran kritis, dan aliran super kritis. Aliran subkritis adalah
aliran yang mengalir secara lambat. Aliran kritis yaitu peralihan dari
aliran subkritis kealiran super kritis. Aliran super kritis adalah aliran yang
mengalir secara cepat.
2. Bentuk air loncat berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu memiliki
ketinggian yang berbeda antara air loncat pertama dengan air loncat
kedua, karena percobaan yang dilakukan untuk debit yang berubah-ubah
maupun dengan mengatur bukaan pintu sorong yang memiliki ketinggian
yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan praktikum besar nilai kedalaman kritis pada debit tetap, dan
nilai debit air yang berubah secara berurutan.
2.10. Saran
Untuk hasil praktikum yang lebih baik lagi, terdapat beberapa saran pada
percobaan pintu sorong dan air loncat :
1. Praktikan harus lebih teliti dalam mengamati data.
2. Pada saat praktikum diharapkan lebih serius dan tepat waktu agar tidak
mengganggu kelancaran praktikum.
2.12. Lampiran
Gambar 2.12.1 Satu Set Alat Peraga Pintu Sorong dan Air Loncat