DISUSUN OLEH :
NIM : 118250102
2019/2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... II
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
BAB III........................................................................................................................................... 7
ii
3.3.5 Metode Perencanaan Desain TPS 3R .................................................................................. 14
BAB IV ......................................................................................................................................... 16
4.2 Potensi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah pada Kelurahan Pringsewu Utara .................. 17
iii
BAB V .......................................................................................................................................... 41
PENUTUP .................................................................................................................................... 41
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data BPS 2017, di Indonesia sebanyak 8,75 % sampah yang dipilah dan
sebagian dimanfaatkan, 10,09 % dipilah kemudian dibuang, dan 81,16 % sampah yang tidak
dipilah. Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia relatif
rendah. Pembuangan sampah bertujuan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan sampah
terhadap lingkungan dan kesehatan. Keberhasilan sistem pengelolaan sampah secara langsung
berhubungan dengan efisiensi pembuangan sampah. Salah satu metode penting dalam
pengelolaan sampah adalah pengomposan dan daur ulang yang sesuai dengan prinsip 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Daur ulang dan penggunaan kembali sampah memiliki sejumlah
manfaat dalam proses keseluruhan pengelolaan sampah. Manfaat pertama yaitu, mengurangi
jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA, sehingga umur TPA akan lebih lama. Kedua, adalah
kegiatan ekonomi melalui perusahaan baru dapat diciptakan dan dengan demikian akan
menciptakan lapangan pekerjaan melalui pengumpulan dan menjual kembali bahan daur ulang,
atau bekerja langsung di perusahaan pengelolaan. Dalam sebuah studi karakterisasi limbah padat
yang dilakukan di Dar es Salaam, ditemukan fakta bahwa meskipun 98% dari sampah yang
dihasilkan perhari dapat didaur ulang atau diolah menjadi kompos, namun hanya 10% yang
didaur ulang dan 90% lagi dibuang ke tempat pembuangan sampah (Senzige, 2014)
Oleh karena itu, perencanaan sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Pringsewu Utara
dilakukan agar mengetahui data timbulan sampah, komposisi sampah, karakteristik sampah yang
dapat digunakan sebagai penentuan metode yang efektif dalam pengelolaan dan pengolahan
sampah yang dihasilkan, seperti pengomposan. Daur ulang dan penggunaan kembali sampah
memiliki manfaat dalam proses pengelolaan sampah akan dapat mengurangi jumlah sampah
yang harus dibuang ke TPA. Dengan cara ini, diharapkan dapat mengurangi kendala pengolahan
sampah di Kelurahan Pringsewu Utara Kecamatan Pringsewu.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pengelolaan sampah bertujuan untukmengurangi dan memanfaatkan sampah mulai dari sumber
penghasil sampah, sehingga nantinya dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
Sejalan dengan hal tersebut, Kementrian Pekerjaan Umum melalui Sub Direktorat Persampahan
menetapkan program nasional dalam menangani sampah perkotaan. Garis besar program
nasional dalam menangani sampah perkotaan adalah sebagai berikut dijelaskan dalam Tabel 2.2
berikut ini.
Menurut Petunjuk Teknis TPS 3 R (2017), TPS 3 R merupakan tempat untuk kegiatan
pengelolaan sampah, yang dimulai dari pengumpulan sampah, pemilahan sampah,penggunaan
ulang sampah, pendauran ulang sampah, serta pengolahan yang dilakukan di suatu kawasan
tertentu.
Dalam Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPS) 3R, dilakukan kegiatan pengolahan sampah
organik maupun anorganik yang bertujuan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah.
Sampah organik domestik adalah sampah yang berasal dari aktivitas permukiman antara
lain sisa makanan, daun, buah- buahan, sisa sayuran. salah satu teknologi pengolahan sampah
organik adalah diolah menjadi pupuk organik (pupuk kompos). Kompos adalah bahan organik
mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Kompos ibarat multi-vitamin
untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran
yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
tanah ( Sundari, 2009)
Pengomposan adalah dekomposisi terkontrol dari bahan organik menjadi bahan organik
yang stabil dan sehat sehingga dapat digunakan sebagai soil conditioner dalam pertanian
(Termorshuizen et.al., 2004 dalam Priadi 2014).Proses pengomposan secara alami memerlukan
waktu yang lama (6-12 bulan), tetapi dengan penambahan bioaktivatoryang berupa konsorsium
mikroba, proses ini dapat dipersingkat (Budihardjo, 2006 dalam Priadi 2014).
4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Menurut (Widarti, 2015) faktor- faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
a. Rasio C/N
Salah satu aspek yang paling penting dari keseimbangan hara total adalah rasio organik
karbon dengan nitrogen (C/N). Dalam metabolisme hidup mikroorganisme mereka
memanfaatkan sekitar 30 bagian dari karbon untuk masing-masing bagian dari nitrogen. Sekitar
20 bagian karbon di oksidasi menjadi CO2 dan 10 bagian digunakan untuk mensintesis
protoplasma.
b. Ukuran partikel
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan
dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
c. Aerasi
Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan (kelembaban). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap.
Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos.
d. Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Ronggarongga ini akan diisi oleh
air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga
dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan
terganggu.
5
Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut
di dalam air. Kelembaban 40 – 60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan
lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan
tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
f. Temperatur
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 60 oC menunjukkan aktivitas pengomposan
yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikrobamikroba patogen tanaman dan benihbenih gulma.
h. Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam komposkompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
6
BAB III
METODOLOGI PENGERJAAN
7
3.2 Diagram Alir Langkah Kerja Perencanaan
Studi Literatur
Penutup
Metodologi pengerjaan meliputi :
1. Perumusan proyeksi penduduk
2. Perumusan pewadahan, pengangkutan, jumlah
sampel, dan timbulan
3. Metode penentuan Teknologi yang digunakan
pada TPS 3R
8
3.3 Metode Perumusan Pengerjaan Pengelolaan Sampah
Proyeksi penduduk
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan proyeksi penduduk,
antara lain metode aritmatik, metode geometric, dan metode leaast square. Pemilihan metode
yang digunakan sangat tergantung dengan kecenderungan pertumbuhan penduduk dan
karakteristik kota perencanaan. Metode Proyeksi Penduduk tersebut antara lain :
1. Metode Aritmatik
Metode ini digunakan sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
selalu naik secara linier dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan
:
Pn = Po + r (n)
Keterangan :
Pn = Jumlah Penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah tahun proyeksi
9
2. Metode Berganda (Geometri)
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada
suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara eksponensial atau naik
secara berganda dan berubah secara ekuivalen dari tahun sebelumnya. Rumus yang
digunakan :
Pn = Po ( 1 + r)n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah tahun proyeksi
Metode ini digunakan untuk data perkembangan penduduk masa lampau yang
menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak
selalu bertambah. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y
(jumlah penduduk ) dengan sumbu X (tahun) dengan cara menarik garis linier antara
data-data tersebut, dan meminimkan jumlah pangkat dua dari masing masing
penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat. Rumus yang digunakan
adalah :
[∑𝑦 (∑𝑥 2 )]+[(∑𝑥)(∑𝑥.𝑦)]
Pn = a + b (N) a= [𝑛 (∑𝑥 2 )]+(∑𝑦 2 )]
𝑛 (∑𝑥.𝑦)−(∑𝑥)(∑𝑦)
b=
𝑛 (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
N = selisih tahun proyeksi
n = jumlah data
10
Penentuan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk didasarkan pada nilai
korelasi ( r ), sesuai atau tidaknya analisa yang akan dipilih ditentukan dengan
menggunakan nilai koefisien korelasi yang berkisar antara 0 sampai 1. Pada metode
yang mempunyai nilai korelasi mendekati 1 maka metode tersebut yang akan dipakai.
Rumus nilai korelasi adalah :
𝑛 (∑𝑥.𝑦) − (∑𝑥)(∑𝑦)
r = {[𝑛 (∑𝑦 2 )−(∑𝑦)2 ] [𝑛(∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2 ]}0,5
Keterangan :
r = nilai korelasi
y = jumlah penduduk
x = tahun
n = jumlah data
Teknik aerator bambu merupakan salah satu teknologi pengomposan dengan menimbun
sampah organik di atas sebuah konstruksi segitiga bambu yang akan dipasangi bilah memanjang
di kedua sisi segitiga, sehingga udara akan masuk mengalir diantara rongga. Dengan demikian
kebutuhan oksigen untuk komposting terpenuhi (Petunjuk Teknis TPS 3R, 2017).
Metode Perhitungan kebutuhan ruang pengomposan sistem aerator bambu (Juknis TPS 3R,
2017)
- Untuk bentuk aerator bambu segitiga menggunakan rumus luas segitiga yaitu
setengah dari lebar alas dikali tinggi dari aerator bambu
𝑏 ×ℎ
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 =
2
- Ukuran aerator bambu = panjang (P), Lebar (L), Tinggi (T)
𝑃 ×𝐿 ×𝑇
- Volume aerator bambu = 2
𝑏×ℎ
- Luas melintang (Segitiga) = 2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢 (𝑚2 ) × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢 (𝑏𝑢𝑎ℎ)
Loading rate merupakan jumlah atau kapasitas sampah yang akan diolah di TPS 3R tiap jamnya.
𝑚3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑒 =
𝑗𝑎𝑚
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
12
3.3.4 Ruang Pewadahan sampah
Ruang penerimaan sampah organik merupakan area di TPS 3R yang digunakan untuk
menurunkan muatan sampah organik. Dalam perencanaan ini, area penerimaan sampah
harus mempu menampung timbulan sampah sesuai dengan hasil proyeksi timbulan sampah
dalam kurun waktu 5 tahun mendatang (2020-2025). Dalam ruang ini, sampah daun dari
kegiatan domestik diturunkan dibongkar kemudian diolah menjadi kompos.Terdapat metode
perumusan dalam penentuan ruang diantaranya sebagai berikut : (mulyadi,2019)
𝑚3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 ( )
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 = √
𝑗𝑎𝑚
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑚)
13
3.3.5 Metode Perencanaan Desain TPS 3R
Dalam perencanaan pembuatan TPS 3R pada suatu wilayah, ada beberapa syarat
minimum area yang dimiliki dalam satu buah bangunan TPS 3R diantaranya :
Pengumpulan sampah salah satu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau langsung
ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Dengan merencanakan wadah
komunal dalam pewadahan di TPS 3R akan memberikan efektifitas dalam pengelolaan sampah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung wadah komunal berdasarkan SNI 3242:2008 yaitu :
(𝐶 × 𝐽𝑗 × 𝑇𝑠 × 𝑃𝑎) + (𝐷 × 𝑇𝑠 × 𝑃𝑎)
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑑𝑎ℎ × 𝐹𝑝
14
C = Jumlah Rumah Sederhana
Jj = Jumlah jiwa per-rumah
Ts = Timbulan sampah (L/orang/hari)
Pa = Persentase sampah Organik
D = Jumlah jiwa di Rumah susun
Fp = Faktor pemadatan
Berdasarkan SNI 3242:2008 dalam perhitungan Jumlah Alat Pengomposan Komunal 1000 L
dapat menggunakan rumus berikut :
𝐷
𝐵 + (𝐽𝑗)
𝐾𝑝
15
BAB IV
Kondisi Umum Lokasi dalam Perencanaan pembangunan TPS 3R merupakan hal penting
untuk dilakukan pada wilayah perencanaan, khususnya Kelurahan Pringsewu Utara. Pringsewu
Utara merupakan salah satu Kelurahan pada Kabupaten Pringsewu, dimana Kabupaten
Pringsewu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung hasil pemekaran dari
kabupaten Tanggamus dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2008
(bpbd pringsewu,2018)
Secara geografis Kelurahan Pringsewu Utara terletak diantara 104045’25” – 10508’42” Bujur
Timur (BT) dan 508’10”- 5034’27” Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah dimiliki sekitar
7,40 km2 atau 62.500 Ha atau hanya setara dengan 2% luas wilayah Provinsi Lampung .Batas
administratif wilayah Kabupaten Pringsewu adalah (BPBD Kabupaten Pringsewu,2018):
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung dan Kecamatan Kalirejo,
Kabupaten Lampung Tengah.
2. Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Gedongtataan,
Kecamatan Waylima dan Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh Balak,
Kabupaten Tanggamus.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung dan Kecamatan Air Naningan,
Kabupaten Tanggamus.
Potensi pengelolaan dan pengolahan sampah merupakan aspek-aspek yang dilakukan pada
proses perencanaan pembuatan TPS 3R yang berkaitan dengan teknologi apa yang cocok dan
akan digunakan pada TPS 3R yang akan dibangun pada Kelurahan Pringsewu Utara sesuai aspek
pengangkutan, pewadahan, pengumpulan, timbulan sampah, komposisi sampah, serta
perencanaan desain TPS 3R di Kelurahan Pringsewu Utara.
Diperoleh perbandingan nilai korelasi yang berbeda antara ketiga jenis metode, dan nilai
korelasi (r) yang paling mendekati angka satu adalah metode yang paling efektif digunakan, serta
berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Pringsewu Utara, dimana tingkat pertambahan
17
penduduk relatif konstan tiap tahunnya. Dari hasil proyeksi penduduk dengan metode aritmatik,
diperoleh jumlah penduduk di Kelurahan Pringsewu Utara pada tahun 2024 sebesar 15.860 jiwa.
Tabel 4.1
Pn = Po (1 + r n)
Pn = Po (1+ r.n)
18
4.3 Pengangkutan dan Pengumpulan
TPS 3R
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis
sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU,2004). Perencanaan ini
menggunakan data timbulan dari SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk
kota kecil dan kota sedang di Indonesia.
Satuan
No Klasifikasi Kota Volume Berat
(L/org/hari) (Kg/org/hari)
1. Kota Sedang 2,75-3,25 0,70-0,80
2. Kota Kecil 2,5-2,75 0,625-0,70
19
Perhitungan Timbulan sampah yang dihasilkan pada Kelurahan Pringsewu Utara pada
tahun 2020 – 2025 berdasarkan jumlah penduduk dan besarnya timbulan sampah per orang
setiap harinya. Metode perhitungan total timbulan sampah menggunakan persamaan berikut (SNI
19-3964-1994):
Berdasarkan hasil perhitungan besar timbulan sampah hingga 5 tahun kedepan yang dijelaskan
menggunakan tabel diatas dapat diketahui bahwa timbulan sampah pada Kelurahan Pringsewu
Utara memiliki nilai yang cukup besar sehingga dengan dibangunnya TPS 3R akan membantu
pengelolaan sampah pada Kelurahan Pringsewu Utara menjadi lebih baik dengan kebutuhan
pelayanan berdasarkan panduan tugas besar sebesar 202 KK.
Perhitungan timbulan sampah yang akan dikelola pada TPS 3R Kelurahan Pringsewu Utara
20
4.4.1 Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah ini bertujuan untuk memilah sampah sesuai dengan komposisinya.
Alat dan Bahan :
- Sarung tangan
- Wadah sampah (Box dan plastik)
- Masker
Langkah- langkah :
a. Sampah Anorganik
- Sampah anorganik yang berada di ruang penampung kemudian dipilah secara manual
oleh tenaga pemilah
- Sampah yang dipilah dimasukkan ke dalam boks sesuai dengan jenisnya
- Sampah diletakkan di tempat yang berbeda sesuai dengan jenis sampahnya. Misal,
sampah kertas boks kuning, logam boks merah, dan residu boks hitam, residu diletakkan
dalam trashbag hitam.
b. Sampah Organik
- Sampah organik yang berada di ruang penampung kemudian dipilah secara manual oleh
tenaga pemilah
- Sampah organik yang sulit terurai, seperti kayu/ranting dipisahkan agar untuk
mempercepat proses komposting
- Sampah yang sudah dipilah kemudian di cacah menggunakan mesin pencacah
c. Sampah Plastik
- Sampah plastik yang berada di ruang penampung kemudian dipilah secara manual oleh
tenaga pemilah
- Sampah plastik dibersihkan dari kontaminan
- Sampah plastik di masukkan ke dalam mesin pencacah plastik
21
4.4.2 Pengolahan Sampah Organik menjadi Kompos
Pengolahan Sampah organik menjadi kompos bertujuan untuk mengolah sampah organik untuk
dijadikan pupuk kompos.
Alat dan bahan :
a. Alat pencacah g. Kotak / bak untuk proses
b. Karung untuk wadah sampah pengomposan
yang telah dicacah h. Bioaktivator (em4)]
c. Sekop i. Garuk
d. Ayakan j. Masker
e. Sarung tangan k. Termometer
f. Ember
Langkah- langkah :
- Melakukan pencacahan sampah untuk mendapatkan potongan sampah yang kecil
sehingga mempercepat proses pengomposan
- Melakukan pengayakan sampah yang telah di cacah dan meletakkan sampah yang telah
diayak ke dalam karung
- Mencampurkan sampah yang telah dicacah dengan EM4 dengan perbandingan 4 tutup
EM4 dengan 4 liter air bersih.
- Meletakkan campuran sampah dan bioaktifator ke dalam bak pengomposan
- Melakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga agar suhu kompos sekitar 40 – 60o c
dan kelembabannya 40%.
- Melakukan pengukuran suhu menggunakan thermometer dan kelembaban menggunakan
tongkat yang ditancapkan
- Apabila kondisinya terlalu lembab maka perlu dilakukan pembalikan tumpukan kompos
- Kompos yang matang ditandai dengan suhu tumpukan yang menurun mendekati suhu
ruangan, tidak berbau, bentuk fisik menyerupai tanah, dan berwarna kehitam- hitaman
- Pematangan berlangsung selama 15 hari atau lebih lambat atau bahkan lebih cepat
tergantung jenis bioaktivator yang dicampurkan ke dalam proses pengomposan.
- Selama proses pengomposan dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan
kompos bila perlu dilakukan pembalikan kompos.
- Kompos yang telah jadi kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan
22
- Kompos yang belum matang dengan sempurna diikutkan/ dicampur kembali dengan
proses pengomposan berikutnya.
Pengolahan ini bertujuan untuk mengubah sampah plastik menjadi biji plastik dan
juga sebagai salah satu upaya untuk mengurangi timbulan sampah plastik.
Langkah- Langkah :
1. Bersihkan plastik dari kontaminer dari tipe plastik yang lain (biasanya berasal dari label
plastik atau sisa isi yang masih melekat). Untuk membersihkan bisa menggunakan cutter
maupun dicuci sampai benar- benar bersih dari kontaminer.
2. Pipihkan plastik (bila berongga seperti botol) dengan cara menginjaknya atau menggunakan
mesin pres.
3. Masukkan ke dalam mesin perajang plastik.
Pilah kembali serpihan plastik untuk membedakan tiap tipe plastik. Media yang digunakan
adalah air atau minyak goreng. Berikut identifikasi yang dapat dilakukan untuk membantu
membedakan antar tipe plastik:
4. Plastik yang telah dibedakan tipenya (tenggelam dan mengapung), dipisahkan untuk
diproses sesuai dengan tipenya. Serpihan akan dimasukkan ke dalam mesin peleleh
(melting). Temperatur yang digunakan untuk masing-masing tipe plastik dapat dilihat pada
tabel 6.1.
23
Tabel 4.4 Media Pemilahan Plastik
Setelah diproses pada mesin melting, hasil yang keluar berupa strand yang kemudian dipotong
dengan menggunakan mesin pellet. Dan dihasilkan bijih plastik.
24
4.5 Komposisi Sampah
Loading rate merupakan jumlah ataupun kapasitas sampah yang akan diolah di TPS3R tiap
jamnya. Dalam perencanaan ini, waktu operasional TPS 3R pada Kelurahan Pringsewu Utara
adalah 7 jam, dimulai pada pukul 08.00 – 12.00 ; 13.00 – 16.00 (istirahat pukul 12.00 – 13.00).
Perhitungan berdasarkan data kapasitas sampah yang akan dikelola di TPS 3R adalah sebagai
berikut :
m3
volume sampah ( )
hari
Loading rate = jam
waktu proses ( )
hari
m3
2,02 ( )
hari
Loading rate = jam
7 ( )
hari
m3
Loading rate = 0,28 jam
25
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh nilai Loading rate atau kapasitas yang akan
diolah di TPS 3R tiap jamnya adalah 0,28 m3/jam.
Ruang pengelolaan sampah organik di TPS 3R Kecamatan Jekan Raya ini terdiri dari
ruang pewadahan sampah organik, pencacahan dan pengomposan.
26
Ruang Pencacahan
Sampah organik yang berada di ruang penampung, kemudian dicacah sambil dilakukan
pemilahan sampah organik yang sulit terurai (kayu) agar tidak ikut terkomposkan. Sampah
dicacah menggunakan alat pencacah untuk mempercepat proses pengomposan. Alat yang
digunakan untuk mencacah sampah organik adalah mesin pencacah Spesifikasi alat pencacah
adalah sebagai berikut (Azmiyah, 2014) :
Dalam perencanaan ini, perkiraan sampah organik yang dikomposkan adalah 65%,
sehingga akan menghasilkan lain-lain dan anorganik proses sebesar 35%.(Panduan tubes,2020)
27
Jumlah mesin pencacah yang diperlukan = 213,34 kg/hari : 200 kg/jam
= 1 buah
No Perencanaan Kebutuhan
1 Sampah masuk 0,38 m3/jam atau 2,67 m3/ hari
2 Dimensi ruang penerimaan 2,5 m x 2 m x 1 m
Kebutuhan lahan 2,5 m x 2 m = 5 m2
3. Dimensi ruang pencacah 2,5 m x 2 m x 0,8 m
Kebutuhan lahan 2,5 m x 2 m = 5 m2
Total Kebutuhan Lahan 10 m2
Ruang Pengomposan
Metode pengomposan yang digunakan adalah pengomposan dengan bantuan EM4.
Metode ini dipilih karena waktu yang diperlukan untuk pengomposan, yaitu sekitar 30 hari.
Perhitungan luas area pengomposan ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Total Volume Sampah yang dikomposkan
𝑡𝑜𝑛
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑎𝑛 (ℎ𝑎𝑟𝑖)𝑥 𝑝𝑎𝑠𝑜𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ ( )
𝑉𝑠. 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠 = ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑡𝑜𝑛
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ ( 3 )
𝑚
= 60,6 m3
Kriteria desain aerator bambu berdasarkan buku petunjuk teknis TPS 3R 2017 adalah sebagai
berikut (Juknis,2017) :
28
b. Volume aerator bambu : (P x Lx T/2) = (2,5 x 0,6 x 0,52)/2 = 0,39 m3
c. Ukuran timbunan kompos : Panjang 2,5 m ; Lebar bawah 3 m ;
Lebar atas 1,8 m; Tinggi 1,5 m.
d. Luas Melintang (Segitiga ) = alas x tinggi / 2 = ((3 + 1,8) x 1,5)/2 = 3,6 m2
Jumlah aerator bambu = volume sampah yang dikompos / volume timbunan kompos
= 60,6 m3 / 8,61 m3
=
7 buah
29
5. Menghitung Area Aerator bambu
Area yang dibutuhkan untuk aerator bambu, untuk sisi lebar aerator bambu dengan
perencanaan 3 m , ruang yang diperlukan untuk pembalikan pada sisi kiri dan kanan aerator
bambu masing-masing sebesar 0,25 m , sementara untuk sisi panjang aerator bambu 2,5 m ruang
pembalikan masing-masing 0,5 m, sehingga total lebar dan panjang yang diperlukan masing-
masing sebesar 3,5 m. Sehingga area 1 unit aerator bambu menjadi 12,25 m2, dan luar area
pengomposan aerator bambu adalah:
Luas area pengomposan = 12,25 m2x Jumlah aerator bambu
= 12,25 x 7 buah
= 85,75 m2
30
Kapasitas Kompos = 50% x 0,8281 m3/hari
= 0,4140 m3/hari
= 0,05 m3/jam
No Perencanaan Kebutuhan
1 Jumlah alat pengayak 1 buah
2 Dimensi ruang rencana 6mx4mx1m
Total Kebutuhan Lahan 24 m2
Ruang pengelolaan sampah plastik di TPS 3R Kecamatan Jekan Raya ini terdiri dari
ruang penerimaan sampah, dan pengolahan sampah plastik menjadi minyak.
31
Berat s. plastik =%s.plastikx ∑penduduk terlayani xBerat timbulan sampah/org/hari
= 5 % x 808 orang x 0,625 kg/org/hari
= 25,25 kg/hari
= 3,60 kg/jam
Tinggi tumpukan sampah 1,5 m, sehingga :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 0,101
Panjang dan Lebar minimum = √ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = = 0,6 m
1,5
Spesifikasi Kebutuhan
Volume Sampah 0,101 m3/hari
Tinggi Tumpukan 1m
Panjang : Lebar 2 m : 1,5 m
Luas lahan 3 m2
Spesifikasi Kebutuhan
Volume Sampah 0.101 m3/hari
Panjang : Lebar 1,5 m : 1,5 m
Luas lahan 2,25 m2
Spesifikasi Kebutuhan
Volume Sampah 1,21 m3/hari
Panjang : Lebar 1,5 m : 1 m
Luas lahan pencucian 1,5 m2
32
Tabel 5.4 Spesifikasi Ruang Pengeringan Sampah Plastik TPS 3R
Spesifikasi Kebutuhan
Volume Sampah 1,21 m3/hari
Tinggi Tumpukan 0,1 m
Panjang : Lebar 5m:3m
Luas lahan pengeringan 1,5 m2
Spesifikasi Kebutuhan
Dimensi mesin (1,25 x 1 x 1,5) m
Luas lahan untuk mesin 1,25 m x 1 m
Total luas lahan untuk kegiatan 2,5 x 1,5 m = 3,75 m2
penggilingan
= 15 % x 2,02 m3/hari
= 0,303 m3/hari
Spesifikasi Kebutuhan
Volume Sampah 0,303 m3/hari
Tinggi Tumpukan 0,75 m
Panjang : Lebar 1,5 m : 2 m
Total Kebutuhan Lahan 3 m2
Berdasarkan perhitungan di atas, maka perencanaan dan kebutuhan lahan untuk pengelolaan
sampah kertas di TPS adalah :
Tabel 5.7 Perencanaan Ruang Pengelolaan Sampah Anorganik
Perencanaan Kebutuhan
Ruang penampung sampah anorganik 2 m x 2 m x 0,75 m
Kebutuhan lahan 4 m2
Ruang pemilahan sampah kertas 2mx2mx1m
Kebutuhan lahan 4 m2
Total Kebutuhan Lahan 8 m2
4.5.5 Gudang
Fasilitas gudang digunakan untuk menyimpan kompos, produk biji plastik, dan sampah
anorganik lain yang layak jual.Sehingga kapasitas gudang disesuaikan dengan jumlah produk
dari komposting, kapasitas biji plastik, dan sampah anorganik. Selain itu gudang juga bisa
digunakan untuk menyimpan barang/alat kebersihan yang digunakan seperti sapu, pel.
34
Tabel 5.8 Perencanaan Kapasitas Gudang
4.5.6 Kantor
Pos jaga ini diletakkan di pintu masuk yang berfungsi untuk mengontrol keluar masuknya
kendaraan pengangkut sampah. Luas lahan yang direncanakan untuk pos jaga TPS 3R adalah:
35
4.5.8 Parkir dumb truck
Parkir dumb truck yang digunakan untuk kegiatan operasional di TPS 3R ini sebanyak 1
buah. Sehingga luas lahan parkir untuk dump truck yang akan direncanakan adalah sebagai
berikut:
Tabel 6.2 Perencanaan Parkir Dump truck
Spesifikasi Kebutuhan
Panjang : lebar bangunan 7m:5m
Luas lahan 35 m2
Jumlah kamar mandi yang direncanakan sebanyak 1 buah, dengan luas masing- masing
toilet adalah 3 m2. Sehingga total lahan yang dibutuhkan untuk toilet adalah 3 m2.
Jadi, total kebutuhan lahan berdasarkan pengkajian unit-unit pengolahan untukmengolah sampah
di TPS 3R dibutuhkan lahan bangunan sebagai berikut :
36
Tabel 6.3 Total Kebutuhan Lahan
Total 60,65 m2
37
4.6 Gambaran Umum Bangunan TPS 3R
38
f. Ruang pengelolaan sampah organik
Dalam ruang pengelolaan sampah organik terdiri dari unit penampungan sampah
organik, unit pemilahan, unit pencacah sampah organik, unit pengomposan, unit
pengayakan dan unit pengepakan kompos. unit penampungan sampah organik
diletakkan samping unit pengelolaan sampah anorganik, kemudian unit pemilahan
sampah organik, unit pencacah, dan unit komposting diletakkan saling bersebelahan
dan berjajar, untuk unit pengayakan dan pengepakan kompos diletakkan di depan unit
penampung sampah organik. Unit pengelolaan sampah anorganik berada diruang
terbuka dan beratap, dan setiap unit diberi sekat.
g. Ruang pengelolaan sampah plastik
Dalam ruang pengelolaan sampah plastik terdiri dari unit penampungan sampah
plastik, unit pemilahan, unit pencucian, unit pengeringan, dan unit penggilingan. Unit
penampungan sampah plastik diletakkan samping unit pengelolaan sampah
organik, kemudian unit pemilahan sampah plastik, unit pencucian dan pengeringan
diletakkan sejajar dan bersebelahan dengan batas sekat.Unit penggilingan sampah
plastik diletakkan di depan unit penampung sampah plastik.
h. Garasi kendaraan pengangkut sampah
Garasi kendaraan pengangkut digunakan sebagai tempat kendaraan apabila telah
selesai beroperasi. Garasi kendaraan diletakkan di samping unit pengelolaan plastik.
39
4.7 GAMBAR DESAIN TPS 3R
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
41
c. Pengelolaan Sampah Anorganik
a) Ruang penampungan sampah anorganik
b) Ruang pemilahan sampah anorganik
d. Sarana Penunjang
a) Gudang
b) kantor
c) parkir dump truck
d) pos jaga
e) kamar mandi
Dan total luas lahan yang dibutuhkan untuk perencanaan TPS 3R di Kelurahan Pringsewu
Utara adalah 207,65 m2.
5.2 Saran
a. TPS 3R ini diharapkan dapat dikelola dengan baik sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat.
b. Lakukan perencanaan sesuai ketentuan Pemerintah dengan berdasarkan Buku
Petunjuk Teknis TPS 3R sesuai tahun yang di inginkan .
42
DAFTAR PUSTAKA
Arfah, Mahrani. 2017. Pemanfaatan Limbah Kertas Menjadi Kertas Daur Ulang Bernilai
Tambah Oleh Mahasiswa. Buletin Utama Teknik Vol. 13 (1)
Artiani, Gita Puspa dan Indah Handayasari. 2015. Konservasi Lingkungan Melalui Perencanaan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Komunitas. Seminar Nasional Sains Dan
Teknologi Universiats Muhamadiyah Jakarta
Azmiyah, Nur, Rizki Purnaini, dan M.Indrayadi. 2014. Perencanaan Sistem Pengelolaan
Sampah Terpadu di Kawasan Pasar Flamboyan Kota Pontianak. Universitas Tanjungpura
Pontianak
Damanhuri, Enry. 2010. Diktat Kuliah Teknik Lingkungan Pengelolaan Sampah. Bandung:
Institut Teknologi Bandung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana
Sarana Persampahan
Purnaini, Rizki. 2011. Perencanaan Pengelolaan Sampah Di Kawasan Selatan Universitas
Tanjungpura. Jurnal Teknik Sipil Untan. Vol: 11 No.1
Sahwan, L. Firman, Dkk. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia.Jurnal Teknik
Lingkungan 6(1): 311-318
SNI 19-3964-1994 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi
Sampah Perkotaan
Widarti, Budi Nining, Dkk. 2015. Pembuatan Kompos Dari Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal
Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (diakses pada 23 April 2020 )
43