Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat S-2
Program Studi
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Diajukan oleh:
Agus Subandrio
NIM 19/449460/PTK/12719
Kepada
MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH KOTA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
ii
2.3.2 Dampak Fisik Kegiatan Industri .................................................... 40
2.3.3 Dampak Ekonomi Kegiatan Industri ............................................. 42
2.3.4 Dampak Sosial Kegiatan Industri .................................................. 44
2.3.5 Dampak Lingkungan Kegiatan Industri ......................................... 45
2.4 Sintesa Tinjauan Pustaka ......................................................................... 47
iii
4.4.2 Tujuan pembangunan Industri di Kalimantan Utara ...................... 71
4.4.3Sasaran pembangunan industri Kalimantan Utara .......................... 71
4.4.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Industri .............................. 72
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 7
Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka ........................................................................... 45
Tabel 3. 1 Variabel Penelitian ..................................................................... 51
Tabel 3. 2 Data Observasi Lapangan ........................................................... 53
Tabel 3. 3 Data Wawancara ......................................................................... 54
Tabel 3. 4 Data Survei Sekunder ................................................................. 55
Tabel 3. 5 Jumlah Populasi Penelitian ......................................................... 56
Tabel 3. 6 Metode Analisis .......................................................................... 56
Tabel 3. 7 Metode Analisis Perkembangan Wilayah................................... 56
Tabel 4. 1 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulungan ........................... 65
Tabel 4. 2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bulungan ............................... 65
Tabel 4. 3 Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Bulungan ................................ 66
Tabel 4. 4 Laju pertumbuhan PDB Atas Harga Konstan............................. 67
Tabel 4. 5 Keterkaitan Kebijakan Perwilayahan di Kalimantan Utara ........ 71
Tabel 4. 6 Perwilayahan Industri Provinsi Kalimantan Utara ..................... 73
Tabel 5. 1 Angkatan kerja Kabupaten Bulungan ......................................... 77
Tabel 5. 2 Jumlah Penambahan unit Usaha Baru ........................................ 81
Tabel 5. 3 Tanggapan Responden terhadap Pertamahan Sarana Ekonomi . 82
Tabel 5. 4 Pembahasan Dampak Sosial KIPI .............................................. 87
Tabel 5. 5 Pembahasan Dampak Ekonomi KIPI ......................................... 95
Tabel 5. 6 Pembahasan Dampak Lingkungan Proyek KIPI ........................ 97
Tabel 5. 7 Keterkaitan Temuan penelitian dangan teori .............................. 101
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Teori ...................................................................... 46
Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian..................................................................... 49
Gambar 3. 2 Tahapan Penelitian.................................................................. 50
Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bulungan ................................. 62
Gambar 4. 2 Persebaran Penduduk berdasarkan Kecamatan....................... 66
Gambar 4. 3 Laju pertumbuhan PDB Atas Harga Konstan ......................... 67
Gambar 4. 4 PDRB Atas Harga berlaku Kabupaten Bulungan ................... 68
Gambar 5. 1 KIPI Terhadap RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten ........ 78
Gambar 5. 2 Pekerjaan Responden .............................................................. 83
Gambar 5. 3 Presentase Konflik yang terjadi .............................................. 85
Gambar 5. 4 Pendapatan Penduduk Saat ini ................................................ 92
Gambar 5. 5 Pendapat Responden terhadap Kesempatan kerja .................. 93
Gambar 5. 6 Pendapat Responden terhadap Dampak Limbah .................... 93
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
perekonomian masyarakat. Dalam bidang sosial, diperkirakan industrialisasi akan
menyebabkan terjadinya struktur sosial dimana sebagian besar dari anggota
masyarakat akan menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri.
Sedangkan dari segi budaya, industrialisasi diperkirakan akan menimbulkan
perubahan nilai-nilai dan pola gaya hidup (life style pattern) masyarakat yang
amat berarti pula. Selain dampak yang diuraikan diatas, salah satu dampak positif
dari keberadaan industri diantaranya penyerapan tenaga kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh industri. Sehingga dampak dari keberadaan
industri tersebut dapat menimbulkan perubahan pada masyarakat baik kondisi
sosial ekonomi maupun kondisi budaya masyarakat sekitar kawasan industri
tersebut.
Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) di
Kabupaten Bulungan berada pada yang sangat strategis untuk menunjang kegiatan
Industri dan juga Mobilitas dari pelabuhan internasional tersebut.
Sesuai dengan peraturan Pemerintah No. 142 Tahun 2015, luas lahan
Kawasan Industri minimal 50 ha atau minimal 5 ha untuk Kawasan Industri
khusus industri kecil dan menengah. Ketersediaan lahan harus memasukkan
pertimbangan kebutuhan lahan di luar kegiatan sektor industri sebagai efek
bergandanya, seperti kebutuhan lahan perumahan dan kegiatan permukiman dan
perkotaan lainnya. Sebagai ilustrasi, bila per hektar kebutuhan lahan Kawasan
Industri menyerap 100 tenaga kerja, berarti dibutuhkan lahan perumahan dan
kegiatan pendukungnya seluas 1-1,5 ha untuk tempat tinggal para pekerja dan
berbagai fasilitas penunjang. Hal ini berarti, apabila hendak dikembangkan 100 ha
Kawasan Industri di suatu daerah maka di sekitar lokasi harus tersedia lahan untuk
fasilitas seluas 100-150 ha, sehingga total area dibutuhkan 200-250 ha.
Dampak industri terhadap aspek sosial budaya antara lain berkurangnya
kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang ada karena masuknya nilai dan
norma budaya baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang atau migran.
Dengan demikian agar pembangunan industri mempunyai peran yang besar
dalam pembangunan wilayah, maka dari itu dibuatlah suatu aturan bersama baik
2
dari kegiatan RT/RW dan tetap melestarikan kebudayaan yang ada di Kabupaten
Bulunggan supaya tidak tergeser sehingga tetap terus dilestarikan dalam
lingkungan masyarakat tersebut.
3
(central business district atau CBD) yang cenderung berkembang ke arah luar,
baik secara difusif maupun secara leaf frog atau lompatan katak, mengakibatkan
tumbuhnya kota satelit. Proses inilah yang kemudian menyebabkan wilayah
administratif tetangganya memperoleh manfaat dengan semakin berkembangnya
daerah perbatasan Berkembangnya wilayah administratif yang berbatasan dengan
kota besar inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya daerah otonom baru dari
pemekaran daerah induknya. Proses seperti inilah yang menjadi acuan dasar
dalam melahirkan daerah otonom baru di Indonesia.
Secara teori Polarization Effect and Trickle Down Effect menganggap
bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan, akan tetapi
terdapat sistem polarisasi perkembangan suatu wilayah yang kemudian akan
memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata lain, suatu wilayah yang
berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut berkembang.
Penelitian ini melihat bagaimana peran pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional bagi perekonomian wilayah kabupaten Bulungan.
4
2. Mendeskripsikan perubahan terhadap perkembangan wilayah di Kabupaten
Bulungan dari keberadaan proyek Pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional.
3. Menjelaskan pengaruh proyek KIPI terhadap perkembangan wilayah di kab.
Bulungan dari aspek spasial, ekonomi dan sosial
5
dan kuantitatif sama halnya dengan penelitian terdahulu, akan tetapi
menggunakan pendekatan yang dan analisa yang berbeda.
Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti
terhadap pengaruh keberadaan Kawasan Industri untuk mengetahui perkembangan
industri Alas Kaki Terhadap Perkembangan Wilayah Sekitarnya Di Kabupaten
Jombang oleh (Hendri 2019) dan Pengaruh Pembangunan Industri Terhadap
Perkembangan Wilayah Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Di Kecamatan Porsea
oleh (Herbin 2007). Untuk salah satu analisis yang dipakai dalam penelitian ini
seperti pada penelitian sebelumnya, perbedaanya selain lokasi yang berbeda
dengan peneliti sebelumnya juga terletak pada identifikasi scope penelitian yang
lebih spesifisik. Jika melihat dari beberapa penelitian terdahulu, penelitian untuk
proyek Pembangunan Kawasan Industri yang sudah beroperasi masih minim
dilakukan hal ini disebabkan karena proyek pembangunan ini tergolong baru
dilakukan di Indonesia. Sehingga hal ini perlu dilakukan sebagai acuan bagaimana
Pemerintah menentukan kebijakan untuk pelaksanaan kedepannya.
Berikut adalah penjelasan keaslian penelitian dengan penelitian yang
lainnya:
6
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Studi
01. Hendri Subagio Dampak Industri a. Mengidentifikasi a. Perkembangan Deduktif dan a. Secara Fisisk wilayah
(UGM, 2018) Alas Kaki perkembangan Industri Gabungan antara mengalai perubahan
Terhadap industri alas kaki; b. Fisik Wilayah Kunatitaif dan penggunaan lahan
Perkembangan b. Mengidentifikasi c. Perubahan Kualitattif b. Secara Ekonomi
Wilayah Sekitarnya dampak industri alas Sosial Meningkatkan
Di Kabupaten kaki terhadap d. Perkembangan kesejahteraan dan
Jombang perkembangan Ekonomi pendapatan masyarakat
wilayah sekitarnya e. Perubahan c. Secara Sosial berdampak
Lingkungan terhadap mata
pencaharian dan pola
hubungan masyarakat
yang lebih kompleks dan
meningkatnya
kriminalitas
d. Aspek Lingkungan
menimbukan polusi
e. Secara keseluruhan
industri ini memberikan
7
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Studi
dampak pada
perkembangan wilayah di
kawasan industri
02. Herbin Tampubolon Pengaruh a. Menjelaskan kaitan a. Perkembangan Deduktif a. Kec. Porsea mengalami
(UGM, 2007) Pembangunan industri Paper Pulp Fisik Ekonomi perubahan ekonomi yang
Industri Terhadap dengan perubahan b. Perkembangan cukup pedar dengan Laju
Perkembangan ekonomi, social Sosial Pertumbuhan mencapai
Wilayah Studi fisik wilayah dan c. Perkembangan rata-rata 37.51 di
Kasus PT. Toba memberikan Ekonomi pertahaun, dibanding
Pulp Lestari Di gambaran wilayah d. Tenaga Kerja dengan kabupaten induk
Kecamatan Porsea akibat aktivitas dan Upah yg hanya sekitar 6.13%
industri di Kec. e. Sarana dan pertahun
Porsea Prasaraa b. Laju pertumbuhan
b. Untuk mengetahui Transportasi penduduk Kec. Porse
relevansi f. Bahan Baku sebesar 5.62% pertahun
implementasi teori g. Kependudukan lebih besar di banding
growth pole dengan h. Budaya dengan Kab. Induk yang
kenyataan hanya rata-rata pertahun
8
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Studi
dilapangan 2,12%
c. Terjadi konversi fungsi
lahan tidur menjadi lahan
industri mencapai 21.762,
01 atau rata-rata 1.450,80
pertahaun, sedangkan
perkembangan lahan
akibat pertambahan
penduduk hanta sekitar
620 Ha pertahun
03. Gunarasa Irianta Kajian Dampak a. Mengidentifikasi a. Land Use Deskriptif a. Dampak perubahan
(UNDIP, 2008) Perkembangan kondisi eksisting b. Jaringan Jalan Eksploratif pemanfaatan lahan
Industri Terhadap lahan dan aktivitas c. Penyebaran tafsiran sedang (+3) pada
Konsisi Lahan Di industri di kawasan Industri segmen I dan
Kawasan Bawen Bawen. d. Penyebaran perkembangan industri di
Kabupaten b. Mengidentifikasi Lahan Industri lokasi ini meningkat dari
Semarang daya dukung lahan e. Kebijakan Tata tahun ke tahun
industri di kawasan ruang b. Dampak perubahan
9
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Studi
Bawen. kondisi dengan kategori
c. Mengidentifikasi kecil (+2) pada segmen I
perkembangan Harjosari terjadi pada
industri di kawasan komponen pemanfaatan
Bawen. lahan industri yang
d. Mengidentifikasi berkaitan dengan luas
dampak kondisi bangunan industri karena
lahan akibat setelah operasional
adanya industri di bangun sarana
perkembangan dan prasarana penunjang,
aktivitas industri. serta adanya
pengembangan pabrik
sehingga berpengaruh
terhadap pemanfaatan
lahan industri dan luas
bagunan industri riil
dibandingkan dengan luas
lahan masih dibawah
70%.
10
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Metode Hasil Studi
c. Dampak perubahan
kondisi dengan kategori
sangat kecil (+1) pada
segmen I Harjosari
meliputi komponen
kelerengan lahan,
ketinggian lahan, curah
hujan dan ruang terbuka
hijau
d. Dampak perubahan
kondisi akibat
perkembangan aktivitas
industri pada segmen II
Bawen dengan kategori
dampak sangat kecil (+1)
adalah kelerengan lahan,
ketinggian lahan,
pemanfaatan lahan dan
ruang terbuka hijau.
11
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I Pedahuluan
12
BAB VI Kesimpulan dan Saran
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
Didalam pengertian yang lebih khusus, industri adalah suatu kegiatan pada
sektor ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya dan
nilai ekonomisnya, termasuk kegiatan perencanaan dan pembangunan serta
rekayasa teknologi industri. Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha
pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang
jadi yang memiliki nilai tambah dan nilai jual untuk miningkatkan pendapatan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari sektor
industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri merupakan usaha untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat.
Industrialisasi juga sangat tergantung dari usaha untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia dan kemampuan untuk menggunakan sumber daya
alam secara maksimal. UU Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
mendefinisikan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun
dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu
sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia (sritomo
Wigjosoebroto, 2003: 19).
Hasibuan (2000) menjelaskan bahwa pembagian ruang lingkup industri
dibagi ke dalam lingkup makro dan mikro. Didalam Lingkup mikro,
mendefinisikan industri sebagai suatu perkumpulan dari beberapa
organisasi/perusahaan yang menghasilkan barang-barang sejenis, atau barang-
barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat. Dari segi
pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro. Industri adalah
kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu
secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan
secara makro dapat membentuk pendapatan.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pemerintah
dalam menarik investor luar negeri dan dalam negeri untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan pembangunan ekonomi di Indonesia, termasuk kegiatan industri
15
yang memerlukan area yang cukup luas (Parlindungan, 1992: 36; Saragih, 1993:
2)
Industri sebagai suatu sistem yang tersusun atas unsur fisik dan unsur
perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses produksi adalah komponen
tempat meliputi kondisinya, perlengkapan, bahan mentah/baku dan sumber energi.
Sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen ketersediaan tenaga kerja,
kemampuan atau skill, budaya, transportasi dan komunikasi, keadaan pasar dan
gejolak politik. Percampuran antara kedua unsur tersebut akan menimbulkan
kegiatan industri yang melibatkan berbagai faktor (Hendro, 2000: 21-22).
a. Cluster 1
Cluster ini merisikan blok yang terdiri dari 2 smleter, Kawasan Industri
Elektronik, Industri Kelistrikan, Industri Kendaraan bermotor dan industri
Akat Angkut
b. Cluster 2
Cluster ini berisikan PLTU, Industri produk batubara dan minyak bumi,
dan industri Bahan Galian Bukan Logam
c. Cluster 3
Cluster ini berisi Industri Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya, Industri
Olahan Kayu, Industri pengolahan dan pengawetan ikan, industri
16
pengolahan dan pengawetan daging, Industri pengolahan dan pengawetan
buah, Industri pangan, Industri Makanan dan Penyulingan Air.
17
memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya:
industri genteng, industri bata dan industri pengolahan rotan.
3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki
modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan
tertentu dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial
tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir dan industri
keramik.
4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang
dihimpun secara kolektif dalam bentuk kepemilikan saham, tenaga
kerja harus memiliki keterampilan khusus dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan.
Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja dan
industri pesawat terbang.
c. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda
yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara
langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.
2. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum
dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang,
industri ban, industri baja dan industri tekstil.
3. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang
atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan
yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat.
18
Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri
perdagangan dan industri pariwisata.
19
e. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau
alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri
mesin dan industri percetakan.
2. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai
untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri
makanan dan industri minuman.
f. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik
rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan dan
industri kerajinan.
2. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik
Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri
kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan,
industri perminyakan dan industri transportasi.
g. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan dan pemasarannya.
Berdasarkan cara pengorganisasiannya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif
kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang
biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana dan
lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya:
industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal
relatif besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja
antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap dan lokasi
pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional). Misalnya:
industri bordir, industri sepatu dan industri mainan anak-anak.
20
3. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat
besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga
kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala
nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang
elektronik, industri otomotif, industri transportasi dan industri
persenjataan
a) Industri Dasar
Meliputi kelompok industri mesin dan logam (IMDL) dan kelompok
industri kimia dasar (IKD). IMLD meliputi: industri mesin pertanian,
elektonik, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja,
alumunium, tembaga, dan sebagainya. Yang termasuk dalam IKD, yaitu
industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri
pupuk, industri semen, industri batubara, industri silikat, dan sebagainya.
Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat
padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan
tidak padat karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja
baru secara sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi
lainnya.
b) Industri kecil
Meliputi industri langsung, yaitu: industri pangan (makanan, minuman,
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang
dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan,
penerbitan, barang-barang karet, plastic dan lain-lain), industrigalian
bukan logam, dan industri logam (mesin-mesin) listrik, alat-alat ilmu
pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya) Kelompok industri kecil
ini mempunyai misi untuk melaksanakan pemerataan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah dan sederhana, dan padat karya.
21
Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan
kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam
negri dan pasar luar negri (ekspor)
c) Industri hilir
Melompok aneka industri atau (AI) yang meliputi, yaitu: industri yang
mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil tambang,
industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain.
Kelompok aneka industri ini mempunyai misi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja,
tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan adalah teknologi
menengah dan teknologi maju
1. Industri Kecil
Industri Kecil merupakan industri yang memperkerjakan paling banyak 19
(Sembilan belas) orang Tenaga Kerja dan memiliki nilai Investasi kurang
dari Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan
tempat usaha. Tanah dan bangunan tempat usaha merupakan tanah dan
bangunan yang lokasinya menjadi satu dengan lokasi tempat usaha.
2. Industri Menengah
Industri menengah merupakan industri yang memperkerjakan paling
banyak 19 (Sembilan belas) orang Tenaga Kerja dan memiliki nilai
investasi paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah) atau
memperkerjakan paling sedikit 20 (dua puluh) orang Tenaga Kerja dan
memiliki nilai investasi paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas
milyar rupiah).
22
3. Industri Besar
Industri Besar merupakan Industri yang memperkerjakan paling sedikit 20
(dua puluh) orang Tenaga Kerja dan memiliki Nilai Investasi lebih dari
Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
23
menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi.
Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu
kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan
dan mesin-mesin yang digunakan
2. Modal bergerak (modal variabel), biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses
produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi.
Mulyadi (2003:197), modal usaha industri rumah tangga
kebanyakan berasal dari keuangan pribadi yang menyebabkan modalnya
terbatas. Dengan modal yang terbatas industri rumah tangga sulit untuk
berkembang menjadi yang lebih besar dan bersaing dipasar bebas dengan
modal yang terbatas industri rumah tangga batu bata juga kesulitan dalam
alih teknologi karena keterbatasan untuk membeli peralatan untuk
menunjang peningkatan produksi batu bata. Modal yang terbatas ini dapat
dilihat dari modal yang digunakan untuk sekali produksi saja, jika tidak
laku tidak melakukan produksilagi atau membuat stok batu bata lagi.
b. Bahan Baku
Menurut Daldjoeni (1992:59), selain lokasi, industri juga terkait
dengan bahan baku, bahan baku merupakan bahan utama dalam proses
produksi sangat berguna untuk pembuatan suatu barang. Misalnya untuk
industri rumah tangga batu bata membutuhkan bahan baku berupa
lempung, tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan
kohesif sehingga dapat mudah dibentuk, lempung yang memiliki nilai
plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata pecah saat dibakar.
Menurut Shalahuddin (2010:135), lempung untuk bahan baku pembuatan
batu bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari
24
indeks keplastisannya. Lempung untuk batu bata mempunyai tingkat
keplastisan 25%-30%.
Menurut Kuncoro (2004: 213), industri pedesaan di Indonesia pada
umumnya merupakan industri yang dominan, baik dilihat dari jumlah unit
usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai ekspor, maupun potensinya
mengingat bahan baku yang masih cukup melimpah.
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat ikut
serta dalam proses ekonomi. Suplay tenaga kerja menyangkut dua segi:
kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif yaitu
berdasarkan ketrampilan tekniknya. Tambunan (2012:34), kunci
keberhasilan dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) yaitu pada
karakteristik biaya produksi yang rendah, rendahnya biaya produksi
disebabkan oleh pemakai para anggota keluarga sebagai pekerja tidak
dibayar.
Menurut Adam Smith tiga alasan pembagian kerja dan spesialisasi
yang baik akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja diantaranya yaitu:
1. Pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan memaksa
setiap setiap tenaga kerja untuk lebih berkonsentrasi pada
bidagnya dan melalui proses learning by doing pada
akhirnya kemahiran (expertise) pada bidang tersebut akan
tercipta sehingga pada akhirnya produktivitas akan
meningkat.
2. Pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan
mengurangi waktu yang terbuang dalam proses
perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya
sehingga produktivitas juga akan meningkat
3. Pembagian kerja dan spesialisasi yang naik akan
merangsang diteukannya teknologi baru yang mampu
meningkatkan produktivitas tiap satuan inputnya Arsyad
linkolin (2010:75).
25
d. Sumberdaya Tenaga
Sumberdaya tenaga ini menyangkut apa yang digunakan pada saat
produksi contoh tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakkan mesin.
Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin
dapat berputar dengan menggunakan bahan penggerak.
e. Pasaran/pemasaran
Tujuan dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang
untuk dijual dan untuk di pasarkan. Pemasaran tergantung dari dua hal:
luasnya pasaran, artinya: banyaknya penjual belian atau omzet pasarannya
(the possible purchasers) dan di samping itu kuatnya pasaran (the
purchasing power of the market) khusus ini tergantung lagi dari tarif hidup
para pelanggannya. Pemasaran merupakan salah satu konsep marketing
yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha. Baik pengusaha yang masih baru
maupun pengusaha yang telah lama dirintis, baik pengusaha kecil maupun
pengusaha yang telah berkembang sekalipun. Semuanya membutuhkan
konsep marketing yang merupakan kunci dalam mengembangkan usaha
yang dijalankannya.
Strategi pemasaran produk masih menjadi masalah yang banyak
dihadapi oleh usaha kecil yang saat ini banyak bermunculan. Salah satu
cara yang dapat ditempuh pengrajin kecil untuk mengembangkan
usahanya adalah dengan fokus pada strategi pemasaran yang sederhana.
Menurut Wijayanti (2012:59), cara mengatasi pemasaran dengan anggaran
terbatas yaitu:
1. Bekerjasama dengan pengusaha atau rekan kita dengan
upaya pemasangan iklan. Hal ini dapat mengurangi biaya
pengeluaran perusahaan. Karena dengan memasang iklan
kepada teman, lebih cenderung dibuat pembayaran dalam
konteks kekeluargaan. Secara tidak langsung harga
pemasangan iklan dapat relatif lebih murah dibandingkan
jika di biro periklanan pada umumnya.
26
2. Mencoba mengirimkan penawaran produk kepada pihak-
pihak yang terlibat. Dalam berbinis, media lain yang dapat
membantu strategi pemasaran adalah kontraktor. Dengan
cara memberi potongan harga untuk paket pembelitian
tertentu, akan menambah minat kontraktor untuk
memasok batu bata dari pabrik.
3. Perkenalkan produk dan usaha melalui media gratis. Hal
tersebut akan membantu pengusaha dalam meminimalisir
anggaran pemasaran melalui biro iklan, pamphlet, brosur.
Misalnya saja, promosi melalui jasa internet, sebagai
contoh membuat blog untuk produk yang diproduksi. Hal
tersebut mempermudah konsumen tentang produk yang
kita tawarkan.
4. Melibatkan lingkungan, dengan melibatkan lingkungan
yang ada disekitar usaha kita, dapat dijadikan sebagai
salah satu cara publikasi gratis kepada masyarakat sekitar.
Produksi dapat dikenal, dinilai dan dipakai.
f. Suplay air
Industri amat memerlukan persediaan air. Misalnya industri batu bata
memerlukan suplai air dalam proses pembuatan batu bata.
g. Fasilitas transportasi
Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi industri. Ini
bertalian dengan dua hal, pertama usaha mendatangkan bahan mentah dan
yang kedua usaha pelemparan produksi ke pasaran.
27
1. Faktor sumber daya, khususnya sumber daya alam sebagai
pendukung industri, meliputi berikut ini.
a) Bahan mentah merupakan faktor pendukung industri yang
penting dikarenakan bahan mentah atau bahan baku
tersebut sebaiknya mudah diperoleh atau didatangkan
secara ekonomis.
b) Sumber energi merupakan faktor yang penting, terutama
bagi industri modern.
c) Iklim dan bentuk lahan. Faktor iklim bagi industri yang
dikerjakan dalam ruangan ber-AC (air conditioning) tidak
akan berpengaruh. Akan tetapi, bagi industri yang
dilakukan di luar ruangan, keadaan cuaca dan iklim sangat
menentukan. Bentuk lahan, sangat berkaitan dengan
penempatan industri maupun pembuatan prasarana lalu
lintas angkutan.
d) Persediaan air. Kemudahan mendapatkan air harus
diperhatikan untuk menentukan lokasi industri, terutama
bagi industri besi atau baja, industri kertas, industri tekstil,
industri kimia, dan industri minuman.
2. Faktor sosial, meliputi berikut ini.
a) Penyediaan tenaga kerja merupakan bagian yang penting
dari proses industri, dimana penyediaan tenaga kerja
tergantung kepada tenaga kerja yang tersedia dan besarnya
upah yang berlaku.
b) Skill (kemampuan) teknologi menyiratkan bahwa tenaga
kerja yang diperlukan adalah yang mempunyai skill dan
keterampilan yang tinggi.
3. Faktor ekonomi, meliputi berikut ini.
a) Faktor modal merupakan faktor yang diperlukan dalam
usaha industri. Modal ada dua macam, yaitu Modal Dalam
28
Negeri (PMDN) dan Modal Luar Negeri (PMA dan
Pinjaman).
b) Faktor pemasaran sangat penting karena suatu industri
cenderung berorientasi pada pasar.
c) Faktor transportasi sangat penting bagi industri, misalnya
pengangkutan bahan mentah ke pabrik dan pemasaran
hasilnya. Biasanya pusat-pusat lalu lintas yang padat dan
luas merupakan pusat-pusat industri.
d) Faktor nilai dan harga tanah. Pajak yang berbeda di setiap
daerah akan mempengaruhi persebaran industri. Harga
tanah yang tinggi di pusat kota mendorong usaha industri
ditempatkan di daerah pinggiran. Pajak yang berbeda-beda
mengakibatkan industri cenderung didirikan di daerah yang
tarif pajaknya rendah.
4. Faktor kebijakan pemerintah, antara lain :
a) Ketentuan-ketentuan perpajakan dan tarif;
b) Pembatasan impor-ekspor (proteksi hasil produksi dalam
negeri akan mendorong ekspor);
c) Pembatasan jumlah dan macam industri;
d) Penentuan lokasi atau daerah industri; serta
e) Pengembangan kondisi dan iklim yang menguntungkan
usaha.
b. Pratiknya (2007)
Perkembangan industri dalam pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, dalam hal ini faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam industri
sendiri yang dapat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya
perkembangan industri.
29
a) Faktor lokasi yaitu letak suatu kawasan industri dalam
suatu daerah tertentu, semakin mudah dijangkau maka akan
semakin menarik minat investor.
b) Permodalan, dengan modal yang cukup maka
pembangunan industri dapat berjalan dengan lancar.
c) Kelengkapan fasilitas, industri yang menyediakan fasilitas
lengkap akan menjadi daya tarik bagi investor untuk masuk
ke dalam industri tersebut
d) Promosi dilakukan dengan tujuan memperkenalkan
keberadaan industri dan sekaligus upaya menarik investor
agar mau menanamkan modalnya pada industri tersebut.
2. Faktor Ekstern
a) Iklim investasi dapat dikatakan kondusif apabila para calon
investor dapat merealisasikan investasinya di suatu daerah.
Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(Kompas, 11 Januari 2006) kendala yang mengakibatkan
iklim investasi di Indonesia belum kondusif antara lain
proses perizinan yang lama dan berbelit-belit, tidak danya
rules of law, pemutusan hubungan kerja, kekurangan
infrastruktur serta kurangnya insemtif pada daerah yang
menggalakkan ekspor dan usaha strategis.
b) Dukungan pemerintah, dapat berupa insentif Pajak Bumi
bangunan (PBB) atau dukungan biaya pembangunan dan
perawatan infrastruktur, serta kemudahan-kemudahan
dalam perizinan bagi investor yang akan membangun
pabrik di suatu daerah.
c) Ketersediaan prasarana umum merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk menarik
investor dan mendukung perkembangan industri.
30
c. I Made Sandy (1986)
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan (maju mundur) suatu
industri, yaitu :
1. Tenaga kerja yang terampil di dalam bidang industri yang
bersangkutan karena itu industri membutuhkan pengkhususan di
masyarakat.
2. Suasana industri, yaitu masyarakat yang tahu akan barang yang
dihasilkan, membutuhkan dan mampu membeli.
3. Jaringan komunikasi yang mantap, merupakan sarana hubungan
darat, laut, udara, dan elektronika
4. Terjaminnya ketersediaan bahan mentah dan bahan baku.
5. Tenaga energi atau bahan bakar
6. Pasar dan sarana untuk menjamin permintaan pasar dengan cepat
dan dapat terpenuhi.
7. Pengangkatan manajemen yang mampu memandang jauh kedepan.
8. Ketentraman politik dan sosial.
9. Kemudahan kredit dan kelancaran administrasi.
31
semakin terarahnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan dan semakin
tingginya responsi masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran atau
target dari perkembangan wilayah
Secara umum, tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat dari rasio luas
wilayah terbangun (built-up area) terhadap total luas wilayah. Semakin luas
wilayah terbangunnya dapat diartikan semakin tinggi aktivitas ekonomi
masyarakatnya. Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin padatnya jaringan
jalan, semakin meluasnya wilayah perkantoran dan perdagangan, semakin
menyebarnya wilayah permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan
tingginya peluang kerja. Disamping itu, perkembangan wilayah juga diketahui
dari semakin meningkatnya kegiatan ekonomi mulai dari pusat-pusat bisnis
(central business district atau CBD) yang cenderung berkembang ke arah luar,
baik secara difusif maupun secara leaf frog atau lompatan katak, mengakibatkan
tumbuhnya kota satelit. Proses inilah yang kemudian menyebabkan wilayah
administratif tetangganya memperoleh manfaat dengan semakin berkembangnya
daerah perbatasan. Berkembangnya wilayah administratif yang berbatasan dengan
kota besar inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya daerah otonom baru dari
pemekaran daerah induknya. Proses seperti inilah yang menjadi acuan dasar
dalam melahirkan daerah otonom baru di Indonesia.
32
dengan perkembangan wilayahnya. Hal yang tak kalah pentingnya juga adalah
jangan sampai melupakan prinsip pengembangan wilayah yang meliputi Growth
(tumbuh berkembang), Equity (merata dan adil), Welfare and prospherity
(sejahtera dan makmur), serta Sustainability (berkelanjutan)
33
tahun 1980 pangsa PDB dari sektor industri manufaktur adalah 11,6 persen dan
meningkat menjadi 26,1 persen pada tahun 2001. Sementara dari sektor pertanian
pangsa PDB di tahun 1980 adalah 24,8 persen dan turun menjadi 16 persen di
tahun 2001.
Dalam sejarah pembangunan ekonomi dunia ada banyak teori atau model
yang dikemukakan dan diimplementasikan. Keberhasilan implementasi dari teori
dan model tersebut sangat ditentukan oleh asumsi-asumsi yang digunakan serta
didasarkan kepada sumber-sumber pembangunan yang tersedia dan kendala-
kendalanya. Teori perubahan structural (structural-change theory) memusatkan
perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih
terkebelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri
mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional ke perekonomian
yang lebih modern yang memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi
dan sektor-sektor jasa yang tangguh. W. Arthur Lewis dengan Model “Surplus
Tenaga Kerja Dua Sektor” (two sector surplus labor) dan Hollis B. Chenery
dengan model “Pola-Pola Pembangunan” (patterns of development) merupakan
dua ekonom yang memberikan konstribusi besar dalam menganalisis pendekatan
perubahan struktural. Kuncoro (1996) menyatakan bahwa industrialisasi di
Indonesia sejak Pelita I telah mencapai hasil yang diharapkan dan telah
mengakibatkan adanya transformasi struktural. Sektor industri manufaktur muncul
menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan tumbuh pesat melampaui
laju pertumbuhan sektor pertanian.
34
Salah satu strategi pembangunan yang dilakukan suatu negara untuk
tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana tabungan sebagai modal
investasi untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana
dikemukakan oleh Harrod-Domar bahwa output dari unit ekonomi atau suatu
industri tergantung dari jumlah modal yang diinvestasikan (Gillis, 1987). Dengan
demikian dapat dipahami industrialisasi erat kaitannya dengan aktivitas produkdi
yang capital oriented. Juka dihubungkan dengan perkembangan sektor industri di
Indonesia, maka industrialisasi yang dimaksud adalah industri manufaktur.
Tambunan (2001: 80) menyatakan ada beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui kinerja industrialisasi pada tingkat makro, yaitu: besarnya nilai
tambah sektor industri manufaktur dan rata-rata pertumbuhannya pertahun, pangsa
PDB sektor industri manufaktur atau secara relatif terhadap pangsa PDB sektor-
sektor ekonomi lain, nilai tambah sektor industri manufkatur per kapita dan rata-
rata pertumbuhannya per tahun, besarnya ekspor manufaktur, atau secara relatif
terhadap ekspor dari sektor-sektor lain dan pangsa ekspor manufaktur di dalam
total ekspor atau ekspor non migas.
35
Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan
Deddy T. Tikson (2005) terhadap kelima indikator tersebut :
a. Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan
salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi,
indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur,
sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator
makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini telah
dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah
ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara
otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional
(pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap
penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan
nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan
pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber
daya ekonomi.
b. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-
kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per
kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri
dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-
barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan
perluasan tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap
pendapatan nasional akan semakin menurun.
36
c. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang
bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di
wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi
di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di
wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti
bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya
proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk
tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di negara-negara yang sedang
berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan
fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator
pembangunan.
d. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi
memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan faktor
utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana
terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan
kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang
memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui
tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
e. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator
makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan
masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan
nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh
peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada
(1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka
kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-
rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status
37
gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang
langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang
diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang
yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel
ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status
ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya.
Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik
untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan,
disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
f. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat
indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa
indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini
adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut
UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan
sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat
diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-
pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi
bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh
terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia
secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan
manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat
dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap
paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan
pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan
yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga komponen, (1)
rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat
SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan
Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan
peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan
38
knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota
keluarga dan lingkungannya.
39
Menurut Finsterbusch dan Motz dalam Tangkilisan (2003:28), menyatakan
ada empat jenis evaluasi dampak berdasarkan kekuatan kesimpulan yang
diperoleh yaitu:
40
Pembangunan kawasan industri dalam jangka waktu panjang, akan
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Selain itu, kegiatan
industri juga mampu mempengaruhi perilaku manusia dan kondisi lingkungan.
Adapun dampak terkait adanya pembangunan industri, yaitu :
41
yang mengakibatkan air tidak dapat digunakan sesuai dengan
peruntukannya secara normal. Proses uji dapat bersifat kimia-fisika,
berdasarkan nilai pH, keasaman, alkalinitas, suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
warna dan kekeruhan, jumlah padatan, Nitrat, Amoniak, Fosfat, daya
hantar listrik, dan Klorida.
c. Perubahan sosial dan perekonomian
Kehidupan masyarakat umumnya akan mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi ditentukan dengan membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah kejadian pembangunan. Perubahan yang terjadi tidak
selalu sama, ada yang mengalami secara cepat dan ada pula yang lambat.
Menurut Soemarjan (dalam Soekanto, 1990), menyatakan bahwa
perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola perilaku antar
kelompok-kelompok di dalam masyarakat. Pada dasarnya, interaksi sosial
diawali dengan proses eksternalisasi berupa pengaruh-pengaruh dari luar
kemudian menciptakan obyektifikasi dalam pikiran individu berdasarkan.
42
Adisasmita (2006) menjelaskan indikator pembangunan ekonomi
pedesaan, yaitu :
a. Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata
penduduk di suatu wilayah. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil
pembagian pendapatan wilayah/kabupaten dengan jumlah penduduk
wilayah tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB
perkapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur
kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah wilayah, semakin besar
pendapatan per kapitanya, semakin makmur wilayah tersebut.
b. Ketimpangan pendapatan
Ketimpangan pendapatan menggambarkan distribusi pendapatan
masyarakat suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Ketimpangan
pendapatan biasanya diukur menggunakan koefisien gini. Koefisien Gini
adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan pendapatan penduduk.
Koefisien Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila koefisien Gini
bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1
berarti ketimpangan sempurna.
c. Perubahan struktur ekonomi
Adanya peningkatan pada pendapatan perkapita akan diikuti dengan
penurunan proporsi sumberdaya yang dimanfaatkan dalam sektor
pertanian (sektor primer) dan akan meningkat pada industri manufaktur
(sektor sekunder) kemudian industri jasa (sektor tersier).
d. Pertumbuhan kesempatan kerja
Perluasan lapangan kerja dapat menyerap pertambahan angkatan kerja
baru serta mengurangi pengangguran. Keberadaan industri merupakan
kegiatan potensial untuk meningkatkan pertumbuhan permintaan dan
kesempatan kerja.
43
e. Tingkat ketersediaan dan penyebaran kemudahan
Kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan,
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya maupun kesempatan
untuk melakukan kegiatan usaha seperti mendapatkan bahan baku, bahan
penolong dan pemasaran produk. Tingkat kemudahan dicerminkan oleh
tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan.
44
pendapatan masyarakat sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dampak positif dan negatif dari
keberadaan industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik kondisi
social ekonomi maupun kondisi budaya. Dampak dari keberadaan industri
tersebut dapat menimbulkan perubahan pas masyarakat baik kondisi sosial
ekonomi maupun kondisi budaya masyarakat sekitar kawasan industri tersebut.
Keberadaan industri di suatu daerah dalam skala industri besar maupun
skala industri kecil akan memberi pengaruh dan membawa perubahan terhadap
kondisi social ekonomi masyarakat sekitarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh
(Singgih, 1991: 6) bahwa dengan dibukanya lapangan pekerjaan pada suatu
industri yang besar sifatnya mengakibatkan terbentuknya kesempatan baru, baik
yang langsung diakibatkan oleh industri, misalnya terbukanya kesempatan kerja
baru, yang akan dipekerjakan sebagai karyawan di unit usaha baru tersebut, dan
akibat lain yang bersifat langsung misalnya, kesempatan dalam usaha-usaha
ekonomi bebas, usaha-usaha ekonomi bebas adalah merupakan usaha yang
langsung memenuhi kebutuhan industri.
45
Kegiatan industri merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan industri selain
berdampak positif juga menimbulkan dampak negatif (Fahdilah, 2013). Dampak
negatif dari kegiatan industri salah satunya yaitu menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan sekitar kegiatan industri. Badan usaha yang tentu tidak
dapat terpisahkan dari peran manusia juga memiliki kewajiban untuk menjaga
lingkungan dari kerusakan dan ketidakseimbangan melalui corporate social
responsibility seperti bagaimana cara pengolahan limbah yang baik serta
pembuangannya jangan sampai menyebakan kerusakan pada lingkungan.
46
2.4 Sintesa Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikaitkan Ketenagkerjan dengan
permasalahan maka dapat diambil tinjauan pustaka dalam 3 (tiga) garis besar,
yaitu perkembangan industri, perkembangan wilayah dan dampak kegiatan
industri.
47
Kawasan Industri Dan Pelabuhan
Internasional (KIPI)
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Karena latar belakang penelitian ini berangkat dari pemahaman teori atau
pemikiran yang di simpulkan secara generatif tentang dampak atau transformasi
progressif pada suatu wilayah akibat aktivitas industri dan terkait dengan indikasi
dari fenomenanya pada objek penelitian yang terjadi di wilayah kecamatan
Tanjung Palas Timur, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah
49
pendekatan deduktif, artinya penelitian ini dilakukan agar diperoleh jawaban
apakah terjadi seperti yang di harapkan teori-teori tersebut.
50
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
51
Pengaruh Industri dan Pelabuhan Internasional terhadap
Tujuan perkembangan wilayah
Penelitian
Analisis
Analisis Metode Campuran
Pembahasan
Output Kesimpulan
52
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
53
Parameter/Teori Variabel Indikator Tolak Ukur Sumber Data
54
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber
informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain :
1. Obeservasi Lapangan
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung pada objek kajian. Menurut Hasan (2002: 86)
Observasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean
serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi,
sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Observasi yang di maksud dalam
teknik pengumpulan data ini ialah observasi pra-penelitian, saat
penelitian dan pasca-penelitian yang digunakan sebagai metode
pembantu, dengan tujuan untuk mengamati bagaimana masalah yang
terjadi dilapangan.
Tebel 3.2 Data Observasi Lapangan
55
dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 127) ialah mengonstruksi perihal
orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan
kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa
yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi
dari orang lain. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data terkait dengan pembangunan Kawasan Industri
Dan Pelabuhan Internasional. Data yang dikumpulkan pada saat
wawancara adalah sebagai berikut :
Tebel 3.3 Data Wawancara
Sumber Data
Jenis Data
Instansi Responden
Kebijakan
1. Kebijakan Pengembangan 1. Kepala Bidang Fisik Prasarana
BAPPEDA
Wilayah 2. Kepala Bidang Ekonomi
2. Kebijakan Pembangunan 1. Kepala Bidang Cipta Karya
Dinas PUPR
KIPI 2. Kepala Bidang Tata Ruang
Perkembangan Wilayah
1. Kondisi Fisik 1. Kepala Bidang Fisik Prasarana
2. Ekonomi 2. Kepala Bidang Ekonomi
BAPPEDA
3. Sosial
4. Lingkungan
Perubahan Lahan BAPPEDA 1. Kepala Bidang Tata Ruang
Dinas PUPR 2. Kasubid Pendalian Tata Ruang
3. Kuisioner
Angket atau kuisioner adalah pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda
atau bentuk-bentuk lain yang disebut closed-ended question. Pertanyaan
untuk mengukur pendapat, sikap dan pengetahuan. Kuiseioner di
bedakan menjadi beberapa jenis, jika dipandang dari cara menjawab
maka :
a. Kuisioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimatnya senidiri, dan
b. Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
56
3.5.2 Data Sekunder
Pengertian data sekunder menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari kajian
pustaka maupun dokumen laporan tertulis dari instansi terkait. Data sekunder
yang diperoleh melalui survey instansi antara lain.
Peta
1. Peta Administrasi
BAPPEDA
2. Peta Industri
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti oleh peneliti. Menurut
Sugiyono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi
yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu
57
yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Populasi yang
digunakan dalam penelitian sebagai responden dalam penyebaran kuesioner
adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi Kawasan Industri dan Pelabuhan
Internasional (KIPI) Tanah Kuning. Secara keseluruhan total populasi yang ada di
Kecamatan Tanjung Palas Timur adalah sebanyak 3.254 sesuai dengan tabel 3.4
dibawah ini.
58
beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud
penelitian.
𝑁 n = Jumlah Sampel
𝑛= N = Populasi
𝑁 (𝑑 2 ) + 1
D = Tingkat Keslahan
Tingkat kesalahan dalam penelitian sebesar 8% atau dengan tingkat kepercayaan
sebesar 92%. Dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka
diperoleh jumlah sampel minimal adalah sebanyak 150 responden. Kuisioner akan
dibagikan kepada masyarakat yang berada dalam Kecamatan Tanjung Palas Timur
dengan mengacu pada karakteristik responden sebagai berikut :
59
Tabel 3.6 Metode Analisis
60
Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan perkembangan realisasi
dari masing-masing indikator variabel yang dibandingkan dengan tolak ukur
program sebagai acuannya untuk melihat dampak keberadaan Kawasan Industri
dan Pelabuhan Internasional (KIPI) bagi kawasan sekitarnya yang selanjutnya
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif
digunakan metode triangulasi untuk memberikan penguatan dari data yang
diperoleh melalui kuesioner dengan melibatkan wawancara mendalam dan
observasi. Gabungan data tersebut diolah dan dianalisis dengan disajikan dalam
bentuk teks naratif, grafik, matriks, atau bagan, kemudian ditarik kesimpulan dari
semua data yang telah diolah.
Sub Variabel
Variabel Indikator Metode Analisis
Penelitian
Perbedaan Penggunaan Lahan Perbandingan
Perubahan Tata sebelum dan Sesudah adanya Peta penggunaan
Fisik
Guna Lahan Kawasan Industri dan alahan sebelum
Pelabuhan Internasional dan sesudah
Perubahan Mata Pencaharian
Masyarakat sebelum dan
Tenaga Kerja Sesudah adanya Kawasan
Industri dan Pelabuhan
Deskriptif
Sosial Internasional
Kuantitatif
Ada atau tidaknya konflik dari
Pola Hubungan Pembangunan Kawasan
Masyarakat Industri dan Pelabuhan
Internasional
Prosentase Masyarakat yang
mengalami peningkatan
pendapatan akibat dari
Pendapatan
Pembangunan Kawasan
Deskriptif
Industri dan Pelabuhan
Ekonomi Kuantitatif dan
Internasional
Kualitatif
Jumlah Masyarakat yang
Kesempatan bekerja pada Pembangunan
Kerja Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional
61
Sub Variabel
Variabel Indikator Metode Analisis
Penelitian
Prosentase Masyarakat yang
terdampak limbah dari
Limbah pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan
Deskriptif
Internasional
Lingkungan Kuantitatif dan
Prosentase Masyarakat yang
Kualitatif
terdampak Polusi dari
Polusi pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan
Internasional
Sumber : Analisis, 2020
62
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
61
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Bulungan
Sumber : BPS Kabupaten Bulungan 2020
4.1.2 Iklim
Secara umum wilayah yang termasuk Kabupaten Bulungan adalah
beriklim sedang, dengan rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2014 berkisar
antara 21,3oC – 36,4oC. Sedangkan curah hujan selama tahun 2014 di Kabupaten
Bulungan pada umumnya dan Tanjung Selor pada khususnya berkisar antara 0
sampai dengan 101,2 mm/bulan. Kelembaban udara Kabupaten Bulungan tercatat
relative tinggi berkisar antara 44 persen sampai dengan 100 persen dengan rata-
rata selama tahun 2014 adalah 84 persen.
Proses pergantian panas dan uap air antara bumi dan atmosfer dalam
jangka waktu yang lama menghasilkan suatu keadaan yang dinamakan iklim.
Iklim tidak berarti rata-rata secara statistik tetapi merupakan suatu kumpulan dari
kondisi atmosfer yang meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara.
Iklim adalah suatu unsur penting dalam kehidupan, bahkan jika ditinjau
dari teori terjadinya bumi maka iklim telah ada sebelum makhluk hidup atau
kehidupan itu ada. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu saat atau keadaan
dari hari ke hari dalam waktu singkat (pendek) berubah keadaannya yaitu
62
panasnya, kelembabannya dan gerakan udaranya. Cuaca pada dasarnya dihasilkan
oleh suatu proses yang berusaha menyamakan perbedaan-perbedaan keadaan dari
suatu jaringan energi radiasi yang diterima dari matahari.
Data iklim yang disajikan berasal dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor.
Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai.
4.2 Kependudukan
4.2.1 Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan sesuai dengan data BPS
Tahun 2020 sangat rendah hanya 0,024% dengan persebaran sebagai berikut :
63
Sedangkan untuk kepadatan penduduk Kecamatan Tanjung selor sebagai
Ibukota Kabupaten memiliki kepadatan paling tinggi diikuti oleh kecamatan-
kecamatan lain. Berikut adalah tabel Kepadatan Pednduduk Kabupaten Bulungan
Tahun 2020 :
5,71%
5,17%
4,67%
2,89%
64
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Bulungan 2015-2019
15,69
26,84
13,93
65
4.3 Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional
Mempersiapkan kawasan Kalimantan Utara sebagai ruang investasi
khususnya kawasan KIPI Mangkupadi - Tanah Kuning, diperlukannya pemilihan
konsep yang tepat yang didukung oleh perangkat peraturan perundangan yang
ada, dan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kepentingan penduduk, pemerintah dan investor. Adanya
komitmen pemerintah daerah, dan lokasi strategis. Kawasan KIPI Mangkupadi-
Tanah Kuning sebagai simpul kegiatan nasional baik konsentrasi dan distribusi.
Selain itu diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut dapat ditentukan rencana
yang terarah dan berkesinambungan dalam mewujudkan kawasan yang
berkeutuhan dan menegakkan kedaulatan serta memiliki kemandirian ekonomi
yang bersinergi dan berfungsi lindung pada keanekaragaman hayati.
66
4. PT Kayan Hydro Energy MoU dengan Sinchydro Corporation Ltd.
Untuk proyek Pembangunan PLTA Kayan dengan Nilai Investasi
US$17,8 Miliar.
5. PT Prime Steel Indonesia MoU dengan Metallurgical Corporation
of China Ltd. Untuk proyek Pengembangan Industri Steel Smelter
di Kaltara Berkapasitas 3 x 1 juta ton per tahun dengan Nilai
Investasi US$1,2 Miliar.
a. Mandiri
- Mengurangi kemiskinan dan pengangguran
- Meningkatkan daya saing ekonomi rakyat berbasis Agroindustri,
pariwisata dan pertambangan yang berkelanjutan
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil,
berakhlak mulia, serta berdaya saing tinggi.
- Membangun infrastruktur fisik dan ekonomi yang berkualitas.
- Meningkatkan interkonektivitas antar daerah dan dengan negara tetangga.
67
b. Aman dan damai
- Menjaga kedaulatan negara dan keutuhan NKRI.
- Membangun daerah perbatasan yang aman
- Memberantas berbagai transaksi dan bisnis illegal
c. Pemerintah yang bersih dan berwibawa
- Mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan berkompeten
- Menjadi pelayan masyarakat dalam pelayanan publik.
- Meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, perijinan, dan
kependudukan yang bebas suap dab gratifikasi.
68
- Arahan SIKIM :
Industri
Pengolahan
Hasil Laut
69
1. Pertumbuhan sektor industri tanpa migas dalam satuan persen, tiap
tahunnya sebesar satu hingga dua persen konstribusi industri dalam
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diatas 40%
2. Peranan industri kecil dalam mempengaruhi pertumbuhan perekonomian
yang mengalami peningkatan produksinya tiap tahunnya.
3. Pertumbuhan nilai Ekspor dalam mempengaruhi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) diatas 10 miliar.
4. Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri
serta penguasaan teknologi dan kemampuan berinovasi.
5. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh
wilayah Provinsi Kalimantan Utara
6. Adanya sinegitas yang menguntungkan antara industri hulu dengan
industri hilir dalam pasokan bahan baku.
70
Tabel 4.6 Perwilayahan Industri Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Luas KPI Jenis Perwilayahan Industri
Kota Tarakan Kawasan Peruntukan Industri - Industri besar-Sedang
Total 1.685 Ha yang tersebar : yang sudah ada
- Kec. Tarakan Utara 1.409 lokasinya cukup
Ha tersebar, sebagian besar
- Kec. Tarakan Barat 131 Ha adalah industri
- Kec. Tarakan Timur 145 Pengalengan &
Ha Pembekuan hasil Laut,
Industri Pengolahan
Hasil Hutan/Kayu
(Plywood, chip mill,
moulding), jasa
reparasi/bengkel,
industri makanan dan
Minuman, dll
- Industri kecil yang
sudah ada lokasinya
tersebar, sebagian besar
adalah industri makanan
dan minuman, industri
& jasa
Reparasi/bengkel,
Industri Furniture dan
Barang dari Kayu,
Industri Pengolahan
hasil Laut, dll
Kab. Nunukan Kawasab Peruntukan Indistri : - Industri besar-Sedang
227 Ha yang tersebar : yang sudah ada :
- Kec. Sei Manggaris 157 Ha Industri CPO di Kec.
- Kec. Sebatik Barat 12,3 Ha Nunukan
- Kec. Sebuku 28,3 Ha
- Kec. Lumbis 29 Ha
Kab. Bulungan Kawasan Peruntukan Industri - Industri Besar-Sedang
14.339 Ha yang tersebar : yang sudah ada :
- Kec. Tanjung Palas Timur Industri Gas Methanol
11.000 Ha (Medco) di Kec. Bunyu,
- Kec. Bunyu 545 Ha Industri CPO
- Kec. Sekatak 1.472 Ha
- Kec. Tanjung Palas 500 Ha
- Kec. Tanjung Selor 822 Ha
(Foor & Rice Estate)
Kab. Malinau Kawasan Peruntukan Industri - Industri besar yang
80 Ha di Kec. Malinau Kota sudah ada : Pengolahan
Hasil Hutan/Kayu,
Industri CPO
Kab. Tana Tidung Kawasan peruntukan Industri - Industri Besar-Sedang :
100 Ha di Kec. Sesayap Hilir Beluma ada
Sumber : Rencana Pembangunan Kawasan Industri Kaltara 2018
71
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Luas lahan
Salah satu kebutuhan penting yang harus tersedia untuk berinvestasi langsung
adalah lahan tempat usaha. Dengan tujuan untuk memberikan kemudahan
bagi investor, maka lahan-lahan di dalam Kawasan Industri telah disiapkan
secara fisik dalam bentuk kapling-kapling industri yang telah siap bangun
dengan dilengkapi infrastruktur/sarana dan prasarana yang memadai. Di
samping itu jaminan legalitas dari status tanah di dalam Kawasan Industri
dalam arti bebas dari sengketa, serta untuk mendapatkan status hak atas
tanahnya dapat diperoleh dengan mudah. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
142 Tahun 2015, luas lahan Kawasan Industri minimal 50 ha atau minimal 5
Ha untuk Kawasan Industri khusus industri kecil dan menengah.
Ketersediaan lahan harus memasukkan pertimbangan kebutuhan lahan di luar
kegiatan sektor industri sebagai efek bergandanya, seperti kebutuhan lahan
perumahan dan kegiatan permukiman dan perkotaan lainnya.
74
Sebagai ilustrasi, bila per hektar kebutuhan lahan Kawasan Industri menyerap
100 tenaga kerja, berarti dibutuhkan lahan perumahan dan kegiatan
pendukungnya seluas 1-1,5 Ha untuk tempat tinggal para pekerja dan
berbagai fasilitas penunjang. Hal ini berarti, apabila hendak dikembangkan
100 ha Kawasan Industri di suatu daerah maka di sekitar lokasi harus tersedia
lahan untuk fasilitas seluas 100-150 Ha, sehingga total area dibutuhkan 200-
250 Ha.
Luas lahan yang diperuntukkan untuk kawasan industri dan Pelabuhan
Internasional (KIPI) Tanah Kuning ini adalah ± 10.000 Ha yang terbagi
dalam beberap klaster. Lahan tersebut akan dikelola oleh perusahaan-
perusahaan yang telah dituntuk oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara
untuk melakukan kegiatan Operasinya sesuai dengan izin yang diterbitkan
dari masing-masing perusahaan tersebut.
b. Status lahan
Pemerintah Provinsi Kalimantan utara sudah mengupayakan untuk
menyediakan lahan sebagai lokasi dari Kawasan Industri dan Pelabuhan
Internasional. Hal ini dibuktikan dengan keseriusannya untuk menyelesaikan
permasalahan lahan yang mmasih dalam penguasaan Perusahaan sebelumnya
dan juga masyarakat sekitar. Pemerintah bersedia menuntaskan permasalahan
tersebut dengan mengalokasikan Anggaran untuk pembebasan lahan yang
akan digunakan. Selain mengenai status lahan, pemerintah juga
mengupayakan untuk pembangunan Jalan sebagai saran dan prasarana
penunjang untuk investasi tersebut.
c. Tenaga Kerja
Selain daripada lahan, tenaga kerja juga merupakan aspek yang sangat
penting dalam menentukan sebuah investasi. Dalam hal ini adalah
Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional yang
diharapkan dapat menyerap tenaga Kerja yang ada di kabupaten Bulungan.
75
Tenaga kerja di Kabupaten Bulungan dan sekitarnya memiliki produktifitas
yang tinggi. Hal ini seperti ditammpilkan dalam tabel dibawah ini :
Angkatan Kerja
Pendidikan Jumlah Presentase bekerja
tertinggi yang Bekerja Pengangguran Angkatan Terhadap Angkatan
ditamatkan Kerja Kerja
0 23.499 571 24.070 97,63
1 8.303 839 9.124 90,82
2 20.812 1.152 21.964 94,76
3 11.630 515 12.145 95,76
Jumlah 64.244 3.077 67.321 95,43
Sumber : Analisis Penulis 2020
d. Kebijakan Pemerintah
Membangun suatu kawasan industri di Indonesia tidak terlepas dari lokasi
kawasan industri yang akan dibangun. Sebab lokasi merupakan kegiatan awal
yang dapat dilakukan oleh badan usaha dengan tujuan untuk mengumpulkan
berbagai macam data dan informasi atas lokasi yang akan dikembangkan,
untuk melihat kesesuaian pemanfaat lokasi dengan RTRW setempat. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan agar pembangunan kawasan industri dapat
terarah dan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Pasal 2 ayat (3) PP
Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa pembangunan kawasan industri
dilaksanakan di Kawasan Peruntukan Industri (selanjutnya disebut KPI),
sesuai dengan RTRW.
Dokumen RTRW yang perlu diharmonisasi dalam pembangunan KIPI
Mangkupadi-Tanah Kuning adalah RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan
RTRW Kabupaten Bulungan, dimana penggunaan ruang menurut RTRW
Provinsi berada pada arahan fungsi Perkebunan, Peruntukan Industri, dan
Peruntukan Permukiman dan RTRW Kabupaten berada pada arahan fungsi
Perkebunan, Pertambangan Mineral Batubara, Permukiman Perkotaan dan
76
Pedesaan, Pelabuhan Khusus dan Terpadu, dan LP2B. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah tentang Kawasan Industri dengan jelas disebutkan bahwa
peruntukannya harus sesuai dengan RTRW daerah setempat (lihat gambar
5.1)
77
tentu akan dapat meningkatkan pereokomian masyarakat di
Tanjung Palas Timur”. (H. Gaffar Camat Tanjung Palas Timur,
05 Nopember 2020)
78
manajemen energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Perusahaan Industri tertentu dan Perusahaan Kawasan Industri yang
memanfaatkan air baku wajib melakukan manajemen air sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
79
umum yang ada dikawasan Kecamatan Tanjung Palas Timur. Dalam hal ini dalah
perkembangan Perdagangan dan Jasa yang secara langsung dirasakan masyarakat
sekitar. Dalam lingkup yang lebih kecil, dampak dari pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan Internasional terhadap pertumbuhan perdagangan di
Kecamatan Tanjung Palas Timur dapat dilihat dari tumbuhnya tempat-tempat unit
usaha baru disekitar lokasi proyek pembangunan. Dari data pengamatan
dilapangan terdapat penambahan unit usaha baru dari tahun 2016 sampai dengan
2020 yang cukup signnifikan. Penambahan tersebut tersebar di kawasan
Kecamatan Tanjung Palas Timur dengan persebaran seperti yang ditampilkan
dalam Tabel dibawah ini :
Mangku Padi 9 33 24
Sajau 12 18 6
Binai 8 19 11
Sajau Hilir 9 13 4
Pura Sajau 12 22 10
Wono Mulyo 13 19 6
Tanjung Agung 16 29 13
Jumlah Total 97 179
Sumber : Analisis Penulis 2020
80
“Kita (saya) berharap proyek tersebut dapat menyerap tenaga
kerja di wilayah kami, sehingga banyak dari kami yang bisa
bekerja di sana (KIPI). Karena kami saat ini memang sulit untuk
mendapatkan pekerjaan” (Yanto, Desa Mangkupadi, 06
Nopember 2020).
Semakin Tidak
Lokasi Amatan Beberapa Sedikit Jumlah
Banyak ada
Tanah Kuning 10 3 3 2 18
Mangku Padi 15 5 4 0 24
Sajau 6 6 4 2 18
Binai 5 4 4 5 18
Sajau Hilir 9 6 3 0 18
Pura Sajau 9 2 2 5 18
Wono Mulyo 11 2 1 4 18
Tanjung Agung 12 2 2 2 18
Total 77 30 23 20 150
Sumber : Analisis Penulis 2020
81
5.2.3 Dampak Pembangunan KIPI terhadap aspek sosial
Pembangunan Kawasan Industi dan Pelabuhan Internasional di Kabupaten
Bulungan khususnya Kecamatan Tanjung Palas Timur memiliki dampak yang
tidak cukup besar terhadap kehidupan sosial pada masyarakat disekitar Lokasi
pembangunan. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan, dari total 150
Responden memiliki pekerjaan sebagai Petani/Nelayan sebanyak 97 responden
atau sebesar 64,67% dari total keseluruhan. Sedangkan sebagai pekerja swasta
sebanyak 27 Responden atau 18%, Pegawai Negeri Sipil Sebanyak 10 Responden
atau 6,67% dan Pengusaha sebanyak 16 Responden atau 10,67%. Data mengenai
pekerjaan responden seperti tersaji dalam Gambar 5.2 di bawah ini :
18
14
13
12
11
10 10
9
6
5 5
4
3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
0 0 0
82
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional ini mereka rasakan dampaknya
seperti kenaikan harga tanah, Peningkatan infra struktur dan tumbuhnya unit
kegiatan ekonomi baru.
83
Apakah terjadi Konflik ?
15 17 15 15 16 15
13 14
11
3 3 3 2 3 4
1
Ya Tidak
Konflik;
20%
Tidak
Konflik;
80,00%
84
(karena masyarakat belum tahu proyek KIPI), alhasil saya bisa
mendapatkan asset tanah kurang lebih 25 Ha di kurun waktu
2014-2016. Sejak pemerintah getol melakukan sosialisasi peroyek
KIPI, sontak harga Tanah Meningkat drastis (bisa sampai 5x
lipat loh). Tetapi saya yakin kedepan kawasan tersebut akan maju
dan nilai investasi tanah saya juga akan meningat, sehingga saya
tetap melanjutkan perburuan tanah disana. Saat ini saya sudah
memiliki tanah seluas 78 Ha meskipun dengan harga yang cukup
tinggi. Itu belum termasuk rekan-rekan yang saya ajak
berinvestasi disana” (Juanda, Tanjung Selor, 19 Nopember 2020).
3. Tingkat Kriminalitas
Kriminilatas di Kabupaten Bulungan meningkat cukup pesat, hal
ini dipengaruhi oleh meningkatnya status Kabupaten Bulungan sebagai
Ibukota dari Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini mengakibatkan banyak
mendatangkan orang dari berbagai daerah ke Kabupaten Bulungan dengan
berbagai tujuan. Hal ini dapat terjadi karena daya saing dimasyarakat yang
cukup tinggi karena di tuntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian
masing-masing untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka.
Namun jika dilihat dalam scope Proyek Pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan Internsional, belum ada peningkatan kriminalitas
dari kegiatan proyek tersebut.
85
Tabel 5.4 Pembahasan Pengaruh Sosial KIPI
Perubahan Sosial
No. Variabel Dampak Sosial
Tahun 2016 Tahun 2020
1 Ketanaga Kerjaan a. Sebagian besar masyarakat a. Masih sama dengan a. Dampak dari sektor tenaga kerja dalam
di Kecamatan Tanjung Tahun 2016, Sebagian Proyek Pembangunan Kawasan Industri dan
Palas Timur bermata besar masyarakat di Pelabuhan Internasional tidak langsung
pencaharian sebagai Kecamatan Tanjung Palas dirasakan, tetapi ada penambahan dari unit
Petani/Nelayan Timur bermata usaha baru imbas dari pelaksanaan Proyek
pencaharian sebagai KIPI
Petani/Nelayan
b. Ada beberapa masyarakat yang terlibat
langsung dalam proyek pembangunan KIPI,
namun jumlahnya masih sangat sedikit
2 Pola Hubungan Masyarakat a. Tidak ada konflik akibat a. Terdapat Konflik secara a. Dari data Kuisioner terdapat 20 responden
Proyek Pembangunan tidak langsung akibat dari atau 20% menyatakan bahwa Proyek
Kawasan Industri dan Proyek Pembangunan Pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional mengakibatkan
Pelabuhan Internasional Konfli, sedangkan sisanya sebanyak 130
yaitu berupa pergesekan responden atau 80% menyatakan tidak
kepentingan dari Pihak menimbulkan konflik.
Luar yang ini masuk dan
menguasai aset pada
kawasan Kecamatan
Tanjung Palas Timur
87
b. Konflik justru datang dari luar proyek
Pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional berupa penguasaan
lahan dari pihak yang ingin berinvestasi di
Kecamatan Tanjung Palas Timur.
“Sejak Tahun 2014 mendengar isu bahwa
akan dibangun Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional di Kecamatan
Tanjung Palas Timur, saya dan beberapa
rekan mengkap itu sebagai peluang investasi
di masa depan. Kami berusaha untuk
memiliki aset di kawasan tersebut. Sejak saat
itu saya mendekati masyarakat untuk menjual
tanah mereka dengan harga murah (karena
masyarakat belum tahu proyek KIPI), alhasil
saya bisa mendapatkan asset tanah kurang
lebih 25 Ha di kurun waktu 2014-2016. Sejak
pemerintah getol melakukan sosialisasi
peroyek KIPI, sontak harga Tanah Meningkat
drastis (bisa sampai 5x lipat loh). Tetapi saya
yakin kedepan kawasan tersebut akan maju
dan nilai investasi tanah saya juga akan
meningat, sehingga saya tetap melanjutkan
perburuan tanah disana. Saat ini saya sudah
memiliki tanah seluas 78 Ha meskipun
dengan harga yang cukup tinggi. Itu belum
termasuk rekan-rekan yang saya ajak
berinvestasi disana” (Juanda, Tanjung Selor,
19 Nopember 2020).
88
3 Tingkat Kriminalitas a. Tidak ada kriminlitas yang a. Masih sama dengan a. Masih sama dengan Tahun 2016, Tidak ada
berkaitan dengan Proyek Tahun 2016, Tidak ada kriminlitas yang berkaitan dengan Proyek
kriminlitas yang berkaitan
dengan Proyek
Sumber : Analisis Penulis 2020
89
5.3 Dampak KIPI Terhadap Aspek Ekonomi
Dampak ekonomi dari Proyek pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional dapat dilihat dari Penghasilan sebelum dan sesudah
adanya proyek KIPI. Selain dari penghasilan, dampak ekonomi yang bisa kita
lihat adalah dari tumbuhnya Unit usaha baru dan nilai jual Objek di Kecamatan
Tanjung Palas Timur. Dalam melihat peningkatan ekonomi masyarakat
Kecamatan Tanjung Palas Timur sebelum dan sesudah adanya proyek KIPI saat
ini.
90
14
13
12
9 9
8 88 8
7
66 6 6
55
4
3 3 3
2 22
1
91
12 12
10
9
8 8 8 8 8 8
7 7 7
6 6
5
4 4 4
3
2 2
1 1
92
sesuai dengan instruksi pemerintah pusat. Dari jawaban responden yang bersedia
menjawab pertanyaan-pertanyan dalam kuisioner sebanyak 150 responden
terdapat 101 responden yang memberikan pendapat bahwa Proyek Pembangunan
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional menyerap tenaga kerja dengan
jumlah tertenu atau sebesar 67,33%, sedangkan selebihnya 49 responden
menjawab bahwa hampir tidak ada pekerja berasal dari Tanjung Palas Timur yang
terlibat dalam proyek pembangunan tersebut atau setara 32,67%. Seperti yang
ditampilkan pada Grafik dibawah ini :
17
16
15 15
14
13
12
11
8
7
6
5
4
3 3
1
Dari gambar tersebut Desa Tanah Kuning terdapat 10%, Mangku Padi
16,67%, Sajau 2%, Binai 8,67%, Sajau Hilir 8%, Pura Sajau 9,33%, Wono Mulyo
11,33% dan Tanjung Agusng sebesar 7,33% yang menjawab bahwa terdapat
masyarakat dari Kecamatan Tanjung Palas Timur yang terlibat dalam proses
Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional. Sedangkan untuk
yang mengatakan tidak ada di desa Tanah Kuning sebanyak 2%, Desa Mangku
Padi 5,33%, desa Sajau 10%, desa Binai 3,33%, desa Sajau Hilir 4%, Desa Pura
Sajau 2,67%, desa Wono Mulyo 0,67% dan desa Tanjung Agung 4,67%.
93
5.5 Dampak ekonomi proyek Pembangunan KIPI
Dari data yang sudah disajikan sebelumnya yang berdasarkan pada Data
Sekunder, Data Primer dan beberapa wawancara dapat disimpulkan Proyek
Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional memberikan
dampak postif terhadap ekonomi pada masyarakat Kecamatan Tanjung Palas
Timur. Dampak yang muncul dari proyek tersebut seperti mulai meningkatnya
pendapatan masyarakat dari isu-isu yang ada di masyarakat dan juga keterlibatan
langsung dari beberapa masyarakat, terserapnya beberapa tenaga kerja yang tentu
akan berimplikasi pada pendapatan dari Kabupaten Bulungan. Dampak yang
timbul dari kegiatan Proyek pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan
Internasional di Kecamatan Tanjung Palas Timur lebih lanjut ditambilkan pada
tabel 5.5 dibawah ini :
94
Tabel 5.5 Pembahasan Dampak Ekonomi KIPI
Perubahan Ekonomi
No. Variabel Dampak Ekonomi
Tahun 2016 Tahun 2020
1 Pendapatan Pendapatan Masyarakat Pendapatan Masyarakat a. Pada Tahun 2020 terjadi penurunan jumlah responden
Masyarakat a. Pendapatan Sebesar Rp. a. Pendapatan Sebesar Rp. yang memiliki Pendapatan Rp. 4.000.000-5.000.000
4.000.000-5.000.000 4.000.000-5.000.000 sebanyak sebanyak 6 responden
sebanyak 81 Responden 75 Responden atau 50% b. Pada Tahun 2020 terjadi penurunan jumlah responden
atau 54% Pendapatan Rp. 2.000.000- yang memiliki Pendapatan Rp. 2.000.000-4.000.000
b. Pendapatan Rp. 2.000.000- b. 4.000.000 sebanyak 23 sebanyak 15 responden
4.000.000 sebanyak 38 responden atau 15,33% Pada tahun 2020 terjadi Kenaikan jumlah responden
responden atau 25,33% Pendapatann > 5.000.000 c. yang memiliki Pendapatan >5.000.000 sebanyak 21
c. Pendapatann > 5.000.000 c. sebanyak 52 Responden atau Responden
sebanyak 31 Responden 34,67% d. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
atau 20,67% pendapatan di Kecamatan Tanjung Palas Timur
2 Kesempatan a. Sebagian besar angkatan a. Responden memberikan a. Pada tahun 2016, angkatan kerja di Kecamatan
Kerja kerja memilih bekerja tanggapan bahwa terdapat Tanjung Palas Timur bekerja sebagai Petani/nelayan
sebagai Petani/Nelayan beberapa pekerja yang terlibat Pada tahun 2020, sebagian dari angkatan kerja bekerja
dalam proyek Pembangunan b. pada Proyek pembangunan Kawasan Industri dan
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional dan membangun unit usaha
Pelabuhan Internasional baru.
sebanyak 101 atau 67,33% Proyek Pembangunan Kawasan Industri dan
Responden memberikan pelabuhan Internasional memberikan dampak “baik”
b. tanggapan bahwa tidak ada c. pada angkatan kerja.
pekerja yang terlibat dalam
proyek Pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan
Internasional sebanyak 49 atau
32,67,33%
Sumber : Analisis Penulis 2020
95
5.6 Dampak Lingkungan proyek Pembangunan KIPI
Limbah merupakan material sisa dari sebuah proses produksi atau kegiatan
pengolahan suatu kegiatan industri. Pada umumnya limbah dapat berbentuk
limbah cair, limbah padat dan lmbah gas yang dapat mempengaruhi lingkungan
atau kehidupan masyarakat disekitar. Proyek pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional saat ini memiliki tingkat produksi limbah yang hamper
tidak ada atau zero waste yang tentu tetap aman bagi lingkungan dan masyarakat.
Penjelasan ini sejalan dengan respon dari responden yang mengatakan bahwa
Proyek Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional ini
mendukung dari kegiatan pelestarian lingkungan sebanyak 117 reponden atau
78%. Sedangkan yang beranggapan bahwa kegiatan proyek Pembangunan
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional ini akan berdampak pada
kerusakan lingkungan atau eksploitasi sumber daya alam sebanyak 33 responden
atau 22%. Respon responden terhadap pengaruh lingkungan berupa limbah dapat
di lihat pada gambar dibawah ini :
20
16 16
15
14
13
12
11
7
6
5
4 4
3
2 2
96
Tabel 5.6 Pembahasan mengenai Dampak Lingkungan Proyek pembangunan KIPI
Perubahan Lingkungan
No. Variabel Dampak Lingkungan
Tahun 2016 Tahun 2020
1 Limbah Industri a. Belum ada Limbah Industri a. Responden memberikan a. Sebagian masyarakat tidak merasakan
tanggapan bahwa proyek KIPI dampak lingkungan terhadap Proyyek
mendukung Pelestarian pembangunan Kawasan Industri dan
Lingkungan (Tidak terdapat Pelabuhan Internasional (tidak ada perubahan
Limbah) sebanyak 117 dari sebelumnya).
Responden atau 78%. b. Sebagian kecil beranggapan bahwa proyek
b. Respon Responden menyatakan KIPI akan berdampak pada lingkungan dan
bahwa Proyek KIPI berdampak eksploitasi terhadap sumber daya alam
pada kerusakan Lingkungan
seabnyak 33 Responden atau .
22%.
97
5.7 Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, proyek pembangunan
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional yang berada di Kecamatan tanjung
Palas Timur Kabupaten Bulungan akan berpengaruh terhadap Lokasi, kebutuhan
tenaga kerja, kebijakan pemerintah, daya dukung lingkungan dan juga bahan baku
pada nantinya. Faaktor tersebut akan berdampak pada perkembangan kawasan
disekitaran lokasi, dan perubahan penggunaan lahan.
98
yang diperuntukkan untuk kegiatan industri, pemerintah juga menyiapkan
ketersediaan tenaga kerja yang akan mendukung kegiatan perindustrian dan
kegiatan padda pelabuhan Internasional nantinya. Didalam perkembangan wilayah
yang menjadi faktor utama adalah :
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada suatau kawasan Industi adalah
perubahan pengggunaan lahan. Yang dalam hal ini sudah ditetapkan
oleh pemerintah yang menentukan Kecamatan Tanjung Palas Timur
Sebagai Kawasan Peruntukkan untuk Kegiatan Industri.
2. Perubahan Sosial
Selain perubahan Fisik, perubahan kehidupan sosial kemasyarakattan
yang dapat menjadi faktor perkembangan wilayah adalah ketersediaan
tenaga kerja yang dapat mendukung dari kegiatan insutri tersebut.
3. Perubahan ekonomi
Perekonomian merupakan suatu tolak ukur bagi keberhasilan suatau
kegiatan investasi dalam hal ini adalah Proyek pembangunan Kawasan
Industri dan Pelabuhan Internasional. Dengan adanya kegiatan industri,
pendapatan masyarakan mengalami peningkatan meskipun tidak secara
langsung. Namun hal ini dapat meningkatan kehidupan ekonomin pada
masyarakat disekitar lokasi industri.
4. Perubahan Lingkungan
Suatu kegiatan Industri baik berskala besar maupun kecil tentu akan
menimbulkan dampak baik berupa limbah, polusi atau pun yang dapat
merusak keberlangsungan sumber daya alam.
99
5.9 Keterkaitan Temuan penelitian dengan Landasan Teori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan sektor
industri terhadap perkembangan wilayah di Kecmatan Tanjung Palas Timur
Kabupaten Bulungan.
100
d. Dampak lingkungan dari pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional tidak memiliki dampak lingkungan zero
waste, namun ada kekhwatiran dari beberapa responden bahwa
nantinya akan berpengaruh terhadap keberlangsungan dan ketersediaan
sumber daya alam disana.
101
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Keberadaan Proyek Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan
Internasional di Kecamatan Tanjung Palas Timur telah mengakibatkan pergeseran
penggunaan lahan dan munculnya uni-unit usaha baru pada kawasan industri.
Dalam aspek ekonomi, hadirnya proyek Pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional meningkatkan pendapatan masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah keterlibatan masyarakat
dalam proses pembangunan kawasan industri yang berdampak pada meningkatnya
pendapatan. Secara tidak langsung, dalam pengamatan dilapangan bahwa terjadi
anomali penjualan tanah dengan harga yang cukup tinggi serta masyarakat yang
memanfaatkan keberadaan proyek kawasan industri sebagai unit kegiatan baru
mereka. Dalam aspek sosial keberadaan pembangunan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional dapat menarik prtisipasi angkatan kerja di kecamatan
Tanjung Palas Timur, meski dengan presentasi yang cukup kecil. Diharapkan
nantinya dapat memaksimalkan Program Padat Karya Pemerintah. Sedangkan dari
segi dampak Lingkungan, pada dasarnya Proyek Pembangunan Kawasan Industri
dan Pelabuhan Internasional ini merupakan proyek yang zero waste. Namun ada
ketakutan dari beberapa masyarakat yang menyatakan bahwa proyek tersebut
dapat membahayakan keberadaan Sumber Daya Alam disana.
102
6.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah :
103
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta : PT.
Karya Grafindo Persada. hlm. 54.
Chapin F.Stuart and Edward J.Kaiser. 1979. Urban Land Use Planning. University
Chicago, University of Illionis Press.
Weber, Alfred. 1929. (translated by Carl J. Friedrich from Weber's 1909 book).
Theory of the Location of Industries. Chicago: The University of Chicago
Press.
https://www.neliti.com/publications/84358/analisis-pengaruh-industrialisasi
terhadap-pertumbuhan-ekonomi-di-sumatera-selat, diakses April 2020