Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Air sebagai kebutuhan dasar manusia memiliki peranan penting dalam

menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan air minum adalah harga mutlak

yang harus dipenuhi. Dewasa ini, ketersediaan air minum untuk kebutuhan

manusia mengalami berbagai kendala dari mulai permasalahan kualitas air,

kuantitas dan kontinuitas air minum. Walaupun seperti kita ketahui bahwa

sudah banyak kemajuan dan pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

yang membuat sistem disstribusai air minum modern yang murah dan dapat

dipercaya seperti saat ini jika kita bandingkan dengan keadaan beberapa

dekade ke belakang (Walsky, 2006).

Selain itu Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah

tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan

air bersih akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia.

Dengan adanya pertumbuhan penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat

baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air

bersih pun akan meningkat. Lingkungan dengan kepadatan tinggi akan

mengurangi kemudahan akses air bersih karena masyarakat yang sebelumnya

dapat memperoleh air bersih dari sumur gali, menjadi kesulitan akibat

terbatasnya lahan. Selain itu faktor kondisi alam juga mempengaruhi akses air

bersih. Daerah tertentu karena kondisi kontur dan tanahnya menjadi sulit

mendapatkan air bersih. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah

dengan memanfaatkan pelayanan PDAM. Dalam upaya penyediaan air bersih,

1
jaringan distribusi merupakan hal yang penting. Karena jaringan distribusi

inilah yang menyalurkan air dari instalasi produksi menuju ke masyarakat.

Berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan air bersih di masa mendatang,

PDAM Kabupaten Trenggalek dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan

air bersih tersebut, dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan

serta tekanan air yang mencukukpi. Tanpa jaringan distribusi yang mencukupi

maka hal tersebut tidak akan mampu dipenuhi oleh PDAM. Dari hal-hal

tersebut diatas maka perlu adanya pengembangan jaringan distribusi air bersih

PDAM untuk memenuhinya.

1.2.Rumusan masalah

Bagaimana tatacara mendistribusian air PDAM Kota Surabaya

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

1.3.1.1.Memepelajari pendistribusian air PDAM Kota Surabaya

1.3.2. Tujan khusus

1.3.2.1.Mempelajari gambaran umum PDAM Kota Surabaya

1.3.2.2.Mempelajari sistem pendistribusian air PDAMKota Surabaya

1.3.2.3.Mempelajari daerah pendstribusian air PDAM Kota Surabaya

1.3.2.4.Mempelajari upaya penanganan Masalah kehilangan air di unit distribusi

Kota Surabaya

1.3.2.5.Menpelajari kualitas air PDAM Kota Surabaya

1.3.2.6.Mempelajari keterbatasan kunjungan PDAM Kota Surabaya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air

bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan

airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari

segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis,

sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan

Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.

2.2 Syarat Air Bersih


Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.

Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif

dan persyaratan kontinuitas.

2.2.1. Persyaratan Kualitatif.

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku

air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia,

persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut

berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan

bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:

1. Syarat-syarat fisik.

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara

3
atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas

yang diperbolehkan 25oC 3OC.

2. Syarat-syarat kimia.

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam

jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara

lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan,

kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),

chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

3. Syarat-syaratbakteriologis danmikrobiologis.

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik

yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai

dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.

4. Syarat-syarat radiologis.

Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung

radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2.2.2. Persyaratan Kuantitatif (Debit).

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah

penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari

4
standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah

kebutuhan air bersih.

2.2.3. Persyaratan Kontinuitas.

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus

dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau

maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih

harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air

tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi

pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat

kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan

aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.Prioritas pemakaian

air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas

kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 18.00 WIB. Kontinuitas aliran sangat

penting ditinjau dari dua aspek.Pertama adalah kebutuhan konsumen.

Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan

pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan

pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir

pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu

kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6

1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan

juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa

distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan

5
sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran

terpenuhi.

2.3 Kualitas Air Bersih

Syarat dari air bersih, secara terperinci telah diatur pada Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010, dimana pada peraturan tersebut kualitas air bersih

khususnya air minum diatur berdasarkan nilai kandungan maksimum dari parameter

parameter Yang berhubungan langsung dengan kesehatan seperti parameter

mikrobiologi dan kimia Anorganik dan parameter yang tidak berhubungan langsung

dengan kesehatan seperti parameter fisik dan kimiawi.

2.4 Pengolahan Air Bersih


Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini

menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat

syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan

standar kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas

Air Minum.

2.5 Proses Koagulasi

Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang

tersuspensi didalam air baku karena adanya pencampuran yang merata

dengan senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat. Ada

tiga factor yang mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi, yaitu :

1. Jenis koagulan yang dipakai

6
2. Dosis pembubuhan koagulan

3. Proses pengadukan

2.5.1 Jenis Koagulan

Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan criteria desain

dari system pengadukan serta system flokulasi yang efektif. Jenis

koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan

koagulan polimer kationik. Contoh koagulan garam logam diantaranya

adalah :

a. Aluminium Sulfat atau Tawas (Al3(SO4)2.14H2O)

b. Feri Khlorida (FeCl3)

c. Feri Sulfat (Fe2(SO4)3)

2.5.2 Dosis Koagulan

Standar kualitas air bersih yang ada diIndonesia saat ini

menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum

menggunakan Kepmenkes RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum.

2.6 Sistem Distribusi

7
Sistem pendistribusian adalah sistem yang langsung berhubungan dengan

Konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah

memenuhui syarat ke daerah pelayanan. Sistem ini meliputi sistem perpipaan

dan kelengkapannya, Hidran, Tekanan tersedia, sisitem pemompa dan

reservoir distributor.

Sisitem ini terdiri dari perpompaan, Katup-katup dan Pompa yang

membawa air yang telah di kelola di instalasi pengelolaan ke pemukiman,

kantor-kantor, dan indutri. Air dalam sisitem ini juga termasuk fasilitas

penampung air yang telah di kelolah, di gunakan pada saat kebutuhan air lebih

besar dari suplay instalasi, meter air untuk mengukur banyaknya iar yang di

gunakan dan keran kebakaran.

Dua hal yang harus di perhatikan dalan sistem ini adalah jumlah air yang

akan mdisitribusikan dan tekanan yang cukup agara air dapat masuk ke area

pelayanan, serta menjaga kualitas air yang aman sampai ke area pelayanan.

Sistem pendidtribusian air ke masyarakat dapat dilakukan dengan cara

langsung dengan gravitasi, mauppun dengan sisitem pompa, pembagian air

dilakuakan dengan ipa-pipa air distribusi seperti:

- Pipa primer, tidak di kenankan untuk melakukan tapping

- Pipa sekunder, di kenakan tapping untuk ketentuan tertentu, seperti fire

hidran, bandara pelabuan dll

- Pipa tersier, di kenakan tapping untuk pendistribusian air ke

masyarakat melalui pipa kuarter

2.7 Sistem Pengaliran

8
Distribusi air dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, tergantung

konsdisi tropografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen.

Ditribusi secara gravitasi dapat di gunakan untuk menyuplai air ke konsumen

dengan tekanan yang mencukupi. Berikut penjelasan dan gambar dari

masing-masing sisitem aliran aier bersih:

a. Cara gravitasi

Cara gravitasi dapat digunakan bila elevasi sumber air mempunyai

keberadaan yang cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,

sehingga tekananyang di perlukan dapat dipertahankan. Cara ini dirasa

cukup ekonomis karena memanfaatkan tinggi lokasi.

b. Cara pompa

Cara ini digunakan untuk meningkatkan tekanan yang di perlukan

untuk mendistribusikan aie dari reservoir ke konsumen. Cara ini

digunakan di daerah pelayanan yang merupakan daerah datar dan tidak

ada daerah berbukit

c. Cara gabungan

Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan

tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dari pada

konsisi darurat, misalnya aterjadi kebakaran atau tidak adanya energi.

Selama periode pemakaian tendah sisa air di alirkan dan disimpan ke

reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan untuk

cadangan air selama periode pemaikaian tinggi atau pemakaian

puncak, maka pompa dapat di oprasikan kan pada kapasitas rata-rata.

9
2.8 Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan

digunakan untuk untuk air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh

kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan biasanya

diklasifikasikan sebagai :

10
a. Sistem Cabang (Branch)

Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) mempunyai cabang

sebuah pohon. Pada pipa induk utama (primary feeers), tersambung

pipa induk sekunde (secondary feeders), dan pada pipa induk sekunder

tersebut pipa pelayanan utama (small distributions mains) yang

berhubungan dengan penyedian air air dalam gedung. Dalam pipa

dengan jalur buntu, arah aliran air selalu sama dan suatu arealo

mendapat saplay air dari satu ipa tunggal.

Kelebihan :

1. Sistem ini sederhana dan desai9n jaringan perpipaannya juga

sederhana.

2. Cocok untuk yang sedang berkembang

Pengembilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung

dengan mudah.

3. Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan

4. Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang

terbatas

5. Membutuhkan beberapa katup untuk mengoprasikan sistem

Kekurangan :

1. Saat terjadi kerusakan air tidak tersedia untuk sementara waktu

2. Tidak cukup air untuk memadamkan api karna iar hanya pipa

tunggal

11
3. Pada jalur tertentu mungkin terjadi pencemaran dan

sedimentasijika tidak dilakukan penggelontoran

4. Tekanan tidak mencukupi ketika dilakukan perubahan area

kedalam sistem penyedian air minum

b. Sistem gridiron

Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak pada kotaki dengan

pipa induk utama, pipa induk sekunder serta pipa induk pertama saling

berhubungan. Sistem ini paling banyak digunakan

Kelebihan :

1. Air dalam sisitem bebas mengalir kebebrapa arah dan tidak terjadi

stegnensi seperti bentuk cabang.

2. Ketika ada perbaikan pipa, air yang mengalir pada pipa tersebut

dapat tetap mengalirkan air dari bagian lain

3. Ketika terjadi kebakaran air tersedia untuk semua arah

4. Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum.

Kekurangan:

1. Perhitungan ukuran pipa lebih rumit

2. Membutuhkan banyak pipa dan sambungan sehingga mahal

c. Sistem merlingkar (loop)

Pada pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan.

Pengambilan dibagi menjadi 2 dan masing-masing mengelilingi batas

daerah l;ayanandan keduanya bertemukembali di ujung. Pipa

perlintasan (cross) menghubungkan dua pipa induk utama. Di dalam

12
daerah layanan, pipa elayanan utama terhubung dengan pipa induk

utama. Sisitem ini paling ideal

Kelebihan :

1. Setiap titik terdapat suplai dua arah

2. Sat terjadi kerusakan pipa air dapat disediakan dari arah lain

3. Untuk memadamkan kebakaran air tersedia dari segal;a arah

4. Desain pipa murah

Kekurangan:

1. Membutuhkan lebih banyak pipa

2. Hampir tak ada sistem distribusi yang menggunakan tatletak

tunggal, umumnya merupaka gabungan dari ketiganya.

13
Giles (1986) mengemukakan bawa sistem perpipaan distribusi ke konsumen

terdiri dari:

1. Pipa hantar distribusi (feeers)

- Pipa induk utama (primary feeders)

- Pipa induk sekunder (secondary feeders)

2. Pipa pelayanan distribusi :

- Pipa pelayanan utama (small distribution mains)

- Pipa pelayanan (service line)

Pipa induk utama (primary feeders), disebut juga pipa arteri, membentuk

kerangka dasar sistem distribusi. Pipa ini membawa sejumlah besar air dari

instalasi pemompaan, ke dan dari reservoir distribusi menuju daerah layanan.

Looping memungkinkan pelayanan kontinu pipa utama meskipun suatu bagian

sedang diperbaiki. Pada kondisi normal, looping memungkinkan suplai dari dua

arah untuk hidran kebakaran. Pipa utama yang besar dan panjang harus dilengkapi

dengan katup penguras (blow off) di titik terendah, dan katup udara (air relief

valve) di titik tertinggi.

Pipa induk sekunder (secondary feeders) membawa sejumlah besar air dari

pipa induk utama ke berbagai daerah untuk menjaga supplai air yang normal dan

pemadam kebakaran. Pipa ini membentuk loop yang lebih kecil dari loop pipa

primer, dari satu pipa hantar primer ke lainnya. Kontrol dengan tekanan cross

dilakukan pada pipa induk primer an sekunder. Dari pipa induk ini tidak boleh ada

sambungan langsung ke konsumen.

Pipa pelayanan utama (small distribution mains) membentuk grid di

daerah layanan. Pipa pelayanan ini mendistribusikan air ke pipa-pipa pelayanan

14
(service pipes) dan boleh langsung dihubungkan dengan sambungan rumah. Pipa

pelayanan utama berukuran 6 inchi dan pipa pelayanan biasanya berukuran 2

inchi.

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam

arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga

tekanan akhir pipa diseluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan

tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan,

yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa

tersebut. Tekanan yang dibutuhkan pada titik awal distribusi tergantung pada:

a. Ketiggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air

b. Jarak titik awal ditribusi dari reservoir

c. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan

Alat pemadam kebakaran biasanya dilengkapi dengan pompo yang dapat

menyedot air. Konsumen juga menyedot air ke lantai atas tempat tinggalnya

dengan menggunakan pompa mereka sendiri. Dengan demikian, tekanan hanya

ditentukan oleh kebutuhan konsumen pada lantai bawah. Sisa tekan pada titik

keluaran yaitu:

- Gedung 1 lantai = 7 mka

- Gedung 2 lantai = 12 mka

- Gedung 3 lantai= 17 mka

- Gedung 6 lantai = 22 mka

Sisa tekan yang tidak boleh lebih dri 22 mka ; jika perlu pemompoaan

dihentikan untuk lantai-lantai diatasnya.

Tekanan dalam sistem distribusi dipertahankan dengan cara :

15
1. Meletakkan reservoir distribusi di tengah areal (secara tidak langsung akan

mempengaruhi biaya maksimum untuk ukuran pipa). Ketika sistem disuplai

dengan sistem pompa begitu juga melalui reservoir, lokasi reservoir berada

pada akhir dari sistem.

2. Menyediakan reservoir penyeimbang (balancing reservoir). Ketika suplai

melebihi kebutuhan, air mengalir kedalam tangki. Ketika kebutuhan me;ebihi

suplai, air mengalir keluar dari reservoir penyeimbang melalui pipa. Ketika

sistem ditribusi di desain dengan sistem pompa, tangki penyeimbang diletakka

pada bagian akhir sistem. Kapasitas tangki dapat memberikan suplai selama 1-

2 jam suplai untuk menaikkan tekanan dan memperbaiki distribusi.

3. Untuk lokasi yang jauh, lebih baik disediakan pompa tekan daripada

menambah ukuran pipa atau tinggi reservoir untuk mempertahankan tekanan

dalam sistem.

Umumnya jarak antara instalasi pengolahan dan sambungan pelanggan

sangat panjang dan memerlukan waktu beberapa jam. Seluruh struktur dan

perpipaan sistem distribusi direncanakan dan dikonstruksikan untuk mencegah

kontaminasi, tetapi jika ada kebocoran akan terjadi kontaminasi karena

tekanan negatif. Karena itu sistem perpipaan harus bertekanan setiap saat dan

menghindari air bersih tercemar.

Kontinuitas aliran sangat pentig ditinjau dari dua aspek. Pertama adlah

kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk

kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yag tidak ditentukan. Karena itu

diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu diperlukan reservoir

pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

16
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan alira

tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 1,2 m/dt. Ukuran

pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam

sistem harus tercukupi. Dengan analisa jaringan pipa distribusi, dapat

ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan

minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dlam desain distribusi:

1. Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas

wilayah. Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan)

2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Dan juga titik sentral

pelayanan (junction points).

3. Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.

4. Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarkan debit

puncak.

5. Pendimensian (dimensioneering). Dengan besar debit diketahui, dan

kecepatan aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang

diperlukan

6. Kontrol tekanan dalam alira ditribusi, menggunakan prinsip

kesetimbangan energi. Kontrol atau anlisa tekanan ini dapat dilakukan

dengan beberapa metode, disesuaikan dengan rangka distribusi.

7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan

distribusi (gambar alat bantu).

17
8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian

distribusi, peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem

mikro.

2.9 Perpipaan Distribusi

1. Penanaman pipa

Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah.

Kedalaman tanah penutup pipa minimum ditentukan 80 cm pada kondisi

biasa dan 100 cm untuk pipa dibawah jalan.

Untuk kemudahan pemasangan dan pemeriksaan, perpipaan ini

dipasang di sepanjang pinggir jalan yang diperlukan. Secara rinci,

ketebalan lapisan penutup pipa sesuai kondisi lapangan dapat dilihat

pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Tebal penutup pipa di Indonesia tahun 1991

Tebal Penutup Pipa (cm)


Kondisi
50 80 100 150

Kondisi biasa 80 80 80 80

Di bawah jalan 100 100 100 100

2. Perlengkapan pipa

Selain pipa distribusi, diperlukan juga perlengkapan tambahan utuk

pengaliran air dalam sistem ini. Perlengkapan pipa distribusi antara lain :

a. Katup udara (air valve)

18
Kecuali pada jembatan pipa dan pada jalur distribusi utama yang

relatif panjang, pada umumnya peraltan ini tidak diperlukan pada

perpipaan distribusi. Hal ini disebabkan karena selain pada

umumnya jalur pipa tidak terlalu panjang, juga sambungan rumah

dapat berfungsi sebagai pelepas udara yang ada didalam pipa.

b. Penguras

Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran atau

endapan yang terdapat di dalam pipa. Biasa dpasang di tempat yang

paling rendah pada perpipaan distribusi dan pada jembatan pipa.

c. Hidran kebakaran (fire hydrant)

Unit ini perlu disediakan pada perpipaan distribusi sebagai tempat

(sarana) pengambilan air yang diperlukan pada saat terjadi

kebakaran. Biasa ditempatkan di tempat-tempat yang menjadi pusat

keramaian/kegiatan, sepeti hal nya pusat pertokoan, pasar,

perumahan, dan lain-lain. Hidran kebaqkaran juga bisa berfungsi

sebagai penguras. Dalam hal ini penempatan ditepat-tempat yng

rendah, umumnya dengan interval jarak 300 m, atau bergantung

pada kondisi daerah / peruntukan dan kepadatan bangunannya.

Diameter pupa distribusi dimana unit hidran kebakaran

disambungkan minimum 80 mm.

d. Stop/Gate Valve

Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok

pelayanan, tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada,

perlu dipasang gate valve. Perlengkapan ini diperlukan untuk

19
melakukan pemisahan atau melokalisasi suatu blok pelayanan / jalur

tertentu yang sangat berguna pada saat perawatan. Biasanya gate

valve dipasang pada setiap percabangan pipa selain itu perlengkapan

ini biasa dipasang sebelum dan sesudah jembatan pipa, siphon, dan

persimpangan jalan raya.

e. Perkakas (fitting)

Perkakas (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan

dipasang pada perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan di

lapangan. Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan yang

memiliki radius yang sangat besar, penggunaan perkakas belokan

(bend) boleh tidak dilakukan selama defleksi pada sambungan pipa

tersebut masih sesuai dengan yang disyaratkan untuk jenis pipa

tersebut.

f. Peralatan kontrol aliran

Kalau diaggap perlu, pada setiap jarak 200 300 m pada jalur pipa

distribusi harus di pasang alat kontrol untuk menanggulangi

terjadinya penyumbatan (clogging) dalam pipa akibat kotoran yang

terendapkan.

Unit peralatan ini terdiri atas gate valve dan perkakas tempat

memasukkan alat pembersih alam pipa serta tempat penggelontoran.

Penempatan peralatan ini harus dipilih pada tempat yag relatif luas

dan ada saluran / tempat yang lebih rendah untuk membuang air dari

penggelontoran tersebut.

20
g. Jalur pipa sekunder / tersier

Sambungan rumah / sambungan ke bangunan lain tidak boleh

dilakukan terhadap pipa induk distribusi yang diameternya lebih

besar dari 150 mm.

Untuk itu diperluan perpipaan sekunder / tersier yang berdiameter 80

mm atau 50 mm yang dipasang sejajar (sesuai

2.10 Hidrolika Aliran Dalam Pipa

Dalam penerapan sistem pipa perlu memperhitungkan besarnya

HGL, EGL, dan pengaruh cara pemasangan pipa, jaringan pipa, tekanan

air, kecepatan aliran, debit, maupun headloss.

a. Garis Tenaga dan Garis Tekanan

Sesuai dengan prinsip Bernoulli, tinggi tenaga total di setiap titik

pada saluran pipa adalah jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan

tinggi kecepatan. Garis yang menghubungkan titik disebut garis tenaga

(Energy Grade Line/EGL). Garis tekanan (Hydraulic Grade Line/HGL)

merupakan jumlah dari tinggi tekanan dan elevasi diukur dari garis

referensi. Garis tekanan terletak di bawah garis tenaga sebesar tinggi

kecepatan dalam pipa. Apabila di sepanjang pipa disambung dengan tabung

tegak terbuka, yang dapat dianalogikan sebagai reservoir atau sebagai kran

dalam sambungan rumah, maka zat cair di dalam pipa akan naik dalam

tabung atau reservoir atau kran. Garis yang menghubungkan permukaan zat

cair dalam media-media tersebut adalah garis tekanan.

Berlainan dengan garis tenaga yang menurun secara teratur ke arah

aliran, garis tekanan bisa naik pada tampang yang diperbesar layaknya

21
sebuah reservoir. Jika tinggi kecepatan sangat kecil dibandingkan tinggi

tekanan maka biasanya tinggi kecepatan diabaikan dan garis tekanan serta

garis tenaga akan berimpit menjadi satu. Garis tekanan ini akan

menunjukkan besarnya tekanan zat cair pada setiap titik di sepanjang pipa,

jarak vertikal dari pipa ke garis tekanan adalah tinggi tekanan pada titik-

titik. Tinggi tekanan maksimum akan digunakan untuk merencanakan tebal

pipa dan sambungan-sambungannya. Apabila garis tekanan berimpit

dengan pipa dan, menunjukkan bahwa tekanan di dalam pipa adalah

tekanan atmosfer. Apabila garis tekanan berada di bawah pipa berarti

tekanan di dalam pipa negatif. Garis tekanan merupakan garis lurus apabila

pipa dan diameternya seragam.

Gambar 1. Garis Tenaga dan Garis Tekanan

b. Tekanan Air dan Kecepatan Aliran

Jika tekanan air kurang, akan menyebabkan kesulitan dalam

pemakaian air. Sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan

rasa sakit karena pancaran air, merusak peralatan plumbing, dan menambah

kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik pada

suatu daerah bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus

22
dilayani. Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah

1,0 kg/cm3, sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 5,0

kg/cm3 untuk perkantoran, dan antara 2,5 3,5 kg/cm3 untuk hotel dan

perumahan. Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat

menambah kemungkinan timbulnya pukulan air, menimbulkan suara

berisik, dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari

pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9 1,2 m/detik, dan

batas maksimumnya berkisar antara 1,5 2,0 m/detik, sebaiknya diterapkan

dalam penentuan pendahuluan ukuran pipa. Kecepatan yang terlalu rendah

dapat menimbulkan efek korosi, pengendapan kotoran yang mempengaruhi

kualitas air.

c. Kehilangan Tekanan (Headloss)

Macam kehilangan tekanan adalah :

1. Major losses

Terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Besarnya dapat

ditentukan dengan rumus Chezy, rumus Hazen Wiliam, dan sebagainya.

Dalam setiap elemen pipa dari sistem jaringan, terdapat hubungan

antara kehilangan tenaga dan debit. Secara umum hubungan tersebut

dapat dinyatakan dalam bentuk :

hf = k . Qm

keterangan :

m = tergantung pada rumus gesekan pipa yang digunakan

k = koefisien yang tergantung pada rumus gesekan pipa dan

karakteristik pipa.

23
Sebenarnya nilai pangkat m tidak selalu konstan, kecuali bila

pengaliran berada pada keadaan hidrolis kasar, yang sedapat mungkin

dihindari. Akan tetapi karena perbedaan kecepatan pada masing-masing

elemen tidak besar, maka biasanya nilai m dianggap konstan untuk

semua elemen.

2. Minor losses

Terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan , belokan,

dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang

biasanya jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder,

sehingga pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga sekunder

diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder kurang dari 5

% dari kehilangan tenaga akibat gesekan maka kehilangan tenaga

sekunder, perubahan penampang atau belokan jangan dibuat mendadak

tapi berangsur-angsur.

Persamaan persamaan untuk minor losses dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Kehilangan tekanan akibat masukan (entrance)

he = Ce . V22 V12

2. g

keterangan :

he = kehilangan masukan turbulen (m)

V2 = kecepatan dalam pipa (m/dt)

V1 = kecepatan sebelumnya (didekatnya, m/dt)

24
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

Ce = koefisien kehilangan tenaga masukan

Jika V1 = 0, maka

2. Kehilangan tekanan akibat keluaran

Ho = Co . V22 V12

2. g

Keterangan :

Ho = kehilangan tenaga akibat keluaran (m)

V1 = kecepatan pipa di atas keluaran (m/dt)

V2 = kecepatan di bawah keluaran (m/dt)

Co = koefisien kehilangan tekanan keluaran

Untuk keluaran air yang tenang V2 = 0, Ho = Co . V12

2. g

3. Kehilangan tekanan akibat kontraksi

hc = Cc . V2
2. g

Keterangan :

hc = kehilangan tinggi (m) karena kontraksi mendadak

Ce = koefisien kontraksi

V = kecepatan (m/dt) dalam pipa yang lebih kecil

Untuk rasio diameter 1,5 Cc = 0,3, rasio diameter 2,0 Cc = 0,35,

rasio diameter 2,5 Cc 0,4 dan seterusnya.

4. Kehilangan tekanan akibat perubahan (perbesaran) penampang

25
he = Ce . V2
2. g

Keterangan :
he = kehilangan tinggi akibat perbesaran penampang
Ce = koefisien perubahan penampang
V = kecepatan aliran (m/dt)
Untuk rasio diameter 1,5 Ce = 0,35, rasio diameter 2,0 Ce = 0,6,

rasio diameter 2,5 Ce = 0,75

5. Kehilangan tekanan akibat belokan

hb = Cb . V2
2. g

Keterangan :

hb = kehilangan tinggi (m)

Cb = koefisien kehilangan tinggi belokan

6. Kehilangan tekanan akibat adanya perkakas (fitting)

hf = Cf . V2
2. g

Keterangan :

hf = kehilangan tenaga akibat adanya perkakas (m)

Cf = koefisien kehilangan tenaga karena adanya katup

Untuk globe valve, terbuka lebar Cf = 10

Angle valve, terbuka lebar Cf = 5

Gate valve, terbuka lebar Cf = 0,2

26
d. Analisis Jaringan Pipa Distribusi

Ada beberapa metode analisis jaringan pipa distribusi salah satunya

dengan menggunakan program UNDP yang merupakan aplikasi dari

metode Hardy, dkk.

Metode ini dikembangkan dengan memisalkan aliran aliran di

seluruh jaringan distribusi dan kemudian menyeimbangkan penurunan

penurunan tekanan (head) yang dihitung Giles (1986) dalam sistem

perpipaan rangkaian sederhana untuk aliran yang tepat disetiap untaian :

hABC = hADC

A B

D C

1. Pada setiap titik pertemuan, kuantitas total air yang masuk sama dengan

penjumlahan aljabar ke luar.

2. Pada setiap looping, penjumlahan aljabar kehilangan tekanan melalui berbagai

jalan sama dengan nol.

Rumus umum aliran yang digunakan dituls dalam bentuk :

h = k . Q2

Dimana :

h = kehilangan tekanan pipa (m)

Q = debit aliran (m3/dt)

27
k = konstanta

Untuk rumus Hazen Williams, h = k . Q1,85

Dengan memisalkan aliran Q0, aliran yang terjadi di setiap titik dari suatu

jaringan dapat dinyatakan sebagai berikut : Q = Q0 + dQ

Dimana dQ adalah koreksi yang dikenakan pada Q0.

Maka dengan menggunakan teorema binominal

K . Q1,85 = k (Q0 + dQ)1,85 = k (Q01,85 + 1,85 . Q00,85 . dQ + ) (1.8)

Suku-suku detelah suku yang kedua dapat dihilangkan karena dQ sangat kecil

dibandingkan dengan Q0.

Untuk rangkaian diatas, dengan memasukkan persamaan (7) diperoleh :

K (Q01,85 + 1,85 . Q00,85 . dQ) k (Q01,85 + 1,85 . Q00,85 . dQ) = 0

K (Q01,85 - Q01,85) + 1,85 . k (Q00,85 - Q00,85) dQ = 0

Penyelesaian untuk dQ :

dQ = -K (Q01,85 - Q01,85)
1,85 . k (Q00,85 - Q00,85)

Umumnya untuk rangkaian yang lebih rumit :

dQ = - k . Q01,85
1,85 k . Q01,85

Tetapi kQ01,85 = h, dan kQ01,85 = h/Q0, sehingga untuk setiap rangkaian

diperoleh:

dQ = -h (1.9)
1,85 h/Q0

Prosedur analisa jaringan dengan metode Hardy, dkk (1982) sapat

diperlihatkan sebagai berikut :

1. Asumsikan seluruh aliran ditribusi, baik besar dan arahnya

28
2. Hitung head loss pada setiap pipa dengan rumus atai monogram

3. Dengan memperhatikan tanda, hitu total head loss setiap loop/sirkuit,

h = k . Q00,85

4. Hitung tanpa memperhatikan tanda, untuk setiap sirkuit yang sama,

penjumlahan = 1,85 kQ00,85

5. Head loss (kehilangan tekanan) masing-masing sirkuit diseimbangkan

dengan menggunakan persamaan (1.9)

Penggunaan persamaan (1.9) harus teliti, sehubungan dengan tanda

pembilangnya. Tanda minus (-) ditujukan bagi semua kondisi yang

berlawanan dengan arah jarum jam dalam sebuah rangkaian, yaitu aliran Q

dan kehilangan tekanan h. Sehingga untuk menghindari kesalahan, notasi

tanda ini harus diselidiki waktu mengerjakan suatu penyelesaian. Di lain

pihak penyebut dari (9) selalu positif (+).

Untuk menghitung kehilangan tekanan digunakan formula Darcy

Weisbech dan White Colebrook :

2
Darcy Weisbech : H =f . . 2 (1.10)

Dengan :

H = kehilangan tekanan (m kolom air)

f = koefisien gesekan

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

g = gaya gravitasi (m/dt2)

29
Koefisien gesekan (f) dihitung dengan formula White Colebrook :

1 1
= 2 log( + ) (1.11)
0,4 . . 3,7 .

Dengan :

f = koefisien gesekan

k = faktor kekasaran dinding (mm)

.
Re = (1.12)

Dengan :

Re = bilangan Reynold

v = kecepatan (m/dt)

D = diameter pipa (m)

= kekentalan kinematis (m2/dt)

Dengan demikian nilai k dari setiap pipa harus dicantumkan dalam data

input.

Program ini menggunakan loop generato yang secara otomatis

menentukan pipa mana yang membentuk loop dan pipa mana yang berupa

cabang. Dalam menghitung persamaan-persamaan loop, program ini

menggunakan metode iterasi Hardy, dkk (1982).

Untuk setiap pipa, parameter-parameter berikut ini harus diperoleh dan

ditentukan :

- Nomor pipa

30
- Simpul awal dari pipa

- Simpul akhir dari pipa

- Panjang pipa (m)

- Diameter dalam pipa (m)

- Kekasaran dinding pipa (m)

Nilai-nilia faktor kekasaran dinding pipa dalam tabel 1.3 dapat digunakan

untuk mengasumsikan kehilangan tekanan yang diebabkan oleh bend, tee,

dan perlengkapan lainnya.

Perhitungan kehilangan tekanan akibat gesekan pada permukaan basah

pipa dapat dihitung melalui nilai kekasaran pipa C pada rumus Hazen

Williams:

1
0,54
H = ( ) L (1.13)
0.2785 . . 2.63

Dengan :

Q = debit aliran (m3/det)

C = koefisien kekasaran pipa

D = diameter pipa (m)

L = panjang pipa (m)

Dengan nilai C sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Faktor Kekasaran Dinding Pipa


Nilai C
Bahan Nilai k (mm)
Pipa baru >10 tahun
Pipa PVC 0,20 120-140 100-10
Pipa AC 0,25 120 110

31
Pipa Steel 0,50 120 100
Pipa baja yang telah tua &
1-2 120 100
berkarat

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum

3.1.1. Visi Dan Misi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Visi

Tersedianya air minum yang cukup bagi pelanggan melalui

perusahaan air minum yang mandiri, berwawasan global, dan terbaik

di Indonesia.

Misi

1. Memproduksi dan mendistribusikan air minum bagi pelanggan

2. Memberi pelayanan prima bagi pelanggan dan berkelanjutan bagi

pemangku kepentingan

3. Melakukan usaha lain bagi kemajuan perusahaan dan berpartisipasi

aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3.1.2 Status dan Sejarah PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

PDAM Kota Surabaya merupakan perusahaan air minum milik

pemerintah kota Surabaya. PDAM tersebut merupakan peninggalan

jaman kolonial Belanda, dimana pembentukan sebagai BUMD

berdasarkan :

32
a. Peraturan Daerah No. 7 tahun 1976 tanggal 30 Maret 1976

b. Disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Timur, tanggal 06 Nopember 1976 No. II/155/76

c.Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat

II Surabaya tahun 1976 seri C pada tanggal 23 Nopember 1976 No.

4/C

Sejarah Perkembangan PDAM Kota Surabaya :

1890 : Air minum untuk Kota Surabaya pertama kali diambil dari

sumber mata air di desa Purut Pasuruan diangkut dengan Kereta

Api

1903 : Pemasangan pipa dari Pandaan oleh NV. Biernie selama 3 (tiga)

tahun.

1906 : Jumlah Pelanggan 1.500 sambungan.

1922 : IPAM Ngagel I di bangun dengan kapasitas 60 lt/dt.

1932 : Mata air Umbulan ditingkatkan kapasitasnya dengan

membangun rumah pompa baru.

1942 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 180 lt/dt

1950 : Perusahaan Air Minum diserahkan pada Pemerintah Republik

Indonesia (Kota Praja Surabaya).

1954 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 350 lt/dt.

1959 : Pembangunan IPAM Ngagel II kapasitas 1.000 lt/dt, didesain &

dilaksanakan oleh Degremont Fa. (Prancis).

33
1976 : Perusahaan Air Minum disahkan menjadi Perusahaan Daerah

dan dituangkan dalam Perda No. 7 tanggal 30 Maret 1976.

1977 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 500 lt/dt.

1978 : Pengalihan status menjadi Perusahaan Daerah Air Minum dari

Dinas Air Minum berdasarkan SK Walikotamadya Dati II

Surabaya No. 657/WK/77 tanggal 30 Desember 1977.

1980 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.000 lt/dt.

1982 : Pembangunan IPAM Ngagal III kapasitas 1.000 lt/dt dgn lisensi

dari Neptune Microfloc (Amerika Serikat).

1990 : Pembangunan IPAM Karangpilang I dengan kapasitas 1.000 lt/dt

dengan dana Loan IBRD No. 2632 IND.

1991 : Pembangunan gedung kantor PDAM yang terletak di Mayjen.

Prof. Dr. Moestopo No.2 Surabaya yg dibiayai dana PDAM

murni.

1994 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.500 lt/dt.

1996 : - Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.800 lt/dt

- Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I menjadi 1.200

lt/dt

- Dimulainya pembangunan IPAM Karangpilang II dengan

kapasitas 2.000 lt/dt. Yang didanai Loan IBRD No. 3726 IND.

1997 : - Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 1.500 lt/dt.

- Produksi awal 500 l/dt IPAM Karangpilang II didistribusikan

34
ke pelanggan

1998 : Pembangunan IPAM Karangpilang II dengan kapasitas 2.000

lt/dt telah selesai

2001 : Pekerjaan peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang II menjadi

2.500 lt/dt dimulai

2005 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 1.750 lt/dt

Jumlah sambungan 345.176

2006 : - Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I menjadi 1.450

lt/dt

- Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang II menjadi 2.750

lt/dt

2009 : Pembangunan IPAM Karangpilang III dengan kapasitas 2.000

lt/dt

3.1.3 Jumlah Pelanggan

Pelayanan air minum kepada masyarakat tidak hanya terbatas pada

daerah administratif kota Surabaya saja, melainkan juga masyarakat

daerah Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo, dan Gresik. Selain itu, PDAM

Kota Surabaya juga mendukung program pemerintah untuk pelayanan

air bersih, misalnya untuk:

a. Perumnas

b. Program perbaikan kampung (KIP)

c. Kran umum bantuan UNICEF/Pemerintah Pusat

35
Untuk masyarakat yang daerahnya belum terjangkau jaringan pipa

distribusi, pelayanan dilakukan dengan menggunakan mobil tangki,

termnal air, hidran umum dan kran umum. Data jumlah pelanggan

yang lebih detial dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan menurut Jenis Pelanggan

3.2 Unit Distribusi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

3.2.1 Sistem Pendistribusian Air PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya mendistribusikan air minum

yang berasal dari instalasi pengolahan dan telah memenuhi standar

kualitas air minum. Selanjutnya dipompa melalui jaringan pipa

distibusi sampai ke rumah. Ukuran diameter jaringan pipa air

bersih yang digunakan sangat beragam, mulai dari 1500 mm hingga

15 mm sepanjang 5000 km. Pipa yang digunakan sebagain ada

yang telah berusia tua sehingga menurunkan kualitas air pelanggan.

36
Investasi penggantia pipa tersebut sangat diperlukan untuk menjaga

kualitas air yang diteriam pelanggan tetap memenuhi syarat dan

layak dikonsumsi. Untuk daerah yang mengalami kondisi air pada

pipa PDAM mati atau tidak mengalir, maka dilakukan

pendistribusia melalui truk tangki.

Saat ini pendistribusian dapat dilakukan pula antar instalasi.

Karena sistem perpiaan yang sudah ada sekarang dapat dilakukan

secara interkoneksi. Misalnya instalasi Ngagel mensuplai daerah

yang di suplai oleh Karangpilang.

3.2.2 Daerah pendistribusian Air PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya memiliki 6 instalasi

pendistribusian ke pelanggan, yaitu :

a. Ngagel I

b. Ngagel II

c. Ngagel III

d. Karangpilang I

e. Karangpilang II

f. Karangpilang III

Wilayah pendistibusi air oleh PDAM Surya Sembada Kota

Surabaya untuk Karangpilang I adalah daerah Wonokitri dan

Warugunung. Dan wilayah pendistibusi air oleh PDAM Surya

Sembada Kota Surabaya untuk Karangpilang II adalah daerah

Putugede dan Made. Wilayah pendistribusian yang kelompok dapatkan

dari petugas di lapangan hanya 2 instalasi tersebut.

37
3.2.3 Upaya Menangani Masalah Kehilangan Air Pada Saat Pendistribusian Air

Beberapa upaya yang dilakukan pihak PDAM Surya Sembada adalah

sebagai berikut :

- Mempercepat pananganan kebocoran pipa distribusi

Upaya penanganan kebocoran pipa dilakukan dengan memantau

melalui keluhan masyarakat atau laporan masyarakat baik melalui

radio, maupun call center PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

- Melaksanakan program penggantian meter air di pelanggan secara

periodik.

- Rotasi petugas pencatat meter air di pelanggan

- Pemeriksaan ulang hasil pencatatan meter air di pelanggan

- Menggalakkan sweeping / pelanggaran bagi pelanggan / non

pelanggan

- Membentuk sub-zona pengendalian kehilangan air

3.2.4 Pemantauan Kualitas Air yang Didistribusikan ke Pelanggan

Dalam pemantauan kualitas air, dilakukan pemeriksaan sampel di 300 titik

sampel. Yang diambil secara acak di seluruh wilayah pendistribusian air

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya. Setelah dilakukan pengambilan, di

lakukan uji laboratorim di 2 tempat yaitu di laboratorium PDAM Ngagel

dan di laboratorium PDAM Karangpilang .

3.2.5 Gangguan dan Penyebab yang Sering Terjadi di Tempat Pelanggan

38
Kadangkala air di tempat pelanggan mati atau aliran air mengecil.

Gangguan tersebut dapat terjadi dikarenakan berbagai penyebab,

diantaranya :

- Pemadaman aliran listrik (PLN) di instalasi penjernihan air minum

- Valve ditutup sementara karena adanya pipa yang bocor

- Aliran air dimatikan sementara karena ada perbaikan/penggantian pipa

distribusi

- Aliran air ditutup karena terjadi pencemaran / polusi pada bahan baku

air

- Perbaikan pipa pada tetangga juga bisa mempengaruhi aliran air

- Aliran air akan mengecil akibat pemakaian yang sangat tinggi di jam-

jam tertentu

- Pencurian air merupakan salah satu sebab mengecilnya aliran air

- Penggunaan pompa secara langsung menyebabkan persil lain kurang

mendapatkan supply air.

3.2.6 Keterbatasan Laporan Kunjungan Lapangan di PDAM Surya Sembada

Kota Surabaya

Dalam laporan kunjungan lapangan ini, terdapat keterbatasan

informasi yang kelompok dapatkan mengenai unit distribusi air PDAM

Surya Sembada Kota Surabaya. Dikarenakan pada saat kunjungan

lapangan, dilakukan di instalasi tempat pengolahan air PDAM (unit

pengolahan) sehingga informasi yang didapatkan lebih spesifik mengenai

pengolahan air baku menjadi air yang siap untuk didistribusikan. Dan

untuk unit pendistribusian air, ada petugas tersendiri yang berwenang.

39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

PDAM Kota Surabaya merupakan perusahaan air minum milik

pemerintah kota Surabaya. PDAM yang memberi pelayanan air

bersih kepada masyarakat kota Surabaya. PDAM Surya Sembada

Kota Surabaya mendistribusikan air minum yang berasal dari instalasi

pengolahan dan telah memenuhi standar kualitas air minum.

Selanjutnya dipompa melalui jaringan pipa distibusi sampai ke rumah.

Ukuran diameter jaringan pipa air bersih yang digunakan sangat

beragam, mulai dari 1500 mm hingga 15 mm sepanjang 5000 km.

Pipa yang digunakan sebagain ada yang telah berusia tua sehingga

menurunkan kualitas air pelanggan. Selain itu PDAM Surya Sembada

Kota Surabaya memiliki 6 instalasi pendistribusian ke pelanggan,

yaitu : Ngagel I, Ngagel II, Ngagel III, Karangpilang I, Karangpilang

II dan Karangpilang III.

40
Pendistribusian air PDAM ini juga mengalami beberapa kendala

dalam pendistribusiannya seperti: kebocoran pipa air, penurunanan

kualitas air sampai penggan, dan sering hilangnya jumlah air yang di

salurkan. Hal ini membuat unut pendistribusian PDAM Kota Surabaya

harus bekerja keras dalam menangani masalah tersebut.

4.2 Saran

Setelah mendiskusikan dan menyesaikan makalah ini kami ingin memberi

saran kepada pihak PDAM Kota Surabaya bahwa sebenarnya proses

pendistribusian air di Kota Saurabaya ini sudah cukup baik namun akan

lebih baik jika pada saat terjadi gangguan atau adanya masalah pada unit

pendistribusian di infokan pada masyarakat Kota Surabaya sehingga

pelangan akan dapat mengantisipasi masalah tersebut. Demikan saran dari

kami semoga bermanfaat bagi pihak PDAM Kota Surabaya

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya.

Informasi Layanan dan Panduan Bagi Pelanggan

Trijoko, 2010. Unit Air Baku Dalam Sarana Penyediaan Air Minum. Graha ilmu
edisi pertama : jogjakarta.
Narita, dkk. _. Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawas
Pada Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih. Jurnal Teknik
Fisika.
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat syarat dan
Pengawasan Kualitas Air
http://www.pdam-sby.go.id/page.php?get=jumlah_pelanggan_tahunan&bhs=1.

Diunduh tanggal 08 Desember 2015

https://www.google.co.id/#q=pengertian+air+bersih. Diunduh tanggal 09


Desember 2015

42

Anda mungkin juga menyukai